Anda di halaman 1dari 55

JOB 1 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB)

A. LATAR BELAKANG

Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah keahlian yang diajarkan/dilaksanakan pada
semester 4 bagi mahasiswa D4 Teknik Pembangkit Energi, Jurusan Teknik Mesin. Mata kuliah
ini sangat penting karena terkait dengan pemanfatan sumber-sumber energy alterntif khususnya
yang bersifat terbarukan. Hal ini mengingat pembangkit-pembangkit listrik konvensional seperti
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), pembangkit
listrik tenaga gas (PLTG) ataupun pembangkit listrik tenaga gas-uap (PLTGU) memiliki potensi
mencemari lingkungan dan berkontribusi pada pemanasan global akibat pelepasan gas CO 2 dan
gas-gas beracun lainnya.

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pada semester Genap (Semester IV) yang sangat
fundamental bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa yang telah lulus mata kuliah ini diharapkan
memiliki keahlian dan kemampuan di dalam mengenal sistem PLTB termasuk didalamnya
pengujian hubungan kecepatan angin dengan tegangan yang dibangkitkan serta menentukan
frekuensi generator berdasarkan gelombang tegangannya serta pengamatan terkait hasil
penyearahan tegangannya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun tujuan percobaan yang ingin dicapai dari percobaan ini adalah mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Untuk mengetahui hubungan antara tegangan keluaran generator dan kecepatan putaran
turbin.
2. Menentukan hubungan antara frekuensi dan kecepatan putaran turbin.
3. Mengetahui bagaimana penyearah mempengaruhi karakteristik tegangan generator. 4.
Mengetahui cara melakukan manuver yang benar

C. PELAKSANAAN PRAKTIK

1
- Praktikum di lakukan dengan terlebih dahulu melakukan persiapan-persiapan seperti:
membawa Jobsheet, Baju Lab, Lembar Data, Kalkulator dan Kartu Kontrol.
- Mahasiswa diwajibkan untuk terlebih dahulu mempelajari langkah-langkah kerja dan
prosedur praktikum sebelum mengikuti kegiatan praktikum.
- Mahasiswa melakukan proses merangkai sesuai petunjuk Jobsheet dan dalam pengawasan
pembimbing.
- Mahasiswa dapat mengoperasikan alat/mengambil data setelah mendapatkan persetujuan
dari pembimbing.
- Mengambil data dengan tenang dan tertib.
- Meng-OFF-kan alat sesuai prosedur saat selesai praktikum.
- Mengembalikan alat-alat dan bahan praktikum ke tempatnya semula dan menjaga
kebersihan

D. TEORI DASAR PRAKTIKUM

Turbin angin dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan arah sumbu:
1. Sumbu Horisontal
Turbin angin dengan sumbu horizontal mempunyai sudu yang berputar dalam bidang
vertikal seperti halnya propeler pesawat terbang. Turbin angin biasanya mempunyai sudu
dengan bentuk irisan melintang khusus di mana aliran udara pada salah satu sisinya dapat
bergerak lebih cepat dari aliran udara di sisi yang lain ketika angin melewatinya. Fenomena
ini menimbulkan daerah tekanan rendah pada belakang sudu dan daerah tekanan tinggi di
depan sudu. Perbedaan tekanan ini membentuk gaya yang menyebabkan sudu berputar.
2. Sumbu Vertikal
Turbin angin dengan sumbu vertikal bekerja dengan prinsip yang sama seperti
halnya kelompok horizontal. Namun, sudunya berputar dalam bidang yang parallel dengan
tanah, seperti mixer kocokan telur. Setiap jenis turbin angin memiliki ukuran dan
efisiensi yang berbeda. Untuk memilih jenis turbin angin yang tepat untuk suatu
kegunaan diperlukan tidak hanya sekedar pengetahuan tetapi juga pengalaman.
Pada umumnya turbin angin yang mempunyai jumlah sudu banyak (soliditas tinggi)
akan mempunyai torsi yang besar. Turbin angin jenis ini banyak digunakan untuk keperluan
mekanikal seperti pemompaan air, pengolahan hasil pertanian dan aerasi tambak.
2
Sedangkan turbin angin dengan jumlah sudu sedikit, misalnya dua atau tiga, digunakan
untuk keperluan pembangkitan listrik. Turbin angin jenis ini mempunyai torsi rendah
tetapi putaran rotor yang tinggi.

Gambar 1.1. Berbagai jenis turbin angin (sumber: www.energy.iastate.edu)

Jika dikaitkan dengan sumber daya angin, turbin angin dengan jumlah sudu banyak
lebih cocok digunakan pada daerah dengan potensi energi angin yang rendah karena rated
wind speed-nya tercapai pada putaran rotor dan kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi.
Sedangkan turbin angin dengan sudu sedikit (untuk pembangkitan listrik) tidak akan
beroperasi secara effisien pada daerah dengan kecepatan angin rata-rata kurang dari 4 m/s.
Dengan demikian daerah-daerah dengan potensi energi angin rendah, yaitu kecepatan angin
rata-rata kurang dari 4 m/s, lebih cocok untuk dikembangkan turbin angin keperluan
mekanikal. Jenis turbin angin yang cocok untuk keperluan ini antara lain american tipe
multi blade, cretan sail dan savonius.
3
Pada pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga angin,secara umum penting
dipertimbangkan komponen sistem yang terdiri atas beberapa bagian baik yang bersifat
perangkat keras (peralatan teknik) maupun perangkat lunak, baik komponen struktur
maupun komponen infrastruktur, diantaranya seperti diuraikan berikut ini.
a. Bagian Rotor
Pada bagian ini terdapat beberapa peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi
kinetik angin menjadi energi mekanik (putaran), diaantaranya ialah: blades, hub, pitch
mechanism, bearing, spinner, dan nose cone.
b. Bagian Transmisi
Pada bagian ini juga terdapat beberapa peralatan yang berfungsi mentransmisikan
putaran dari rotor untuk menghasilkan energi listrik di generator, diantaranya ialah:
lowspeed shaft, bearing, gearbox, mechanical brake, high-speed coupling, generator,
variable-speed electronics, yaw drive, main frame, electrical connections, hydraulic and
cooling systems, dan nacelle cover.

Gambar 1.2. Komponen turbin angin

c. Bagian Tiang (Tower)


Ketinggian tower pada setiap pembangkit tenaga angin dipengaruhi oleh diameter sudu
turbin dan ketersediaan hembusan angin pada suatu kawasan. Kekuatan struktur tiang harus
memperhitungkan beban statis dan dinamis maksimum yang mungkin terjadi.
d. Stasion Pembangkit
4
Station pembangkit merupakan komponen yang terdiri dari: foundation/support
structure, transportation, civil work, dan peralatan interface/connection.
e. Bagian Pengendalian
Bagianini merupakan ketersedian operator dalam rangka pengendalian operasi dan
keamanan sistem.

Gambar 1.3. Sistem pembangkit listrik tenaga angin

E. TARGET KOMPETENSI

Tata Sikap dan Norma:


• Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
• Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;

5
Keterampilan Khusus:
• Mahasiswa dapat mengenal bagian alat dan fungsinya pada PLTB.
• Mahasiswa dapat mengoperasikan pengukuran tegangan dan frekuensi berdasarkan
perubahan kecepatan angin pada PLTB.

F. PROSEDUR PRAKTIK

1. Pengujian karakteristik generator tanpa beban


• Merangkai rangkaian seperti yang ditunjukan pada gambar diagram pengawatan 4.
• Mengukur tegangan keluaran Uuw untuk kecepatan yang telah ditentukan dalam table
pengamatan. Pada sistem pengujian mesin servo pilih modus putaran konstan dan
atur variasi kecapatan putaran secara manual.

2. Pengujian frekuensi dan tegangan generator


• Merangkai rangkaian seperti yang ditunjukan pada gambar diagram pengawatan 5.
• Dengan menggunakan osiloskop (multimeter CO5127-1Z), rekam karakteristik dari
teganagn keluaran Uuw pada kecepatan 400 rpm, 700 rpm, dan 1000 rpm. Tentukan
frekuensi tegangan keluaran pada masing-masing kecepatan tersebut.

3. Pengujian tegangan dan frekuensi generator setelah diserahkan


• Merangkai rangkaian seperti yang ditunjukan pada gambar diagram pengawatan 6.
• Dengan menggunakan osiloskop (multimeter CO5127-1Z), rekam karakteristik dari
teganagn keluaran Uuw pada kecepatan 400 rpm, 700 rpm, dan 1000 rpm. Tentukan
frekuensi tegangan keluaran pada masing-masing kecepatan tersebut.

A. Rangkaian Pengujian

6
Gambar 1.4. Rangkaian Pengujian karakteristik generator tanpa beban

Gambar 1.5. Rangkaian Pengujian frekuensi dan tegangan generator

7
Gambar 1.6. Rangkaian Pengujian tegangan dan frekuensi generator setelah diserahkan

G. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode praktikum dengan cara penyampaian bahan
pelajaran dengan memberikan kesempatan berlatih kepada mahasiswa untuk meningkatkan
keterampilan sebagai penerapan bahan/pengetahuan yang telah mereka pelajari sebelumnya
mencapai tujuan pengajaran. Strategi pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa dapat
mempraktikkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, spikomotorik menggunakan sarana
laboratorium/bengkel.

8
H. SARANA PENUNJANG PRAKTIK

Tabel 1.1 Peralatan yang Dipergunakan


CO3636-6V Servo machine test (system) stand (300W) 1 each
SE2673-1M Synchronous generator (12V) for small wind turbines 1 each
CO3208-3E Charge controller for small wind turbines 1 each
CO3208-1F Stand-alone inverter (230V, 275VA) 1 each
SE2662-2A Coupling sleeve (300W) 1 each
SE2667-2B Coupling guard (300W) 1 each
SO5127-1Z Analog/digital multimeter, power and power-factor meter 1 each

I. MODUL ISIAN
Tabel 1.2. Hasil pengujian Karakteristik Generator Tanpa Beban
n (rpm) 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Uuw

J. METODE EVALUASI

Metode evaluasi terbagi 2 yaitu :


1. Evaluasi Pelaksanaan Praktikum terdiri dari
• kehadiran mahasiswa
• kelengkapan dokumen praktik
• pelaksanaan persiapan praktikum
• pelaksanaan kegiatan assembly dan disassemblypompa sentrifugal
• pelaksanaan identifikasi komponen perawatan pompa sentrifugal
• sikap kerja (mematuhi aspek K3 dalam bekerja)

Target Minimal 70% mahasiswa mendapatkan nilai minimal 75 dari maksimal 100.
2. Evaluasi Hasil Praktikum, terdiri dari :

9
• Kesesuaian format laporan
• Melakukan kegiatan asistensi laporan
• Penguasaan materi/isi laporan
Target Minimal 70% mahasiswa mendapatkan nilai minimal 75 dari maksimal 100.

K. METODE PENILAIAN

No Unsur Penilaian Bobot Nilai Keterangan


1 Kegiatan Praktikum (70%)
1. Peserta praktikum hadir tepat waktu 5
2. Dapat memperlihatkan job sheet 5
3. Dapat melakukan kegiatan persiapan kegiatan 10
pemeliharaan pompa sentrifugal sesuai SOP

4. Dapat melakukan kegiatan assembly dan disassembly 20


menggunakan peralatan/tools yang tepat yang
dilakukan secara mandiri

5. Dapat mengidentifikasi bagian-bagian PLTB dan 20


mengoperasikan sesuai petunjuk kerja

6. Sikap kerja (mematuhi aspek K3 dalam bekerja) 10


2 Laporan (30%)
1. Kesesuaian format laporan 2,5
2. Melakukan kegiatan asistensi 5
3. Laporan berstatus ACC 10
4. Menguasai materi/isi laporan (tanya-jawab pada saat 12,5
asistensi)

3 Ujian Akhir Semester*)


1. Ujian Tertulis dan/atau praktek

10
Catatan: *)

1. Jika dilakukan Ujian Akhir Semester dilakukan, maka bobot nilainya adalah 10, dengan
syarat peserta ujian tersebut telah memasukkan/mengumpulkan laporannya sesuai jadwal
dengan status laporan telah di asistensi dan ACC.
2. Jika dilakukan Ujian Akhir Semester dilakukan,maka nilai laporan berbobot 20 dengan
unsur:
1. Kesesuaian format laporan 2,5
2. Melakukan kegiatan asistensi 2,5
3.Laporan berstatus ACC 7,5
4.Menguasai materi/isi laporan 7,5

3. Jika tidak dilakukan Ujian Akhir Semester, maka nilai total Laporan adalah 30 dengan
unsur sesuai tabel format penilaian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lucas Nulle, Labsoft 2009.


2. Kadir, Abdul 1995. Energi (Sumber daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi),
Jakarta : Universitas Indonesia
3. Tony Burton, et al, Wind Energy Handbook, 2001, Chichester, John Wiley and Sons, ltd
4. www.energy.iastate.edu.

JOB 2

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

A. LATAR BELAKANG
Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah keahlian yang diajarkan/dilaksanakan pada
semester 4 bagi mahasiswa D4 Teknik Pembangkit Energi, Jurusan Teknik Mesin. Mata
kuliah ini sangat penting karena terkait dengan pemanfatan sumber-sumber energy alterntif

11
khususnya yang bersifat terbarukan. Hal ini mengingat pembangkit-pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga diesel
(PLTD), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) ataupun pembangkit listrik tenaga gas-uap
(PLTGU) memiliki potensi mencemari lingkungan dan berkontribusi pada pemanasan global
akibat pelepasan gas CO2 dan gas-gas beracun lainnya.

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pada semester Genap (Semester IV) yang sangat
fundamental bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa yang telah lulus mata kuliah ini
diharapkan memiliki keahlian dan kemampuan di dalam mengenal sistem PLTMH termasuk
didalamnya pengujian hubungan ketinggian (head) dan Debit dengan besarnya daya (Watt)
yang dibangkitkan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun tujuan setelah mempelajari dan melakukan percobaan Sistem PLTMH mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Menghitung besaran debit (Q) dan besaran head (h) aliran fluida pada saluran
pembawa.
2. Menghitung daya hidrolik air, daya mekanik turbin dan daya elektrik generator
turbin.
3. Menghitung efisiensi sistem model PLTMH.

C. PELAKSANAAN PRAKTIK

- Praktikum di lakukan dengan terlebih dahulu melakukan persiapan-persiapan seperti:


membawa Jobsheet, Baju Lab, Lembar Data, Kalkulator dan Kartu Kontrol.
- Mahasiswa diwajibkan untuk terlebih dahulu mempelajari langkah-langkah kerja dan
prosedur praktikum sebelum mengikuti kegiatan praktikum.
- Mahasiswa melakukan proses merangkai sesuai petunjuk Jobsheet dan dalam pengawasan
pembimbing.
- Mahasiswa dapat mengoperasikan alat/mengambil data setelah mendapatkan persetujuan
dari pembimbing.
12
- Mengambil data dengan tenang dan tertib.
- Meng-OFF-kan alat sesuai prosedur saat selesai praktikum.
- Mengembalikan alat-alat dan bahan praktikum ke tempatnya semula dan menjaga
kebersihan.
D. TEORI DASAR PRAKTIKUM a. Prinsip Kerja Sistem PLTMH

Secara umum Pusat Listrik Tenaga Air dapat dikategorikan sesuai besar daya
yang dihasilkannya, dimana salah satu klasifikasi Pusat Listrik Tenaga Air adalah
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1.Klasifikasi pusat listrik tenaga air
No Jenis Daya / Kapasitas
1 PLTA > 5 MW (5000 kW)
2 PLTM < 100 kW < PLTM <5000 kW
3 PLTMH < 100 kW
(Sumber : Seven Wye Energy Agency, www.swea.co.uk)
Pada dasarnya suatu pembangkit listrik tenaga air berfungsi untuk mengubah
potensi tenaga air yang beupa aliran air (sungai) yang mempunyai debit dan tinggi jatuh
(head) untuk menghasilkan energi listrik. Secara umum dapatlah ditentukan bahwa yang
dimaksud PLTMH adalah jika Pusat Listrik Tenaga Air tesebut mempunyai kapasitas
daya dibawah 100 kW.
Komponen penting yang menunjang sistem PLTMH secara umum terdiri atas
turbin, generator, bendungan, saluran pelimpa, saluran pembawa, saluran pembuangan,
penstock, dan bak penenang.

Gambar 2.1 dan 2.2 berikut ini adalah gambar dari suatu sistem PLTMH dengan
komponen bangunan sipil dan komponen peralatan elektro-mekanik.

13
Gambar 2.1 Komponen bangunan sipil sistem PLTMH

14
Gambar 2.2. Komponen peralatan elektro – mekanik sistem PLTMH

Air yang mengalir di sungai dibelokkan alirannya oleh Weir (bendungan),


sehingga aliran air tersebut mengalir lewat bendungan sadap (intake). Pada intake tedapat
bak pengendap (settling basin) yang berfungsi untuk menghendapkan butir-butir pasir
dan lumpur dari air. Dari bak penenang air dialirkan melewati saluran pembawa (hea
race) menuju bak penenang (forebay).

Bak penenang befungsi untuk menenangkan atau menurunkan kecepatan air


sebelum masuk ke penstock. Bak penenang ini juga biasanya berfungsi sebagai bak
pengendap, yaitu mengendapkan sisa-sisa partiel-partikel pasir dan lumpur yang masih
terbawa lewat saluran pengantar. Dari forebay air mengalir lewat saluran pipa tertutup
yang disebut pipa pesat (penstock).

Pada ujung di sebela bawah pipa pesat disambung dengan turbin yang berfungsi
untuk menguba energi potensial yang ada pada air menjadi energi mekanik. Poros turbin
dihungkan dengan generator, baik dikopel secara langsung seingga putaran turbin dan

15
generator sama, maupun dengan memakai sistem tranmisi mekanik lain jika putaran
keduanya bebeda. Putaran generator tersebut selanjutnya menghasilkan energi listrik.

b. Rumus-rumus yang digunakan


1. Debit (Q), dalam hal ini yang diukur adalah debit yang ada pada saluran pembawa,
dengan persamaan:
𝑄 = 𝐴. 𝑣 (𝑚/𝑠) 1.1
Dimana :

𝐴 = 𝐿. 𝐻1 (𝑚2) dan 1.2

𝑠
𝑣 = (𝑚/𝑠) 1.3
𝑡

Keterangan :
A = Luas penampang (m2) v =
Kecepatan (m/s) L = Lebar bak
penenang (m)
H1 = Tinggi permukaan air paa bak penenang (m) s
= Jarak saluran yang terukur (m) t = waktu (s)

2. Daya Hidrolik (Ph)

𝑃ℎ = 𝜌. 𝑄. 𝑔. 𝐻 1.4

Dimana :
ρ = Massa jenis air (kg/m3) Q
= Debit air (m3/s) g =
Percepatan grafitasi (m/s2)
H = Tinggi permukaan air hingga bibir nossel (m) Dan
:
H = H1 + H 2

Dimana :

16
H = Head Total
H1 = Head dari dasar saluran penenang sampai permukaan air
H2 = Head dari pintu nozel hingga permukaan air
3. Daya Mekanis Turbin
2.𝜋.𝑛.𝑇
𝑃𝑚 = 60
1.5

Dimana :
n =Putaran (Rpm)
T=Torsi (N)
4. Daya Output Generator :

𝑃𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 = 𝑉𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 .𝐼𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 1.6 Dimana :


V = Tegangan geneator (Volt)
I=Arus generator (Ampere)

5. Efisiensi Total (%)


𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑘
𝜂𝑡 = 𝐷𝑎𝑦𝑎 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑘 𝑥100% 1.7
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑖𝑘
𝜂𝑔 = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑥100% 1.8

Sehingga,

𝑃𝑔
𝜂𝑜 = 𝑥 100 %
𝑃ℎ
E. TARGET KOMPETENSI
Tata Sikap dan Norma:
• Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
• Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
Keterampilan Khusus:
• Mahasiswa dapat mengenal bagian alat dan fungsinya pada PLTMH.

17
• Mahasiswa dapat mengoperasikan pengukuran tegangan dan frekuensi berdasarkan
perubahan kecepatan angin pada PLTMH.

F. PROSEDUR PRAKTIK 1. Alat ukur yang digunakan


1. Stopwatch
2. Voltmeter
3. Amperemeter
4. Multimeter
5. Meteran
6. Tachometer
7. Torsi meter
8. Tangga
9. Tahanan Geser

2. Prosedur Percobaan
Berikut ini adalah langkah-langkah pengujian yang dilakukan untuk melakukan pengambilan
data.
1. Menyambung pompa dengan sumber arus.
2. Membuka katub suplai air masuk.
3. Setelah bak penenang terisi penuh, maka katub penstock di buka.
4. Membuka katub penstock secara bertahap, dengan jumla variabel putaran sesuai dengan
yang telah ditentukan.
a. Pengukuran tinggi jatuh air (head)
Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung tinggi air dari permukaan bak
penenang hingga kebawah poros nossel dengan menggunakan alat ukuran meter.
b. Pengukuran putaran turbin
Pengukuran putaran turbin dilakukan dengan menggunaka tachometer.
c. Pengukuran daya output dynamo.
Pengukuran daya output dynamo dilakukan menggunakan alat ukur multymeter
dengan amperemeter.
3. Gambar instalasi percobaan

18
19
G. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode praktikum dengan cara penyampaian
bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan berlatih kepada mahasiswa untuk
meningkatkan keterampilan sebagai penerapan bahan/pengetahuan yang telah mereka pelajari
sebelumnya mencapai tujuan pengajaran. Strategi pembelajaran yang memungkinkan
mahasiswa dapat mempraktikkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, spikomotorik
menggunakan sarana laboratorium/bengkel.

H. SARANA PENUNJANG PRAKTIK


Sarana penunjang berupa alat bahan dan instalasi percobaan seperti telah dijelaskan di atas.

I. MODUL ISIAN
UNIT NO. 1 ELEVASI

BEBAN GENERATOR TURBIN


No. JAM
DAM
AKTIF REAKT. TEG. ARUS FREQ. LL GV RV SPEED DISCH.
Pf
(MW) (MVAR) (KV) (A) (Hz) % % % (min¹) (m³/s) (m)
1 00:30
2 01:00
3 01:30
4 02:00
5 02:30

J. METODE EVALUASI
Metode evaluasi terbagi 2 yaitu :
1. Evaluasi Pelaksanaan Praktikum terdiri dari
• kehadiran mahasiswa
• kelengkapan dokumen praktik
• pelaksanaan persiapan praktikum
• pelaksanaan kegiatan assembly dan disassemblypompa sentrifugal
• pelaksanaan identifikasi komponen perawatan pompa sentrifugal
• sikap kerja (mematuhi aspek K3 dalam bekerja)

Target Minimal 70% mahasiswa mendapatkan nilai minimal 75 dari maksimal 100.
20
2. Evaluasi Hasil Praktikum, terdiri dari :
• Kesesuaian format laporan
• Melakukan kegiatan asistensi laporan
• Penguasaan materi/isi laporan
Target Minimal 70% mahasiswa mendapatkan nilai minimal 75 dari maksimal 100.

K. METODE PENILAIAN
No Unsur Penilaian Bobot Nilai Keterangan
1 Kegiatan Praktikum (70%)
1. Peserta praktikum hadir tepat waktu 5
2. Dapat memperlihatkan job sheet 5
1. Dapat melakukan kegiatan persiapan kegiatan 10
pemeliharaan pompa sentrifugal sesuai SOP

2. Dapat melakukan kegiatan assembly dan disassembly 20


menggunakan peralatan/tools yang tepat yang
dilakukan secara mandiri

3. Dapat mengidentifikasi bagian-bagian PLTB dan 20


mengoperasikan sesuai petunjuk kerja

4. Sikap kerja (mematuhi aspek K3 dalam bekerja) 10


2 Laporan (30%)
1. Kesesuaian format laporan 2,5
2. Melakukan kegiatan asistensi 5
3. Laporan berstatus ACC 10
4. Menguasai materi/isi laporan (tanya-jawab pada saat 12,5
asistensi)

3 Ujian Akhir Semester*)


1. Ujian Tertulis dan/atau praktek

21
Catatan: *)

4. Jika dilakukan Ujian Akhir Semester dilakukan, maka bobot nilainya adalah 10, dengan
syarat peserta ujian tersebut telah memasukkan/mengumpulkan laporannya sesuai jadwal
dengan status laporan telah di asistensi dan ACC.
5. Jika dilakukan Ujian Akhir Semester dilakukan,maka nilai laporan berbobot 20 dengan
unsur:
1. Kesesuaian format laporan 2,5
2. Melakukan kegiatan asistensi 2,5
3.Laporan berstatus ACC 7,5
4.Menguasai materi/isi laporan 7,5

6. Jika tidak dilakukan Ujian Akhir Semester, maka nilai total Laporan adalah 30 dengan
unsur sesuai tabel format penilaian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kadir, Abdul 1995. Energi (Sumber daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi),
Jakarta : Universitas Indonesia
2. Tony Burton, et al, Wind Energy Handbook, 2001, Chichester, John Wiley and Sons, ltd
3. www.energy.iastate.edu.
4. Seven Wye Energy Agency, www.swea.co.uk

JOB 3 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)

A. LATAR BELAKANG
Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah keahlian yang diajarkan/dilaksanakan pada
semester 4 bagi mahasiswa D4 Teknik Pembangkit Energi, Jurusan Teknik Mesin. Mata
kuliah ini sangat penting karena terkait dengan pemanfatan sumber-sumber energy alterntif
khususnya yang bersifat terbarukan. Hal ini mengingat pembangkit-pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga diesel
(PLTD), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) ataupun pembangkit listrik tenaga gas-uap

22
(PLTGU) memiliki potensi mencemari lingkungan dan berkontribusi pada pemanasan global
akibat pelepasan gas CO2 dan gas-gas beracun lainnya.

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pada semester Genap (Semester IV) yang sangat
fundamental bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa yang telah lulus mata kuliah ini
diharapkan memiliki keahlian dan kemampuan di dalam mengenal sistem PLTS termasuk
didalamnya pengujian hubungan besarnya intensitas cahaya matahari dengan tegangan yang
dapat dibangkitkan oleh panel surya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Untuk mengetahui tegangan Open-Circuit (V oc) pada sebuah sel PV dengan posisi sudut
mataharidan radiasi matahari bervariasi.
2. Untuk mengetahui tegangan Short-Circuit (V oc) pada sebuah sel PV dengan posisi sudut
matahari dan radiasi matahari bervariasi.

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum di lakukan dengan terlebih dahulu melakukan persiapan-persiapan seperti:
membawa Jobsheet, Baju Lab, Lembar Data, Kalkulator dan Kartu Kontrol.
2. Mahasiswa diwajibkan untuk terlebih dahulu mempelajari langkah-langkah kerja dan
prosedur praktikum sebelum mengikuti kegiatan praktikum.
3. Mahasiswa melakukan proses merangkai sesuai petunjuk Jobsheet dan dalam pengawasan
pembimbing.
4. Mahasiswa dapat mengoperasikan alat/mengambil data setelah mendapatkan persetujuan
dari pembimbing.
5. Mengambil data dengan tenang dan tertib.
6. Meng-OFF-kan alat sesuai prosedur saat selesai praktikum.
7. Mengembalikan alat-alat dan bahan praktikum ke tempatnya semula dan menjaga
kebersihan.

23
D. TEORI DASAR PRAKTIKUM 1. Struktur Sel Surya
Sel surya ialah bahan semikonduktor yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi
aliran elektron, aliran elektron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik. Struktur dari sel
surya adalah seperti ditunjukkan dalam gambar 1.

Gambar 3.1. Struktur sel surya


a. Rear-side metal contact:
Tegangan sel PV dapat terbuka melalui kontak ini.
b. p-semiconductor layer:
menambah material semikonduktor ini membuat atom asing memiliki lebih sedikit
elektron bebas.
c. n-semiconductor layer:
menambah material semikonduktor ini membuat atom asing memiliki lebih banyak
elektron bebas.
d. Contact fingers:
Bersama dengan the rear-side metal contact, contact fingers membuat terminal yang
pengguna dapat terhubung, misalnya.
e. Anti reflective layer
Anti reflective layer dimaksudkan untuk melindungi sel PV dan mengurangi rugi-rugi
refleksi pada permukaan sel.

24
2. Prinsip Kerja Sel Surya
Sel surya biasanya terbuat dari silikon yang elemennya kedua terjarang ditemukan pada
lapisan kulit bumi. Sebuah atom silikon mempunyai 4 elektron valensi. Pada sebuah kristal
silikon, ada dua elektron pada atomberdekatan membentuk pasangan masing-masing. Dalam hal
ini, kristal silikon tidak bersifat konduksi dikarenakan tidak ada elektron bebastersedia untuk
pengisian.
Ketika sebuah kristal silikon menerima energi dalam bentuk cahaya atau panas misalnya,
energi juga diserap oleh elektron-elektron. Pasangan elektron yang menyerap cukup energi akan
memisahkannya sehingga elektron-elektron bebas untuk berpindah kedalam kristal silikon.
Masing-masing elektron yang telah mengalir dalam hal ini akan meninggalkan sebuah lubang
pada tempatnya didalam pola-pola kristal. Silikon bersifat konduksi, sifat ini telah diketahui
sebagai konduksi intrinsik pada sebuah semikonduktor. Ketika sumber energi terganggu,
masingmasing aliran elektron membebaskan energi yang sebelumnya diserap dan kembali ke
sebuah lubang elektron bebas.

Gambar 3.2. Struktur atom silikon


Medan listrik dapat digunakan untuk memisahkan elektron dari lubang elektron. Atom
pengotor memungkinkan medan listrik yang untuk dihasilkan dalam semikonduktor. Untuk
tujuan ini, atom dengan elektron masing-masing lima diintegrasikan ke dalam satu bagian, yang
dikenal sebagai n-semikonduktor atau n-doped. Bagian ini dikenakan pengisian sedikit negatif
sehubungan dengan pola kristal silikon murni.

25
Gambar 3.3. Gambar silikon n-doped dan silikon p-doped

Atom dengan tiga elektron masing-masing diintegrasikan ke bagian lain, yang dikenal
sebagai p-semikonduktor atau p-doped. Bagian ini dikenakan pengisian sedikit positif
sehubungan dengan pola kristal silikon murni. Jika n dan p-semikonduktor dibawa tepat di
samping satu sama lain, maka sebuah bentuk medan listrik di p-n junction timbul diantara dua
semikonduktor.

3. P-N Junction

Sebuah p-n junction dibentuk oleh penggabungan lapisan p dan n-semikonduktor. Elektron
dari lapisan-n berpindah pada percabangan ke lapisan-n dimana mereka bergabung dengan
lubang elektron.

Gambar 3.4. p-n juction

26
Ketika elektron meninggalkan lapisan-n, maka atom yang tersisa menghasilkan muatan
yang sedikit positif di wilayah itu. Sebaliknya, lapisan-p dimana elektron yang masuk bergabung
dengan kumpulan hole yang sedikit negatif sebagai hasilnya.

Pemisahan muatan ini menciptakan medan listrik di junction semikonduktor, juga disebut
wilayah ruang-pengisian.

4. Efek Fotovoltaik
Ketika cahaya mengenai pada bagian kristal sel PV, energi cahaya yang ditransfer ke
polapola, di mana atom sangat aktif untuk membentuk pasangan lubang elektron. Jika hal ini
terjadi di luar p-n juction, maka pasangan lubang elektron akan menyusun ulang dengan sangat
cepat. Pasangan lubang elektron di dalam juction p-n dipisahkan oleh medan listrik sekitarnya.
Elektron yang dihasilkan berpindah ke lapisan-n sedangkan lubang elektron berpindah ke
lapisan-p, sehingga sel PV menimbulkan tegangan. Jika kemudian dihubungkan baban ke sel
surya, maka arus akan mulai mengalir.

Gambar 3.5. Efek fotovoltaik

5. Jenis Sel Surya

Sel surya dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan material pembentuknya:

➢ Monocrystalline
➢ Polycrystalline
➢ Film tipis
Film tipis sel termasuk yang terbuat dari silikon amorf dan bahan lain seperti
kadmiumtelluride (CdTe), copper-indium-diselenide (CIS) dan gallium-arsenide (GaAs). Sel
surya silikon telah unggul jauh dalam prakteknya.
27
a. Lelehan silikon sel surya monocrystalline

Lelehan silikon murni kualitas tinggi digunakan untuk membuat mono-kristal dalam
bentuk blok silikon bulat. Pola sebuah mono-kristal memiliki struktur yang sama sekali
homogen. Silikon blok digergaji menjadi bagian-bagian yang tipis dengan ketebalan
masingmasing 200 sampai 300 µm. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan permukaan modul
surya, selsel bulat dipotong menjadi yang persegi. Sisi sebuah sel biasanya memiliki panjang 152
mm. Tahap akhir dari pembuatan melibatkan doping diikuti oleh pemasangan permukaan kontak
dan lapisan anti-reflektif.

Sel surya-mono kristal diproduksi pada skala industri memiliki efisiensi 15 - 18%, tertinggi
di antara berbagai sel surya saat ini tersedia. Namun, sel surya monocrystalline membutuhkan
lebih banyak energi dan waktu dalam memproduksinya dibandingkan dengan sel surya
polikristalin.

Gambar 3.6. sel surya monocrystalline

b. Sel surya polikristalin


Lelehan silikon sangat murni juga sebagai bahan awal untuk sel polikristalin. Namun,
selsel ini diproduksi bukan menggunakan mono-kristal, tetapi melalui kontrol pendinginan dari
lelehan silikon dalam cetakan berbentuk persegi. Selama pendinginan, kristal mengatur dengan
dirinya dalam pola teratur yang mengakibatkan permukaan warna-warni khas sel surya
polikristalin. Blok silikon persegi kemudian digergaji menjadi bagian tipis dengan ketebalan 200
sampai 300 µm. Tahap akhir dari pembuatan melibatkan doping diikuti oleh pemasangan
permukaan kontak dan lapisan anti-reflektif. Lapisan ini memberikan efek kemilau biru pada
karakteristik sel surya, warna biru menjadikannya kurang reflektif dan paling serap terhadap
cahaya. Sel surya polikristalin memiliki efisiensi 13 sampai 16%.

28
Gambar 3.7. Sel surya polikristalin
c. Film tipis sel
1) Sel silikon amorf
Kata amorf berasal dari bahasa Yunani (a: tanpa; morphe: bentuk). Dalam fisika, zat yang
atom membentuk pola teratur yang disebut amorf. Atom diatur dalam pola tertentu dikatakan
kristal.

Gambar 3.8. Sel silikon amorf


Untuk memproduksi sel surya amorf, silikon adalah uap yang disimpan pada pembawa,
misalnya kaca. lapisan penyimpanan uap silikon memiliki ketebalan 0,5-2 µm. Selain
menurunkan konsumsi silikon, ini juga dibagi dengan menggergaji blok silicon dengan teliti.
Namun, sel surya amorf hanya memiliki efisiensi 6 sampai 8%.

2) Sel copper-indium-diselenide (CIS)


Meskipun silikon jenis sel ini terbuat dari film tipis yang terdiri olehi tembaga, indium dan
selenium, sel ini memiliki permukaan hitam yang memungkinkan untuk menyerap hampir 99%
dari pengaruh cahaya. Pembuatanberlangsung di ruang vakum dimana bahan dapat dikerjakan
pada suhu 500 ° C.

Tabel di bawah ini memberikan gambaran tentang efisiensi berbagai modul dan area
permukaan yang diperlukan untuk menghasilkan kekuatan 1 kWp.

Table 3.1. Gambaran tentang efisiensi berbagai modul dan area permukaan
No. Material Pembentuk Efisiensi Modul (%) Area (m2)
1 Monocrystalline 15-18 7-9
29
2 Polikristalin 13-16 8-9
3 Amorf 6-8 13-20
4 copper-indium-diselenide (CIS) 10-12 9-11
6. Tegangan Open-Circuit Sel PV

Sebagai tegangan terbesar yang terjadi di terminal dari sel PV, tegangan open-circuit V oc
penting dalam ukuran sirkuit berikutnya (misalnya inverter). Tegangan ini diukur tanpa beban
apapun yang terhubung ke sel PV.

Gambar 3.9. Rangkaian open-circuit

Bahan semikonduktor yang membentuk sel PV sangat menentukan tegangan yang dihasilkan
oleh sel.Faktor-faktor berikutnya yang mempengaruhi tegangan rangkaian terbuka.

• Radiasi
• Sudut insiden
• Suhu

a. Radiasi

Diagram ilustrasi dibawah menggambarkan tegangan open-circuit terhadap radiasi.

30
Gambar 3.10. Grafik karakteristik tegangan open-circuit terhadap radiasi

Tegangan rangkaian terbuka bukan fungsi linear dari radiasi tersebut. Tegangan telah mendekati
tingkat maksimum pada radiasi rendah.

b. Sudut insiden
Ketergantungan pengukuran tegangan pada rangkaian terbuka juga ditentukan oleh sudut
insiden cahaya yakni menunjukkan bahwa tegangan maksimal ketika cahaya mengenai modul sel
surya tegak lurus.

c. Suhu
Tegangan rangkaian terbuka pada sel PV memiliki koefisien temperatur negatif, yaitu
sebagai sel PV atau modul ketika menghangat (misalnya saat terkena cahaya), maka tegangan
open-circuitnya menurun. Hasil dari ketergantungan suhu ini yakni tegangan rangkaian terbuka
pada sel PV sel berada pada titik tertinggi pada temperatur rendah.

7. Arus short-circuit sel PV

Arus short-circuit Isc ialah arus terbesar yang mungkin sel PV dapat salurkan. Arus ini
diukur menggunakan ammeter dengan resistansi internal yang sangat rendah yang terhubung
langsung ke terminal sel PV.

Gambar 3.11. Rangkaian short-circuit

Sel PV tidak mengalami rusak jika terminalnya terjadi short-circuit karena arus shortcircuit
hanya sedikit lebih tinggi dari nilai arus nominal, aliran modul tidak perlu dilindungi oleh
sekering terhadap arus short-circuit. Namun, aliran harus diukur untuk menangani arus
shortcircuit.Sebuah hubungan pendek akibat kesalahan (misalnya isolasi yang rusak) dapat
menghasilkan busur apiberbahaya.

Arus short-circuit tergantung pada:


31
• radiasi
• sudut insiden cahaya
• suhu

a. Radiasi
Pengukuran yang tepat dari hubungan arus short-circuit sebagai fungsi terhadap radiasi
sesuai karakteristik sebagai berikut:

Gambar 3.12. Grafik karakteristik arus short-circuit terhadap radiasi Short-circuit

sel PV berfungsi sebagai sensor untuk pengukuran radiasi.

b. Sudut cahaya
Pengukuran arus short-circuit sebagai fungsi dari sudut cahaya menunjukkan bahwa arus

short-circuit mencapai nilai maksimumnya bila cahaya tegak lurus mengenai sel PV. c. Suhu

Pengukuran arus short-circuityang tepat pada temperatur tertentu memperlihatkan koefisien


temperatur positif, yaitu karenatemperature sel PV naik, maka arus short-circuit naik.

E. TARGET KOMPETENSI
Tata Sikap dan Norma:
• Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;

32
• Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
Keterampilan Khusus:
• Mahasiswa dapat mengenal bagian alat dan fungsinya pada PLTMH.
• Mahasiswa dapat mengoperasikan pengukuran tegangan dan frekuensi berdasarkan
perubahan kecepatan angin pada PLTMH.

F. PROSEDUR PRAKTIK 1. Prosedur Percobaan


1. Percobaan Tegangan Open-Circuit (Voc)
• Merangkai rangkaian seperti yang ditunjukan pada gambar rangkaian percobaan 13.
• Pada emulator posisi cahaya, mengatur posisi cahaya dan sudut panel ke 0 o dan sudut
elevasi 90o.
• Mengatur radiasi pada posisi 0/4
• Mencatat tegangan yang dihasilkan oleh modul surya kedalam tabel yang telah
disediakan.
• Mengulangi poin ke 3 dengan posisi 1/4, 2/4, 3/4, dan 4/4. Lalu mencatat
tegangannya.
• Mengulangi poin ke-2 sampai poin ke-5 untuk posisi yang bervariasi (Mulai dari
posisi sudut cahaya 0o sampai 30o dan 0o sampai -30oserta posisi sudut panel 0o
sampai 30odan 0o sampai -30o.

2. Percobaan Tegangan Short-Circuit (Vsc)


• Merangkai rangkaian seperti yang ditunjukan pada gambar rangkaian percobaan 14.
• Pada emulator posisi cahaya, mengatur posisi cahaya dan sudut panel ke 0 o dan sudut
elevasi 90o.
• Mengatur radiasi pada posisi 0/4
• Mencatat arus yang dihasilkan oleh modul surya kedalam tabel yang telah
disediakan.
• Mengulangi poin ke 3 dengan posisi 1/4, 2/4, 3/4, dan 4/4. Lalu mencatat
tegangannya.

33
• Mengulangi poin ke-2 sampai poin ke-5 untuk posisi yang bervariasi (Mulai dari
posisi sudut cahaya Ran0o sampai 30o dan 0o sampai -30o serta posisi sudut panel 0o
sampai 30o dan 0o sampai -30o.

2. Gambar Rangkaian B. Gambar Rangkaian

Gambar 3. 13. Rangkaian Percobaan Tegangan Open-Circuit (Voc)

Gambar 3.14. Rangkaian Percobaan Tegangan Short-Circuit (Vsc)

34
G. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode praktikum dengan cara penyampaian
bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan berlatih kepada mahasiswa untuk
meningkatkan keterampilan sebagai penerapan bahan/pengetahuan yang telah mereka pelajari
sebelumnya mencapai tujuan pengajaran. Strategi pembelajaran yang memungkinkan
mahasiswa dapat mempraktikkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, spikomotorik
menggunakan sarana laboratorium/bengkel.

H. SARANA PENUNJANG PRAKTIK


Tabel 3.2. Peralatan yang Digunakan:
No. Kode Nama Peralatan
1 CO3208-1B Solar module with solar altitude emulator
2 CO5127-1Z Analog / digital multimeter

I. MODUL ISIAN
1. Percobaan Tegangan Open-Circuit (Voc)
Tabel 3.1. Posisi cahaya dan sudut panel 0o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Open-circuit Voltage (V)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4
Tabel 3.2. Posisi cahaya 15odan sudut panel 0o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Open-circuit Voltage (V)
0 0,00

35
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4
Tabel 3.3. Posisi cahaya 30odan sudut panel 0o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Open-circuit Voltage (V)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

36
Tabel 3.4. Posisi cahaya -15odan sudut panel 0o
Open-circuit Voltage (V)
Position of dimmer Irradiance (W/qm)
0,00
0
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4
Tabel 3.5 Posisi cahaya -30odan sudut panel 0o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Open-circuit Voltage (V)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

Tabel 3.6 Posisi cahaya 0odan sudut panel 10o


Position of dimmer Irradiance (W/qm) Open-circuit Voltage (V)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

37
Tabel
3.7. Posisi cahaya 0odan sudut panel 20
Open-circuit Voltage (V)
Position of dimmer Irradiance (W/qm)
0,00
0
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

Tabel 3.8. Posisi cahaya 0odan sudut panel 30o


Position of dimmer Irradiance (W/qm) Open-circuit Voltage (V)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

Tabel 3.9. Posisi cahaya 0odan sudut panel -10o


Position of dimmer Irradiance (W/qm) Open-circuit Voltage (V)
0 0,00
0/4

38
o
Tabel
Open-circuit Voltage (V)
0,00

1/4
2/4
3/4
4/4

3.10. Posisi cahaya 0odan sudut panel -20o


Position of dimmer Irradiance (W/qm)
0
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

Tabel 3.11. Posisi cahaya 0odan sudut panel -30o


Position of dimmer Irradiance (W/qm) Open-circuit Voltage (V)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

39
Tabel
2.
Open-circuit Voltage (V)
0,00

Percobaan Arus Short-Circuit (Isc) Tabel 3.12.


Posisi cahaya dan sudut panel 0o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Short-circuit Current (mA)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

40
o
Tabel
3.13.
Short-circuit Current (mA)
Posisi
cahaya 0,00
15odan
sudut
panel 0
Position of dimmer Irradiance (W/qm)
0
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

Tabel 3.14. Posisi cahaya 30o dan sudut panel 0o


Position of dimmer Irradiance (W/qm) Short-circuit Current (mA)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4
Tabel 3.15. Posisi cahaya -15o dan sudut panel 0o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Short-circuit Current (mA)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4

41
o

Short-circuit Current (mA)


0,00

4/4

Tabel 16 Posisi cahaya -30o dan sudut panel 0


Position of dimmer Irradiance (W/qm)
0
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

Tabel 3.17. Posisi cahaya 0o dan sudut panel 10o


Position of dimmer Irradiance (W/qm) Short-circuit Current (mA)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

Tabel 3.18. Posisi cahaya 0odan sudut panel 20o


Position of dimmer Irradiance (W/qm) Short-circuit Current (mA)

42
o

Short-circuit Current (mA)


0,00

0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4
Tabel 3.19. Posisi cahaya 0odan sudut panel 30
Position of dimmer Irradiance (W/qm)
0
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4
Tabel 20 Posisi cahaya 0o dan sudut panel -10o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Short-circuit Current (mA)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4
Tabel 3.21. Posisi cahaya 0odan sudut panel -20o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Short-circuit Current (mA)

43
o

Short-circuit Current (mA)


0,00

0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

44
Tabel 3.22. Posisi cahaya 0o dan sudut panel -30o
Position of dimmer Irradiance (W/qm) Short-circuit Current (mA)
0 0,00
0/4
1/4
2/4
3/4
4/4

J. METODE EVALUASI
Metode evaluasi terbagi 2 yaitu :
3. Evaluasi Pelaksanaan Praktikum terdiri dari
• kehadiran mahasiswa
• kelengkapan dokumen praktik
• pelaksanaan persiapan praktikum
• pelaksanaan kegiatan assembly dan disassemblypompa sentrifugal
• pelaksanaan identifikasi komponen perawatan pompa sentrifugal
• sikap kerja (mematuhi aspek K3 dalam bekerja)
Target Minimal 70% mahasiswa mendapatkan nilai minimal 75 dari maksimal 100.
4. Evaluasi Hasil Praktikum, terdiri dari :
• Kesesuaian format laporan
• Melakukan kegiatan asistensi laporan
• Penguasaan materi/isi laporan
Target Minimal 70% mahasiswa mendapatkan nilai minimal 75 dari maksimal 100.

K. METODE PENILAIAN
No Unsur Penilaian Bobot Nilai Keterangan
1 Kegiatan Praktikum (70%)
1. Peserta praktikum hadir tepat waktu 5
2. Dapat memperlihatkan job sheet 5
1. Dapat melakukan kegiatan persiapan kegiatan 10
pemeliharaan pompa sentrifugal sesuai SOP

45
2. Dapat melakukan kegiatan assembly dan disassembly 20
menggunakan peralatan/tools yang tepat yang dilakukan
secara mandiri

3. Dapat mengidentifikasi bagian-bagian PLTB dan 20


mengoperasikan sesuai petunjuk kerja

4. Sikap kerja (mematuhi aspek K3 dalam bekerja) 10


2 Laporan (30%)
1. Kesesuaian format laporan 2,5
2. Melakukan kegiatan asistensi 5
3. Laporan berstatus ACC 10
4. Menguasai materi/isi laporan (tanya-jawab pada saat 12,5
asistensi)

3 Ujian Akhir Semester*)


1. Ujian Tertulis dan/atau praktek

Catatan: *)

7. Jika dilakukan Ujian Akhir Semester dilakukan, maka bobot nilainya adalah 10, dengan
syarat peserta ujian tersebut telah memasukkan/mengumpulkan laporannya sesuai jadwal
dengan status laporan telah di asistensi dan ACC.
8. Jika dilakukan Ujian Akhir Semester dilakukan,maka nilai laporan berbobot 20 dengan
unsur:
1. Kesesuaian format laporan 2,5
2. Melakukan kegiatan asistensi 2,5
3.Laporan berstatus ACC 7,5
4.Menguasai materi/isi laporan 7,5

9. Jika tidak dilakukan Ujian Akhir Semester, maka nilai total Laporan adalah 30 dengan
unsur sesuai tabel format penilaian.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Kadir, Abdul 1995. Energi (Sumber daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi),
Jakarta : Universitas Indonesia
2. Tony Burton, et al, Wind Energy Handbook, 2001, Chichester, John Wiley and Sons, ltd
3. www.energy.iastate.edu.

47
JOB 4

SOLAR WATER HEATER (SWH)

A. LATAR BELAKANG
Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah keahlian yang diajarkan/dilaksanakan pada
semester 4 bagi mahasiswa D4 Teknik Pembangkit Energi, Jurusan Teknik Mesin. Mata
kuliah ini sangat penting karena terkait dengan pemanfatan sumber-sumber energy alterntif
khususnya yang bersifat terbarukan. Hal ini mengingat pembangkit-pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga diesel
(PLTD), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) ataupun pembangkit listrik tenaga gas-uap
(PLTGU) memiliki potensi mencemari lingkungan dan berkontribusi pada pemanasan global
akibat pelepasan gas CO2 dan gas-gas beracun lainnya.

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pada semester Genap (Semester IV) yang sangat
fundamental bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa yang telah lulus mata kuliah ini
diharapkan memiliki keahlian dan kemampuan di dalam mengenal sistem SWH termasuk
didalamnya perhitungan efisiensi sistem kolektor dan penyimpanan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami prinsip kerja pemanas air dengan menggunakan kolektor.
2. Mengukur parameter untuk menentukan performansi pemanas air surya dan performansi
kolektor.
3. Menghitung efisiensi system kolektor dan penyimpanan.
4. Melakukan evaluasi terhadap percobaan tersebut.

C. PELAKSANAAN PRAKTIK
- Praktikum di lakukan dengan terlebih dahulu melakukan persiapan-persiapan seperti:
membawa Jobsheet, Baju Lab, Lembar Data, Kalkulator dan Kartu Kontrol.
- Mahasiswa diwajibkan untuk terlebih dahulu mempelajari langkah-langkah kerja dan
prosedur praktikum sebelum mengikuti kegiatan praktikum.

48
- Mahasiswa melakukan proses merangkai sesuai petunjuk Jobsheet dan dalam pengawasan
pembimbing.
- Mahasiswa dapat mengoperasikan alat/mengambil data setelah mendapatkan persetujuan
dari pembimbing.
- Mengambil data dengan tenang dan tertib.
- Meng-OFF-kan alat sesuai prosedur saat selesai praktikum.
- Mengembalikan alat-alat dan bahan praktikum ke tempatnya semula dan menjaga
kebersihan.

D. TEORI DASAR PRAKTIKUM


Radiasi matahari merupakan suatu bentuk radiasi pemananas yang mempunyai gelombang
khusus. Intensitas cahaya sangat tergantung pada kondisi atmosfir. Tidak semua energi yang
digunakan dalam sistem konstanta matahari mencapai permukaan bumi, karena terjadi
penyerapan oleh gas CO2 dan uap air yang berada pada atmosfir. Radiasi matahari yang sampai
ke permukaan bumi juga tergantung dari kadar debu dan zat pencemar lainnya dalam atmosfir.
Sistem pemanas air surya mulai dikembangkan para ahli akhir-akhir ini di Indonesia. Sistem
ini sangat cocok pemakaiannya di Indonesia dengan kondisi alam tropisnya. Sementara air panas
semakin meningkat untuk keperrluan sehari-hari.
a) Pemanas air dengan kolektor.
Kolektor matahari adalah sebuah alat khusus dari penukar panas yang mengubah energi
matahari menjadi energi panas untuk memanaskan air. penukaran kalor konvensional energi
berpindah dari caiaran ke caiaran dengan laju perpindahan yang tinggi dengan radiasi sebagai
faktor yang sangat penting. Pada kolektor matahari, proses perpindahan energi adalah dari radiasi
ke cairan (air).

49
Gambar 4.1. SWH Tampak Samping

b) Prinsip Kerja Kolektor


Pemanas air surya ini bekerja dengan cara menyerap energi matahari yang jatuh ke plat kolektor
dasar. Energi matahari yang diserap berupa radiasi langsung maupun energi difusi yang sebagian
besar diserap dan dipindahkan ke dalam air yang berada dalam pipa pengumpul. Sehingga energi
dalam air tersebut akan bertambah. Dengan adanya kenaikan temperatur air dalam pipa,
menyebabkan energi air naik ke dalam pipa pengumpul yang akan disertai dengan turunnya
massa jenis air sehingga air dalam pipa pengumpul menjadi lebih ringan dan cenderung
menempati tempat yang lebih tinggi. Pola aliran inilah yang menggerakkan air ke tangki tempat
penyimpanan air panas. Dengan sifat air panas yang masuk ke dalam tangki yang terdapat air
dingin di dalamnya, maka air panas tadi bergerakke atas bagian tengki tersebut dan air dingin
tetap di bawah permukaan tangki tersebut.

c) Sistem Thermosipon (Sistem Pipa Air)


Sistem aliran bebas (alamiah) terjadi akibat adanya perbedaan density. Perbedaan temperatur
terjadi akibat adanya perbedaan density, perbedaan temperatur di dalam massa fluida.
Keistimewaan alat ini beroperasi dengan tidak menggunakan bahan bakar sebagai tenaga.
Sirkulasi fluida melalui sistem terjadi secara almiah, tanpa pertolongan dari sebuah pompa.

50
Sepanjang kolektor itu menerima panas matahari berguna, maka alat ini beroperasi. Letak tangki
selalu pada tempat yang lebih tinggi dari sistem. Tekanan yang mengarah ke bawah tangki
memindahkan air dari saluran pipa air dan menekan masuk ke dalam pipa-pipa kolektor. Pada
saat yang bersamaan, kolektor menerima radiasi matahari dan mengubahnya ke dalam bentuk
panas dan mengkonduksikan ke air atau fluida yang lewat pada pipa kolektor air yang telah
panas pada bagian atas dan air dingin pada bagian bawah (dasar tangki).
Rumus-rumus yang digunakan :
1. Daya input (Qin)
Ein = A . Gbt . t (kJ)
Dimana : A = luas permukaan kolektor (m2)
Gbt = Intensitas radiasi matahari rata-rata (kW/m 2)
t = waktu (dtk)
2. Energi yang digunakan / diserap oleh sistem (Energi Output)
Eout = ms . Cp . (Takhir – Tawal) (kJ)
Dimana : ms = massa sistem (air) (kg)
Cp= kapasitas panas spesifik air (kJ/kgoC)
Takhir = Temperatur akhir sistem (tangki) (oC)
Tawal= temperatur awal sistem (tangki) (oC)
3. Energi yang digunakan / diserap oleh kolektor (Energi Output Kolektor)
Eoutk = mk . Cpk . (Tout – Tin) (kJ)
Dimana : mk = Massa sistem (air) (kg)
Cpk = Kapasitas panas spesifik air kolektor (kJ/kg oC)
Takhir = Temperatur akhir sistem (tangki) (oC)
Tawal = Temperatur awal sistem (tangki) (oC)
4. Efisiensi Sistem (ηS)

𝐸𝑜𝑢𝑡𝑠
𝜂𝑠 = 𝑥100 %
𝐸𝑖𝑛
5. Efisiensi Sistem (ηSk)

𝐸𝑜𝑢𝑡𝑘
𝜂𝑠𝑘 = 𝑥100 %

51
𝐸𝑖𝑛

E. TARGET KOMPETENSI

Tata Sikap dan Norma:


• Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
• Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
Keterampilan Khusus:
• Mahasiswa dapat mengenal bagian alat dan fungsinya pada PLTMH.
• Mahasiswa dapat mengoperasikan pengukuran tegangan dan frekuensi berdasarkan
perubahan kecepatan angin pada PLTMH.

F. PROSEDUR PRAKTIK 1. Alat dan Bahan


1. Tangki Water Heater
2. Piranometer
3. Stopwatch
4. Kabel Penghubung

2. Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan


2. Membersihkan dan mengisi tangki dengan air sampai penuh
3. Memasang pyranometer untuk mengukur intensitas matahari secara cepat dan tepat.
4. Mencatat parameter-paremeter tangki yang diperlukan
- Mengukur radiasi matahari
- Temperatur air keluar
- Temperatur air masuk
- Temperatur rata-rata tangka air

52
G. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode praktikum dengan cara penyampaian
bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan berlatih kepada mahasiswa untuk
meningkatkan keterampilan sebagai penerapan bahan/pengetahuan yang telah mereka pelajari
sebelumnya mencapai tujuan pengajaran. Strategi pembelajaran yang memungkinkan
mahasiswa dapat mempraktikkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, spikomotorik
menggunakan sarana laboratorium/bengkel.

H. SARANA PENUNJANG PRAKTIK


Sarana penunjang berupa alat bahan dan instalasi percobaan seperti telah dijelaskan di atas.

I. MODUL ISIAN
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Solar Water Heater.
Pukul Tangki Air
Gbt Tin Tout Tratarata
No T1 T2 T3
(WITA) (W/m2) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC)

J. METODE EVALUASI
Metode evaluasi terbagi 2 yaitu :
5. Evaluasi Pelaksanaan Praktikum terdiri dari
• kehadiran mahasiswa
• kelengkapan dokumen praktik

53
• pelaksanaan persiapan praktikum
• pelaksanaan kegiatan assembly dan disassemblypompa sentrifugal
• pelaksanaan identifikasi komponen perawatan pompa sentrifugal
• sikap kerja (mematuhi aspek K3 dalam bekerja)

Target Minimal 70% mahasiswa mendapatkan nilai minimal 75 dari maksimal 100.
6. Evaluasi Hasil Praktikum, terdiri dari :
• Kesesuaian format laporan
• Melakukan kegiatan asistensi laporan
• Penguasaan materi/isi laporan
Target Minimal 70% mahasiswa mendapatkan nilai minimal 75 dari maksimal 100.

K. METODE PENILAIAN
No Unsur Penilaian Bobot Nilai Keterangan
1 Kegiatan Praktikum (70%)
1. Peserta praktikum hadir tepat waktu 5
2. Dapat memperlihatkan job sheet 5
5. Dapat melakukan kegiatan persiapan kegiatan 10
pemeliharaan pompa sentrifugal sesuai SOP

6. Dapat melakukan kegiatan assembly dan disassembly 20


menggunakan peralatan/tools yang tepat yang dilakukan
secara mandiri

7. Dapat mengidentifikasi bagian-bagian PLTB dan 20


mengoperasikan sesuai petunjuk kerja

8. Sikap kerja (mematuhi aspek K3 dalam bekerja) 10


2 Laporan (30%)
1. Kesesuaian format laporan 2,5
2. Melakukan kegiatan asistensi 5
3. Laporan berstatus ACC 10
4. Menguasai materi/isi laporan (tanya-jawab pada saat 12,5
asistensi)

54
3 Ujian Akhir Semester*)
1. Ujian Tertulis dan/atau praktek

Catatan: *)

10. Jika dilakukan Ujian Akhir Semester dilakukan, maka bobot nilainya adalah 10, dengan
syarat peserta ujian tersebut telah memasukkan/mengumpulkan laporannya sesuai jadwal
dengan status laporan telah di asistensi dan ACC.
11. Jika dilakukan Ujian Akhir Semester dilakukan,maka nilai laporan berbobot 20 dengan
unsur:
1. Kesesuaian format laporan 2,5
2. Melakukan kegiatan asistensi 2,5
3.Laporan berstatus ACC 7,5
4.Menguasai materi/isi laporan 7,5

12. Jika tidak dilakukan Ujian Akhir Semester, maka nilai total Laporan adalah 30 dengan
unsur sesuai tabel format penilaian.

DAFTAR PUSTAKA

5. Kadir, Abdul 1995. Energi (Sumber daya, Inovasi, Tenaga Listrik, dan Potensi Ekonomi),
Jakarta : Universitas Indonesia
6. Tony Burton, et al, Wind Energy Handbook, 2001, Chichester, John Wiley and Sons, ltd
7. www.energy.iastate.edu.

55

Anda mungkin juga menyukai