Anda di halaman 1dari 32

Garis Tinta

Bunigeulis
Kata Pengantar

Dalam rangka Kuliah Kerja Nyata


(KKN), mahasiswa Universitas Kuningan
kelompok 16 melakukan observasi di desa
Bunigeulis.
Penulis mengambil kesempatan untuk
menggali potensi dan mengenal keadaan desa
Bunigeulis dalam bidang Pendidikan,
Ekonomi, Lingkungan dan lain-lainnya.
Pemahaman dan proses mengenal
potensi di desa Bunigeulis, membuat penulis
meyakini banyak hal. Suatu tempat pasti
memiliki cerita dan asal-usulnya. Entah
dengan cerita yang masuk akal ataupun
karangan yang diciptakan masayarakat.
Jika mempertanyakan kebenaran, tentu
tidak akan ada habisnya. Namun masyarakat
meyakini cerita adalah bahasa indah untuk
menyampaikan kecintaannya terhadap bumi
tempat mereka lahir dan bertumbuh besar.
Bunigeulis bukan hanya sebuah tempat
untuk ditinggali, namun tempat yang memiliki
banyak cerita. Cerita petani dengan
senyumnya yang hangat saat matahari sedang
terik-teriknya, para perempuan sang perajin
bambu dengan kebingungan masakan apa
yang akan dibuatnya, anak-anak yang lihai
berlarian walaupun air hujan membasahinya,
anak muda yang bermain gitar dan bernyanyi
di persimpangan jalan.
Buku ini menjelaskan dengan
komprehensif keadaan masyarakat di desa
Bunigeulis, menilik kebiasaan masyarakat,
keadaan pendidikan dan ekonomi, kesadaran
hukum dan lingkungan. Buku ini merupakan
hasil observasi Kuliah Kerja Nyata yang
cukup singkat. Namun, dengan penuh harap
buku ini dapat memberi kontribusi bagi
pembangunan desa. Secara lebih luas, buku
ini juga akan dapat memperkaya perspektif
dalam membangun desa Bunigeulis yang
sejahtera dengan mensejahterakan
masyarakat.
Referensi
Daftar Isi
Bagian satu

ASAL-MUASAL
BUNIGEULIS
Sejarah Bunigeulis yang
Dipercaya Masyarakat

Berdasarkan cerita rakyat yang dipercaya


masyarakat, dari mulut ke mulut cerita asal-
muasal dapat sampai dan tersebar luas di
belahan tempat di Bunigeulis. Menurut
beberapa sesepuh (orang yang dipercaya
mengetahui asal-muasal desa Bunigeulis) dan
arsip yang disimpan oleh warga desa,
berdirinya desa Bunigeulis itu bermula dari
cerita zaman dahulu.

Berdasarkan cerita, pada zaman itu desa


Bunigeulis masih hutan belantara dan ada
seorang perempuan cantik bernama Nyimas
Pandan Wangi yang berasal dari kerajan
Timbangluhur (Desa Timbang). Pada saat itu
Nyimas Pandan Wangi dilamar oleh Ki
Badugal Jaya, namun bukannya merasa
senang atas lamaran tersebut Nyimas Pandan
Wangi malah ketakutan karena Ki Badugal
Jaya adalah laki-laki yang berbadan tinggi-
besar dan berwajah seram. Ketakutan Nyimas
Pandan Wangi membuatnya mengajukan
persyaratan yang tidak masuk akal, ini
hanyalah taktik Nyimas Pandan Wangi agar
Ki Badugal Jaya tidak melamarnya. Menurut
cerita, Nyimas Panda Wangi meminta Ki
Badugal Jaya untuk membuat kali yang
sekarang namanya kali Cidadali sampai ke
muara Kalimati dalam jangka waktu satu
malam. Herannya Ki Badugal Jaya berhasil
menaklukkan permintaan Nyimas Pandan
Wangi yaitu membuat kali dalam satu malam
dengan menggunakan alat vitalnya.

Hal yang tidak masuk akal itu membuat


Nyimas Pandan Wangi melarikan diri ke
sebuah lubang pinggir kali, yang membuat Ki
Badugal Jaya marah. Lalu, Ki Badugal Jaya
menunggu Nyimas Pandan Wangi sambil
bertapa di atas batu selama bertahun-tahun
sehingga berdasarkan cerita yang diyakini
masyarakat, Ki Badugal Jaya meninggalkan
bekas di atas batu yang dia duduki dan
dipercaya bekas dudukan tersebut masih ada
sampai sekarang.
(FOTO BATU)
Setelah penantian yang cukup lama, Ki
Badugal Jaya akhirnya memeriksa lubang
persembunyian Nyimas Pandan Wangi
tersebut menggunakan sebuah bambu kecil
(Tamiang). Di dalam persembunyiannya,
Nyimas Pandan Wangi meludahi ujung bambu
dengan kunyahan daun sirih yang berwarna
merah sehingga membuat Ki Badugal Jaya
mempercayai Nyimas Pandan Wangi,
perempuan yang dia sukai telah mati tertusuk
oleh bambunya (Tamiang) sendiri.

Berdasarkan sejarah di atas, masyarakat


Bunigeulis mempercayai Nyimas Pandan
Wangi akhirnya keluar dari persembunyian
dan mengganti Namanya dengan Nyimas
Ganda Sari. Cerita tersebut diyakini
menjelaskan maksud kata Bunigeulis yaitu
“Buni Geulis” yang berarti tempat
persembunyian perempuan cantik.
Bagian dua

Profil Desa Bunigeulis


Fakta Data Desa Bunigeulis

Mari membicarakan desa Bunigeulis


berdasarkan fakta data yang tersedia. Desa
Bunigeulis adalah desa yang terletak di bagian
kuningan timur kecamatan Cigandamekar
dengan luas wilayah 183.001 hektar. Jarak
tempuh Desa Bunigeulis ke kecamatan
Cigandamekar sejauh 6 KM yang dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit.
Sedangkan jarak tempuh ke kabupaten
Kuningan sejauh 26 KM yang dapat ditempuh
dengan waktu sekitar 30 menit.
Keadaan bentang lahan yang berupa
daratan dengan ketinggian 269,4 meter di atas
permukaan laut, lahan tersebut digunakan
untuk pemukiman 25,916 hektar, perkarangan
6,500 hektar, sawah 73.000 hektar, ladang dan
perkebunan 66,276 hektar, perikanan darat
0,920 hektar, pemakaman 1,350 hektar dan
lain-lain 9,9139 hektar. Secara administratif
terbagi menjadi empat dusun yaitu dusun I,
dusun II, dusun III, dan dusun IV, terdiri dari
empat Rukun Warga (RW) dan 13 Rukun
Tetangga (RT).
Berdasarkan data administrasi desa
Bunigeulis, pada tahun 2021 tercatat 835
Kartu Keluarga, jumlah penduduk 2.715 jiwa
dengan rincian 1.356 laki-laki dan 1.359
perempuan. Berikut rincian jumlah penduduk
berdasarkan usia:
No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 tahun 134 132 266
2. 5-9 tahun 118 112 230
3. 10-14 tahun 108 110 218
4. 15-19 tahun 110 108 218
5. 20-24 tahun 103 102 205
6. 25-29 tahun 96 95 191
7. 30-34 tahun 93 93 186
8. 35-39 tahun 100 95 195
9. 40-44 tahun 91 89 180
10. 45-49 tahun 82 85 167
11. 50-54 tahun 78 80 158
12. 55-58 tahun 64 65 129
13. >59 tahun 179 193 372
Jumlah 1356 1359 2715

Sumber data dari arsip profil desa Bunigeulis.


Visi dan Misi Desa Bunigeulis

Terlampir dalam arsip profil desa


Bunigeulis, pemerintah desa dan masyarakat
sepakat bahwa Membangun Masyarakat Desa
Bunigeulis yang Mandiri, Cerdas serta
Menjunjung Tinggi Budaya Gotong Royong
Guna Mewujudkan Desa yang Aman, Subur,
Makmur dan Sejahtera adalah visi dari desa
Bunigeulis.
Dengan adanya visi tersebut menjadi
cita-cita yang akan dituju untuk jangka waktu
tertentu, sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa, yaitu
selama enam tahun. Dengan visi ini
diharapkan akan terwujudnya masyarakat desa
Bunigeulis yang mandiri, cerdas serta
menjungjung tinggi budaya gotong royong
guna mewujudkan desa yang aman, subur dan
sejahtera. Terwujudnya visi tersebut
diharapkan dapat memberikan dampak pada
masyarakat untuk berinovasi dalam
membangun desa diberbagai bidang yaitu
pertanian, perkebunan, peternakan,
pertukangan dan kebudayaan yang ditopang
oleh nilai-nilai keagamaan.
Adapun misi yang digagas desa
Bunigeulis tercatat dalam Peraturan Desa
Bunigeulis Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJM Desa) Periode 2020-2025, yaitu:
1. Bersama masyarakat memperkuat
kelembagaan desa yang ada sehingga
dapat optimal dalam melayani
masyarakat.
2. Bersama masyarakat dan kelembagaan
desa Bunigeulis untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan
melaksanakan pembangunan yang
partisipatif.
3. Bersama masyarakat dan kelembagaan
masyarakat dalam mewujudkan desa
Bunigeulis yang aman, tentram dan
damai.
4. Bersama masyarakat dan kelembagaan
desa memberdayakan masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Visi dan misi di atas menjelaskan
pemerintah desa berencana untuk
meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat, pembangunan desa, kesejahteraan
masyarakat dan menciptakan desa Bunigeulis
yang aman, tentram dan aman.
Jika merujuk pada program dan
kegiatan yang tercatat pada Peraturan Desa
Bunigeulis Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJM Desa) Periode 2020-2025, tidak
ada program kerja yang pemerintah desa
jelaskan dengan rinci, berbeda dengan
program kerja yang terkait pada pembangunan
di bidang penyelenggara atau administrasi
pemerintahan desa. Pemerintah desa
memberikan perhatian pada pembangunan
desa di bidang penyelenggara dan
pemerintahan dengan adanya 15 poin dari 3
program yang digagas, diantaranya
penyediaan perlengkapan kantor seperti AC,
kipas angin, lemari berkas, jam dinding, TV,
lemari pendingin makanan, komputer, Laptop,
Printer, meja kerja, kursi kerja, meja rapat,
kursi rapat, LCD Proyektor, Layar LCD dan
masih banyak lagi.
Pemerintah desa Bunigeulis pasif
membicarakan bagaimana cara mewujudkan
visi dan misi desa, salah satunya
mensejahterakan masyarakat.
Berdasarkan tulisan Ayi Sumarna
mengenai Desa Ciburial, terkait kerangka
konsep yang dikeluarkan oleh Pemberdayaan
Keluarga dan Kelembagaan, Kementrian
Sosial, pengertian desa sejahtera mandiri
adalah desa yang mampu menghasilkan
produk berdaya saing, lembaga sosial yang
berperan aktif, tingkat partisipasi dan
keswadayaan masyarakat yang tinggi, dan
masyarakat miskin terlibat aktif dalam rantai
produksi.
Dalam mewujudkan desa sejahtera
yang mensejahterakan masyarakat dapat
dibentuk mulai dari meningkatkan sumber
daya manusia. Prof. Dr. Rahardjo Adisasmita,
M.Ec,. dalam bukunya yang berjudul
Pertumbuhan Wilayah dan Wilayah
Pertumbuhan mengemukakan bahwa dalam
membangun suatu wilayah termasuk desa
terdapat faktor penting yang perlu
diperhatikan, salah satunya yaitu peningkatan
kemampuan sumber daya manusia (SDM)
sebagai insan pembangunan.
Upaya peningkatan sumber daya
manusia, tentunya dapat diwujudkan melalui
peningkatan pendidikan masyarakat itu
sendiri. Namun, jika menilik pada Peraturan
Desa Bunigeulis Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJM Desa), sebagian besar
masyarakat Bunigeulis hanya tamatan sekolah
dasar (SD) yaitu sebanyak 1.449 jiwa,
perbandingan ini tidak sesuai dengan jumlah
penduduk desa Bunigeulis yang tercatat pada
tahun 2020 yaitu 2.668 jiwa.
Bagian

Keadaan Pendidikan
Masyarakat di Desa
Bunigeulis
Menilik Tingkat Pendidikan Masyarakat
Bunigeulis

Pendidikan merupakan kebutuhan


yang sangat penting untuk setiap individu.
Pentingnya pendidikan, pemerintah
mengupayakan pendidikan selama 12 tahun
melalui pelaksanaan Program Indonesia Pintar
(PIP), 12 tahun pendidikan diantaranya adalah
6 tahun untuk Sekolah Dasar (SD), 3 tahun
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
3 tahun untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Indonesia merupakan negara
berpendidikan. Tetapi, kondisi pendidikannya
masih belum merata dan hal ini menjadi
masalah. Faktor yang menyebabkan
pendidikan di Indonesia kurang merata adalah
kemiskinan, SDM (sumber daya manusia),
rendahnya kualitas guru, rendahnya prestasi
dan sarana-prasarana sekolah.
Tidak dipungkiri juga di desa
Bunigeulis yang terletak di perbatasan
Kuningan-Cirebon ini memiliki tingkat
pendidikan yang cukup rendah, terbukti dari
setengah jumlah penduduk desa Bunigeulis
hanya tamatan sekolah dasar (SD) dan akses
untuk melanjutkan sekolah ke Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Akhir (SMA) dan ke Perguruan
Tinggi pun sulit untuk didapatkan. Faktor
lainnya, dikarenakan di sana bukan hanya
sarana dan prasarananya yang kurang tetapi
tenaga pendidikannya juga kurang, sehingga
masih membutuhkan tenaga pendidik dari luar
daerah.
Jika menilik dari layanan masyarakat
dalam bidang pendidikan, desa Bunigeulis
hanya memiliki 1 Sekolah Dasar, 1 Madrasah
Islamiah, 1 Paud, 1 Taman Kanak-kanak dan
1 Taman Pendidikan Al-qur’an. Sudah
seharusnya pemerataan pendidikan menjadi
tugasnya pemerintah pusat, memberikan akses
mudah bagi para pelajar untuk melanjutkan ke
jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Rendahnya pendidikan di desa
Bunigeulis bukan berarti semata-mata karena
ketidakinginan masyarakat tapi
ketidakmampuan masyarakat untuk
menjangkau pendidikan tersebut. Pemerintah
tidak memberikan kemudahan kepada
masyarakat, khususnya masyarakat desa
Bunigeulis untuk melanjutkan pendidikan ke
tingkat yang lebih tinggi. Lokasi sekolah yang
cukup jauh dari kediaman, tidak tersedianya
kendaraan umum, sulit jaringan internet untuk
mengakses informasi, dan tidak adanya
sosialisasi pemerintah akan pentingnya
pendidikan, menjadi kendala masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan yang
pemerintah upayakan yaitu 12 tahun sekolah.
Lalu, yang menjadi masalah lain
dalam bidang pembangunan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana-prasarana pendidikan
dan kebudayan di desa Bunigeulis yaitu
pengadaan taman baca masyarakat (TBM).
Bisa dikatakan, Desa Bunigeulis bukan hanya
memiliki tingkat pendidikan yang rendah
tetapi juga memiliki literasi yang rendah pula.
Lalu, program dan kegiatan yang pemerintah
desa Bunigeulis tawarkan pun tidak sebanding
dengan bidang lain seperti pelayanan
administrasi pemerintahan desa,
pengembangan ekonomi, pembinaan
kemasyarakatan dan lainnya.
Rendahnya kepekaan masyarakat
dalam bidang pendidikan membuat
masyarakat memilih untuk tidak melanjutkan
sekolah ke perguruan tinggi. Tentu ini
menjadi penghambat, jika masyarakatnya
sendiri tidak memiliki pendidikan yang
mumpuni untuk membangun dan
mengembangkan desa tersebut.
Akan ada perbedaan cara bersikap dan
cara berpikir antara masyarakat yang
berpendidikan dan yang tidak tuntas dari segi
pendidikannya. Prof. Dr. John Dewey
mengatakan pendidikan adalah suatu proses
pengalaman. Karena kehidupan merupakan
pertumbuhan, maka pendidikan berarti
membantu pertumbuhan batin manusia tanpa
dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah
proses penyesuaian pada setiap fase dan
menambah kecakapan dalam perkembangan
seseorang melalui pendidikan.
Faktor Penghambat Dalam Meningkatkan
Pendidikan di Desa Bunigeulis

Sesuai dengan hal yang disampaikan


di atas, sedikit sekali masyarakat desa
Bunigeulis yang melanjutkan sekolah ke
perguruan tinggi, faktor penghambatnya tentu
terbatasnya ekonomi.
Tercatat dalam RPJM Desa, tingkat
kesejahteraan masyarakat kurang mampu ada
250 Per apa? Mayoritas mata pencaharian
penduduk pun yaitu petani. (Berapa upah
petani)
Berdasarkan penjelasan di atas, jelas
faktor ekonomi sangat mempengaruhi suatu
pendidikan seorang individu. Kurangnya
pendapatan keluarga menyebabkan orang tua
bekerja keras mencukupi kebutuhan sehari-
hari sehingga perhatian orang tua terhadap
pendidikan cenderung terabaikan (Rizal
Bagoe : 2013).
Terbatasnya ekonomi membuat
banyak anak-anak harus mengubur dalam cita-
cita. Pendidikan akan bisa membangun dan
mengembangkan desa dengan inovasi-inovasi
cemerlang dengan tujuan menciptakan
masyarakat yang sejahtera, namun sangat
disayangkan ketika masyarakat itu sendiri
tidak bisa mendapatkan pendidikan karena
faktor kemiskinan.
Kemiskinan terjadi karena kemampuan
masyarakat pelaku ekonomi tidak sama,
sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat
ikut serta dalam proses pembangunan atau
menikmati hasil pembangunan.
(SEARCH FAKTOR PENYEBAB
KEMISKINAN)
Bagian

Keadaan Ekonomi di
Desa Bunigeulis
Jenis Mata Pencaharian Penduduk
Bunigeulis
Bagian

Potensi Desa Bunigeulis


Potensi yang Dimiliki Desa Bunigeulis
Dibidang Pendidikan
Bagian

Dampak yang Diberikan


KKN Pada Desa
Bunigeulis
Hal yang Bisa Dilakukan Untuk
Meningkatkan Pendidikan

Penggalian potensi dalam bidang


pendidikan menjadi kendala yang sulit, sebab
bukan hanya tingkat pendidikan yang rendah
namun dipengaruhi juga oleh literasi
masyarakat desa Bunigeulis.
Sulitnya pengadaan Taman Bacaan
Masyarakat di desa Bunigeulis menjadi
masalah dalam program pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana-
prasarana di bidang pendidikan.
Maka dari itu, kedatangan mahasiswa
KKN tahun 2022 kelompok 16 Universitas
Kuningan menjadi pelopor dalam
menyukseskan pengadaan Taman Bacaan
Masyarakat. Kedatangan mahasiswa KKN
menjadi fasilitator masyarakat untuk
mempermudah dalam mengakses buku-buku,
hal yang dilakukan yaitu melakukan Open
Donasi Buku untuk desa Bunigeulis.
Selain itu, untuk merangsang
masyarakat agar melek literasi, Mahasiswa
KKN juga melakukan kegiatan Kelas Literasi.
Kelas yang dibuka untuk pelajar Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan
Sekolah Menengah Atas untuk mengikuti
kelas belajar bersama, topik yang dibahas
dalam kegiatan belajar-mengajar tersebut
yaitu pelajaran pengetahuan umum,
matematika, teknologi informasi komputer,
bahasa Inggris dan Diskusi Film. Kegiatan ini
diharapkan menjadi kegiatan yang bisa
dilanjutkan di Taman Bacaan Masyarakat
yang bernama Lentera Buni.

Dalam memperingati tahun baru islam


ke 1444 hal lain yang dilakukan untuk
merangsang kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya pendidikan yaitu mengadakan
lomba-lomba yang tujuannya untuk menarik
perhatian masyarakat Bunigeulis, khususnya
anak-anak. Jenis kegiatan yang dilombakan
yaitu seperti Mewarnain Kaligrafi, Pashion
Show Muslim, Menonton dan Menceritakan
Kembali Film.
Walaupun tidak ada banyak hal yang
dilakukan, namun masyarakat cukup antusias
dengan kegiatan literasi dan kegiatan yang
tujuannya untuk meningkatkan kesadaran
mengenai pentingnya pendidikan.
Dalam membangun desa sejahtera
yang mensejahterakan masyarakat yaitu
kemauan untuk belajar, kejujuran dan
kegigihan. Hal tersebut dapat terbentuk
dengan kesadaran mengenai pentingnya
pendidikan. Akan banyak inovasi yang lahir
ketika desa tersebut memiliki masyarakat
yang sadar mengenai pentingnya pendidikan,
sadar hukum dan sadar lingkungan. Bukan
hanya membangun desa tapi memberikan
perubahan yang berdampak besar bagi
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai