Critical Review Analisis Lokasi D
Critical Review Analisis Lokasi D
Tahun 2021
DOI http://dx.doi.org/10.22146/ijg.56107
Penelitian ini mengevaluasi akses ke Pusat Kesehatan Primer (PHC) di wilayah Yewa,
Nigeria. Jumlah PHC meningkat dan aksesnya membaik antara 1991 dan 2019.
Penelitian ini menekankan pentingnya inklusivitas dan keputusan lokasi fasilitas yang
optimal untuk meningkatkan pemanfaatan publik. Perbandingan kinerja pemerintahan
Abstrak
militer dan sipil menunjukkan bahwa pemerintahan militer mengambil keputusan yang
lebih baik. Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti potensi untuk meningkatkan
akses dan inklusivitas layanan kesehatan publik melalui penempatan fasilitas yang
strategis.
Bahan dan
Data for the study
Metode
Penelitian ini menggunakan database komprehensif yang terdiri dari koordinat
geografis Pusat Kesehatan Primer (PKP) di wilayah Yewa pada periode waktu yang
berbeda, termasuk tahun 1991, 1999, dan 2019. Database ini juga mencakup
koordinat dan data populasi untuk semua 509 pemukiman di wilayah tersebut,
beserta informasi tentang jaringan transportasi seperti jalan utama, jalan sekunder,
dan jalan setapak. Data ini diperoleh dari lembar peta topografi yang didigitalkan dan
Direktori Populasi Nasional, dengan informasi jaringan transportasi diperbarui
melalui kunjungan lapangan. Dataset ini diorganisir sebagai lapisan peta atau tema
dalam database dan digunakan sebagai data primer untuk analisis Lokasi-Alokasi.
Techniques of analysis
Penelitian ini menggunakan analisis Location-Allocation (L-A) yang dilakukan
dengan modul L-A Network Analyst dalam ArcGIS v 10.5. Penyelesaian
Location-Allocation menggunakan heuristik untuk memecahkan tipe masalah
weighted impedance yang terminimasi, yang didasarkan pada kerangka kerja
p-median. Model p-median, yang umum digunakan dalam mengoptimalkan lokasi
fasilitas umum, bertujuan untuk meminimalkan jarak perjalanan dengan
mengalokasikan titik-titik permintaan ke pusat layanan terdekat. Model ini telah
banyak diterapkan dan ditingkatkan untuk berbagai masalah lokasi. Penelitian ini
berfokus pada menemukan satu set aliran yang efisien antara titik-titik permintaan
dan pusat layanan, dengan menggunakan model p-median yang ditentukan.
Penelitian ini menguji proses pengambilan keputusan lokasi untuk fasilitas kesehatan
masyarakat di negara-negara berkembang, dengan fokus khusus pada model
perencanaan bertahap yang umumnya diadopsi oleh pemerintah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi lokasi fasilitas dan dampaknya terhadap
aksesibilitas dan inklusivitas bagi pengguna potensial.
Studi ini membandingkan Jarak Perjalanan Rata-rata (JPR) dalam pola fasilitas yang
ada dengan pola optimal yang dihasilkan melalui pemodelan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengambilan keputusan lokasi pemerintah pada tahun 1991
memiliki tingkat efisiensi sebesar 73,71%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada
ruang untuk perbaikan dalam hal lokasi fasilitas baru yang ditambahkan dan
kemampuannya dalam meningkatkan aksesibilitas.
Hasil dan Selain itu, penelitian ini membandingkan pengambilan keputusan lokasi antara
Pembahasan pemerintahan militer dan sipil di Nigeria dari tahun 1991 hingga 2019. Menariknya,
administrasi militer menunjukkan tingkat efisiensi yang lebih tinggi sebesar 72,99%
dibandingkan dengan administrasi sipil yang memiliki tingkat 71,31%. Hal ini
menunjukkan bahwa administrasi militer secara relatif lebih baik dalam menentukan
lokasi fasilitas, mungkin karena adanya campur tangan politik yang lebih sedikit
dalam proses pengambilan keputusan.
Temuan ini menyoroti pentingnya proses pengambilan keputusan yang objektif dan
rasional dalam menentukan lokasi fasilitas yang optimal. Campur tangan politik
seringkali dapat mengganggu tujuan keseluruhan pelayanan kesehatan. Penting untuk
mengutamakan kebutuhan populasi dan memastikan bahwa fasilitas ditempatkan
secara strategis untuk meningkatkan aksesibilitas dan inklusivitas bagi semua
individu, tanpa memandang pendapatan atau status sosial.
Penelitian yang dilakukan di wilayah Yewa, negara bagian Ogun, Nigeria, antara
tahun 1991 dan 2019 menunjukkan peningkatan jumlah Pusat Kesehatan Primer
(PKM) dan perbaikan dalam aksesibilitas dan inklusivitas dalam penggunaan
fasilitas. Penerapan sebuah model di bawah kerangka pengambilan keputusan
incrementalist juga mengungkapkan peningkatan aksesibilitas dan inklusivitas. Hal
Kesimpulan ini menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan yang dipandu oleh kerangka
incrementalist dapat mengarah pada keputusan lokasi fasilitas publik yang lebih baik,
terutama di negara-negara berkembang. Penelitian ini mengusulkan penggunaan
model lokasi untuk menentukan lokasi optimal untuk fasilitas tambahan yang
disetujui dalam anggaran tahunan, dengan meminimalkan kesalahan masa lalu dan
mengoptimalkan perencanaan secara keseluruhan. Penelitian ini menekankan
perlunya meminimalkan pengaruh politik dalam pengambilan keputusan lokasi
fasilitas publik untuk memaksimalkan manfaat dari sumber daya yang dialokasikan.
Penelitian ini juga memberikan panduan dalam mengembangkan alat-alat untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi lokasi yang dapat meningkatkan akses ke fasilitas
publik. Perencana di negara-negara berkembang disarankan untuk mengadopsi
teknik-teknik ini untuk penyediaan fasilitas yang efektif dan alokasi sumber daya.
Lesson Learned
Data yang digunakan bisa dibilang up to date karena menggunakan data set dari tahun 1991,
1999 dan, 2019. Data tersebut mencakup koordinat dan data populasi dan jaringan
transportasi yang diperoleh melalui peta digital dan direktori populasi nasional.
Dalam penelitian yang dilakukan di wilayah Yewa, Nigeria, ditemukan bahwa penggunaan
kerangka keputusan incrementalist dapat meningkatkan akses dan inklusivitas dalam
penggunaan fasilitas kesehatan. Penelitian ini juga menyarankan penggunaan model lokasi
untuk menentukan lokasi optimal fasilitas tambahan dan mengurangi pengaruh politik dalam
pengambilan keputusan. Rekomendasi ini penting bagi perencana di negara-negara
berkembang untuk meningkatkan penyediaan fasilitas dan alokasi sumber daya secara efektif.