Anda di halaman 1dari 18

(1) MACAM ACARA PEMERIKSAAN PIDANA a.

Terdakwa dipanggil “secara tidak sah”


- Menunda persidangan
● Pemeriksaan perkara pidana dilakukan berdasarkan berkas perkara b. Terdakwa sudah dipanggil “secara sah”
(beserta surat dakwaan) yang dilimpahkan penuntut umum ke - Pemeriksaan perkara tidak dapat dilangsungkan
pengadilan → hakim sebelum dimulainya pemeriksaan sudah - Apabila sudah dipanggil secara sah untuk kedua kalinya,
mengetahui isi dari berkas perkara → reframing pola pikir majelis tapi tetap tidak hadir tanpa alasan → hakim dapat
hakim (hakim tidak dalam keadaan pikiran kosong) memerintahkan penuntut umum untuk menghadirkan
● Jenis acara pemeriksaan di persidangan tergantung pada tindak dengan paksa (Pasal 154 ayat (6) KUHAP)
pidana yang diadili dan mudah atau tidaknya proses pembuktian
perkara pidana 3. Ketua Sidang Memimpin Pemeriksaan (Pasal 217 KUHAP)
SCBD : Singkat, cepat, biasa.
kalau gabisa ya DIVERSI
PRINSIP PEMERIKSAAN PERSIDANGAN 4. Pemeriksaan Secara Langsung dan Lisan
1. Pemeriksaan Terbuka untuk Umum ● Pasal 153 ayat (2) huruf a KUHAP→ dilakukan secara langsung
● Terbuka untuk umum → setiap orang yang hendak mengikuti dan lisan
jalannya persidangan dapat hadir memasuki ruangan sidang ● Pelanggaran terhadap prinsip ini → putusan “batal” demi hukum
● Pengecualian Pasal 153 ayat (3) KUHAP → terhadap perkara
kesusilaan atau perkara terdakwanya anak-anak dilakukan tertutup 5. Wajib Menjaga Pemeriksaan Secara Bebas
● Beberapa hal yang harus ditaati pengunjung sidang ● Tidak boleh dilakukan “penekanan” atau “ancaman” → hilangnya
a. Hadirin harus bersikap hormat (Pasal 218 KUHAP) kebebasan memberikan keterangan
b. Larangan membawa senjata api (Pasal 219 KUHAP) ● Pasal 166 KUHAP → pertanyaan yang “bersifat menjerat” tidak
c. Harus hadir sebelum hakim memasuki ruang sidang (Pasal 232 boleh diajukan
KUHAP) ● Pasal 175 KUHAP → jika diajukan pertanyaan menjerat, lebih baik
*Pasal 153 ayat (5) KUHAP → anak yang belum berumur 17 “menolak untuk menjawab”
tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang
6. Pemeriksaan Lebih Dulu Mendengar Keterangan Saksi
2. Hadirnya Terdakwa dalam Persidangan ● Pasal 160 ayat (1) huruf b KUHAP → pertama-tama didengar
● Tidak membenarkan proses peradilan in absentia keterangannya adalah korban yang menjadi saksi
● Pasal 154 KUHAP → mengatur bagaimana menghadirkan ● Dihubungkan dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP → urutan AB
terdakwa keterangan saksi urutan pertama, sedangkan AB keterangan
a. Ketua sidang memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk terdakwa urutan terakhir
ke dalam ruang persidangan
b. Jika terdakwa pada sidang yang telah ditentukan tidak hadir, ACARA PEMERIKSAAN BIASA
ketua sidang meneliti apakah terdakwa telah dipanggil secara 1. Pemeriksaan Identitas Terdakwa
sah ● Pasal 155 ayat (1) KUHAP → hakim ketua sidang menanyakan
● Ketidakhadiran terdakwa bisa terjadi 2 kemungkinan terdakwa mengenai identitasnya
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
● Tujuan → mencocokkan dengan identitas terdakwa dalam surat ● Tahap pembuktian akan ditutup dengan Pemeriksaan Terdakwa
dakwaan dan berkas perkara
6. Pembacaan Tuntutan atau Requisitor
2. Pembacaan Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum ● Darwan Prints → requisitor adalah surat yang dibuat oleh penuntut
● Surat dakwaan → berisi fakta hukum dan ketentuan pidana yang umum setelah pemeriksaan selesai dan kemudian dibacakan dan
diduga dilanggar oleh terdakwa diserahkan kepada hakim dan terdakwa atau penashiat hukum →
● Terdakwa dan penasihat hukum memiliki hak meminta salinan disebut juga “surat tuntutan hukum”
dakwaan dan berkas perkara sebelum persidangan → untuk ● Surat tuntutan hukum → kesimpulan berdasarkan proses
menyiapkan pembelaan pembuktian
● Pasal 155 ayat (2) huruf b KUHAP → setelah selesai pembacaan ● Apabila terbukti → penuntut umum menyebutkan ancaman
oleh JPU, hakim memastikan terdakwa mengerti mengenai isi hukuman yang dimohonkan
dakwaan penuntut umum ● Apabila tidak terbukti → meminta agar terdakwa dibebaskan dari
segala hukuman
3. Pembacaan Eksepsi atau Tangkisan oleh Terdakwa dan/atau ● Isi requisitor → Pasal 182 ayat (1) KUHAP tuntutan dan pembelaan
Penasihat Hukumnya
● Eksepsi → keberatan yang diajukan oleh terdakwa terhadap 7. Pembacaan Pledooi atau Nota Pembelaan
formalitas surat dakwaan 1. ketidakwenangan pengadilan untuk
mengadili (absolut maupun relatif)
● Pledooi atau nota pembelaan → tangkisan atau tanggapan atas
● BUKAN merupakan keberatan pokok perkara 2. dakwaan tidak dapat diterima tuntutan penuntut umum
3. dakwaan harus dibatalkan
● J.C.T Simorangkir → pembelaan yang diucapkan oleh
4. Pembacaan Putusan Sela (jika terdakwa mengajukan eksepsi) terdakwa/penasihat hukumnya yang berisi tangkisan terhadap
● Eksepsi ditolak → proses persidangan dilanjutkan ke tahap tuntutan/tuduhan penuntut umum dan mengemukakan hal-hal yang
pembuktian meringankan dan kebenaran dirinya
● Eksepsi diterima → proses persidangan akan selesai setelah ● Dasar hukum → Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP
majelis hakim membacakan putusan yang mengabulkan eksepsi
terdakwa 8. Tanggapan Jaksa Penuntut Umum terhadap Nota Pembelaan dan
Tanggapan Terdakwa terhadap Tanggapan Jaksa Penuntut Umum
5. Pembuktian terhadap Nota Pembelaan (jika ada)
● Penuntut umum → meyakinkan hakim bahwa terdakwa bersalah
dengan mengajukan bukti-bukti yang telah dikumpulkan sejak tahap 9. Musyawarah Majelis Hakim untuk Menjatuhkan Putusan terhadap
penyidikan Terdakwa
● Terdakwa → memiliki hak untuk membuktikan bahwa ia tidak ● Pasal 182 ayat (2) KUHAP → setelah pemeriksaan sidang selesai,
bersalah dengan mengajukan bukti-bukti meringankan hakim ketua sidang menyatakan bahwa pemeriksaan ditutup,
● Kesempatan pertama → JPU → biasanya pemeriksaan saksi dan dengan ketentuan dapat membukanya sekali lagi, baik atas
ahli kewenangan hakim ketua sidang karena jabatannya, maupun atas
● Dilanjutkan ke pihak terdakwa
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
permintaan penuntut umum atau terdakwa atau penasihat hukum ● Tata Cara Pemeriksaan Acara Singkat
dengan memberikan alasannya 1. Umumnya Berpedoman pada Acara Biasa
● Setelah ditutup, majelis hakim segera mengadakan musyawarah - Tata cara pemanggilan, sengketa kewenangan mengadili, tata
untuk mengambil keputusan cara pemeriksaan, dan pembuktian berlaku seperti acara biasa
● Dimulai dari hakim yang termuda sampai tertua, biasanya hakim → yang membedakan dirumuskan dalam Pasal 203 ayat (3)
ketua majelis musyawarah, voting, pendapat hakim yg paling menguntungkan terhadap terdakwa huruf a sampai huruf f KUHAP
● Pasal 182 ayat (6) KUHAP → hasil permufakatan bulat
● Pasal 182 ayat (7) KUHAP → dicatat dalam buku himpunan 2. Perkara Dilimpahkan pada Hari Sidang yang Telah Ditentukan
putusan dan bersifat rahasia Pengadilan
- Berkas perkara tidak dilimpahkan lebih dulu dengan surat
10. Majelis Hakim Menjatuhkan Putusan Akhir pelimpahan, tapi langsung dilimpahkan di sidang pengadilan
pada hari yang telah ditentukan.
ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (SUMMIERE PROCEDURE) - Registrasi dilakukan setelah perkara disidangkan atau setelah
● Yang membedakan dengan acara pemeriksaan biasa → dilakukan diputus
tanpa surat dakwaan
● Merupakan the short session of the court 3. Pelimpahan Acara Singkat Tanpa Surat Dakwaan
● Diatur dalam Pasal 203 KUHAP - Tetapi tidak melarang penuntut umum untuk membuat surat
1. Pembuktian dan Penerapan Hukumnya Mudah dan Sifatnya dakwaan agar memudahkan
Sederhana
- Sederhana → tidak memakan waktu lama dan kemungkinan 4. Memberitahukan Secara Lisan Tindak Pidana yang
besar dapat diputus hari itu juga atau dapat diputus dengan Didakwakan
satu atau dua kali persidangan saja - Kalau ada surat dakwaan dapat dibacakan secara lisan
- Pembuktian dan Penerapan Hukumnya Mudah → terdakwa - Ketua Sidang memeriksa dan menanyakan identitas terdakwa
sendiri pada waktu pemeriksaan penyidikan telah “mengakui” - Penuntut Umum memberitahu dengan lisan tindak pidana yang
sepenuhnya perbuatan tindak pidana yang dilakukan. Didukung didakwakan
dengan AB yang sah
5. Pemberitahuan Dakwaan Dicatat dalam Berita Acara
2. Ancaman Maupun Hukuman yang Akan Dijatuhkan Tidak Berat - Dicatat oleh panitera dalam berita acara pemeriksaan sidang
- Biasanya tidak melampaui 3 tahun penjara pengadilan
- Tindak pidana ringan (ancaman maksimum 3 bulan - Catatan dalam berita acara berfungsi sebagai “pengganti” surat
penjara/kurungan dan denda) tidak dapat dikelompokkan dalam dakwaan
pemeriksaan singkat → acara pemeriksaannya berbeda
- Patokannya adalah hukumannya di atas 3 bulan penjara dan 6. Pengembalian Berkas Perkara kepada Penuntut Umum
dendanya lebih dari Rp7.500.000 - Pengembalian berkas perkara atas alasan formal
- Pengembalian berkas perkara karena tidak lengkap
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
- Pengembalian berkas hanya dapat dilakukan sebelum perkara ● Pengadilan Negeri Menentukan Hari Sidang Tindak Pidana Ringan
diregister (Pasal 206 KUHAP)
- Cara pengembalian dilakukan di bawah tangan - 7 hari dalam satu bulan
- Hari-hari tersebut diberitahukan pengadilan kepada penyidik
7. Penuntut Umum Menghadapkan Orang yang Berkepentingan supaya mengetahui dan dapat mempersiapkan pelimpahan berkas
pada Hari Itu Juga perkara tipiring
- Penuntut umum harus selektif terhadap perkara, apakah itu ● Tata Cara Pemeriksaan Tipiring (Pasal 205 ayat 2 KUHAP)
termasuk jenis perkara singkat atau tidak 1. Pelimpahan perkara dilakukan penyidik “atas kuasa penuntut
- Kewajiban penuntut umum menghadapkan terdakwa, saksi, umum”
ahli, juru bahasa, dan barang bukti yang diperlukan pada hari - Langsung dilimpahkan penyidik ke pengadilan tanpa melalui
itu juga aparat penuntut umum
- Penyidik mengambil alih wewenang penuntut umum
8. Penggantian Hakim yang Berhalangan - Tidak mengurangi hak penuntut umum untuk menghadiri
- Sama seperti acara biasa → hakim yang berhalangan “wajib pemeriksaan sidang → walaupun datang juga tidak memiliki arti
segera” menunjuk pengganti (Pasal 198 ayat 1 KUHAP) apa-apa

9. Pemeriksaan Tambahan 2. Dalam tempo 3 hari penyidik menghadapkan segala sesuatu


- Dilakukan paling lama 14 hari yang diperlukan diperlukan ke sidang
- Apabila lebih dari 14 hari maka diajukan ke sidang pengadilan - Terdakwa dan barang bukti dihadapkan penyidik ke sidang
1. menurut hakim diperlukan pemeriksaan
dengan “acara biasa” pengadilan dalam waktu 3 hari → terhitung sejak berita acara
tambahan untuk melengkapi berkas (14 hari)
2. menurut hakim syarat2 tdk terpenuhi untuk pemeriksaan selesai dibuat oleh penyidik
ACARA PEMERIKSAAN CEPAT AP singkat - 3 hari adalah batas minimum → tidak boleh kurang dari 3 hari
● Terbagi dua, yakni
- Acara pemeriksaan tindak pidana ringan 3. Perkara yang diterima segera disidangkan pada hari itu juga
- Acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas - Pasal 207 ayat (1) huruf b KUHAP
- Ketentuan bersifat imperatif → “harus segera” dimaknai pada
Tindak Pidana Ringan hari itu juga
● Tindak pidana yang menjadi ukuran dalam tindak pidana ringan (Pasal
205 ayat 1 KUHAP) 4. Pengembalian berkas perkara kepada penyidik
- Tindak pidana yang ancaman pidananya “paling lama 3 bulan” - Perkara lengkap dan memenuhi syarat formal → harus
penjara atau kurungan disidangkan hari itu juga, tidak ada alternatif lain
- Denda sebanyak-banyaknya Rp7.500.000 - Perkara tidak lengkap dan tidak memenuhi syarat formal
- “Penghinaan ringan” yang dirumuskan Pasal 315 KUHP → masuk a. Tanggung jawab berkas selama belum diregister masih
disini walaupun ancaman pidananya paling lama 4 bulan karena tetap berada di tangan penyidik
sudah dirumuskan pasal 205 ayat 1
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
b. Untuk selanjutnya diajukan pada hari sidang yang akan
datang ● Berita Acara Sidang Tidak Dibuat (Pasal 209 ayat 2 KUHAP)
- Terhadap tipiring penyelesaian perkara dapat diterapkan tata - Pemeriksaan tipiring tidak dibuat berita acara pemeriksaan sidang
cara: - Berita acara pemeriksaan yang dibuat oleh penyidik sekaligus
a. Kalau terdakwa tidak hadir tanpa alasan yang sah → dianggap dan dijadikan berita acara pemeriksaan sidang
putusan dijatuhkan “secara verstek” → Pasal 214 ayat (2) pengadilan
KUHAP - Pembuatan berita acara pemeriksaan sidang pengadilan dianggap
b. Kalau saksi tidak hadir → tidak menghalangi pemeriksaan perlu jika ternyata hasil pemeriksaan sidang pengadilan terdapat
dan putusan dijatuhkan hal yang tidak sesuai dengan berita acara pemeriksaan yang dibuat
oleh penyidik
5. Cara pemberitahuan sidang kepada terdakwa (Pasal 207 ayat ● Putusan dalam Acara Tipiring
(1) huruf a KUHAP) - Putusan berbentuk “catatan” → sekaligus berisi amar putusan
- Pemberitahuan secara tertulis berbentuk “catatan dalam daftar catatan perkara”
- Pemberitahuan secara tertulis tsb memuat → hari, tanggal, jam, - Tata cara membuat putusan
dan tempat sidang pengadilan 1) Hakim mencatat putusan dalam daftar catatan putusan
- Catatan pemberitahuan bersama berkas dikirim ke pengadilan 2) Panitera memuat catatan dalam buku register
3) Pencatatan putusan ditandatangani oleh hakim dan panitera
6. Panitera mencatat dalam register perkara yang diterimanya - Sifat putusan acara tipiring
- Setelah pengadilan menerima perkara dengan acara a. Putusan PN bersifat putusan “tingkat terakhir” → bertindak
pemeriksaan tipiring → hakim yang bertugas memeriksa sebagai peradilan instansi pertama dan tingkat banding
perkara memerintahkan panitera mencatat dalam buku register b. Tidak dapat diajukan banding → upaya hukumnya kasasi
- Terhadap putusan perampasan kemerdekaan terdakwa dapat
7. Pengajuan perkara tanpa surat dakwaan diajukan banding → kalau pidana denda aja gabisa banding
- Surat dakwaan dianggap tercakup dalam buku register
Pelanggaran Lalu Lintas
8. Pemeriksaan perkara dengan hakim tunggal (Pasal 205 ayat 3 ● Pelanggaran lalu lintas diatur Pasal 211 KUHAP
KUHAP) ● Tidak diperlukan berita acara pemeriksaan
● Terdakwa dapat menunjuk wakilnya → penunjukkan wakil dengan
9. Saksi tidak mengucapkan sumpah “surat kuasa” atau “surat perwakilan”
- “Jika dianggap perlu oleh hakim” → tidak ada kewajiban
mengucapkan sumpah, tapi lebih baik jika hakim menjatuhkan ● Pemeriksaan dan putusan di luar hadirnya terdakwa →
putusan jika didukung keterangan saksi yang dilandasi memperlihatkan quasi perdata dalam perkara pidana dan merupakan
sumpah/janji penyimpangan asas in absentia
- Batas minimum pembuktian dan pembuktian secara negatif ● Putusan perkara lalu lintas jalan yang dapat dibanding → Perlawanan
tidak diterapkan secara mutlak putusan verstek disebut verzet
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
(2) PEMBUKTIAN ● Subjectieve en Objectieve Rechterlijke Theorie → pihak yang
mendalilkan harus membuktikan
DEFINISI ● Presumption of Liberty Theory → rakyat bebas sampai dibatasi oleh
Yahya Harahap → ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman UU, prinsip ini digunakan untuk judicial review & negara mempunyai
mengenai cara yang dibenarkan menurut UU untuk membuktikan tanggung jawab pembuktian
kesalahan yang dilakukan terdakwa
SISTEM PEMBUKTIAN KUHAP → menurut UU secara negatif
SISTEM PEMBUKTIAN ● Pasal 183 KUHAP → “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
● Keyakinan hakim semata (conviction-in time) seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti
- Bersalah atau tidaknya terdakwa hanya didasarkan pada keyakinan yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
hakim semata benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
- Alat bukti dapat menjadi dasar atau tidak menjadi dasar dalam melakukannya.”
keyakinan hakim tersebut sehingga dapat menjatuhkan putusan ● Komponen:
tanpa didasarkan alat bukti yang cukup - Minimal dua alat bukti yang sah menurut UU
● Keyakinan dengan alasan logis (conviction-raisonne) - Keyakinan hakim berdasarkan alat bukti
- Pembatasan keyakinan hakim, yaitu bersalah atau tidaknya ● Menjamin kebenaran sejati & tegaknya keadilan dan kepastian hukum
terdakwa didasarkan pada keyakinan hakim, tetapi hakim perlu ● Pasal 66 KUHAP → “Tersangka atau terdakwa tidak dibebani
menguraikan dan menjelaskan alasan yang mendasarinya kewajiban pembuktian”
- Alasan yang perlu dijelaskan tidak perlu didasarkan pada ● Pasal 137 KUHAP → “Penuntut umum berwenang melakukan
undang-undang, tetapi menurut ilmu pengetahuan hakim sendiri penuntutan terhadap siapa pun yang didakwa melakukan suatu tindak
● Menurut UU secara positif pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke
- Bersalah atau tidaknya terdakwa bergantung pada alat bukti dan pengadilan yang berwenang mengadilinya.”
cara pembuktian yang limitatif (terbatas) menurut undang-undang ● Penerapan → saat ini cenderung ke menurut UU secara positif
- Keyakinan hakim tidak berperan dalam menentukan kesalahan
terdakwa BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK
● Menurut UU secara negatif ● Beban pembuktian terbalik absolut
- Bersalah atau tidaknya terdakwa bergantung pada pembuktian alat Terdakwa membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah (tidak digunakan
bukti menurut undang-undang ditambah keyakinan hakim karena melanggar HAM → asas presumption of innocence, non-self
berdasarkan pembuktian tersebut incrimination, dan right to remain silent)
BEBAN PEMBUKTIAN → kewajiban membuktikan adanya tindak pidana ● Beban pembuktian terbalik terbatas dan berimbang
● Teori normatif → pihak yang bertanggung jawab membuktikan Terdakwa dapat membuktikan tidak bersalah, tetapi jaksa harus
ditentukan oleh UU membuktikan dakwaannya (dianut dalam UU Tipikor & UU TPPU)
● Teori afirmatif → pihak yang menuduh yang harus membuktikan
● Teori kepatutan → pihak yang lebih kuat kedudukannya dalam PRINSIP BATAS MINIMUM PEMBUKTIAN → dua alat bukti → saling
pembuktian harus membuktikan bersesuaian, menguatkan, tidak bertentangan (kecuali pemeriksaan cepat)
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
ALAT BUKTI LIMITATIF → Pasal 184 KUHAP + Pasal 5 UU ITE 2. Keterangan Ahli
1. Keterangan Saksi - Pasal 186 KUHAP → apa yang dinyatakan di sidang pengadilan
- Pasal 160 ayat (3) & (4) → saksi wajib disumpah/janji sebelum - Pasal 1 angka 28 → keterangan yang diberikan seorang ahli yang
memberikan kesaksian atau setelah memberikan kesaksian (atas memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
pertimbangan hakim) membuat terang suatu perkara pidana → kepentingan pemeriksaan
- Saksi bernilai sebagai bukti - Ada dalam tingkat penyidikan
a. Pasal 1 angka 27 → dilihat, didengar, alami, dan menyebut a. Pasal 132 → pemalsuan tanda tangan
alasan dari pengetahuan (diluar itu bukan keterangan saksi) b. Pasal 133 → dokter untuk memeriksa korban tindak pidana
b. Pasal 185 ayat (1) → testimonium de auditu (keterangan yang (keterangan ahli korban luka/keracunan/kematian hanya bisa
diperoleh dari hasil pendengaran orang lain) bukan alat bukti dokter, pihak lain hanya disebut keterangan)
c. Pasal 185 ayat (5) → pendapat/rekaan/hasil pemikiran bukan - Keterangan ahli dibuat tertulis → termasuk ke dalam alat bukti surat
keterangan saksi (tergantung penilaian hakim)
- Diberikan/dinyatakan di sidang pengadilan
- Pasal 185 ayat (2) dan (3) → Keterangan seorang saksi tidak 3. Surat
cukup, kecuali ditambah salah satu alat bukti lain (termasuk - Pasal → dibuat atas sumpah jabatan & dikuatkan dengan sumpah
keterangan terdakwa) → “unus testis nullus testis” - Jenis alat bukti surat (Pasal 187)
- Pasal 185 ayat (4) → Keterangan beberapa saksi yang berdiri a. Berita acara
sendiri dapat menjadi alat bukti jika ada hubungannya satu sama Surat resmi yang dibuat pejabat umum berwenang yang
lain memuat keterangan tentang kejadian/keadaan yang didengar,
- Menilai kebenaran keterangan saksi (185 ayat (6)) dilihat, dialami pejabat, menjelaskan alasan keterangan dibuat
a. Kesesuaian antar-keterangan saksi b. Menurut ketentuan perundang-undangan
b. Kesesuaian antara keterangan saksi dan alat bukti lain Surat yang dibuat oleh aparat pengelola administrasi eksekutif,
c. Alasan saksi menyampaikan keterangan (dapat berupa kondisi diperuntukan bagi pembuktian suatu hal/keadaan
saat melihat kejadian/unsur subjektif lainnya) c. Keterangan ahli → Pendapat ahli/laporan dalam bentuk tertulis
d. Sesuatu yang mempengaruhi keterangan saksi d. Surat lain → bersifat pribadi dan hanya dapat menjadi alat bukti
- Keterangan saksi bukan alat bukti → dapat menjadi tambahan alat jika isi surat memiliki hubungan dengan alat bukti lain
bukti yang memperkuat keyakinan hakim
a. Keterangan tanpa sumpah (saksi/ahli menolak sumpah) → 4. Petunjuk
pemeriksaan tetap dilakukan, saksi dapat ditahan maksimal 14 - Perbuatan, kejadian, keadaan karena persesuaian menandakan
hari (berdasar surat penetapan hakim) terjadi tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku
b. Adanya hubungan kekeluargaan → tidak dapat memberikan - Pasal 188 ayat (2) → Hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi,
harus disumpah keterangan dengan sumpah, kecuali dikehendaki dan disetujui surat, keterangan terdakwa
tegas oleh terdakwa dan penuntut umum - Baru digunakan jika alat bukti lain belum mencukupi batas minimum
c. Golongan dalam Pasal 171 → anak dibawah 15 tahun & belum pembuktian
kawin, orang sakit ingatan dan sakit jiwa (meski sesekali) - Penilaian dilakukan hakim dengan arif, bijaksana, penuh cermat
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
5. Keterangan Terdakwa ● Tersangka/terdakwa yang mengalami upaya paksa tanpa alasan yang
- Pasal 189 → Apa yang dinyatakan terdakwa di sidang mengenai sah berhak menuntut ganti rugi/rehabilitasi
perbuatan yang dilakukan sendiri/diketahui sendiri/dialami sendiri
- Hanya digunakan terhadap dirinya sendiri (berdiri sendiri) → dapat Penjabaran Dalam KUHAP
menjadi keterangan terdakwa lain dalam bentuk keterangan saksi 1. Hak Tersangka/Terdakwa Segera Mendapat Pemeriksaan
- Tidak cukup membuktikan terdakwa bersalah/tidak sehingga perlu ● Pasal 50 KUHAP
didukung alat bukti lain - Berhak segera untuk diperiksa oleh penyidik
- Keterangan di luar sidang hanya dapat membantu menemukan - Berhak segera diajukan ke sidang pengadilan
bukti di persidangan - Berhak segera diadili dan mendapat putusan pengadilan
(speedy trial right)
6. Alat Bukti Elektronik
- Perluasan alat bukti Pasal 184 ayat (1) KUHAP 2. Hak untuk Melakukan Pembelaan (Pasal 51 - 57 KUHAP)
- Pasal 5 UU ITE jo Putusan MK No. 20/PUU-XIV/2016 → alat bukti ● Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang
elektronik dapat menjadi alat bukti sah sepanjang tidak dilakukan dimengerti tentang apa yang disangkakan padanya
dengan cara yang melanggar hukum ● Hak pemberitahuan yang demikian dilakukan pada waktu
pemeriksaan mulai dilakukan thd tersangka
(3) KAPSEL HAPID (masih senin materinya,,) ● Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang dapat
dimengerti tentang apa yang didakwakan padanya
● Berhak memberi keterangan dengan bebas dalam segala tingkat
(4) HAK TERSANGKA/TERDAKWA DAN KONEKSITAS pemeriksaan → dari penyidikan sampai pengadilan
● Berhak mendapat juru bahasa
HAK TERSANGKA/TERDAKWA ● Berhak mendapat bantuan hukum (Pasal 54 KUHAP)
Landasan Prinsip UU 14/1970 tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman - Untuk kepentingan pembelaan diri dapat dibantu penasihat
● Pasal 4 ayat 2 → peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan dan dalam setiap
● Pasal 4 ayat 3 → fair trial (larangan campur tangan oleh siapapun waktu yang diperlukan
dalam urusan peradilan di luar kekuasaan peradilan) - Sifatnya adalah hak dan bukan “wajib”
● Pasal 5 → equality on the law and before the law (persamaan derajat ● Berhak secara bebas memilih penasihat hukum (Pasal 55 KUHAP)
dan kedudukan di muka hukum) ● Dalam tindak pidana tertentu, hak mendapatkan bantuan hukum
● Pasal 6 ayat 1 → seseorang yang dihadapkan ke pengadilan harus berubah sifatnya menjadi “wajib” (Pasal 56 KUHAP)
berdasarkan UU yang ditentukan - Jika sangkaan atau dakwaan diancam
● Pasal 6 ayat 2 → dijatuhi pidana karena bukti yang sah dan dapat a. hukuman mati;
bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan b. atau hukuman 15 tahun atau lebih
● Pasal 7 → Upaya paksa harus atas dasar perintah tertulis sesuai UU - Kewajiban pejabat bersangkutan menunjuk penasihat hukum
● Presumption of innocent/praduga tidak bersalah digantungkan pada 2 keadaan

© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza


a. tersangka/terdakwa “tidak mampu” menyediakan sendiri
penasihat hukumnya 5. Hak Terdakwa Memanfaatkan Upaya Hukum
b. Ancaman hukuman pidana ybs didakwakan 5 tahun/lebih ● Upaya hukum biasa → banding (PT) dan kasasi (MA)
- Penasihat hukum yang ditunjuk pejabat memberi bantuan ● Upaya hukum luar biasa → peninjauan kembali
hukum secara cuma-cuma
6. Berhak Menuntut Ganti Rugi dan Rehabilitasi
3. Hak Tersangka/Terdakwa yang Berada dalam Penahanan ● Dilakukan bagi
● Berhak menghubungi penasihat hukum - Penangkapan, penahanan, penggeledahan, atau penyitaan
● Berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadi → dilakukan tanpa alasan hukum yang sah
untuk kepentingan kesehatan - Apabila putusan pengadilan menyatakan terdakwa bebas
● Berhak diberitahukan penahanannya kepada → keluarga, orang (karena tidak terbukti/bukan merupakan tindak pidana)
serumah, orang lain yang dibutuhkan bantuannya, dan orang yang
hendak memberi bantuan hukum KONEKSITAS
● Selama tersangka dalam penahanan berhak → menghubungi ● Pasal 89 ayat (1) → tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh
keluarga dan mendapat kunjungan dari pihak keluarga mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan
● Berhak secara langsung/dengan perantara penasihat hukum peradilan militer
melakukan → Menghubungi dan menerima sanak keluarga; Baik ● Merupakan penyimpangan kompetensi absolut
hal untuk kepentingan perkaranya; Atau untuk kepentingan ● Pasal 89 ayat (1) → pemeriksaan dan peradilan perkara koneksitas
keluarga; Maupun untuk kepentingan pekerjaannya diperiksa dan diadili oleh lingkungan peradilan umum. Pengecualian:
● Berhak atas surat menyurat → mengirim dan menerima surat - Jika ada keputusan Menkumham yang mengharuskan perkara
kepada dan dari penasihat hukum dan sanak keluarga koneksitas diperiksa dan diadili oleh peradilan militer
● Berhak atas kebebasan rahasia surat - Keputusan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri
● Berhak menghubungi dan menerima kunjungan rohaniawan Kehakiman
● Pasal 90 → kapan perkara diadili dalam peradilan militer
4. Hak Terdakwa di Muka Persidangan Pengadilan - Diukur dari segi “kerugian” yang ditimbulkan tindak pidana
● Berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum - Kerugian yang ditimbulkan titik beratnya merugikan “kepentingan
● Berhak mengusahakan dan mengajukan saksi/ahli militer”
- Yang memberikan keterangan/kesaksian menguntungkan → a
de charge Penyidikan Perkara Koneksitas
- Apabila terdakwa mengajukan saksi/ahli, persidangan “wajib” ● Penyidik terdiri dari suatu “tim tetap” yang terdiri dari
memanggil dan memeriksa saksi/ahli tersebut → Pasal 116 ayat - Unsur penyidik Polri
(3) serta Pasal 160 ayat (1) huruf e KUHAP - Polisi militer
● Tidak boleh dibebani kewajiban pembuktian dalam pemeriksaan - Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi
sidang → merupakan kewajiban penuntut umum untuk melakukan ● Cara bekerja tim tetap disesuaikan dengan wewenang masing-masing
pembuktian unsur tim
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
- Tersangka pelaku sipil → diperiksa unsur penyidik Polri perlawanan/banding/kasasi. Atau hak terpidana mengajukan
- Tersangka anggota TNI/Polri → diperiksa penyidik Undur Polisi permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut UU ini
Militer dan Oditur Militer
● Tim penyidikan perkara koneksitas dibentuk dengan “surat keputusan UPAYA HUKUM BIASA
bersama” Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman
BANDING
Menentukan Lingkup Peradilan Perkara Koneksitas Pengertian Banding
● Dilakukan “penelitian bersama” atas hasil pemeriksaan penyidikan 1. Ditinjau dari Segi Institusi Peradilan
yang dilakukan tim penyidik ● Pemeriksaan tingkat kedua dan tingkat terakhir → MA itu bukan
● Anggota Peneliti Bersama → Jaksa/Jaksa Tinggi dan Oditur tingkat terakhir secara institusi, tapi memeriksa dan memutus
Militer/Oditur Militer Tinggi perkara pada peradilan kasasi atas putusan tingkat terakhir dari
● Pendapat tersebut dituangkan dalam berita acara dan di-ttd peneliti peradilan lain
● Pengadilan Negeri merupakan instansi “Peradilan Tingkat Pertama”
(5) GABUNGAN PERKARA - Dapat diperiksa kembali oleh Pengadilan Tinggi (Banding) →
mengubah sifat putusan tingkat pertama menjadi putusan
● Pasal 99-101 KUHAP tingkat terakhir
● Hak yang diberikan pada korban → suatu tindak pidana menimbulkan - Disebut tingkat terakhir → setelah perkara diputus tidak ada lagi
kerugian bagi orang lain → hakim ketua dapat menetapkan perkara lanjutan sebagai instansi lanjutan yang berwenang “memeriksa
perdata (ganti kerugian) dan perkara pidana dan menilai fakta”
● Permintaan diajukan: - MA bukan instansi ketiga, tapi “peradilan kasasi” yang
- Sebelum penuntut umum mengajukan tuntutan pidana memeriksa kesalahan penerapan hukum
- Jika PU tidak hadir (dalam pemeriksaan cepat), selambatnya
sebelum hakim menjatuhkan putusan 2. Ditinjau dari Segi Yuridis
● Putusan ganti rugi dengan sendirinya BHT, sepanjang putusan pidana ● Yuridis Formal → upaya yang diminta pihak berkepentingan
juga BHT (berkekuatan hukum tetap) ● Sifatnya merupakan upaya hukum biasa → prosedur pemeriksaan
● Dengan sendirinya berlangsung di tahap banding (jika tidak diajukan secara umum dan konvensional dapat diajukan terhadap setiap
banding, maka ganti rugi tidak diperkenankan) putusan tingkat pertama tanpa kecuali (Pasal 67 jo. Pasal 233 ayat
● Berlaku hukum acara perdata bagi gugatan ganti kerugian (1) KUHAP)
● Pengecualian putusan bebas dan lepas serta acara cepat → gak
(6) UPAYA HUKUM bisa diminta banding
● Upaya banding merupakan hak → Pasal 67 KUHAP
● Pasal 19-15 ICCPR → Prinsip pelaksanaan fair trial
● Pasal 28D UUD NRI 1945 → hak kepastian hukum yang adil 3. Ditinjau dari Segi Tujuan
● Pasal 1 butir 12 KUHAP → hak dari terdakwa/penuntut umum untuk ● Memperbaiki kekeliruan putusan tingkat pertama
tidak menerima putusan pengadilan yang berupa ● Mencegah kesewenangan dan penyalahgunaan jabatan
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
● Pengawasan terciptanya keseragaman penerapan hukum →
biasanya putusan PT menjadi preseden bagi PN → untuk Putusan yang Dapat dan Tidak Dapat Dibanding
menciptakan equal treatment in similar cases 1. Putusan Pengadilan Tingkat Pertama yang Dapat Dibanding
● Putusan Pemidanaan dalam acara biasa
Alasan dan Akibat serta Wewenang Banding ● Putusan Pemidanaan dalam acara singkat
1. Alasan Permintaan Banding ● Putusan yang menyatakan dakwaan tidak dapat dapat diterima
● Tidak diatur UU alasannya dalam acara biasa dan singkat → jika dituangkan dalam bentuk
● Secara umum untuk memeriksa dan memutus pada tingkat terakhir putusan akhir, kalau masih bentuk penetapan tidak bisa banding
karena adanya keberatan atau tidak setuju atas putusan tingkat ● Putusan yang menyatakan dakwaan batal demi hukum
pertama ● Putusan perampasan kemerdekaan dalam acara cepat
● Dapat dikemukakan pemohon “secara umum” ● Putusan Praperadilan terhadap penghentian penyidikan atau
● Dapat dikemukakan “secara terperinci” → dicantum dalam memori penghentian tuntutan
banding → agar lebih efektif dan efisien
● Dapat ditujukan terhadap “hal tertentu” saja 2. Putusan Pengadilan Tingkat Pertama yang Tidak Dapat Dibanding
● Putusan Bebas atau Vrijspraak (Acquitted)
2. Akibat Permintaan Banding ● Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag Van
● Putusan menjadi mentah kembali → formal tetap ada namun RechtsVervolging)
nilainya telah lenyap ● Putusan Acara Cepat → kecuali putusan pidana perampasan
● Segala sesuatu beralih menjadi tanggung jawab yuridis pengadilan kemerdekaan
tingkat banding → terhitung sejak tanggal permintaan banding
● Putusan yang dibanding tidak mempunyai daya eksekusi Tata Cara Penolakan dan Permintaan Banding
- Terdakwa tidak ditahan → statusnya tetap sebagai terdakwa 1. Penolakan Permintaan Banding
tidak ditahan → dapat ditahan jika pengadilan banding ● Pasal 233 ayat (2) → panitera “dilarang” menerima permintaan
memerintahkan banding yang tidak memenuhi persyaratan
- Terdakwa ditahan → statusnya tetap terdakwa, belum berubah ● Permintaan banding yang tidak memenuhi syarat
menjadi terpidana - Diajukan terhadap putusan yang tidak dapat dibanding
- Permintaan banding diajukan setelah tenggang waktu yang
3. Wewenang Tingkat Banding ditentukan berakhir → Pasal 233 ayat (2), 7 hari sesudah
● Meliputi seluruh pemeriksaan dan putusan pengadilan tingkat putusan dijatuhkan atau 7 hari setelah putusan diberitahukan
pertama → “seluruh perkara” dan “diperiksa ulang secara kepada terdakwa yang tidak hadir pada saat putusan dijatuhkan
keseluruhan” ● Tata Cara Penolakan Banding
● Berwenang meninjau segala segi pemeriksaan dan putusan - Panitera membuat “akta penolakan” permohonan banding
● Memeriksa ulang perkara secara keseluruhan - Akta penolakan di-ttd pemohon dan panitera
- Permintaan banding “hal tertentu” bukan halangan untuk - Diketahui dan di-ttd Ketua PN
memeriksa ulang secara keseluruhan - Berkas perkara tidak dikirim ke PT
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
4. Tenggang Waktu Berpikir
2. Penerimaan Permintaan Banding ● Hak terdakwa/penuntut umum untuk menerima/menolak putusan
● Permohonan banding memenuhi syarat yang dijatuhkan selama tenggang waktu (Pasal 196 ayat 3)
- Diajukan kepada panitera PN yang memutus perkara tersebut ● Tenggang waktu berpikir 7 hari
- Diajukan terhadap putusan yang dapat diminta banding ● Selama tenggang waktu berpikir berhak mencabut pernyataan
- Diajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan → 7 hari ● Eksekusi putusan dilaksanakan sejak berakhirnya tenggang waktu
setelah putusan dijatuhkan berpikir
● Tata Cara Penerimaan Permohonan Banding ● Kalau tidak mengajukan banding selama tenggang waktu berpikir
- Permohonan langsung datang menghadap panitera → secara - Ybs dianggap menerima putusan
lisan atau tulisan - Panitera membuat akta penerimaan
putusan
a. Membuat akta permintaan banding - Akta penerimaan dilekatkan dalam berkas perkara
b. Akta di-ttd oleh panitera dan pemohon
c. Tembus akta permintaan banding diberikan kepada Tata Cara Pemeriksaan Banding
pemohon 1. Pemeriksaan sekurang-kurangnya 3 orang hakim
- Permohonan banding diajukan tanpa menghadap → diajukan ● Acara cepat dapat diperiksa dan diputus hakim tunggal
secara tertulis/melalui telepon 2. Pemeriksaan berdasar berkas perkara
a. Membuat akta permintaan banding 3. Mendengar langsung pihak yang dianggap perlu
b. Akta banding cukup di-ttd panitera 4. Pemeriksaan tambahan → kalau ada kelalaian dalam penerapan
c. Panitera membuat catatan tentang sebab dan alasan hukum acara dan kekeliruan penerapan hukum acara, atau ada yang
pemohon tidak dapat menghadap kurang lengkap → putusan sela
d. Akta dan catatan dilampirkan dalam berkas 5. Memerintahkan pemeriksaan dan memutus perkara
e. Ditulis dalam register perkara pidana
- Yang berhak mengajukan banding KASASI
a. Terdakwa ● Pasal 10 ayat (3) UU 14/1970 → MA merupakan peradilan tingkat
b. Orang yang khusus dikuasakan terdakwa terakhir (kasasi) bagi semua lingkungan peradilan
c. Penuntut umum
d. Terdakwa dengan penuntut umum sekaligus sama-sama Pengertian
mengajukan banding 1. Kasasi merupakan upaya hukum biasa
● Terdakwa/penuntut umum dapat mengajukan permintaan kasasi
3. Permintaan Banding Wajib Diberitahukan kepada Pihak Lain kepada MA terhadap semua putusan pidana yang diambil oleh
● Terdakwa mengajukan banding → panitera wajib memberitahukan pengadilan tingkat terakhir
kepada penuntut umum → berlaku sebaliknya ● Putusan PN pada Tingkat Pertama dan Terakhir
● Untuk mempersiapkan diri menyusun “kontra risalah” atau “kontra - Jenis putusan ini merupakan perkara tipiring dan diputus
memori” dengan acara pemeriksaan cepat
● Putusan PT pada Tingkat Banding
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
- Banding merupakan putusan pengadilan “tingkat terakhir” ● Terdakwa → bisa juga memberikan kuasa asal ada “surat kuasa
khusus”
2. Kasasi merupakan hak ● Penuntut umum
● Jika ada permintaan kasasi, pejabat pengadilan “wajib” menerima,
tidak ada alasan untuk menolak → walaupun sudah lewat tenggang 3. Tenggang Waktu Mengajukan Permohonan Kasasi
juga PN wajib menerima ● 14 hari terhitung sejak tanggal putusan diberitahukan → Pasal 245
● Permohonan diterima atau ditolak → wewenang MA ayat (1)
● Lewat 14 hari berarti gugur → terdakwa dianggap menerima
3. Tujuan upaya kasasi putusan dan panitera membuat akta penerimaan putusan
● Koreksi terhadap kesalahan putusan pengadilan bawahan
● Menciptakan dan membentuk hukum baru 4. Akta Permohonan Kasasi
- Putusan MA selalu menjadi preseden → untuk mengisi ● Panitera menulis permohonan dalam sebuah “surat keterangan”
kekosongan hukum ● Akta kasasi harus di-ttd panitera dan pemohon
- Adakalanya putusan MA contra legem (bertentangan dengan ● Akta kasasi dilampirkan dalam berkas perkara
UU) untuk menciptakan keadilan dan kebenaran jika mendesak
● Pengawasan terciptanya keseragaman penerapan hukum 5. Permintaan Kasasi Wajib Diberitahukan
- Untuk menciptakan unified legal framework dan unified legal ● Pasal 245 ayat (3) → panitera wajib memberitahukan permintaan
opinion → yurisprudensi kasasi kepada pihak yang lain

Putusan yang Dapat Dikasasi (Pasal 244 KUHAP) 6. Pemohon Wajib Mengajukan Memori Kasasi
1. Terhadap Semua Putusan PN dalam Tingkat Pertama dan Terakhir ● Wajib untuk mengajukan memori kasasi → risalah kasasi
→ putusan dengan acara pemeriksaan cepat ● Tanpa memori kasasi maka gugur haknya untuk mengajukan
2. Terhadap Semua Putusan PT yang Diambilnya pada Tingkat ● Dilakukan karena → ditentukan limitatif
Banding → putusan tingkat terakhir - Kasasi tidak bersifat memeriksa ulang perkara secara
3. Putusan Bebas → sekarang dapat diminta kasasi keseluruhan → judex juris
- Pemeriksaan terbatas dan didasarkan pada (Pasal 253 ayat 1)
Tata Cara Permohonan Kasasi a. Terdapat kesalahan penerapan peraturan hukum/diterapkan
1. Permohonan Diajukan kepada Panitera tidak sebagaimana mestinya
● Pasal 245 ayat (1) → disampaikan pemohon kepada panitera yang b. Cara mengadili tidak dilakukan menurut ketentuan UU
memutus perkaranya dalam tingkat pertama, dalam waktu 14 hari c. Pengadilan melampaui batas wewenang
sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi itu
diberitahukan kepada terdakwa 7. Tenggang Waktu Menyerahkan Memori Kasasi
● Mau diajukan secara langsung/tidak langsung tetap ttd akta kasasi ● 14 Hari setelah permohonan kasasi diajukan
- Permohonan kasasi hanya bisa diajukan 14 hari setelah
2. Yang Berhak Mengajukan Permohonan Kasasi (Pasal 244) putusan PT
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
- Permohonan kasasi yang dimaksud paling lama diajukan 14
hari setelah permohonan kasasi diajukan Alasan Kasasi
1. Alasan Kasasi yang Dibenarkan Menurut UU (Pasal 253 ayat 1)
8. Tanda Terima Penyerahan Memori → pertanggungjawaban panitera ● Terdapat kesalahan penerapan peraturan hukum/diterapkan tidak
atas penerimaan dan sebagai bukti pemohon tentang kebenaran sebagaimana mestinya
penyerahan memori kasasi ● Cara mengadili tidak dilakukan menurut ketentuan UU
● Pengadilan melampaui batas wewenang
9. Kewajiban Panitera Memberi Bantuan
● Pasal 248 ayat (2) → kewajiban panitera memberi bantuan untuk 2. Alasan Kasasi yang Tidak Dibenarkan UU
membuat memori kasasi ● Keberatan kasasi putusan PT menguatkan putusan PN → untuk
● Bersifat imperatif → panitera harus tanya ke pemohon alasan apa diajukan kalau PT menyetujui pertimbangan PN
mengajukan kasasi ● Keberatan atas penilaian pembuktian
● Alasan kasasi yang bersifat pengulangan fakta
10. Kontra Memori Kasasi ● Alasan tidak menyangkut persoalan perkara
● Pasal 248 ayat (6) → memberi hak kepada pihak lain untuk ● Berat ringannya hukuman atau besar kecilnya jumlah denda
mengajukan “kontra memori kasasi” ● Keberatan kasasi atas pengembalian barang bukti
● Tata cara ● Keberatan kasasi mengenai novum (ditemukan hal baru)
- Tembusan memori kasasi pemohon disampaikan kepada pihak
lain Tata Cara Pemeriksaan Kasasi
- Pihak yang menerima berhak mengajukan kontra memori 1. Pemeriksaan dilakukan dengan sekurang-kurangnya 3 orang hakim
kasasi (Pasal 253 ayat 2 KUHAP)
- Tenggang waktu kontra memori → paling lambat 14 hari setelah ● Kasasi sederhana → cukup diputus oleh majelis kecil → 3 orang
memori kasasi diterima panitera hakim
● Jika diperiksa hakim tunggal tidak sah
11. Tambahan Memori dan Kontra Memori 2. Pemeriksaan berdasar berkas perkara
● Pasal 249 KUHAP → untuk menambah hal yang dianggap perlu 3. Pemeriksaan tambahan
● Diserahkan kepada panitera PN ● Pemeriksaan tambahan didasarkan atas putusan sela
● Tenggang waktu 14 hari dari tanggal pengajuan permohonan kasasi ● MA sendiri dapat melakukan pemeriksaan tambahan
● Tambahan memori hanya bersifat ad informandum 4. Tenggang waktu pemeriksaan perkara yang terdakwanya berada
dalam tahanan
Pencabutan Permohonan Kasasi (Pasal 247 KUHAP) ● Dalam tahanan → 14 hari dari tanggal penetapan pemerintah
● Dapat dilakukan sebelum perkara diputus MA penahanan dikeluarkan
● Sekali dicabut tidak dapat diajukan lagi ● Tidak ditahan → tidak ditentukan tenggang waktu pemeriksaan
● Kalau dicabut setelah perkara mulai diperiksa → membayar biaya
perkara UPAYA HUKUM LUAR BIASA
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
● Perbedaan dengan upaya hukum biasa ● Upaya hukum kasasi demi kepentingan hukum tidak melenyapkan
- Diajukan terhadap putusan yang telah berkekuatan hukum tetap upaya peninjauan kembali → Putusan MA dapat di PK
- Hanya dapat diajukan dalam keadaan tertentu → tidak semua
putusan, harus terdapat keadaan tertentu sebagai syarat 5. Tata cara
- Diajukan kepada MA dan diperiksa serta diputus MA ● Permohonan diajukan secara tertulis oleh jaksa agung → tidak
● Persamaan dengan upaya hukum biasa boleh secara lisan → Pasal 260 ayat (1) KUHAP
- Mengoreksi dan meluruskan kesalahan ● Permohonan disampaikan melalui panitera PN
- Pelurusan dimaksudkan demi tegaknya hukum dan kebenaran ● Permohonan disertai risalah yang memuat alasan permintaan →
serta keadilan bersifat imperatif, jika tidak maka gugur karena tidak memenuhi
syarat formal (Pasal 248 ayat 1 KUHAP)
KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM ● Salinan risalah disampaikan panitera kepada pihak yang
1. Diajukan terhadap semua putusan yang telah memperoleh berkepentingan ( Pasal 260 ayat (2)) → memberi hak kepada pihak
kekuatan hukum tetap lain untuk mengajukan kontra risalah
● Terhadap semua putusan, kecuali putusan MA → dapat diajukan ● Ketua pengadilan negeri segara meneruskan permintaan kepada
● Syaratnya → putusan tsb sudah berkekuatan hukum tetap dan MA
hanya terbatas pada putusan PN atau PT
● Kalau terhadap putusan MA → peninjauan kembali 6. Tenggang waktu mengajukan
● Pasal 259 - Pasal 262 KUHAP → pengaturan mengenai
2. Yang berhak mengajukan kasasi demi kepentingan hukum pemeriksaan Kasasi demi kepentingan hukum
● Pasal 259 ayat (1) KUHAP → Jaksa Agung karena jabatannya ● Dalam pasal-pasal tsb tidak ada penjelasan mengenai batas waktu
● Terpidana, ahli waris, dan penasihat hukum tidak berwenang → tidak dibatasi
mengajukan
PENINJAUAN KEMBALI
3. Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan 1. Putusan Pengadilan yang Dapat Dimintakan Peninjauan Kembali
pihak yang berkepentingan (Pasal 263 ayat 1)
● Pasal 259 ayat (2) KUHAP → tidak boleh merugikan pihak yang ● Dapat diajukan terhadap semua putusan pengadilan yang telah
berkepentingan memperoleh kekuatan hukum tetap → tidak boleh melangkahi
● Pihak berkepentingan bisa saja pihak ketiga dan negara upaya hukum banding dan kasasi
● Misal putusan PN bebas (tidak diajukan banding dan kasasi shg ● Dapat diajukan terhadap semua putusan pengadilan → PN, PT, MA
berkekuatan hukum tetap) tapi ada kesalahan seharusnya dipidana ● Kecuali terhadap putusan bebas dan lepas dari segala tuntutan
→ gak bisa karena merugikan hukum

4. Permohonan hanya dapat diajukan satu kali 2. Yang Dapat Mengajukan Peninjauan Kembali
● Hanya sekali saja → Pasal 259 ayat (1) KUHAP ● Pasal 263 ayat 1 KUHAP → terpidana dan ahli warisnya

© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza


● Hak ahli waris bukan merupakan substitusi → bisa mengajukan PK - Membuatkan surat permintaan PK dengan jalan merumuskan
melangkahi terpidana alasan yang sesuai dengan apa yang dikemukakan pemohon
● Ahli waris melanjutkan jika terpidana meninggal
● Kuasa dapat memintakan bila ada surat kuasa secara khusus 5. Tata Cara Mengajukan Peninjauan Kembali
● Permintaan diajukan kepada panitera
3. Alasan Peninjauan Kembali (Pasal 263 62 ayat 2 KUHAP) - Diajukan tertulis
● Apabila terdapat keadaan baru/novum yang memiliki sifat dan - Menyebutkan secara jelas alasan
kualitas menimbulkan dugaan kuat - Boleh juga dilakukan secara lisan → Pasal 264 ayat 4 KUHAP
- Jika novum baru diketahui pada waktu sidang berlangsung ● Panitera membuat akta permintaan PK (Pasal 264 ayat 2 jo Pasal
dapat menjadi faktor dan alasan untuk menjatuhkan putusan 245 ayat 2 KUHAP)
bebas/lepas - Akta di-ttd panitera dan pemohon
- Novum baru ditemukan pada waktu sidang berlangsung dapat - Akta dilampirkan dalam berkas perkara
menjadi alasan untuk menjatuhkan putusan yang menyatakan ● Tenggang waktu mengajukan PK (Pasal 264 ayat 3 KUHAP) →
tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima tanpa batas waktu
- Dapat dijadikan alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan
dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan 6. Pemeriksaan Permintaan di Sidang Pengadilan Negeri
● Apabila dalam pelbagai putusan terdapat silang pertentangan ● Ketua PN menunjuk hakim yang akan memeriksa → harus berbeda
- Pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti dari yang dulu memeriksa dan memutus perkara tersebut
- Kemudian pernyataan tsb dijadikan sebagai dasar dan alasan ● Objek pemeriksaan sidang (Pasal 265 ayat 1 KUHAP) →
putusan dalam suatu perkara difokuskan kepada alasan permintaan PK; Pasal 263 ayat 2
- Tetapi dalam putusan perkara lain hal atau keadaan yang KUHAP → berpedoman pada alasan yang disebut pasal ini
dinyatakan terbukti itu saling bertentangan antara putusan satu ● SIfat pemeriksaan persidangan resmi dan terbuka untuk umum
dengan yang lainnya Pasal 265 ayat 2, dihadiri oleh
- Pemohon
● Apabila terdapat kekhilafan nyata dalam putusan - Jaksa penuntut umum
- Kekhilafan hakim - Mereka dapat menyampaikan pendapat
- Kekeliruan hakim ● Berita acara pemeriksaan, di-ttd oleh
- Hakim
4. Kewajiban Panitera Membuat Surat Permintaan Peninjauan - Jaksa
Kembali - Pemohon
● Pasal 264 ayat 4 → kewajiban panitera PN memberi bantuan - Panitera
● Untuk membantu mereka yang kurang memahami hukum ● Berita acara pendapat
● Kewajiban tersebut adalah - Berisi penjelasan dan saran PN
- Menanyakan pemohon alasan pengajuan PK - Dibuat berdasar berita acara pemeriksaan

© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza


● Pengadilan negeri melanjutkan permintaan PK kepada MK (Pasal ● Dalam praktik → terdapat putusan “dakwaan tidak dapat diterima” dan
265 ayat 4 KUHAP) “dakwaan batal demi hukum”
- Surat permintaan PK
- Berkas perkara semula selengkapnya PENETAPAN
- Berita acara pemeriksaan permintaan PK 1. Penetapan penahanan
- Berita acara pendapat - Penempatan tersangka/terdakwa oleh penyidik / PU / hakim untuk
Ketua PN berkewajiban untuk kepentingan pemeriksaan dan menurut cara yang diatur dalam
- Menyampaikan surat pengantar pengiriman pada pemohon dan KUHAP
jaksa - Jika tidak ada penetapan penahanan → penahanan dianggap tidak
- Menyampaikan tembusan surat pengantar pengiriman pada PT sah & dapat meminta ganti rugi melalui praperadilan
→ jika perkara yang dimintakan putusan PT (banding) → harus 2. Penetapan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan
dilampiri BAP dan berita acara pendapat - Kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi / perpanjangan
penahanan tidak sah
7. Putusan Peninjauan Kembali 3. Penetapan pemberian ganti rugi
● Tidak dapat diterima - Menuntut ganti rugi jika penahanan/penahanan/penuntutan/diadili/
● Ditolak tindakan lain yang tidak berdasarkan UU/karena kekeliruan
● Membenarkan alasan pemohon - Melalui mekanisme praperadilan maksimal 3 bulan setelah putusan
pengadilan berkekuatan hukum atau tanggal pemberitahuan
8. Pengembalian dan Pemberitahuan Putusan penetapan praperadilan
4. Putusan atas eksepsi yang diajukan terdakwa
9. Beberapa Asas yang DItentukan dalam Upaya Peninjauan Kembali - Jenis eksepsi (perlawanan atas dakwaan penuntut umum)
● Pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan semula → a. Tidak berwenang mengadili
Pasal 266 ayat 3 KUHAP b. Dakwaan tidak dapat diterima
● Permintaan peninjauan kembali tidak menangguhkan pelaksanaan c. Dakwaan batal demi hukum
putusan - Jika majelis hakim mengabulkan eksepsi → mengeluarkan putusan
● Permintaan peninjauan kembali hanya dapat diajukan satu kali → sela & pemeriksaan tidak dilanjutkan
Pasal 268 ayat 3 KUHAP - Jika putusan berbentuk “dakwaan tidak dapat diterima” atau “batal
demi hukum” → dapat dilakukan upaya hukum banding
5. Penetapan tidak berwenang mengadili
(7) EKSEKUSI DAN HAWASMAT - Kondisi pengambilan keputusan:
a. PN menerima berkas dari jaksa (Pasal 148 ayat 1)
● Pasal 1 angka 11 KUHAP → Putusan pengadilan merupakan b. Terdakwa/penasihat hukum melakukan eksepsi → hakim
pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, mengeluarkan putusan sela
dapat berupa pemidanaan / bebas / lepas dari segala tuntutan hukum c. Hakim memutus perkara
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam UU - Pertimbangan → kompetensi absolut & relatif pengadilan
© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza
5. Pidana tutupan → orang yang melakukan kejahatan dan diancam
PUTUSAN PEMIDANAAN dengan pidana penjara, tetapi karena dihormati sebagai pengganti
● Pengambilan keputusan melalui musyawarah majelis hakim bersifat pidana penjara
rahasia dengan berdasar pada surat dakwaan & hal yang terbukti di 6. Pidana tambahan → Pencabutan hak dan perampasan barang
dalam pemeriksaan sidang tertentu, pencabutan izin, uang pengganti, ganti rugi
● Melakukan pemungutan suara (jika tidak mencapai mufakat) → dapat
menggunakan dissenting opinion HAKIM PENGAWAS PENGAMAT
● Keputusan hakim melalui tindakan bertahap ● Pasal 277 ayat (1) → Hakim mendapat tugas khusus membantu ketua
- Mengkonstansi → mengakui/membenarkan peristiwa yang diajukan PN dalam melakukan pengawasan dan pengamatan putusan
dan dibuktikan dalam persidangan pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan
- Mengkualifikasi → menilai peristiwa yang dianggap benar terjadi &
menerapkan peraturan hukum 1. Bidang Pengawasan
- Mengonstitusi → menetapkan hukuman & memberi keadilan - Memeriksa & menandatangani register pengawasan dan
PUTUSAN BUKAN PEMIDANAAN pengamatan yang berada di kepaniteraan PN
1. Putusan bebas - Melakukan cek tiga bulan sekali ke Lapas
- Terdakwa tidak terbukti sah & meyakinkan melakukan tindak pidana - Mengadakan observasi di Lapas
- Pasal 191 ayat (1) & Penjelasan → tidak cukup bukti menurut - Mengadakan wawancara dengan petugas pemasyarakatan,
penilaian hakim atas dasar pembuktian menurut UU terutama wali pembina napi dan napi
2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum
- Pasal 191 ayat (2) → dakwaan terbukti tetapi pengadilan 2. Bidang Pengamatan
berpendapat perbuatan bukan tindak pidana - Mengumpulkan data napi
- Terdapat kemungkinan mengajukan kasus dalam peradilan perdata - Mendata perilaku napi → bahan penelitian dan evaluasi
(tetapi tidak sejalan dengan pandangan ahli → putusan lepas akibat
dasar pembenar & pemaaf KUHP sehingga tidak bisa dimintakan
pertanggung jawaban apapun)

EKSEKUSI PUTUSAN
1. Pidana mati
2. Pidana penjara → tindak pidana kejahatan
3. Pidana kurungan → tindak pidana pelanggaran, minimum satu hari
dan maksimum satu tahun empat bulan
4. Pidana denda → premium remedium (bentuk pidana yang
diutamakan)

© Budiman Prawiroatmojo - Safiya Aliza

Anda mungkin juga menyukai