Anda di halaman 1dari 10

1

REVIEW ARTIKEL

Aktivitas Anti Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis) dari Minyak Esensial Tanaman
Nimba, Teh, Saga Rambat dan Srikaya secara in-vitro

Nurmalia Saraswati, Norisca Aliza Putriana

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
Telepon: (022) 7796200, Faksimile: (022) 7796200
Nurmalia14002@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

Kutu rambut (Pediculus humanus capitis) merupakan parasit yang menginvasi kulit
kepala manusia, tergolong ke dalam famili pediculidae hidup dengan menghisap darah
manusia dan dapat menyebabkan lesi pada kulit. Kutu rambut sangat mengganggu aktivitas
manusia karena dapat menyebabkan gatal pada kepala, kemerahan dan bahkan pada kondisi
infeksi berat, helaian rambut akan melekat satu sama lainnya dan mengalami pengerasan, serta
ditemukan adanya eksudat nanah akibat dari peradangan gigitan parasit tersebut. Dari jurnal
penelitian yang telah dikaji, diketahui bahwa tanaman nimba, teh, saga rambat, dan srikaya
memiliki khasiat sebagai anti kutu rambut pada manusia.

Kata kunci: kutu rambut, tanaman nimba, the, saga rambat, srikaya.

ABSTRACT

Hair louse (Pediculus humanus capitis) is a parasite that invades teh human scalp,
belonging to teh pediculidae family alive by sucking human blood and can cause skin lesions.
Head lice greatly interfere human activity because it can cause itching of teh head, redness
and even under severe infection conditions, strands of hair will be attached to each otehr and
subjected to hardening, and teh presence of pus exudates from teh inflammation of teh
parasitic bites. From research journals that have been studied, it is known that neem, tea,
jequirity, and atis have efficacy as anti head lice in humans.

Keywords: hair louse, neem, tea, jequirity, atis.


2

PENDAHULUAN kutu betina dewasa meletakkan 1-6 butir


Pediculus humanus capitis atau telur sehari sampai satu bulan hingga
yang dikenal dengan kutu rambut kematian. Telur terinkubasi oleh panas
merupakan ektoparasit yang hidup pada tubuh yang akan menetas dalam 10
kulit kepala manusia. Kutu dewasa dapat sampai 14 hari. Begitu telur menetas,
bertahan hidup dengan tidak makan nimfa akan meninggalkan cangkangnya,
selama sepuluh hari pada suhu 50C. berkembang sekitar 9 sampai 12 hari,
parasit mudah ditularkan melalui kontak tumbuh menjadi kutu dewasa lalu kawin,
langsung dengan penderita seperti hingga kemudian kutu betina bertelur.
melakukan aktivitas berpelukan, duduk Apabila tak diobati, siklus ini bisa
berdekatan, penggunaan bersama barang- terulang setiap 3 minggu sekali. Saat
barang seperti sisir, topi, bantal dan tinggal di kepala, kutu akan menggigit
sebagainya (Center for Disease and kulit kepala dan minum sejumlah kecil
Control, 2007). darah melalui kulit kepala setiap beberapa

jam (Meinking et al, 2002).


Kutu rambut bukan merupakan

bahaya utama pada kesehatan maupun Kutu-kutu yang terjadi dapat


sebagai vektor penyakit, namun dapat bersifat simtomatik maupun asimtomatik.
mengganggu karena menyebabkan Pada keadaan simtomati, rasa gatal akan
eritema kulit kepala, gatal dan bahkan ditemukan dalam presentase variabel
menyebabkan kemungkinan terjadinya yang tinggi pada pasien (Chosidow,
infeksi sekunder (James, 2003). 2000). Rasa gatal dpat muncul akibat dari

gigitan kutu pada kulit kepala maupun


Kutu dewasa memiliki panjang
karena adanya reaksi alergi-iritatif yang
sekitar 2 hingga 3 mm dan umumnya
disebabkan karena adanya kontak kulit
berwarna abu muda. Kutu betina mampu

hidup hingga 3-4 minggu. Setelah kawin,


3

kepala dengan saliva kutu (Chosidow, itu, minyak tanaman teh dilaporkan

2000; Flinders dan Schweinitz, 2004). mempunyai berbagai karakteristik

biologis dengan fungsi variatif seperti


Tanaman nimba Azadirachta indica
sebagai antikanker, antimikroba,
A. Juss memiliki aktivitas melawan kutu
antiinflamasi, dan aktivitas insektisida
rambut dengan kandungan zat aktifnya
(Gould, 1997) dengan prospek aplikasi
berupa azadirachtin, suatu molekul
yang menarik.
tetranortriterpenoid organik, yang mirip

dengan hormon peranggas serangga, yang Selain minyak nimba dan minyak

mengganggu siklus hidup serangga. tanaman teh, tanaman saga rambat Abrus

Komponen lain seperti triterpenoid dan precatorius juga dilaporkan memiliki

steroid juga merupakan bagian dari khasiat sebagai insektisida. Efek ekstrak

kandungan minyak nimba biji Abrus precatorius terhadap Pediculus

(Pharmacopoeia of India, 1985). humanus capitis dewasa dan nimfa

menunjukkan bahwa pada 15%


Sementara itu, minyak tanaman teh
konsentrasi minyak biji dalam eter
merupakan senyawa turunan tanaman asli
petroleum mampu membunuh seratus
Australia, Melaleuca alternifolia, dan
persen kutu kepala manusia (Upadhyay et
kandungannya telah dispesifikasikan
al, 2011).
dibawah International Organization for

Standardization standard 4730 (tipe Tanaman srikaya annona

minyak melaleucaterpinen-4-ol) (ISO, squamosal L juga diketahui memiliki

1996). Komponen utama pada minyak aktivitas sebagai anti kutu rambut. daun

tanaman teh berupa terpinen-4-ol telah dari tanaman asli Amerika tropis ini

dilaporkan memiliki potensi membunuh mengandung saponin dan berifat

kutu rambut pada konsentrasi 10% dalam insektisida, sehingga mampu membasmi

isopropanol (Downs et al, 2000). Selain kutu rambut (Kumar, 2007).


4

METODE dilakukan karakterisasi dengan KLT dan

diisolasi dengan corong pisah hingga


I. Preparasi dan Identifikasi Sampel
dihasilkan minyak tanaman saga rami
Tanaman
(Upadhyay et al, 2011). Sedangkan
Tanaman nimba, teh, saga rambat
tanaman teh, daunnya diekstraksi dari
dan srikaya yang telah diperoleh/dibeli
pucuk daun teh kemudian dilakukan
dari kolektor tanaman, diidentifikasi dan
destilasi uap untuk diperoleh minyak
diotorisasi untuk menjamin bahwa
daun teh (Geofrey, 1999).
tanaman yang telah diperoleh/dibeli benar
III. Pengumpulan Sampel Kutu Rambut
merupakan tanaman yang akan diteliti.

Sampel kutu diperoleh dari anak-


II. Ekstraksi Tanaman
anak yang terserang kutu rambut dengan
Setelah diidentifikasi dan
kriteria belum mendapatkan
diotorisasi, tanaman nimba mapun
pengobatan/perawatan anti kutu rambut
srikaya dikeringkan di bawah sinar
sedikitnya satu bulan sebelumnya, kecuali
matahari, kemudian digiling menjadi
perawatan dengan menggunakan sisir
serbuk dan diayak menggunakan ayakan
kutu rambut. setelah itu, kutu rambut
no. 40. Kemudian diekstraksi dengan
dikumpulkan dalam cawan petri. Kutu
soklet dalam eter petroleum hingga
rambut disortir secara teliti di bawah
diperoeh ekstrak dan disiapkan dalam
mikroskop pembedahan (Kosalge, dan
minyak kelapa, masing-masing
Fursule, 2009).
dimasukkan ke dalam botol, lalu diberi
IV. Studi in-vitro
label (Kosalge, dan Fursule, 2009).

Sementara tanaman saga rambat Aktivitas Pedikuridal minyak biji nimba


dan minyak biji srikaya
diekstraksi dengan eter petroleum (60-

800C) menggunakan soklet. Setelah itu


5

kelompok 0,1; 1; dan 10 % dengan total

cwan petri sebanyak 6 buah. Sementara

dua cawan petri lainnya, satu dijadikan

sebagai kontrol positif dan lainnya

Gambar 1. Perlakuan kutu dan telurnya dalam cawan sebagai kontrol negatif. pada cawan petri
petri
kontrol negatif, cawan petri diisi dengan
Studi in-vitro dilakukan satu jam
pembawa minyak kelapa tanpa larutan
setelah pengumpulan sampel kutu.
uji, sementara cawan petri kontrol positif,
Sampel kutu dimasukkan ke dalam
diberikan losion topical 1% lindan dengan
delapan cawan petri, dengan jumlah kutu
insektisida sintetik (Kosalge, dan Fursule,
pada masing-masing cawan petri adalah
2009).
sepuluh (Kosalge, dan Fursule, 2009).

Larutan uji berupa minyak biji nimba Kriteria yang digunakan dalam

dalam pembawa minyak kelapa dan ketahanan hidup kutu rambut sangat

minyak biji srikaya dalam pembawa ketat. Jika ada tanda-tanda kecil vital

minyak kelapa, masing-masing dibuat kehidupan seperti adanya pergerakan

dengan konsentrasi 0,1, 1, dan 10 % antenna, pergerakan kaki (dengan atau

larutan uji (Kosalge, dan Fursule, 2009). tanpa stimulasi forsep) maka kutu terseut

dikatakan hidup. Kutu dinilai mati bila


Untuk pengujian anti kutu, kertas
tidak ada tanda vital sama sekali. Tes
saring difusi bioassay dibuat. Cakram
dilakukan secara diplo (Kosalge, dan
kertas saring (Whatman no. 1, diameter 9
Fursule, 2009).
cm) (seperti gambar 1) bertepatan dengan

diamter dalam cawan petri, dipotong dan Aktivitas pedikuridal dari minyak daun

diletakkan di cawan petri, sebanyak 0,25 teh

gram larutan uji disemprotkan di atas


Untuk pengujian aktivitas
kutu dan kertas saring pada setiap
pedikuridal, kutu dimasukkan ke dalam
6

cawan petri yang dilapisi dengan filter petri berisi lima butir telur kutu. Setelah

kertas Wathman no.1 di bagian bawah terpapar larutan uji, kertas saring

(seperti gambar 1), diuji selama 15 menit dikeringkan selama 5 menit dan

dengan kelembaban 65 ± 5% dalam ruang diletakkan dalam cawan petri berisi

gelap dan diinkubasi pada 35 ± 2 0C sampel dan diletakkan dalam lemari

(WHO 1981). kontrol negatif dibuat filtrasi. Kontrol negatif dibuat dengan

dengan meletakkan kutu di atas kertas meletakkan telur kutu di atas kertas saring

saring yang tidak diresapi zat apapun, yang tidak dipaparkan zat apapun,

sementara kontrol positifdilakukan sementara kontrol positif dibuat dengan

dengan memaparkan kutu rambut dengan meletakkan telur kutu di atas kertas saring

kertas saring berserap pelarut etileksil yang telah menyerap pelarut etilena

stearat dikeringkan selama lima menit stearat, kemudian dikeringkan selama 5

dalam lemari filtrasi. Cawan petri uji menit di bawah lemari filtrasi. sampel

diamati di bawah stereomikroskop pada dan kontrol diinkubasi pada suhu 37 ±

10, 15, 20, 30, 60, 120, 240 menit dan 24 20C dan kelembaban 65 ± 5% dalam

jam. Kriteria kematian kutu kepala sangat ruangan gelap selama 15 hari. Telur telur

ketat dan didefinisikan sebagai tidak kutu yang dipelihara dipantau setiap hari

adanya gerakan anggota badan maupun di bawah pemeriksaan mikroskopik. Data

antena, dengan atau tanpa adanya kematian telur uji direkam 5 hari setelah

stimulasi forsep. Percobaan dilakukan menetas. Telur kutu dengan operkulum

secara diplo (Campil et al, 2012). tertutup dan nimfa di dalamnya adalah

kriteria kematian telur (telur abortif)


Aktivitas Ovumidal dari Minyak Daun
(Mougabure-Cucto et al, 2006).
Teh
Eksperimen dilkukan secara diplo
Cawan petri disiapkan sebanyak
(Campil et al, 2012).
lima buah, dengan masing-masing cawan
7

Aktivitas Pedikuridal minyak daun saga diletakkan dalam ruangan dengan kondisi

rambat yang disebutkan di atas. Setelah 18 jam,

cawan petri tersebut diamati di bawah


Ekstrak dan benzil benzoat
mikroskop bedah untuk memantau
dilarutkan dalam air destilasi secara
kemungkinan pergerakan kutu dan
terpisah agar diperoleh tiga larutan
apabila tidak ada gerakan maka dianggap
berbeda konsentrasi (5%, 10%, dan 20%).
mati (Meinking et al, 1986). Semua
Setelah seleksi cermat di bawah
dilakukan secara triplo (Upadhyay et al,
mikroskop bedah, kutu diidentifikasi dan
2011).
dipisahkan. Kemudian diletakkan di atas

kertas saring di bagian bawah cawan petri Aktivitas Ovumidal dari Minyak Daun

dan dibiarkan tebruka. O,5 mL larutan Saga Rambat

sampel uji disebarkan pada setiap cawan


Aktivitas ovumidal diuji dengan
petri dengan ketebalan lapisna sekitar 4
menempatkan 5 telur oval kecoklatan
2
cm (Carpinella et al, 2007).
dengan operkulum yang tidak terputus

Kelompok 1 diuji dengan 0,5 mL pada kertas saring (Whatmann No. 1;

air destilasi dan berfungsi sebagai kontrol diameter 6 cm) diletakkan di bagian

negatif, sementara kelompok 2 hingga bawah setiap cawan petri. Kemudian, 0,5

kelompok 7 mendapatkan 0,5 mL dengan ml setiap larutan uji dan kontrol

berbagai konsentrasi dari ekstrak sampel diterapkan pada nits. Lalu semua cawan

uji dan benzil benzoat. Semua cawan petri diinkubasi di ruang gelap pada suhu

petri disisihkan selama 1 jam dalam 26 ± 0,50C selama 14 hari. Untuk tetap

ruangan gelappada suhu 26 ± 0,50C dan menjaga kelembaban, sebanyak 0,1 mL

70 ± 1% kelembaban. Pada 1 jam air suling ditambahkan pada interval 48

terakhir, cawan petri diambil dan 0,5 mL jam. Penetasan telur dipantau di bawah

air destilasi dimasukkan, selanjutnya mikroskop dan persentase


8

kemunculannya berupa nits yang Persentase kematian kutu, yang

sebagian menetas diamati, dan temuannya terdeteksi pada 24 jam, dinyatakan

dicatat. Dilakukan eksperimen secara menggunakan kriteria mortalitas yang

triplo (Upadhyay et al, 2011). sangat ketat (tidak ada tanda vital internal

atau eksternal). Kutu diuji dengan minyak

daun teh pada konsentrasi 1%


HASIL DAN PEMBAHASAN
menyebabkan angka kematian 100%

Aktivitas pedikuridal dari minyak biji setelah 30 menit pencucian.

nimba dan minyak biji srikaya Semua kutu kepala pada kelompok

kontrol negatif memiliki angka kematian


Kedua ekstrak tumbuhan
sebesar 25%; Setelah 24 jam, semua kutu
menunjukkan penurunan yang signifikan
sudah mati.
dalam waktu rata-rata yang diperlukan
II. Aktivitas ovumidal minyak daun the
untuk membunuh kutu dengan

konsentrasi 1% dan 10% dimana Sedikit modifikasi yang terdeteksi

kenaikan rata-rata waktu diamati dengan dalam pengembangan larva di dalam telur

konsentrasi 0,1% bila dibandingkan tercatat, di mana minyak daun the pada

dengan lindan 1%. Ekstrak Annona konsentrasi rendah menghasilkan 50%

squamosa L menunjukkan aktivitas yang telur mati dengan konsentrasi 2%, setelah

lebih potensial daripada ekstrak 4 hari pengamatan.

Azadirachta indica A pada semua


III. Aktivitas Pedikuridal & Ovumidal
konsentrasi 0,1; 1 dan 10% b/b (Kosalge,
Minyak daun saga Rambat
dan Fursule, 2009).
Penelitian ini menunjukkan

I. Aktivitas Pedikuridal Minyak Daun aktivitas pedikuridal dan ovumidal

Teh ekstrak petroleum eter Abrus precatorius

yang sangat baik, hal ini disebabkan oleh


9

adanya turunan sterol yang bertanggung Berdasarkan penelaahan jurnal


penelitian mengenai tanaman nimba, teh,
jawab atas penetrasi dan ketersediaan
saga rambat, dan srikaya terhadap kutu
komponen minyak yang lebih baik ke
rambut Pediculus humanus capitis,
dalam tubuh kutu. Penetrasi ekstrak ke
diketahui bahwa keempat tanaman
saluran pencernaan kutu dapat diabaikan tersebut memiliki aktivitas pedikuridal

karena semua ekstrak dioleskan pada kutu dan ovumidal.

yang ditempatkan pada kertas saring, juga UCAPAN TERIMA KASIH

menghindari adanya penyebaran Penulis mengucapkan terima kasih

konstituen aktif yang besar ke dalam kepada Ibu Norisca Aliza Putriana., M.
Farm., Apt. sebagai dosen pembimbing
kutikula saat senyawa tersebut langsung
dalam penulisan ulasan artikel ini.
diaplikasikan pada kulit kutu.

Selain itu, kutu tak berada di


DAFTAR PUSTAKA
lingkungan tertutup dalam cawan petri,
Brown Harrold W. 1983. Dasar
karena cawan terus terbuka yang
Parasitologi Klinis: Jakarta.PT
membatasi kemungkinan agen volatil Gremedia.

Campil, E. D., Soraya, D. B., Patricia Delli


terserap melalui spirakel. Untuk agen
Pizzi., et al. Activity of Tea Tree Oil
pedikulocidal sintetis, residu yang and Nerolidol alone in Combination
Against Pediculus capitis (Head lice)
tertinggal di kepala bahkan setelah and Its Eggs. Journal Parasitol
Res.111.
pembilasan dengan air memberikan
Carpinella MC, Miranda M, Almiron WR, et
kontrol yang lebih baik terhadap kutu al. In vitro pediculicidal and ovicidal
activity of an extract and oil from
namun dapat menyebabkan
fruits of Melia azedarach L. J Am
perkembangan resistensi kutu. Acad Dermatol. 2007;56:250-256.

Flinder DC, Schweinitz PD. Pediculosis and


Scabies. Am Fam Physician.
2004;69(2):341-4.
SIMPULAN Geofrey R.Davis 1999 Tea Tree Oil
Distillation (Australia: Harwood
Academic) pp 155-168.
10

James S. A. Review of the regulation of


head lice treatments in Australia.
Medicines evaluation committee.
Department of Health and Ageing
Therapeutic Goods Administration.
Australian Government, October;
2003.

Kosalge, S. B. dan Fursule, R. A., 2009.


Investigation of Licidal Activity os
Some Plants from Satpuda Hills.
International journal of PharmTech
Research CODEN (USA):IJPRIF V0l.
1 No. 3, pp.564-567.

Kumar, et al., 2007, Antimicrobial effects of


Indian medical plants against
acneinducing Bacteria, Topical
journal of Pharmaceutical Research,
June; 6(2); 717-723.
Meinking TL, Taplin D, Kalter DC, Eberle
MW. Comparative efficacy of
treatments for pediculosis capitis
infestations. Arch Dermatol.
1986;122:267-271.

T.L. Meinking, L. Serrano, B. Hard, P.


Entzel, G. Lemard, E. Rivera, M.E.
Villar, comparative in vitro
pediculicidal efficacy of treatments in
a resistant head lice population in the
United States, Arch. Dermatol.,
2002 ,138, 220–224.

Upadhyay, S, Ghosh, AK & Singh, V 2011,


‘Anti-lice activity of Abrus
precatorius LINN (FAM-Fabacae)
seeds oil’, Egyption dermatology
online journal, vol. 7, no. 2, pp. 1-6.

Anda mungkin juga menyukai