Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

Keaneka ragaman tradisi masyarakat serta budaya yang menyertainya pada era
sekarang ini sangatlah unik dan bernilai tingi ditengah tengah arus kehidupan yang modern
sekarang ini. Salah satu tradisi masyarakat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal
adalah upacara peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan upacara “
We wehan “ yaitu upacara tradisi masyarakat yang saling memberi di lingkungnan desa. Juga
disertai dengan upacara mengirim doa kepada tokoh tokoh ulama dan tokoh pendiri
Kabupaten Kendal.Ada beberapa keistimewaan pada upacara dari kegiatan tersebut yakni
upacara “ Grebeg Sumpil “

Grebeg Sumpil adalah sebuah upacara tradisi masyarakat di Desa Krajan Kulon
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal dengan mengarak sebuah gunungan yang berisi
dari berbagai hasil bumi serta salah satu jenis makanan khas yakni sejenis ketupat yang
berbentuk segitiga dengan dibungkus dari daun bambu , makanan ini yang secara khusus
disebut dengan ketupat Sumpil. Jenis makanan ini hanya ada di Kecamatan kaliwungu
Kabupaten Kendal serta mempunyai bentuk, rasa yang khas serta mempunyai filosofi yang
luhur.

Ketupat sumpil akan ada hanya pada saat saat tertentu saja, tidak setiap hari ada.
Untuk melestarikan jenis makanan tradisional dari Kecamatan Kaliwungu ini perlu terus
dikembangkan dan dilestarikan keberadaanya. Dengan usaha tersebut akan menambah nilai
kekayaan budaya serta dapat mengangkat nilai kehidupan masyarakat setempat.
2

BAB. II
GAMBARAN UMUM KECAMATAN KALIWUNGU

KONDISI GEOGRAFIS
Kecamatan Kaliwungu merupakan satu dari 20 kecamatan di
KabupatenKendal Propinsi Jawa Tengah, dengan wilayah sebelah Utara berbatasan
denganLaut jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kaliwungu Selatan,sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Brangsong dan sebelah Timurberbatasan dengan Kota
Semarang, dengan ketinggian tanah antara 0 sampaidengan 4,5 meter di atas permukaan
laut.Luas wilayah Kecamatan Kaliwungu mencapai 47,73 Km2 dengan sebagianbesar
wilayahnya digunakan sebagai lahan bukan pertanian yang beruparumah/bangunan dan
lainnya yaitu mencapai 21,63 Km2(45,31 %), selebihnyauntuk lahan sawah sebesar 6,52
Km2(1365%) dan lahan pertanian bukan sawahsebesar 21,563 Km2(45,31%).Apabila dilihat
menurut luas wilayah desa, desa terluas di KecamatanKaliwungu adalah Desa Mororejo
dengan luas wilayah sebesar 14,35 Km2(30,07persen dari luas wilayah Kecamatan
Kaliwungu), sementara desa dengan luasterkecil adalah Desa Karangtengah dengan luas
hanya sebesar 1,2 Km2(2,52 persendari luas wilayah Kecamatan Kaliwungu).
Menurut jarak kantor desa ke ibu kotaKecamatan Kaliwungu, Desa Wonorejo merupakan
desa terjauh dengan jaraksejauh 3,5 Km sedangkan desa terdekat adalah Desa Sarirejo yang
merupakan desatempat ibukota Kecamatan Kaliwungu.Rata-rata curah hujan di wilayah
Kecamatan Kaliwungu tahun 2017 sekitar168 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 9
hari.

BIDANG PEMERINTAHAN
Secara administrasi, Kecamatan Kaliwungu terbagi menjadi 9 (sembilan)desa
dengan jumlah dusun/dukuh sebanyak 39 dusun. Jumlah Rukun Warga (RW)sebanyak 72
RW dan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 320 RT.Jumlah aparat pemerintah desa di
wilayah Kecamatan Kaliwungu padatahun 2017 tercatat mencapai 92 orang yang terdiri dari
9 kepala desa, 8 sekdes, 8kaur Perencanaan, 8 kaur keuangan, 8 kaur umum, 9 Kasi
Pemerintahan, 7 KasiKesra, 9 Kasi Pelayanan , 26 kepala dusun (kamituwo). Seluruh desa di
KecamatanKaliwungu pada tahun 2017 sudah memiliki kepala desa.
Banyaknya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) tahun 2017sebanyak 22.467 lembar,
mengalami peningkatan sebesar 2,14 persen disbandingtahun 2016 yang berjumlah 22.172
lembar. Sementara itu, jumlah pendapatanPajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun 2017 dari
3

9 desa sebanyak 1,90 milyarrupiah. Pendapatan pajak tersebut hanya berasal dari sekitar
62,74 persen wajibpajak dengan total target penerimaan pajak sebesar 3,03 milyar rupiah.
Realisasipajak tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang sebesar 47,03 persen.Pada
tahun 2017, tidak ada satupun desa di Kecamatan Kaliwungu denganrealisasi pajak mencapai
100 persen. Realisasi pajak tertinggi sebesar 70,42 persenoleh Desa Sarirejo, sementara Desa
Karangtengah merupakan desa dengan realisasipajak terendah yaitu hanya sebesar 44,62
persenmerupakan desa dengan realisasipajak terendah yaitu hanya sebesar 44,62 persen.

BIDANG SOSIAL SOSIAL


Pendidikan merupakan sarana penting dalam mencetak sumber dayamanusia
yang berkualitas, untuk itu diperlukan prasarana pendidikan yang bagusdan representatif
guna mendukung wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. DiKecamatan Kaliwungu terdapat
fasilitas pendidikan mulai dari sekolah pra sekolah(Taman Kanak – Kanak) hingga SLTA.
Jumlah sekolah pra sekolah pada tahun 2017sebesar 26 unit dengan jumlah murid sebesar
1.858 murid, jumlah sekolahsetingkat SD di kecamatan ini mencapai 31 unit dengan 6.952
orang murid.Sementara sekolah setingkat SLTP sebanyak 7 unit dengan jumlah murid
sebesar1.757 murid dan terdapat 4 unit sekolah SLTA sederajat dengan 1.012 orang murid.
Di bidang kesehatan, prasarana yang ada di Kecamatan Kaliwungu tersediaPuskesmas 1 unit,
puskemas pembantu 1 unit, 4 rumah bersalin, praktik dokterumum sebanyak 17 orang, 6 pos
kesehatan desa, 13 apotek atau toko obat danposyandu sebanyak 77 unit.
Penyandang cacat tubuh sebagai salah satu penyandang masalahkesejahteraan sosial perlu
mendapat perhatian agar mereka dapat melaksanakanfungsi sosialnya. Oleh karena itu,
pemberian santunan dan rehabilitasi sosial bagipenyandang cacat dan orang jompo/terlantar
mutlak diberikan. Penderita cacat diKecamatan Kaliwungu pada tahun 2017 sebanyak 264
orang. Persentase terbanyakadalah penderita cacat daksa sebesar 29,92 persen yaitu sebnyak
79 orang

BIDANG PERTANIAN
Pertanian merupakan sektor lapangan usaha bagi sebagian penduduk
diKecamatan Kaliwungu. Jenis utama tanaman yang diusahakan adalah tanamanpangan yaitu
tanaman padi baik padi sawah atau padi ladang , palawija utamanyajagung, ubi kayu dan
kacang tanah dan palawija lainnya relatif sangat kecil untuktanaman hotikultura dan
perkebunan hanya sebagian kecil .Luas panen padi sawah pada tahun 2017 sebesar 1.207,40
hektar denganproduksi sebesar 6.293,34 ton. Sedangakn untuk padi ladang luas panenyya
4

sebesar40 hektar dengan produksi 140.38 ton. Untuik palawija terbanyak adalah
jagungdengan luas panen sebesar 51 hektar dan produksi 320.55 hektar dan ubi kayudengan
luas panen sebesar 11 hektar dan produksi 369 ton.
Populasi ternak di Kecamatan Kaliwungu tahun 2017 terbesar adalahternak
unggas (ayam kampung) sebanyak 46.596 ekor, bebek 18.935 ekor,sedangkan unggas lainnya
populasinya relatif kecil, untuk ternak kecil yaitukambing sebanyak 1.388 ekor domba
sebanyak 428 ekor, sedangkan ternak besaryaitu Sapi kerbau maupun kuda, populasi ternak
besar yatu sapi potong cukuptinggi sebanyak 398 ekor, ini karena adanya dua perusahaan
peternakan yangcukup besar ternak yang dimilikinya, untuk sapi perah sebanyak 144 ekor
yangdimiliki perusahaan , sedangkan kerbau dan kuda relatif sedikit , yang diusahakan
5

BAB. III
TRADISI DAN BUDAYA

Melintas Pantura sebelum masuk kota Semarang tentu melewati sebuah kota kecil
yang ramai dan padat yakni Kecamatan Kaliwungu, kota kecamatan diKendal Jawa Tengah.
Bagi wisatawan religi tentunya Kaliwungu sudah tak asing lagi karena banyak tokoh
penyebar agama Islam dimakamkan di Kaliwungu. Kaliwungu menjadi tujuan peziarah untuk
berziarah ke makam Kyai Guru/K.H Asy'ari, Sunan Katong, Sunan Pakuwojo, Pangeran
Djuminah dan tokoh yang lainya. Menurut ibu saya serta cerita masyarakat yang turun sudah
temurun dan penegasan sumber literer yang minim, Sejarah Kaliwungu sendiri dimulai sejak
diutusnya Sunan Katong dan Sunan Pakuwojo yang memberi nama Kaliwungu, dari karya
Ahmad Hanam babad tanah Kendal diketahui bahwa Sunan Katong pada masa Walisongo
datang ke daerah ke Kaliwungu yang saat itu masih menjadi wilayah Majapahit (mungkin di
era keruntuhan Majapahit dan kemunculan kerajaan Demak Bintoro).

Katong dan bertemu dengan pemimpin lokal bernama Suromenggolo atau


Pakuwojo yang notabene adalah seorang adipati dan empu yang sakti. Sunan Katong
mengislamkan Pakuwojo dengan syarat sebuah pertarungan adu kesaktian. Setelah kalah
maka Pakuwojo pun masuk Islam dan diberi gelar Pangeran Pakuwojo. Sungai tempat
pertempuran kedua tokoh tersebut dinamai Kaliwungu dan pohon kendal yang menjadi
tempat persembunyian pakuwojo menjadi nama daerah yang kini menjadi kabupaten kendal.

Perkembangan selanjutnya adalah penyebaran Islam oleh Kyai Guru/ Kyai Asy'ari
oleh kerajaan Mataram di Jogja pada abad 16 untuk menyebarkan agama. Kaliwungu pada
masa lampau merupakan sebuah kadipaten dibawah bendera Mataram. Dalam bidang
pemerintahan kadipaten Kaliwungu dipimpin oleh RM. Hadimanggolo I sebagai salah satu
dari 7 orang adalah keturunan panembahan Djuminah putra dari Penembahan Senopati dari
istri Retno Dumilah (putri Bupati Madiun).

Kondisi politik di mataram saat itu sedang goyah dan dikuasainya Mataram oleh
Inggris. Pada waktu itulah adanya usulan pemindahan pemerintahan Kadipaten Kaliwungu ke
Kendal pada tahun 1812 oleh patih Wiromenggolo. Wiromenggolo adalah wakil dari Raden
Tumenggung Prawirodiningrat I adipati Kaliwungu ke-15. Pemindahan kadipaten tersebut
6

jelas ada unsur politis karena pada saat itu Deandels sedang membangun jalur Groote
Postwegdari Anyer sampai Panarukan.

Juga ketika Kaliwungu pada masa perang revolusi seorang bernama Haji Syafi'i
berjasa karena menampung para pejuang kemerdekaan bunker miliknya dibawah tanah
dirumahnya. Haji Syafi'i yang seorang pedagang batik dan memproduksi batik sendiri turut
beliau lahir pada tahun 1903 dan wafat di tahun 1979. Haji Syafi'i membeli tanah dan
bangunan yang dulu berdiri pendopo kadipaten Kaliwungu. Kenapa bisa dibeli dan kenapa
bangunan pendopo tersebut beralih fungsi sebagai musholla tidak diketahui secara pasti.
Sekarang diatas bekas kadipaten berganti menjadi sebuah mushalla dan sebuah madrasah.
Menurut ingatan buk yah juga pada saat berumur 12-13 tahun pendopo kadipaten tersebut
masih digunakan untuk persinggahan para pejabat keraton yang akan melaksanakan grebeg
mulud di Kaliwungu. Dahulu para punggawa dan prajurit keraton singgah di kadipaten
Kaliwungu lengkap dengan senapan laras panjangnya yang khas dan sebuah kereta kencana
yang kini disimpan di pendopo Kabupaten Kendal. Yang tersisa dari tempat berdirinya
kadipaten kaliwungu sekarang adalah sebuah gapura bertuliskan "Pungkuran" dengan huruf
Jawa dan sebuah meriam kecil yang berada ditengahnya.

Gapura tersebut masih sangat kokoh tapi sedikit tidak terawat, meriam yang berada
ditengah gapura tersebut sebelumnya terletak agak didepan gapura. Namun almarhum pak
Asrori (putra dari almarhum Haji Syafi'i) bersama warga pungkuran memindahkan meriam
tersebut persis ditengah gapura karena dijalur jalan kampung Pungkuran.

Kaliwungu pada masa lampau adalah bagian dari pemerintahan monarki penguasa
Jawa, kemudian terbentur dengan budaya kolonial membawanya kepada mordernitas. Situs
merefleksikan sejarah, gapura dan meriam tersebut adalah inskripsi, biografi historis yang
merekontruksi ingatan peristiwa masa lalu, historis, kultur, supremasi, dan estetika.
Religiositas tradisionalis menjadi warisan yang tersisa dari gempuran sporadis modernitas
dikampung santri.

GREBEG SUMPIL
Datangnya bulan Rabiul Awal menjadi bulan yang ditunggu-tunggu bagi sebagian
masyarakat. Sebab, tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal Baginda Nabi Muhammad SAW,
Kekasih Allah SWT dilahirkan di muka bumi. Kaum muslimin dari seluruh penjuru ikut
7

berbahagia dengan kelahiran Rasul Allah. Bintang-bintang ikut bersinar terang, langit-langit
bersih dan indah.

Kebahagiaan akan lahirnya Baginda Nabi Muhammad SAW tidak hanya dirasakan
oleh umat yang hidup di zaman Nabi, tetapi umat umat setelahnya sampai sekarang masih
ikut merasakan kebahagiaannya. Lahirnya menjadi momentum yang paling bersejarah bagi
seluruh muka bumi.

Di zaman sekarang ini, Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu diperingati
oleh seluruh kaum muslimin dari seluruh dunia. Namun, cara merayakan, meneladani dan
membuktikan rasa cintanya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda.
Berbeda dengan daerah daerah lain di Indonesia, Kabupaten Kendal tepatnya di Kecamatan
Kaliwungu dan sekiatarnya memiliki cara tersendiri untuk merayakan dan memeriahkan
Maulid Nabi atau Kelahiran Nabi yaitu ‘ TRADISI WEWEHAN ‘. Tradisi Wewehan
diyakini oleh sebagian masyarakat Kaliwungu terjadi sudah sejak zaman penyebaran agama
Islam di daerah Kaliwungu. Dan berlangsung sampai sekarang. Tradisi ini merupakan sebuah
ritual kebudayaan yang terbilang unik.

Wewehan berasal dari Bahasa Jawa, Weneh atau Aweh yang artinya memberi.
Wehwehan yang kemudian menjadi Wewehan merupakan kata ulang yang berarti saling.
Sehingga timbul makna Wewehan berarti Saling memberi atau tukar menukar. Yaitu
menukar jajanan yang telah dibawa dengan jajanan yang telah dipersiapkan oleh yang diberi.
Masyarakat Kaliwungu umumnya membuat jajanan untuk melaksanakan tradisi ini.
Pada Zaman dulu, Masyarakat di Kaliwungu selalu menyibukkan diri dengan menyiapkan
jajanan atau hidangan untuk menyambut datangnya bulan mulud. Tradisi Wewehan yang
dilaksanakan setiap Hari Jum’at pertama di bulan Safar sampai jatuh tempo tanggal 12 Mulud
sebagai penutupan Wewehan.

Pelaksanaan pada zaman dulu jajanan yang di buat adalah jajanan tradisional yang
kental dengan sejarah dan filosofi. Biasanya yang paling banyak dibuat masyarakat adalah
Sumpil dan Ketan Abang Ijo. Kedua jajanan ini merupakan dua diantara jajanan tradisional
masyarakat Kaliwungu. Sumpil dan Ketan Abang Ijo dijadikan menu utama Wewehan tidak
terlepas dari keyakinan masyarakat mengenai filosofi yang terdapat di dua makanan ini.
8

Sumpil merupakan jajanan tradisional khas kaliwungu yang dibuat dengan cara membungkus
beras dengan daun bambu dan berbentuk segitiga kemudian memasak sumpil layaknya
memasak lontong dan ketupat. Biasanya untuk memakan sumpil dengan sambal kelapa.
Sumpil ini memiliki makna filosofi tersendiri. Yaitu bentuknya yang segitiga memiliki tiga
sudut melambangkan iman, islam, dan ihsan yang memiliki makna yang saling berkaitan.

Filosofi dan makna Sumpil


Iman yaitu keyakinan dan kepercayaan dalam hati atau dapat berarti keteguhan hati
dan batin. Islam yaitu penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan atau islam sebagai
suatu kepercayaan atau agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman
kitab Suci Al-Qur’an (KBBI V). Kemudian Ihsan berasal dari kata hasana yang berarti
berbuat baik. Dalam menjalankan perintah dan kewajiban kita perlu mengetahui ketiga hal
tersebut. Kegita hal tersebut saling berkaitan dalam pedoman melaksanakan syari’at islam.

Ada juga kepercayaan masyarakat Kaliwungu bahwa Sumpil memiliki filosofi,


bahwa ketika diposisikan berdiri otomatis terdapat satu sudut yang berada di atas. Hal ini
dapat diartikan sebagai perwujudan Hablu Minallah (Hubungan kepada Allah) dan sudut
yang lainnya berada di bawah kanan dan kiri yang merupakan perwujudan dari Hablu
Minannas (Hubungan Antarmanusia).

Ketan Abang Ijo merupakan salah satu jajanan yang paling ramai di zaman dulu.
Ketan Abang Ijo memiliki filosofi yang gemerlap. Dimana merupakan simbol ketika lahirnya
Nabi Muhammad SAW bintang-bintang bercahaya warna-warni. Ketan Abang Ijo merupakan
gambaran ketika kelahiran Nabi Muhammad SAW yang begitu ramai dan berkelap-kelip
bintang.
Disamping itu, filosofi Ketan Abang Ijo diperkuat dengan Tradisi Teng-Tengan atau
hiasan lampion di rumah-rumah berbentuk bintang dan sebagianya yang di buat dari sebilah
bambu dan di tutup kertas warna-warni dan didalamnya di beri lampu.

Sejarah Ketupat Sumpil


Ketupat sumpil sudah dikenal masyarakat sejak zaman Sunan Kalijaga. Ketupat
sumpil di daerah Kaliwungu sering disajikan pada tradisi "weh-wehan" yang diselenggarakan
pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Ketupat sumpil tidak hanya sekadar makanan,
pada Kaliwungu makanan ini memiliki sejumlah makna. Makna tersebut diantaranya adalah
9

bentuk segitiga dari ketupat sumpil melambangkan hubungan antara manusia dengan
Tuhannya dan hubungan antara sesama manusia. Tradisi weh-wehan sendiri bertujuan untuk
mempererat silaturahmi antar masyarakat di Kaliwungu.
Gambaran
Ketupat sumpil memiliki keunikan tersendiri daripada ketupat pada umumnya.
Keunikan ketupat sumpil terletak pada bentuk dan pembungkusnya. Tidak seperti ketupat
biasanya yang berukuran besar, ketupat ini memiliki ukuran yang kecil. Bahan pembungkus
ketupat ini juga bukan berasal dari janur kuning melainkan dari daun bambu. Keunikan lain
dari makanan khas Jawa Tengah ini adalah bentuknya yang berdeda dengan ketupat pada
umumnya yaitu berbentuk segitiga dengan garis horisontal. Garis horisontal tersebut berasal
dari tulang daun bambu yang digunakan sebagai pembungkus. Masyarakat Kaliwungu
biasanya menyajikan ketupat sumpil bersama parutan kelapa atau serundeng.

Wewehan berasal dari kata weweh yang dalam bahasa jawa berarti memberi;
wewehan dapat diartikan dengan saling memberi. Wewehan merupakan sebuah tradisi yang
berkembang pada masyarakat Kaliwungu untuk memperingati Hari Maulid Nabi Besar
Muhammad SAW. Namun pada beberapa kampung di Kaliwungu kegiatan wewehan
dilaksanakan setiap hari Jumat sebulan sebelum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pada tradisi wewehan setiap warga membuat makanan baik itu jajan pasar maupun
makan modern yang akan dibagikan pada warga yang lainnya.Pembuatan makanan pun
tergantung dengan kondisi kemampuan warga. Biasanya banyak jenis makanan khas
Kaliwungu yang hanya ada pada kegiatan wewehan, seperti sumpil. Sumpil merupakan
sejenis kupat kecil berbentuk segitiga yang pada saat makannya ditemani sambal kelapa atau
serundeng.
Proses perayaan wewehan adalah setiap warga saling bertukar makanan yang telah
mereka buat. Warga yang memiliki anak kecil, maka si anak lah yang bertugas sebagai
pengantar makanan tersebut. Sedangkan untuk para orang tua yang di rumahnya tidak
memiliki anak kecil biasanya menunggu di rumahnya untuk menunggu hantaran dari para
tetangganya untuk ditukar dengan makanan yang telah dipersiapkan. Sekilas kegiatan ini
mirip dengan kegiatan transaksi barter, namun ada perbedaan mendasar. Dalam barter orang
akan melakukan transaksi apabila merasa cocok dengan barang yang akan dia barter, namun
dalam wewehan penukaran makanan tidak didasarkan atas selera penukarnya tapi keiklasan
dalam memberi.
10

Wewehan merupakan sebuah tradisi yang masih berkembang di masyarakat


Kaliwungu sampai saat ini. Dalam kegiatan wewehan terkandung makna yang begitu dalam
tentang pentingnya berbagi pada sesama. Pengetahuan untuk berbagi pada sejak usia kecil
akan membekas pada setiap anak yang mengikuti acara tersebut. Sehingga, kelak pada saat
dia dewasa akan menjadi orang yang dermawan dan mau menolong sesama.

Selain prosesi wewehan, pada perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW warga
Kaliwungu biasanya akan menghias rumahnya dengan berbagai macam lampu hias. Salah
satu yang khas dari lampu hias tersebut adalah “teng-tengan”. Teng-tengan adalah sejenis
lampion yang berbentuk beraneka ragam, ada bintang, kapal laut, kapal terbang, petromax,
dan lain sebagainya. Pada zaman dahulu teng-tengan dinyalakan dengan lampu minyak,
namun pada era listrik lampu minyak lambat laut diganti dengan bohlam listrik.

Seiring berkembangnya zaman, wewehan semakin terlihat akan perubahan tradisi dari
awal munculnya hingga sekarang. Perubahan Tradisi ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti, globalisasi dan modernisasi. Globalisasi menyebabkan masyarakat terpengaruh oleh
kebudayaan baru dari orang-orang barat. Sehingga masyarakat cenderung sedikit
meninggalkan tradisi dan budayanya dan lebih memilih untuk sekadar merayakan belaka
tanpa ada keinginan untuk mempertahankan sepenuhnya.

Dengan Modernisasi, masyarakat beradaptasi dengan masyarakat yang berorientasi


dengan sesuatu yang berbau praktis dan efisien. Dari perspektif orang modern itu, masyarakat
menganggap pelaksanaan tradisi wewehan dengan membuat jajanan tradisional dianggap
tidak efektif, praktis, efisien dan hemat. Menjadikan masyarakat yang dulunya berbondong-
bondong untuk membuat jajanan tradisional kini hanya tersisa semangat untuk merayakan
tanpa adanya semangat untuk membuat jajanan tradisional.

Di lain sisi, munculnya jajanan yang lebih modern dan lebih hits di kalangan
remaja dan anak-anak cenderung menjadikan masyarakat kaliwungu berpikir praktis untuk
membuat jajanan yang lebih mudah dan diminati banyak kalangan. Sehingga jajanan
tradisional semacam Sumpil dan Ketan Abang Ijo ditinggalkan begitu saja.
11

Dengan masuknya globalisasi menyebabkan tradisi wewehan kini semakin modern.


Upaya yang dilakukan sebagian masyarakat Kaliwungu untuk tetap mempertahankan budaya
dan tradisi wewehan dengan memodifikasi beberapa pelaksanaan tak lain adalah supaya
generasi penerus tetap mencintai tradisi dan budaya warisan leluhur.

Dengan memodifikasi jajanan tradisional menjadi jajanan yang lebih modern


merupakan langkah yang tepat untuk mengenalkan kepada generasi muda akan budaya.
Upaya memodifikasi walaupun sedikit menghapus makna dan filosofi dari wewehan. Namun,
yang terjadi di masyarakat belum sepenuhnya dilakukan masyarakat. Sebagian masyarakat
masih ada yang mempertahankan sumpil dan ketan abang ijo sebagai jajanan tambahan.

Saat ini, masyarakat banyak yang menjadikan makanan modern seperti Sempolan,
Mie Lidi, Martabak dan makanan makanan siap saji lainnya. Selain lebih praktis, juga
sebagai modernisasi terhadap tradisi wewehan agar tidak hilang sampai generasi berikutnya
dan berikutnya lagi.

Modifikasi Wewehan sebagai Upaya Pelestarian


Bagi sebagian masyarakat memandang hilangnya sumpil dan ketan abang ijo lambat
laun pasti terjadi. Seperti sekarang ini saja sudah kita lihat, hanya beberapa masyarakat yang
tetap memaknai Sumpil dan Ketan Abang Ijo sebagai pokok atau inti dari pelaksanaan
wewehan. Selain itu, beberapa masyarakat meyakini bahwa langkah mempertahankan Sumpil
dan jajanan tradisional lain sebagai upaya melestarikan jajanan tradisional tidak hanya
mempertahankan tradisi wewehan. Sebab, jajanan tradisional kini keberadaannya telah
digeser oleh beberapa makanan masa kini.

Modifikasi Tradisi Wewehan boleh saja dilakukan asalkan tradisi ini masih akan
terus dilaksanakan sampai kapanpun. Yang terpenting adalah makna dari Wewehan yang
tidak hanya tukar menukar jajanan saja. Karena sebenarnya Wewehan memiliki makna yang
lebih mendalam ketimbang hanya saling bertukar makanan. Wewehan mengajarkan kepada
kita budaya yang saling menghormati, juga mengajarkan kita untuk bershodaqoh.
Dengan langkah memodifikasi lebih modern, otomatis pelaksanaan Wewehan akan terus
mengikuti perkembangan zaman. yang harus tetap diperhatikan adalah budaya atau makna
yang terdapat dalam Wewehan tetap menjadi ajaran secara tidak langsung kepada generasi
yang melaksanakan Wewehan.
12
13

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan latar belakang sejarah yang telah mewarnai kehidupan masyarakat baik dari
sisi religi, budaya, tradisi di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal yang telah
berlangsung tardisi sampai sekarang ini. Pelestarian tradisi masyarakat di Kecamatan
Kaliwungu sangatlah penting karena mengandung nilai nilai budaya yang luhur di tengah
tengah era sekarang ini, antara lain :
a. Mengandung nilai filosofi relegi sosial masyarakat.
b. Melestarikan adat istiadat masyarakat yang mendasarkan pada nilai religius
masyarakat.
c. Pelestarian jenis makanan yang sangat khas masyarakat Kecamatan Kaliwungu yang
mempunyai makna sejarah dan filosofi keagamaan.
d. Mengangkat nilai kehidupan masyarakat dari sisi ekonomi dengan mengembangkan
salah satu tradisi budaya dan kuliner tradisional untuk menuju sektor pariwisata.
Berdasarkan hal hal tersebut kami mohon dengan hormat bahwa kegiatan “ GREBEG
SUMPIL “ di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal , khususnya Jenis Makanan “
KETUPAT SUMPIL “ untuk dapat dijadikan Warisan Budaya Tak Benda sebagai kuliner
tradisional / kuliner khas dari Kabupaten Kendal.

Kendal,
KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN KENDAL

Drs. AGUS RIFAI, M.Pd,


NIP.19590822 198603 1 009.
14

Referensi :

Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna


Oleh : Samsul Ulum

Ketupat sumpil
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jump to navigationJump to search

(@MochZaenuddin77 Moch Zaenuddin) | Twitter


https://twitter.com/mochzaenuddin77
Kaliwungu kendal jateng. ... Snake Sumpil ( Semelehno Uripmu Maring Pengeran Ingkang
Langgeng

Anda mungkin juga menyukai