Anda di halaman 1dari 2

Program Kamis IVA di Kabupaten Bintan

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak pada
perempuan setelah kanker payudara. Setiap 2 menit, seorang perempuan meninggal karena
kanker serviks di dunia. Sekitar 500 perempuan didiagnosis menderita kanker serviks dan rata-
rata 270 ribu kematian setiap tahunnya. Setengah perempuan Asia yang menderita kanker
serviks meninggal dunia. Di Indonesia, kanker serviks merupakan salah satu penyebab
kematian tertinggi pada perumpuan, setiap 1 jam seorang perempuan meninggal karena kanker
serviks (GLOBACAN, 2012). Namun, 70% penderita kanker serviks di Indonesia terlambat
dideteksi dan 70% wanita yang terdiagnosis sudah memasuki stadium lanjut. Di Kepulauan
Riau, diasumsikan jumlah penderita kanker serviks tahun 2023 sebanyak 1.416 orang.
Di Indonesia, cakupan deteksi dini terhadap kejadian kanker masih berada pada posisi
kurang dari 5% sehingga banyak ditemukan kasus kanker leher rahim yang sudah memasuki
stadium lanjut (Rahma dan Prabandari, 2012). Kejadian kanker serviks sebenarnya tidak
muncul secara tiba-tiba, hal tersebut merupakan kumpulan dari berbagai faktor risiko namun
faktor risiko tersebut tidak dipahami oleh wanita sebagai tanda dan gejala kanker serviks. Faktor
risiko kanker serviks antara lain yaitu menikah muda (< 20 tahun), mitra seksual lebih dari satu,
penyakit infeksi menular seksual, melahirakn banyak anak, merokok, obesitas, kurang aktifitas
fisik dan kurang konsumsi sayur dan buah-buahan.
Kanker serviks dapat dideteksi secara dini, salah satunya dengan pemeriksaan IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA tes
merupakan metode yang mudah dan biayanya murah, dengan cara sederhana, tetapi efektif
untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin. Tes IVA dilakukan dengan cara mengoleskan
asam asetat 3-5% pada permukaan mulut rahim. Hasilnya dapat diketahui lansung pada saat
pemeriksaan (Suryo, 2009).
Tujuan dari pemeriksaan IVA tes adalah untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari
penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan dan untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada leher rahim. Keuntungan dari IVA tes adalah mudah, praktis, mampu
laksana, dapat dilaksanakan oleh seluruh tenanga Kesehatan; alat-alat yang dibutuhkan
sederhana; sesuai untuk pusat pelayanan sederhana; kinerja tes sama dengan tes deteksi dini
kanker serviks lainnya; serta memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya (Marmi, 2013).
Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, target pemeriksaan IVA
adalah 20% dari jumlah Wanita Usia Subur usia 30-50 tahun. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Bintan, sasaran WUS usia 30-50 tahun yang harus diperiksa IVA adalah
sebanyak 5.390. Namun jumlah WUS yang mendapat pemeriksaan IVA masih jauh dari target.
Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan oleh petugas di Puskesmas, Kader dan TP-
PKK Kabupaten Bintan untuk mengedukasi masyarakat WUS agar melakukan pemeriksaan
IVA, namun kunjungan pemeriksaan IVA tetap saja rendah. Salah satu penyebab kurangnya
antusiasme masyarakat WUS memeriksa IVA adalah budaya malu dan takut diketahui hasil
pemeriksaannya. Selain itu, masyarakat belum mengetahui dimana mendapatkan informasi
yang tepat tentang pemeriksaan IVA. Oleh karena itu dibuatlah sebuah inovasi untuk
meningkatkan capaian pemeriksaan IVA di Kabupaten Bintan, yaitu “KAMIS IVA” yaitu layanan
pemeriksaan IVA di Puskesmas setiap hari Kamis. “Kamis IVA” bertujuan untuk memberikan
layanan pemeriksaan IVA rutin setiap hari Kamis di Puskesmas, sehingga Petugas Pemeriksa
IVA harus standby setiap hari Kamis. Selain dilaksanakan di Puskesmas, untuk meningkatkan
capaian, pemeriksaan IVA setiap hari Kamis juga dapat dilakukan di Polindes atau Posyandu.
Program “Kamis IVA” dicanangkan di Kabupetan Bintan sejak tahun 2018 dan disosialisasikan
kembali pada tahun 2023 dengan menyelenggarakan Sosialisasi “Kamis IVA” melalui seminar-
seminar Deteksi Dini Kanker Serviks di 4 lokasi di Kabupaten Bintan (Bintan Utara, Teluk
Sebong, Toapaya dan Bintan Timur) yang didukung juga oleh TP-PKK Kabupaten Bintan.
Dengan adanya “Kamis IVA” diharapkan dapat meningkatkan capaian pemeriksaan IVA
di Kabupaten Bintan, karena sudah terjadwal secara rutin setiap hari Kamis, semua Puskesmas
dan Polindes wajib memeberikan layanan pemeriksaan IVA. Untuk saat ini sedang
dikembangkan untuk memberikan layanan pemeriksaan IVA secara mobile setiap hari Kamis di
masing-masing wilayah Puskesmas.
Setelah “Kamis IVA” dilaksanakan di Puskesmas se Kabupaten Bintan, terjadi
peningkatan capaian pemeriksaan IVA dari tahun 2021 sebanyak 309 orang menjadi 1.041 di
tahun 2022 dan meningkat menjadi 1.298 di tahun 2023. Walaupun belum maksimal mencapai
20% dari jumlah WUS di Kabupaten Bintan, namun peningkatan jumlah pemeriksaan IVA ini
sangat signifikan dan berarti karena mengingat sulitnya menyadarkan masyarakat WUS untuk
mau diperiksa IVA dengan stigma negatif berupa budaya malu yang masih kuat di tengah-
tengah masyarakat. Berikut ini cakupan pemeriksaan IVA dari tahun 2020 sampai dengan tahun
2023:

JUMLAH WUS 30-50 TAHUN YANG DIPERIKSA IVA DAN SADANIS


DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2020-2023

1400 1298
1200
1041
1000

800

600 542

400 309

200

0
2020 2021 2022 2023

Jumlah Pemeriksaan IVA

Anda mungkin juga menyukai