Anda di halaman 1dari 10

RIBA

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Progam Studi Manajemen Progam Sajarna

Fitri Nabila Hasibuan1 Sri Dwi Lestari2 Tessa Fadilla3

Kelompok 12

Email : fitrinabila109@gmail.com, dwilestarigp567@gmail.com, tessafadilla4@gmail.com

Abstrak: Riba merupakan sebagian dari kegiatan ekonomi yang telah berkembang sejak
zaman jahiliyah hingga sekarang. Sistem pinjam meminjam yang berlandaskan bunga ini
sangat menguntungkan kaum pemilik modal dan disisi lain telah menjerumuskan kaum dhufa
pada kemelaratan. Oleh karena itu, Islam melarang praktik riba dan menumbuhkan tradisi
shadaqah agar tidak ada yang teraniaya akibat riba. Persoalan tentang kesamaan antara
praktik bunga dengan ribia yang diharamkan dalam Al-qur’an dan hadits sulit dibantah bila
ditinjau dari besar kecilnya mudharat yang ditimbulkan. Namun pemahaman masyarakat
muslim terhadap konsep riba dan persamaannya belumlah merata sehingga masih banyak
umat islam bermuamalah dengan bank konvesional yang memeakai sistem bunga dalam
segala aspek kehidupannya, termasuk dalam pengumpulan dana ibadah haji. Oleh karena itu,
penulis akan memaparkan pengertian riba, jenis-jenis praktiknya dalam kehidupan sekarang
dengan menggunakan pendekatan dan analisis terhadap sumber-sumber ajaran islam.

Kata Kunci: Riba; Islam; Bunga

1
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ajaran islam, aktivitas ekonomi Teori Riba
yang dilakukan oleh manusia memiliki
beberapa kaidah dan etika atau moralitas Kata riba berasal dari bahasa Arab,
dalam syariat islam. Allah telah secara etimologis berarti tambahan
menurunkan rizki ke dunia untuk (Azziyadah), berkembang (an-numuw),
dimanfaatkan oleh manusia dengan cara membesar (al-‘uluw) dan meningkat (al-
yang telah dihalalkan Allah dan bersih dari irtifa). Menurut terminilogi ilmu fiqih, riba
perbuatan yang mengandung riba. merupakan tambahan khusus yang dimiliki
salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya
Riba dapat dikatakan telah “klasik” imbalan tertentu.1
karena riba merupakan permasalahan yang
sering terjadi pada masyarakat, hal ini Riba juga sering diterjemahkan dalam
disebabkan perbuatan riba berkaitan bahasa inggris sebagai “Usury” dengan arti
dengan transaksi-transaksi di bidang tambahan uang atas modal yang diperoleh
perekonomian (dalam islam disebut dengan cara yang dilarang, baik dengan
kegiatan muamalah) yang sering dilakukan jumlah tambahan yang sedikit ataupun
manusia dalam aktivitasnya sehari-hari. dengan jumlah tambahan banyak.2

Para ulama menetapkan dengan tegas Demikian pula defenisi riba menurut
dan jelas tentang perlanggaran riba, para ahli fiqih, sesuai dengan pengertian
disebabkan riba mengandung unsur yang masing-masing menurut sebab penetapan
dampaknya merugikan orang lain. haramnya:
Beberapa pemikir islam berpendapat
1. Menurut Abdurahman Al-Juzairi, riba
bahwa riba tidak hanya dianggap sebagai
adalah tambahan pada salah satu dari
sesuatu yang tidak bermoral akan tetapi
dua barang yang sejenis yang ditukar
merupakan sesuatu yang menghambat
tanpa ada imbalan terhadap tambahan
aktivitas perekonomian masyarakat,
tersebut.3
sehingga orang kaya akan semakin kaya
2. Menurut Sayyid Sabiq, ribah adalah
dan oranng miskin akan semakin miskin
tambahan atas modal, baik penambahan
dan tertindas. Manusia merupakan
itu sedikit ataupun banyak.4
makhluk yang rakus, memiliki hawa nafsu
3. Menurut Maulana Muhammad Ali, riba
yang bergejolak dan selalu merasa kurang
adalah suatu tambahan diatas pokok
sesuai dengan watak dan karateristiknya,
yang di pinjamkan.5
tidak pernah merasa puas, sehingga susah
Dari ketiga definisi tersebut dapat
mendapatkan transaksi-transaksi yang
disimpulkan bahwa riba adalah kelebihan
halal karena disebabkan keuntungannya
atau tambahan tanpa ada ganti atau
yang yang sangat minim, maka haram pun
imbalan.
jadi (riba).

1 Chair, Wasilul riba dalam perspektif Islam (2017)


2 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, edisi revisi (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Peretakan (UPP) AMP YKPN, 2002)
3 Abdurrahman Al-Juzairi, Kitab A-Fiqh ala Al-Mazahib Al-Arba’ah Juz II, Beinut: Dar Al-Fikr, 1972 hlm 196
4 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Juz III, Kairo:Maktabah Dir Al-Turas,tth hlm147
5 Maulana Muhammad Ali, The Religion Of Islam, Terj.R.Kaelan dan M.Bachrun “Islamologi (Dinul Islam)” Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve 1977 hlm
484

2
ۙ‫َفِبُظۡل ٍم ِّم َن اَّلِذ ۡي َن َهاُد ۡو ا َح َّر ۡم َنا َع َلۡي ِهۡم َطِّيٰب ٍت ُاِح َّلۡت َلُه َوِبَص ِّد ِهۡم َع ۡن َس ِبۡي ِل ِهّٰللا َك ِثۡي ًر ا‬

١٦٠

Artinya: “Karena kezaliman orang-orang


Yahudi, Kami haramkan bagi mereka
makanan yang baik-baik yang (dahulu)
Dalil Yang Mengharamkan Ribah pernah dihalalkan; dan karena mereka
sering menghalangi (orang lain) dari jalan
Menurut Quraish Shihab dalam Al- Allah.” (QS. An-Nisa:160).
qur’an kata riba diulang sebanyak delapan
kali yang terdapat dalam empat surah, ؕ ‫َّو َاۡخ ِذِهُم الِّر ٰب وا َو َقۡد ُنُهۡو ا َع ۡن ُه َو َاۡك ِلـِهۡم َاۡم َو اَل الَّناِس ِباۡل َباِط ِل‬
yakni Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, ١٦١ ‫َو َاۡع َتۡد َنـا ِلۡل ـٰك ِفِرۡي َن ِم ۡن ُهۡم َع َذ اًبا َا ِلۡي ًم ا‬
dan Ar-Rum. Tiga surah pertama adala Artinya: “dan karena mereka menjalankan
“ayat Madaniah” (turun setelah Nabi riba, padahal sungguh mereka telah
Hijrah ke Madinah), sedangkan surah Al- dilarang darinya, dan karena mereka
Rum “ayat Makkiyah” (turun sebelum memakan harta orang dengan cara tidak
Nabi Hijrah). Ini berarti ayat pertama yang sah (batil). Dan Kami sediakan untuk
membahas tentang riba dalam firman orang-orang kafir di antara mereka azab
Allah:6 yang pedih.” (QS. An-Nisa:161).”

1. QS Ar-Rum Ayat 39 Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan


riba adalah pekerjaan yang batil, maka dari
‫ِهّٰللا َوَم ۤا ٰا َتۡي ُتۡم ِّم ۡن َز ٰك وٍة‬
ۚ ‫َوَم ۤا ٰا َتۡي ُتۡم ِّم ۡن ِّرًبا ِّلَيۡر ُبَو ۟ا ِفۤۡى َاۡم َو اِل الَّناِس َفاَل َيۡر ُبۡو ا ِع ۡن َد‬ itu Allah SWT juga dalam ayat tersebut
٣٩ ‫ُتِرۡي ُد ۡو َن َو ۡج َه ِهّٰللا َفُاوٰٓلِٕٮَك ُهُم اۡل ُم ۡض ِع ُفۡو َن‬ Allah SWT sudah menyiapkan azab yang
pedih bagi mereka.8
Artinya: “Dan suatu riba (tambahan) yang
kamu berikan agar harta manusia 3. QS Ali Imran Ayat 130
bertambah, maka tidak bertambah dalam
‫ٰۤي‬
pandangan Allah. Dan apa yang kamu ‫ـَاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا اَل َتۡا ُك ُلوا الِّر ٰٓبوا َاۡض َعاًفا ُّم ٰض َعَفًة َو اَّتُقوا َهّٰللا‬
berikan berupa zakat yang kamu ١٣٠ ‫َلَعَّلُك ۡم ُتۡف ِلُح ۡو َن‬
maksudkan untuk memperoleh keridaan Artinya: “Wahai orang-orang yang
Allah, maka itulah orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba
melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar- dengan berlipat ganda dan bertakwalah
Rum:39) kepada Allah agar kamu beruntung.”
(QS.Ali Imran:130)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah
SWT membenci riba dan perbuatan riba Pada ayat ini disimpulkan bahwa yang
tersebut tidaklah mendapatkan pahala diperingati adalah golongan Bani Tsaqif
disisi Allah SWT. Pada ayat ini tidak ada khusunya seluruh umat manusia beragama
petunjuk dari Allah SWT yang islam pada umumnya. Allah SWT telah
mengatakan bahwasanya riba itu haram. memperingati kita untuk menjauhi riba,
Artinya bahwa ayat ini berupa peringatan dan takutlah kepada larangan Allah SWT
untuk tidak melakukan hal yang negativ.7 dalam memakan harta riba, sehingga kita
2. QS An-Nisa Ayat 160-161 dapat terjauh dari murka dan azab Allah
SWT.9

6 M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung; Penerbit Mizan, 1992 hlm 259


7 Muhammad Ali as-Shobuni, Tafsir Ayat Ahkam (Beiru: Dar al-Fikri), Jilid.1, hlm390

3
8 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemah Kitab Tafsir Ayat Ahkam (Surabaya: PT. Bina Ilmu,2003) hlm.324
9 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Deskripsi dan Ilustrasi) (Yogyakarta: ekonisia, 2003), hlm 10-11

4. QS Al-Baqarah Ayat 275-276


lelah dan waktu sehingga mereka seperti
‫َاَّلِذ ۡي َن َيۡا ُك ُلۡو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقۡو ُم ۡو َن ِااَّل َك َم ا َيُقۡو ُم اَّلِذ ۡى َيَتَخ َّبُطُه الَّش ۡي ٰط ُن‬ orang yang gila dan kesurupan.10
‫ِم َن اۡل َم ِّس ؕ ٰذ ِلَك ِبَاَّنُهۡم َقاُلۤۡو ا ِاَّنَم ا اۡل َبۡي ُع ِم ۡث ُل الِّر ٰب وا ۘ َو َاَح َّل ُهّٰللا اۡل َبۡي َع‬ Jenis-Jenis Riba
‫َوَح َّر َم الِّر ٰب وا ؕ َفَم ۡن َج ٓاَءٗه َم ۡو ِع َظٌة ِّم ۡن َّرِّبٖه َفاۡن َتٰه ى َفَلٗه َم ا َس َلَؕف‬
‫َو َاۡم ُر ۤٗه ِاَلى ِهّٰللا ؕ َو َم ۡن َعاَد َفُاوٰٓلِٕٮَك َاۡص ٰح ُب الَّنار ُهۡم ِفۡي َها ٰخ ِلُد ۡو َن‬ Secara garis besar riba terbagi menjadi
٢٧٥ 2 macam yaitu riba akibat hutang piutang
Artinya: “Orang-orang yang memakan yang telah dijelaskan keharamannya dalam
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti Al-Qur’an, dan riba jual beli yang juga
berdirinya orang yang kesurupan setan telah dijelaskan boleh dan tidaknya dalam
karena gila. Yang demikian itu karena bertransaksi.
mereka berkata bahwa jual beli itu sama
dengan riba. Padahal Allah telah 1. Riba Akibat Hutang Piutang
menghalalkan jual beli dan Riba akibat hutang piutang yaitu suatu
mengharamkan riba. Barang siapa manfaat atau tingkat kelebihan tertentu
mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu yang di syaratkan terhadap yang
dia berhenti, maka apa yang telah di berhutang.11
perolehnya dahulu menjadi miliknya dan 2. Riba Akibat Jual Beli
urusannya (terserah) kepada Allah. Riba akibat jual beli yaitu pertukaran
Barang siapa mengulangi, maka mereka antar barang sejenis dengan kadar atau
itu penghuni neraka, mereka kekal di takaran yang berbeda dan barang yang di
dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275) pertukarkan termasuk dalam jenis barang
ribawi.
‫َيْم َح ُق ُهّٰللا الِّر ٰب وا َو ُيْر ِبى الَّصَد ٰق ِتۗ َوُهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر‬ Riba akibat hutang piutang terbagi
٢٧٦ ‫َاِثْيٍم‬. menjadi dua yaitu riba qardh dan ribs
Artinya: ”Allah memusnahkan riba dan jahiliyah. Adapun riba jual beli terbagi
menyuburkan sedekah. Allah tidak menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah. 12
menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran dan bergelimang dosa.” (QS. 1) Riba Qardh, suatu manfaat atau
Al-Baqarah: 276) tingkat kelebihan yang disyaratkan
terhadap yang berhutang.
Makna yang terkandung dari ayat 2) Riba Jahiliyah (riba yad), utang yang
tersebut Allah SWT memberikan dibayar lebih dari pokoknya karena
perumpamaan kepada orang-orang yang peminjam tidak mampu membayar
memakan riba, kondisi mereka seperti hutangnya pada waktu yang di
orang yang tidak memiliki ketenangan tentukan
karena tenggelam dalam praktik riba yang 3) Riba Fadhl, pertukaran antar barang
melenakan, hingga mereka bisa sejenis dengan kadar atau takaran
mendapatkan keuntungan yang sangat yang berbeda, sedangkan barang yang
besar dan menjanjikan tanpa harus di tukarkan itu termasuk barang ribawi
bersusah payah. Hal ini yang membuat (emas, perak, gandum, tepung, kurma,
mereka berusaha sekuat mungkin untuk dan garam).
terus melakukan aktivitas itu tanpa kenal

10 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Deskripsi dan Ilustrasi) (Yogyakarta: ekonisia,2003), hlm 10-11
11 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Cet. I, (Jakarta: Taskia Institut, 1999), Hlm 77-78
12 Nurul Huda Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam TinjauanTeoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana,2010), Hlm192

4
2) Adanya uang didalam islam adalah
sebagai alat transaksi, bukan
komoditas yang dapat diperjual
belikan. Jika uang menjadi tujuan,
4) Riba Nasi’ah, tambahan yang diambil
karena penundaan pembayaran hutang manusia menjadi malas, tidak ada
untuk di bayarkan pada tempo baru, kerja keras, tak ada peningkatan
sama saja apakah tambahan itu pengetahuan dan kebudayaan dan
merupakan sanksi atas keterlambatan semua orang ingin menyimpan dan
pembayaran hutang, atau sebagai membungakan uang mereka di bank.15
tambahan hutang baru. Penangguhan
penyerahan atau penerimaan jenis
3) Riba menyebabkan hilangnya kasih
barang ribawi yang di tukarkan dengan
jenis baarang ribawi lainnya, riba ini sayang, bahkan sebaliknya
muncul karena adanya perbedaan atau menimbulkan sifat dendam, hasad,
tambahan antara yang diserahkan hari dengki, dan iri hati. Karna si kaya
ini dan yang di serahkan kemudian.13 akan senantiasa berusaha utnuk
meningkatkan jumlah uangnya,
Alasan Pelarangan Riba sedangkan si miskin semakin tercekik
Mengemukakan pendapat para ulama dengan adanya beban semakin berat.
(berdasarkan konstruk pemikiran mereka)
tentang sebab-sebab diharamkannya riba. Ar-Razi mengemukakan lima alasan
Riba dianggap lebih banyak menimbulkan pelarangan riba;
masalah daripada menyediakan solusi 1) Riba adalah perampasan milik orang
dalam mengatasi persoalan finansial. Ia lain tanpa nilai imbangan.
bahkan dianggap mala petaka besar 2) Riba terlarang karena menghalangi
(musibah uzma).14 orang untuk turut serta dalam profesi
Berikut ini adalah beberapa alasan aktif.
diharamkannya riba didalam islam. 3) Riba menimbulkan ketegangan
1) Pemaksaan, dalam jual beli terdapat diantara sesama manusia.
kerelaan (an taradin) antara kedua 4) Riba adalah perjanjian yang
belah pihak, sedangkan yang ada digunakan si kaya untuk mengambil
didalam riba adalah pemaksaan satu kelebihan modal sehingga yang kaya
pihak terhadap pihak lain, karena tetap kaya da yang miskin tetap
kelebihan yang merka bayarkan tidak miskin.
mendapatkan imbalan. Hal ini 5) Keharaman riba ditetapkan oleh Al-
bertentangan dengan prinsip Quran dan manusia tidak mengetahui
muamalah, dimana kedua belah pihak alasannya.16
semestinya sama-sama untung atau
sama-sama rugi.

13 Ahmad Muhammad Al-Assal dan Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam (Bandung: CV Pustaka Seita, 1999) Hlm 91
14 Ali Amad Al-Jurjawi, Hikmatut-Tashri wa Falsafatuh, (Bairut: Dar Al-Fikr, 1418 H/1997 M) 91
15 Sayyid Rasyid Rida, Tafsir..............: 111

5
16 Lalul Fahmi, Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No.1

Bunga Dalam Pandangan Islam adalah instrumen yang menyababkan


ketidak seimbangan sector riil dan
Bunga adalah penambahan, moneter. Contoh sederhana nya sesorang
perkembangan, peningkatan dan memiliki aset Rp 1 miliar dan dihadapkan
pembesaran yang diterima pemberi pada dua pilihan investasi, yakni deposito
pinjaman dari jumlah pinjaman pokok di bank dengan bunga 10% setahun dengan
sebagai immbalan karena menangguhkan satu investasi di sector riil yang
atau berpisah dari sebagian modalnya menjanjikan return sebesar 10% setahun.
selama periode tertentu. Secara umum riba Secara rasional bisa diduga orang tersebut
adalah pengambilan tambahan yang harus akan memillih deposito, karena pilihan itu
dibayarkan baik transaksi jual beli maupun memberikan kepastian return. Sedangkan
pinjam meminjam yang bertentangan investasi di sektor riil masih ada resiko
dengan prinsip syariah.17 kegagalan dan ketidakpastian. Dari contoh
sederhana ini bisa dilihat bahwa bunga
1. Perspektif Ekonomi memang menciptakan jarak antara sektor
Dalam sosio-ekonomi, sangatlah tepat keuangan dengan sektor riil. Akibatnya,
jika dikatakan bahwa praktik bunnga bank kondisi moneter tidak mencerminkan
akan semakin melebar jurang antara si sektor riil, sebaliknya kondisi sektor rill
kaya dan si miskin.18 Hal ini disebabkan juga tidak mencerminkan kondisi
karena Ketika seseorang akan meminjam moneternya.
kredit ke bank tidak akan lepas dari unsur
capital dan collateral. Capital (modal) 2. Perspektif Ushul Fiqh
menyangkut dengan kemampuan modal Dalam perspektif ushul fiqh, mengenai
yang di miliki oleh seseorang pada saat ia bunga bank yang telah dijelaskan beserta
melaksanakan bisnisnya tersebut.19 implikasinya yang begitu besar terhadap
Collateral (jaminan) adalah barang atau sosio-ekonomi personal, komunal,
sesuatu yang dapat dijadikan jaminan pada nasional maupun global. Dan dalam
saat seseorang akan melakukan pinjaman rangka kehati-hatian dalam beramal, bila
dana dalam bentuk kredit kesebuah menghadapi benturan antara maslahat dan
perbankan atau leasing.20 mafsadat. Bila maslahat yang dominan,
Bunga memang merupakan salah satu maka boleh dilakukan dan bila mafsadat
permasalah yang mengakibatkan ketidak yang dominan, maka harus ditinggalkan.21
stabilan perekonomian. Karena bunga

17 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (deskripsi dan ilustrasi) (Yogyakarta: Ekonisia, 2003. hlm 10-11

18 Rafik Issa Beeku, Etika Bisnis Islami, terj. Muhammad, judul asli Ilamic Business Athics (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004),hlm 75

19 Irham Fahmi, Analisis Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi dan Politik (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm 110

20 Fuad Amsyari, Perbankan Dalam Pembangunan Ekonomi Berwawasan Syariah: Upaya Mengatasi Krisis Ekonomi Global, dalam Baharuddin Ahmad, dkk,

Islam: Pengamabngan Hukum dan Ekonomi Global (Jambi: Syariah Press IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 2011), hlm 66

6
21 Hussein Syahatah dan Siddiq Muhammad Al-Amin, Transaksi dan Etika Bisnis dalam Islam, terj.Saptono Budi Satryo dan Fauziah R (Jakarta: Visi Insani

Publishing, 2005), hlm 215

Contoh dari kasus ini adalah tidak (nasabah) dan sah menurut hukum (legel),
diperbolehkan menjual buah yang belum seperti bunga BNI, BRI, BCA dan
layak panen, karena mengandung gharar sebagainya.Ada berpendapat bahwa yang
didalamnya, namun jika dijual Bersama dilarang al-quran adalah riba bukan bunga,
pohonnya dibolehkan. Sama halnya sementara mazhab pemikiran lain
dengan bunga bank, tidak boleh berpendapat bahwa tidak ada berdaan
mengembalikan uang lebih dari jumlah antara riba dengan bunga.23
utang, karena mengandung gharar, tetapi
boleh mengembalikan utang sesuai dengan Hal senada juga diungkapkan oleh
jumlah utangnya. Abdul Mannan, yang mengatakan bahwa
jika terdapat perbedaan anatara riba dalam
Dan jika memang masih meragukan Al-Quran dengan bunga dalam masyarakat
Bunga bank halal atau haram, atau malah kapitalis, hal itu hanya merupakan tingkat,
berbaur antara yang halal atau haram, bukan perbedaan jenis karena baik riba
maka diprinsipnya dirumuskan dalam maupun bunga merupakan akses atas
kaidah “idzajtama’a al-halal wal haram modal yang dipinjam. Walaupun riba
ghulibat al-haram” yang artinya bila dianggap tidak canggih dengan bunga,
berbaur antara halal dan haram, maka yang tetapi menyebut riba dengan nama bunga
haram mengalahkan halal hal ini tidak akan bisa mengubah sifatnya, yaitu
didasarkan hadits nabi yang berbunyi adanya tambahan atas modal.24
“da’ma yurika ala ma yurika” yang berarti
tinggalkan apa yang meragukanmu untuk Oleh karena itu pantas saja jika para
mengambil apa yang tidak ahli di kalangan dunia islam termasuk para
22
meragukanmu. ulama di Indonesia berpendapat bahwa
bunga sama dengan riba.
Bunga VS Riba
Pengertian bunga dan riba tentunya Konsep Bagi Hasil
keduanya ada perbedaan, kalau riba Konsep bagi hasil ini sangat berda
sistemnya mengandakan uang tetapi sekali dengan konsep bunga yang
cenderung untuk keperluan pribadi dan diterapkan sistem ekonomi konvesional.25
tidak sah menurut hukum, seperti renternir Konsep bagi hasil adalah kerja sama antara
(meperkaya diri sendiri). Sedangkan bunga dua belah pihak dlam menjalankan usaha.
bank sistemnya untuk membantu Yang terdiri atas pihak pengusaha dan
masyarakat tolong menolong kemudian pemberi modal, yang mana kedua dua nya
keuntungan tersebut dibagi hasil (bagi berhak atas hasil usaha yang mereka.
hasil kerja sama) oleh anggotanya

22 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 431

7
23 Nurhadi, Op. Cit, hlm 64

24 Muhammad Syarif Hasyim, “Bunga Bank: antara Paradigma Tekstualdan Kontekstual”, Jurnal Hunafa, Vol. 5. No. 1, April 2008, STAIN Datokarama Palu,

hlm 51-52

25 Rachmat Syafei,MA. Fiqh Muamalah (Bandug: Pustaka Setia, 2001), hlm 223

Yang terdiri atas pihak pengusaha dan mengenai artikel dari jurnal, buku, dan
pemberi modal, yang mana kedua-duanya dokumen lain yang mendeskripsikan teori
berhak atas usaha yang mereka jalankan. serta informasi baik masa lalu maupun saat
Karena tidak ada yang dapat memastikan ini mengorganisasikan pustaka kedalam
berapa keuntungan yang akan didapat, topik dan dokumen yang dibutuhkan
maka pembagian hasil dinyatakan dalam dilakukan dengan cara mempelajari
bentuk presentase bagi hasil (nisbah).26 referensi-referensi buku, artikel, jurnal dan
browsing internet. Pengumpulan data
Dalam ekonomi syariah, konsep bagi hasil dengan memanfaatkan daftar Pustaka ini
dapat di jabarkan sebagai berikut : adalah agar dapat lebih mendukung objek
suatu penelitian.
1. Pemilik dana menanamkan dana nya
melalui institusi keuangan yang KESIMPULAN
bertindak sebagai pengelola dana.
Pengelola mengelola dana-dana tersebut Secara umum terdapat benang merah
dengan system yang dikenal dengan yang menjelaskan bahwa riba adalah
system pool of fund (penghimpunan pengambilan tambahan, baik dalam
dana), selanjutnya pengelola akan transaksi jual beli maupun minjam
menginvestasikan dana-dana tersebut meminjam secara batil atau bertentangan
kedalam proyek atau usaha-usaha yang dengan prinsip muamalah.
layak dan menguntungkan serta
memenuhi semua aspek syariah. Pada dalil-dalil tersebut juga Allah
2. Kedua belah pihak membuat dengan jelas dan tegas mengaharamkan
kesepakatan (akad) yang berisi ruang apapun jenis tambahan yang diambil dari
lingkup Kerjasama, jumlah nominal pinjaman. Karena memakan riba dapat
dana, nisbah, dan jangka waktu menyebabkan hancurnya keseimbangan
berlakunya kesepakatan tersebut. jiwa individu dan keseimbangan
3. Sumber dana terdiri dari : masyarakat sampai pada tahapan dimana
a. Simpanan: tabungan dan simpanan sebagai ganti cinta kasih, tertanam
berjangka. kebencian dan sebagai ganti keadilan
b. Modal: simpanan pokok, simpanan tertanam kesewenang-wenangan sosial.
wajib, dana dan lain-lain
c. Hutang pihak lain.27 Riba terbagi menjadi dua yaitu riba
akibat hutang piutang dan riba akibat jual
beli. Riba akibat huatang piutang terbagi
METODE PENELITIAN menjadi riba qard dan riba jahiliyah,
Metode yang digunakan dalam sedangkan riba akibat jual beli terbagi
penelitian ini adalah studi literatur. menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah.
Literatur adalah ringkasan tertulis

8
26 Ari Kartiko Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto, Journal ( Konsep Bagi Hasil Dalam Perspektif Islam), 2019

27 Rachmat Syafei,MA. Fiqh Muamalah (Bandug: Pustaka Setia, 2001), hlm 223

Bunga sendiri dapat diartikan berupa Shihab, M. Quraish, Membumikan al-


ketetapan nilai mata uang oleh orang yang Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan,
memiliki tempo atau tenggang waktu, 1992.
untuk kemudian pihak yang memberikan As- Shobuni, Muhammad Ali. Tafsir Ayat
kepada pemilik atau menarik dari si Ahkam. Jilid.1. Beirut: Dar al-Fikr.
peminjam sejumlah bunga (tambahan) Antonio, Muhammad Syafi’i Bank Syariah
tetap sebesar beberapa persen, seperti 5 bagi Bankir dan Praktisin
atau 10 persen. Bunga juga termasuk riba, Keuangan, cet.I, Jakarta: Tazkia
sehingga bunga juga diharamkan dalam Institute, 1999.
ajaran islam. Bedanya riba dengan bunga Al-Assal, Dr. Ahmad Muhammad dan Dr,
yakni riba adalah untuk pinjaman yang Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem
bersifat konsuftif, sedangkan bunga adalah Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam,
untuk pinjaman yang bersifat produktif. Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
Konsep bagi hasil adalah kerja sama Heykal, Nurul Huda Mohammad,
antara dua pihak dalam menjalankan usaha Lembaga Keuangan Islam
yang terdiri atas pihak pengusaha dan Tinjauan theorist dan Praktis,
pemberi modal, yang mana kedua dua nya Jakarta : Kencana,201
berhak dari hasil usaha yang mereka Ali Ahmad al-Jurjawi, Hikmatut-Tashri wa
jalankan. Falsafatuh, Bairut : Dar al-Fikr,
1418 H/1997 M
Rida, Sayyid Rashid, Tafsir al-Manar,Juz
DAFTAR PUSTAKA III, Beirut : Dar al-Ma’rifah, tt
Chair Wasilul : riba dalam perspektif islam Fahmi Lalul, Economic: Jurnal Ekonomi
(2017) dan Hukum Islam, Vol. 3, No.1
Muhammad, Manajemen bank syaria. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Keuangan Syariah (deskripsi dan
Percetakan (UPP) AMP YKPN, ilustrasi). Yogyakarta: Ekonisia,
2022. 2003
Al-Juzairi, Abdurrahman, Kitab al-Faqih Beeku, Rafiq Issa. Etika Bisnis Islami, terj.
‘ala al-Mazahib al-Araba’ah, juz Muhammad, judul asli Islamic
II, Beirut: Dar al-Fikr, 1972 Business Athic. Yogyakarta:
Sabiq, Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Juz III, Pustaka Pelajar,2004.
Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth. Fahmi Irham, Analisis Ekonomi Dalam
Ali, Maulana Muhammad, the Rligion of Perspektif Ekonomi dan Politik.
islam, Terj. R. Kaelan dan M. Bandung: Refika Aditama, 2006
Bachrun, “Islamologi (Dinul Fuad Amsyari, Perbankan Dalam
Islam)’’, Jakarta: PT Ichtiar Baru Pembangunan Ekonomi
Van Hoeve, 1977. Berwawasan Syariah: Upaya
Mengatasi Krisis Ekonomi Global,
dalam Baharuddin Ahmad, dkk,

9
Islam: Pengamabngan Hukum dan
Ekonomi Global Jambi: Syariah
Press IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin, 2011), hlm 66
Syahatah, Hussein dan al-Amin, Siddiq
Muhammad. Transaksi dan Etika
Bisnis Dalam Islam.terj.Saptono
Budi Satryo dan Fauziah R.
Jakarta: Visi Insani Publishing,
2005.
Syarifuddin Amir, Ushul Fiqh Jilid 2.
Jakarta: Kencana, 2009
Syafei Rachmat. Fiqh Muamalah.Bandug:
Pustaka Setia, 2001

10

Anda mungkin juga menyukai