Anda di halaman 1dari 10

PENATALAKSANAAN/CARA MENGATASI POST PARTUM BLUES

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual,
sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga
teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka
kesembuhannya dengan cara :
1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2. Dapat memahami dirinya
3. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
4. Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
1. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu
mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
2. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
3. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
4. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
5. Memperbanyak dukungan dari suami
6. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
7. Ibu dianjurkan sering- sering dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
8. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
9. mengganti suasana, dengan bersosialisasi
10. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya
dengan cara :
1. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
2. Tidurlah ketika bayi tidur
3. Berolahraga ringan
4. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
5. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
6. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
7. Bersikap fleksibel
8. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
9. Bergabung dengan kelompok ibu

PEMAIN PERAN ROLE PLAY


ACI LASVI : IBU RARA
AGUSTIN ARISKA : KAKAK
ANDINI KRISDAYANINGTIAS : BIDAN
ASTI HASTUTI : SUAMI AFGAN
BELLA NADYA ULFA` : MERTUA

Di sebuah keluarga yang damai, adalah sepasang suami istri yang tengah
berbahagia karena sebentar lagi keduanya akan dikaruniai seorang anak. Suatu pagi yang
cerah.
afgan : pagi sayang… (sambil memberikan segelas susu pada istrinya)
rara : pagi pa, makasih ya sudah buatin mama susu.
afgan : sama-sama sayang, diminum ya sampe habis lo! Itu buat kamu dan bayi kita
rara : iya deh (seraya meminum susunya)
afgan : oh ya papa berangkat ke kantor dulu ya ma.
rara : iya, hati-hati ya pa.
afgan : ingat loh kalo perlu apa-apa panggil mama aja.
Rara : iya-iya
afgan : kalo begitu papa pamit ya. (sambil mencium kening istrinya)
Assalamualaikum
Rara : wa’alaikum salam
Tidak berapa lama sepeninggal suaminya ke kantor bu rara merasakan sakit perut yang
hebat.
Rara : ma ma ma…..aduh! aduh!
(meringis kesakitan)
mertua : iya nak ada apa??
(tampak panik)
Rara : ini bi perut saya sakit sekali ma
Mertua : astagfirullah nampaknya kamu akan melahirkan nak
Rara : ma, tolong cepat kasih tauafgan ma, saya sudah tidak kuat... rasanya sakit
Mertua : iya nak
(mengangkat gagang telp)
Kring….kring…kring…
afgan : assalamualikum, ada apa ma?
mertua : wa’alaikumsalam afgan cepat pulang istrimu mau melahirkan
afgan : apa?! Ok,Kalo begitu aku pulang sekarang ma
mertua : iya nak sebaiknya cepat
afgan : jangan lupa persiapkan semua perlengkapan yang akan dibawa ke
rumah bidan ya ma.
mertua : ya nak
(seraya menutup pembicaraan)
Sesampainya di klinik bidan, ibu rara segera dimasukkan ke dalam ruang bersalin.
Bidan : permisi, kalo boleh saya tahu siapa anggota keluarga yang akan menemani
Ibu rara dalam menjalani persalinan?
Kak putri : kamu aja gan ,
afgan : saya bu bidan, saya suaminya
Bidan : baiklah kalo begitu, mari pak silahkan masuk. Kita sudah tidak punya
Banyak waktu
Mertua : tolong selamatkan anak dan cucu saya.
Bidan : iya ibu, kami akan mengusahakannya
Proses persalinanpun berlangsung dengan normal, bu Rara melahirkan seorang bayi laki-
laki. Setelah berhasil melewati 2 jam masa postpartum, bu Rara dipindahkan keruang
perawatan nifas.
Setelah menjalani proses persalinannya, entah kenapa ibu rara disergap rasa takut, sedih,
dan benci pada dirinya sendiri.
Kak putri : dek, bagaimana proses persalinannya tadi Eh, kok murung gitu?
Mestinya senang dong, ini kan buah hati yang di tunggu-tunggu.
mertua : iya nak, apa yang membuat hatimu sedih? Semestinya kamu gembira dengan
anak kalian ini.
Rara : saya senang bu, akhirnya buah hatiku lahir dengan persalinan yang normal
Dan selamat tapi saya juga sedih.
Kak putri : apa yang membuatmu sedih?
Rara : saya takut kalau-kalau nanti saya tak mampu merawat anak ini, takut tidak
Mendididknya dengan baik bu.
mertua : kenapa musti ditakutkan nak? Semua wanita akan melewati
Rara : tapi saya takut tidak mampu bu. (menangis)
mertua : tenanglah, masih ada suami dan ibu yang akan menemani dan membantumu.
Kak putri : tenanglah dek, kamu ni belum-belum sudah takut duluan. Kakak juga siap
membantumu
Rara : iya, makasih kak putri, makasih ya bu... tapi rasanya masih ada yang
Mengganjal di hati
Kak putri : dulu kakak juga sempat berfikir seperti itu tetapi alkhamdulilah kakak
bias melewatinya, bahkan kamu tau sendiri kan... sekarang kakak sudah punya 4 orang anak.
Ketika kamu melihat tumbuh kembang mereka, kamu akan bangga bahkan tidak menyangka
bahwa kamu bisa membesarkan mereka dengan cinta dan kasih sayang yang kamu dan anas
miliki.
Rara : saya juga khawatir bu dengan bentuk tubuh saya. Saya takut kalau nanti mas
afgan tidak lagi menyukaiku dan berpaling ke wanita lain.
mertua : insyaallah tidak nak, ibu yakin kalau kamu dan afgan bisa melewati ini semua.
ibu mengenal afgan dari kecil, ia adalah anak dan suami yang bertanggungjawab terhadapmu dan
dengan cintanya begitu besar buatmu, sepertinya kecil kemungkinan untuknya berpaling darimu.
Kak putri : iya, kamu jangan berpikir macam-macamlah dek, kalau kakak lihat dia sangat
sayang padamu apalagi setelah kamu melahirkan buah hatinya, insyaallah ia akan semakin
sayang padamu dan juga anak buah cinta kalian berdua ini.
Beberapa saat kemudian suami bu Rara datang. Took,tok,tok.
Afgan : assalamualaikum,
Semua : waalaikumsalam,
Afgan : sayang, gimana kabar keadaan kamu?udah agak mendingan...?
Rara : alkhamdulilah pa..dari mana?
Afgan : dari menyelesaikan urusan administrasi sama bidan. Oya, papa punya kabar
baik, besok mama dan bayi kita sudah boleh pulang ke rumah.
Ibu mertua : alkhamdulilah kalau gitu...
Keesokan harinya, ibu rara dan bayinya beserta keluarga pulang kerumah.Walaupun hari
telah berganti, ibu rara masih juga belum bisa kehilangan perasaan sedihnya. Setiap hari
ibu rara menangis, melampiasnkan kesedihan yang menggayuti hatinya. Melihat istrinya
yang seperti itu, Tentu saja suaminya merasa sedih, bingung dan prihatin. Ia berusaha
mencari jalan keluar atas masalah yang dialami istrinya tersebut. Beberapa hari kemudian
ia dengan tidak sengaja bertemu dengan teman lamanya yang sekarang sudah
menjadi bidan profesional
Bidan andin : Afgan ya?
Afgan : iya benar.
Bidan andin : masih ingat dengan saya?
Afgan : maaf, siapa ya?
Bidan andin : saya andin, masa kamu sudah lupa?
Afgan : oia, saya ingat. kita kan dulu satu SMA ya?
Bidan andin : iya pak, betul sekali. Bagaimana kabar kamu sekarang? Sudah nikah belum?
Afgan : alkhamdulilah, saya sudah menikah dan istri saya minggu lalu habis melahirkan.
Tapi sepertinya dia mengalami masalah. Ia selalu tampak sedih dan senang menyendiri di kamar.
Bidan andin : oh, mungkin ia sedang mengalami Postpartum blues. Sebenarnya itu normal
pada ibu yang pasca bersalin, umumnya terjadi 3 hari sampai 2 minggu. Namun apabila hal ini
tidak cepat ditangani misalnya dengan dukungan sosial dari berbagai pihak utamanya keluarga,
bisa saja bisa berlangsung sampai 1 tahun atau bahkan trauma berkepanjangan.
Afgan : astagfirullah, apa benar yang kamu bilang itu?Saya tidak ingin melihatnya sedih
terus menerus. (berfikir sejenak) oya, kamu kan tau tentang psikologi dan urusan kejiwaan, siapa
tahu kamu bisa bantu masalah yang sedang dihadapi istri saya. Kalian kan sama-sama
perempuan, mungkin bisa bicara dari hati ke hati.
Bidan andin : iya, insyaallah saya akan mencoba membantunya.
Beberapa hari kemudian, pak afgan membawa istterinya itu kerumah untuk bertemu
dengan bidan.
Afgan : ma, kenalin ini bidan andin teman SMA papa dulu.
Bidan andin : kenalkan, saya bidan andini, biasa dipanggil andin saja.
Rara : oia, saya rara istri pak afgan. Suami saya semalam sudah cerita tentang anda
kepada saya. (bidan andin tersipu malu dengan senyum-senyum)
Afgan : oke, ma, bidan, saya tinggal dulu ya. mau berangkat ke kantor, udah kesiangan
rara : iya pa, hati-hati di jalan ya jangan pulang telat.
Masuk ke pokok pembahasan, sesi curhat bersama bidan andini
Dokter Ning : sebenarnya apa yang menjadi masalah ibu?
Ibu rara : begini bu bidan, saya itu setelah melahirkan, Rasanya hati ini kesal melulu dan
maunya marah-marah atau ngambek . Persis kayak anak kecil. Padahal, semua itu bukan sifat
saya.
Bidan andin : memangnya apa yang membuat ibu sedih?
Ibu rara : entah kenapa ya bu bidan? Saya juga jadi pencemburu dan pemarah. Suami
pulang terlambat sedikit saja, saya marah-marah dan berpikir ia main dengan wanita lain.
Bidan andin : Itu normal dialami para ibu, terutama yang baru melahirkan dan apalagi ini
adalah pengalaman pertamanya. Tapi seiring berjalannya waktu perasaan ibu itu akan berangsur-
angsur menghilang bahkan ibu akan merasa sangan bangga dan senang melihat pertumbuhan
anak kita, tingkah polah lucu anak, celotehnya yang mengundang tawa, dan sebagainya.
Ibu rara : oh begitu ya bu bidan? (sambil mengamngguk-angguk)
Bidan andin : semestinya ibu menghindari berfikir negatif yang justru akan memperparah
kesedihan ibu itu. Baiknya, ibu tidak berprasangka buruk dulu terhadap suami. ia kan bekerja,
jadi pulang telat sedikit perlu dimaklumi, ya mingkin saja ada pekerjaan yang harus diselesaikan
saat itu juga atau bahkan bisa saja kena macet dijalan. Saran saya, mungkin ibu bisa menanyakan
kabar keberadaannya melalui telepon dan sebagainya.
Ibu rara : iya juga sih bu bidan, tapi saya khawatir dengan bentuk tubuh saya setelah
melahirkan ini. Rasanya sudah tidak menarik lagi. Saya takut kalau-kalau suami saya
menggandeng wanita lain yang masih muda, cantik dan menarik.
Bidan andini : ibu, tidak baik berprasangka seperti itu. Kalau ada masalah atau apapun baiknya
dibicarakan dari hati ke hati antara ibu dan suami. Lagian kalau saya lihat sih, nampaknya suami
ibu itu sangat sayang dengan ibu dan bayinya. Dia begitu memperhatikan kondisi ibu dan sangat
bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarga ini.
Ibu rara : iya,banyak orang yang bilang seperti itu. Ya semoga saja benar apa yang bidan
katakan.
Bidan andin : selain itu, rasa kesedihan ibu juga dapat dikurangi dan dicegah dengan Jangan
sampai merasa sangat lelah. Istirahat yang cukup dapat mencegah terjadinya gangguan
emosional.
Ibu rara : iya bu bidan
Bidan andini : Jika ibu mengalami kegelisahan, ingatlah, Anda tak sendiri. Begitu
banyak perempuan lain yang juga melahirkan, dan tidak apa-apa. Mereka bisa melewati masa-
masa yang sedang ibu alami saat ini.
Ibu rara : iya bu bidan, terima kasih atas saran dan nasehatnya. Alkhamdulilah perasaan
saya sudah agak ringan.
Bidan andini : iya, sama-sama bu. Ini memang sudah tugas saya. Saya doakan semoga ibu bisa
melaluinya. Amin
Ibu rara : insyaallah, amiin.

Hari berganti hari, Seiring berlalunya Sang waktu, ibu rara bisa menerima kondisinya
sekarang yaitu berperan sebagai seorang ibu dari anaknya dan istri bagi suaminya. Ia
mulai pandai memenej perasaannya dan mulai menjalani aktivitas seperti ibu-ibu pada
umumnya. Suami dan keluarga pun tak henti-hentinya menberi dukungan moril kepada
ibu rara untuk mampu melewati setiap fase perkembangan anaknya.
KESIMPULAN
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam
tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan
penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi.
Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka
dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau
istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial
dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami,
keluarga dan juga teman dekatnya
Penelitian ini merupakan Janis penelitian diskriptif dengan metode survei, menggunakan
pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Tengah dengan mengam¬hil
lokasi di. Kahupaten Demak. yaitu di 20 desa tempat penugasan hidan desa di lima wilayah keria
Puskesmas. Pethilihan lokasi kabupaten dan wilayah keria Puskesmas dilakukan secara purposif
dengan mempertimbangkan aspek aksesibilitas. Sampel atau responden penelitian adalah bidan
desa yang bertugas di desa terpilih (sebanyak 20 orang), dan wanita desa yang persalinan dan
pasca persalinannya ditolong dan dirawat oleh bidan desa (sebanyak 60 orang). Sampel wanita
desa dipilih secara acak, yaitu sebanyak tiga orang untuk tiap desa tempat penugasan bidan desa.
Basil penelitian menunlukkan pengetahuan, sikap dan Praktek (PSK) Wanita Desa dalam
Pemberian ASI secara Eksklusif masih relatif rendah. Istilah ASI EKSELUS/Fternyata belum
diketahui hampir selu¬rub wanita desa (93,3 %), demikian juga tentang lama pemberian AST
eksklusif (hanya 41.7 %). Rata-rata praktek pemberian ASI secara eksklusif oleh wanita desa
adalah 57,2 hart (sd=62,2) atau kira-kira 2 bulan dengan range 0 bulan sampai dengan 6 bulan.
Sebagian besar wanita desa telah memberikan makanan non-ASI, berupa susu formula, makanan
lembek, makanan lunak, buah dan sayur pada usia dini. Banyak praktek yang tidak benar dalam
pemberian makanan non-ASI pada bayi oleh wanita desa. Pada bayi yang berusia 0 bulan,
sebanyak 11,6 % telah mendapatkan susu botol, 5 % telah diberi makanan lembik dan 1,7 %
telah diberi makanan lunak, dan 3,3 % diberi buah. Pada bayi yang berusia 1 bulan, sebanyak
40,0 % telah mendapatkan susu botol, 33,3 % telah diberi makanan lembik dan 18,3 % telah
diberi makanan lunak. dan pada bayi yang berusia 3 bulan, sebanyak 53,3 % telah mendapatkan
susu botol. 50 % telah diberi makanan lembik dan 20 % telah diberi makanan lunak. Sampai
dengan usia 4 bulan, terda pat 55,5 % wanita desa yang telah memberikan susu formula. Susu
botol yang banyak diberikan adalah merek SGM, sedang makanan lembik yang diberikan hampir
seluruhnya Jenis makanan pabrikan, yaitu bubur Promina/ SUN/Cerelac. Jenis makanan lunak
yang paling banyak diberikan pada bayi adalah nasi tim, atau nasi uleg (biasanya ditambah
pisang). Jenis bush Yang Pertama kali dikenalkan kepada bayi adalah pisang dan jeruk. Buah
pisang baik dan bergizi untuk bayi dan ibu (86.6 %), dan informasi tentang pentingnya
pemberian kolosterum. serta lama pemberian ASI eksklusif. Dalam kegiatan pemasaran sosial
pemberian ASI eksklusif, care-cara persuasif/membujuk. dan metode promosi personal con¬tact
berupa kun.iungan atau pada kesempatan dikunjungi, serta media oral/lesan digunakan dipilih
oleh bidan desa. Sebagian dari bidan desa telah menjalin kerjasama dengan kolega di desa.
Kesiapan dan pengorganisasian kegiatan bidan desa dalam kegiatan pemasaran sosial pemberian
ASI secara eksklusif belum baik. Hashl analisis statistik menun,iukkan faktor individu bidan
desa veitu masa keria bidan desa ternyata berkorelasi positif bermakna pada taraf 5 % dengan
skor sikap wanita desa dalam pemberian ASI secara eksklusif. Disamping itu skor sikap bidan
desa dalam pemasaran sosial pemberian ASI secara eksklusif ter¬nvata berkorelasi positif
bermakna pada taraf 5 % dengan skor pengetahuan. sikap ataupun ketrampilan/praktek (PSK)
wanita desa dalam pemberian ASI secara eksklusif. Faktor umur bidan dan status perkawinan
bidan tidak ditemukan adanya korelasi yang bermakna dengan skor pengetahuan. sikap ataupun
ketrampilan/ praktek wanita desa dalam pemberian ASI secara eksklusif. Kedudukan hidan desa
sebagai sumber informasi, kelengkapan materi yang disampaikan dalam promosi berkorelasi
positif bermak¬na pada taraf 5 % dengan skor pengetahuan. sikap ataupun ketram¬pilen/praktek
(PSK) wanita desa dalam pemberian ASI secara eks¬klusif. Faktor frekuensi penyampaian.
metoda & media penyampai¬an, dan intensitas kuniungan/tatap muka. serta penyampaian
informasi tentang susu formula tidak berkorelasi secara bermakna pada taraf 5 % dengan skor
pengetahuan, sikap, ataupun ketrampi¬lan/praktek (PSK) wanita desa dalam pemberian ASI
secara eksklu¬sif. Jenis materi informasi yang berkorelasi positif bermakna dengan skor
pengetahuan, sikap dan ketrampilan/praktek wanita desa dalam pmberian ASI secara eksklusif
adalah informasi tentang lama pemberian ASI eksklusif dan pentingnya pemberian ASI yang
pertama keluar kepada bayi. bahkan telah diberikan kepada bayi pada saat bay! Baru saga lahir.
Janis eayuran yang telah dikenalkan pada bay! yang beru¬sia 4 bulan ke bawah adalah bayam.
Bidan desa yang menjadi sampel penelitian memiliki tingkat PSK tentang ASI atau ASI
eksklusif cukup baik. Sebanyak 85 % bidan dapat menJelaskan pengertian pemberian ASI
eksklusif dengan benar. Berkaitan dengan lama pemberian ASI secara eksklusif, sebanyak 80 %
bidan desa mengemukakan bahwa pemberian ASI eksklu¬sif adalah 0-4 bulan. sebanyak 15 %
bidan mengemukakan sampai usia 3 bulan dan 5 % bidan menjawab sampai 24 bulan. Semua
bidan desa bersedia untuk menjelaskan pengertian pemberian ASI secara eksklusif kepada ibu
PUS binaan, namun selama ini hanya 80 % bider) yang menyatakan telah sering menyampaikan
pengertian tersebut kepada mereka. Tentang manfaat pemberian ASI secara eksklusif, yang
paling banyak disebut oleh bidan desa adalah untuk kekebalan bayi (70 %). Semua bidan
menyatakan percaya terhadap manfaat pemberian tersebut, dan menyatakan telah
menvam¬paikan manfaat-manfaat tersebut kepada ibu PUS binaan. Pengetahuan bidan desa
berkaitan dengan pemasaran sosial ternyata masih rendah. Sebanyak 55 % bidan menyatakan
belum pernah mendengar istilah pemasaran sosial, sedangkan 45 % bidan pernah mendengar,
tetapi tidak bisa menielaskan dengan benar. Mereka pada umumnya berpendapat pemasaran
sosial tidak beda dengan penyuluhan, dan dalam menyampaikan informasi kepada PUS binaan
selame ini adalah dengan menggunakan penyuluhan Ridan desa merupakan sumber informasi
dart 35 % wanita desa yang diteliti terutama mengenai jenis makanan yang baik untuk bay! yang
sesuai dengan umurnya, dan paling dipercaya dibanding sumber yang lain. (dipercaya oleh 45 %
wanita desa) Jumlah kesempatan bertemu antara bidan desa dan ibu PUS yang persalinannya
ditolong oleh bidan desa rata-rata 14 kali (13.8, sd=4,3) dart saat ibu PUS hamil sampai dengan
bayi berusia 4 bulan, sedangkan untuk ibu PUS yang ditolong dukun Jumlah kesem patan
bertemu lebih sedikit yang rata-rata 10 kali (9,9, sd=3,3). Sebanyak 85 % bidan desa
menyampaikan informasi tentang pentingnya ASI setiap kali berkunjung. Informasi yang paling
banyak disampaikan bidan desa dan diingat oleh lebih dari separuh wanita class, adalah berkaitan
dengan pemberian makanan yang

Selama ini masyarakat umum menganggap bahwa penyakit diare dianggap sebagai penyakit
sepele atau bahkan tidak dianggap penting. Di tingkat nasional, diare masuk dalam daar sepuluh
penyakit yang sering dilaporkan oleh masyarakat, dan ternyata tetap ada setiap tahunnya. Bahkan
kematian anak balita yang disebabkan karena diare angkanya cukup besar dan belum beranjak turun. Di
Kabupaten Kulonprogo tingkat diare pada kenyataannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan
pada tahun 2006, angka diare pernah menjadi KLB (kejadian luar biasa) dengan jumlah penderita 45
orang , dengan angka kematian 1 orang. Pada tahun 2007, data survelence terpadu penyakit berbasis
Puskesmas (diare dan gastroente) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kulonprogo pada tahun 2007
menunjukkan bahwa jumlah total 6.359 kasus dengan jumlah laki-laki 3.757 orang dan perempuan
sejumlah 2.602 orang. Data tersebut merupakan data yang resmi dicatat atau dilaporkan dari penderita
yang datang berobat ke rumah sakit atau puskesmas, yang diperbaharui ( diupdate ) secara mingguan.
Angka tersebut tidak termasuk angka-angka yang tidak terlaporkan karena penderita tidak dibawa
berobat ke rumah sakit atau puskesmas karena penderita diobati sendiri oleh orangtuanya.

1. Analisis Lingkungan :
a. Kondisi lingkungan kurang bersih
b. Kondisi pemukiman rawan banjir dan padat
c. Tidak ada sarana air bersih
Perilkau konsumen :
Budaya masyarakat membuang sampah ke sungai.
Kebiasaan membuang kotoran tidak di jamban.
Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
1. 2. TARGET : anak usia sekolah.
2. 3. TAKTIK DAN MARKETING MIX (4P)
a. Produk :
Kampanye cuci tangan menggunakan sabun, penggunaan oralit dengan benar saat diare.
b. Place :
Sekolah Dasar, Posyandu, Kegiatan PKK.
c. Price :
Pembelian produk dengan diskon / promosi dari pihak sponsor.
d. Promotion :
Melalui media cetak seperti pamflet, brosur, dan media elektronik seperti radio, televisi, dan
website.

Anda mungkin juga menyukai