Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN

PENGUJIAN ARESTER

1. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah mempelajari dan melaksanakan praktikum, mahasiswa di


harapkandapat :
1. mengetahui cara kerja arrester dengan memberikan implus petir.

2. mencari tegangan kerja suatu arrester.


2. TEORI DASAR
Prinsip Kerja Arester
alat pelindung yang paling sempurna adalah arrester (lighting arrester,
kadang-kadang juga disebut surge diverter). pada pokoknya arrester ini
terdiri dari dua unsure :sela api (spark gap) dan tahanan linier atau tahanan
kran (valve resistor), kedua dihubungkan secara seri, seperti gambar 4.
batas atas dan bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan
system maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi.
seringkali persoalan ini dapat dipecahkan hanya dengan mngetrapkan
cara-cara khusus pengaturan tegangan (voltage control), oleh karena itu
sebenarnya arrester terdiri dari 3 unsur : sela api, tahanan kran dan system
pengaturan atau pembagian tegangan (grading system). seperti yang telah
diutarakan sebelumnya, bila persoalannya hanya melindungi isolasi
terhadap bahaya kerusakan karena ganguan dengan tidak mempedulikan
akibatnya terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela batang yang
memungkinkan terjadinya percikan pada waktu tegangannya mencapai
keadaan bahaya. dalam hal ini, tegangan dibuka. dengan menyambung sela
api ini dengan sebuah tahanan, maka mungkin apinya dapat dipadamkan.
tetapi bila tahannya mempunyai sebuah harga tetap, maka jatuh
tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud untuk meniadakkan
tegangan lebih tidak terlaksana, akibatnya maksud untuk melindungi
isolasi pun gagal. oleh sebab itu, dipakailah tahanan kran yang mempunyai
sifat khusus bahwa tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya
besar. proses pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu selama
tegangan lebih mencapai harga puncaknya. bila tegangan lebih habis dan
tegangan normal tinggi, tahannya naik lagi sehingga arus susulannya
dibatasi sampai kira-kira 50 A. arus susulan ini akhirnya dimatikan oleh
sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai titik nol yang pertama,
sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus. dari
sini didapatkan nama tahanan kran, pada arrester modern pemadaman arus
susulannya cukup besar (200-300 A) dilakukan dengan bantuan medan
magnet.
gambar 1 arester

PEGAS PENAHAN
DAN KONTAK

SELA PERCIKAN

TAHANAN KERANG

TERMINAL TAHANAN
Karakteristik Arrester
oleh karena telah disinggung dimuka, arrester dipakai guna
menetapkan BIL,maka karakteristiknya perlu diketahui dengan jelas, sebagai
berikut :
1. Ia mempunyai tegangan dasar (rated) 50 c/s yang tidak boleh
dilampaui

2. Ia mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan (voltage


limiting) bila dilalui oleh berbagai macam arus petir.
3. Ia mempunyai batas termis
Agar supaya tekanan (stresses) pada isolasi dapat dibuat serendah
mungkin, suatu system perlindungan tegangan lebih perlu memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. dapat melepas tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubungan
singkatke tanah (saturted ground fault).
2. dapat memutuskan arus susulan

3. mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah,


artinya tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.
tegangan gagal sela, disebut juga tegangan tegangan percikan frekuensi
50 c/s harus mempunyai harga yang tinggi untuk mengurangi seminimum
mungkin pelepasan yang disebabkan oleh adanya hubungan singkat ke
tanah dan surja hubung. tegangan pelepasan disebut juga tegangan sisa
(residual) atau jatuh tegangan IR, adalah tegangan antara terminal –
terminal arrester bila sedang melakukan arus surja.

3. ALAT DAN BAHAN

 Rangkaian pengujian tegangan tinggi implus

 objek tes arrester


RSS RSS RSS

RD
EW

RSL1 RSL2 RSL3


D
F RD
ES RP RPS
R7 220V
R6 RM
CST
CSS1
TO
L1
RP RPS
100kV SSS
D
SB
220 V F CK

RSM Vimp
TH TSM
ZG
N Vef

Peralatan yang digunakan:


TH : High-Voltage transformator RMS 100 kV/5 kVA. D : High Voltage Dioda 1000 kV/20 mA .
CSS1 : Coupling Capasitor DC 100 kV/30 nF. RM : Measuring Resistor White Test Jack DC 200 kV/800 MΩ.
EW : Grounding Resistor DC 200 kV/1 kΩ. RD : Dumping Resistor DC 200 kV/1 kΩ.
ES : Grounding Switch. TMS : Transformer secondery AC Current.
RMS : Shunt. SB : Control Box Type 273 (Including Regulation Tranformer).
CST : Voltage Devider RMS 100 kV/500 pF. R6 : Damping Resistor; AC Voltage.
R7 : Damping Resistor; Impuls Voltage. TO : Test Objeck.
F : Arrester. ZG : Impulse Amplifer.
SSS : Secondary Part.

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Pembangkitan Dan Pengukuran SKALA DIGAMBAR KLP
Tegangan Implus DC
4. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Mengamati objek tes sebuah arrester

2. memasang arrester pada rangkaian percobaan

3. men “ON” kan control board dan menaikkan tegangan secara


perlahan- lahan hingga menyebabkan terjadinya korona.
4. catat tegangan efektif dan tegangan implus dengan memperhatikan
factor pengali pada tegangan implusnya. (Arus sekunder tidak
melampaui 75mA).
5. pengukuran dilakukan 3 kali setiap jarak celah bola besar dan data
percobaan dimasukkan kedalam tabel pengamatan.
6. pengukuran dilakukan terus sehingga nilai tegangan implusnya
konstanatau tetap.

5. KESELAMATAN KERJA
bebarapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keselamatan
kerja :

1. perhatikanlah petunjuk penggunaan alat sebelum melakukan


percobaan, tanyakanlah kepada pembimbing job bila ada hal yang
kurang dimengerti.
2. gunakanlah sepatu berlapis karet untuk menghindari electric
shock bila terjadi hubungan singkat atau arus bocor.
6. DATA PENGAMATAN
Tabel 8.1 Data Hasil Percobaan Arrester

Jarak Sela Vef Vimp Tekanan Temperatu


NO
(mm) (KV) (Volt) (mbar) ( ˚C)

1 1 7,6 65 1008 32

2 2 6,52 100 1008 32

3 3 6,8 50 1008 32

4 4 5,7 85 1008 32

7. ANALISIS DATA
Contoh perhitungan pada data ke-4
Dik: P = 1008 Mbar
T = 32℃
Veff = 5,7 kV
Dit: a. Vmax = ...?
b. Vb =....?
c. FC =…?
Penyelesaian :
a.) Vmax = 𝑉̅ 𝑒𝑓𝑓 × √2
= 5,7 kV × √2
= 8,061 kV
𝑃 273+20
b.) Vbd = Vmax × ×
1013 273+𝑇
1008 273+20
= 8,061 × × 273+32
1013

= 7,705 kV
𝑃 273+20
c.) FC = ×
1013 273+𝑇
1008 273+20
= 1013 × 273+32

=0,955
Perhitungan nilai Vm,Vbd, dilakukan cara yang sama pada data ke-2
sampai ke-4

8. TABEL HASIL ANALISIS


Table 2 data hasil analisis pengujian arrester
Jarak sela Veff Vm Vbd
No. FC
(mm) (kV) (kV) (kV)
1. 1 7,6 10,748 10,274 0,955
2. 2 6,52 9,22 8,813 0,955
3. 3 6,8 9,616 9,192 0,955
4. 4 5,7 8,061 7,705 0,955
9. GRAFIK

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA


JARAK DAN Vimpuls
120

100
Vimp (kV)

80

60

40

20

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
Jarak (mm)

Gambar 4 grafik hubungan jarak elektroda dan V implus

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA


JARAK DAN Vimpuls
12
Tegangan (kV)

10
8
6
4
2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
Jarak (mm)

Veff Vm Vbd

Gambar 5 grafik hubungan Veff, Vm, Vbd terhadap jarak elektroda


10. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Dalam hasil analisa percobaan, diperoleh besarnya nilai faktor
koreksi (FC) sebesar 0,955
2. Dalam grafik hubungan antara sela bola dengan tembus (Vbd),
diketahui bahwa semakin besar selabola/jarak electrode, maka
semakin besar pula tegangan tembus yang dihasilkan
3. Fungsi dari arrester adalah sebagai pengaman dari tegangan dan arus
yang berlebihan ( biasanya digunakan sebagai trafo distribusi) dan
pada kondisi norma, arrester bekerja sebagai konduktor dan bila
tegangan yang telah ditentukan,maka arrester akan bekerja sebagai
isolato

Anda mungkin juga menyukai