Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret
Muhammad Alif Alauddin/D0317050
malifaaa@gmail.com
1. Lokasi Desa
Desa Maniskidul adalah bagian dari pada Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan
yang kebanyakan masyarakatnya beraktifitas sehari-harinya dalam bidang pertanian,
Perdagangan dan lain lain. Dengan luas wilayah 137,20 Ha yang terdiri dari tanah permukiman,
tanah Persawahan, ladang dan perkebunan. Keadaan iklim desa Maniskidul dipengaruhi oleh
iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 °C – 32 °C serta
curah hujan berkisar antara 2.000 mm – 2.500 mm per tahun. Pergantian musim terjadi antara
bulan November – Mei adalah musim hujan dan antara bulan Juni – Oktober adalah musim
kemarau. Desa Maniskidul memiliki curah hujan sebesar 26,00 MM2 dengan total jumlah
bulan hujan selama 4 Bulan dan dengan suhu rata-rata mencapai 24,32 0C. Ketinggian dari
permukaan laut 600 mdpl.
Sebagian besar daerah desa ini dipengaruhi oleh topografis pegunungan sehingga pola
jalan raya menanjak. Di sebelah utara desa terdapat Gunung Ceremai yang dikenal sebagai
gunung tertinggi di Jawa Barat. Hal ini menjadikan suhu seluruh wilayah pedesaan menjadi
sejuk di pagi dan malam hari, namun terik di siang dan sore hari. Adapun batas wilayah di
sebelah utara berbatasan dengan Desa Manislor, di selatan berbatasan dengan Desa
Sadamantara dan Desa Padamenak, di barat berbatasan dengan Desa Sembawa, di timur
berbatasan dengan Desa Garetangan.
Kondisi iklim dan cuaca yang tropis tersebut menjadikan sebagian besar mata
pencaharian penduduk berada di sektor pertanian dan perkebunan. Unsur hara pada tanah di
Desa Maniskidul yang sangat subur juga mendorong banyak kegiatan penelitian yang
dikembangkan dalam pertanian seperti percepatan hasil produksi padi. Hasil produksi tersebut
diperdagangkan sehingga menggerakan roda perekonomian masyarakat. Sebagian ada yang
diolah kembali menjadi makanan khas seperti hasil umbi-umbian berupa ketan yang diolah
menjadi tape dan disimpan di dalam ember. Kuliner tersebut hanya dapat ditemukan di Desa
Maniskidul. Untuk mencapai desa Maniskidul dari pusat kota Kuningan tidaklah sulit.
Jaraknya dari kota Kuningan kurang lebih 12 km. Sehingga mobilitas penduduk dari desa
menuju pusat kota sangat mudah menggunakan transportasi umum atau pribadi. Hal ini juga
mendorong akses masyarakat dalam ekonomi, pendidikan, dan kegiatan administrasi lebih
terjangkau.
2. Sejarah
Pada zaman kerajaan keindraan yang Ratunya Reshi guru manikmaya, sebagaimana kodrat
dan kebiasaan manusia selalu hidup dekat dengan Air dan tempat bermukimnya berupa
pedukuhan, dari pedukuhan-pedukuhan baru bekembang menjadi Desa. Tercatat dalam kitab
carita parahiangan, pada tahun 940 Saka atau tahun 568 M Dukuh Peundeuy yang dihuni oleh
Reshi Makandriya murid Reshi Manikmaya. Kemudian dilanjutkan oleh Prabu Menak
Kencarya alias Kantong Maralah mewariskan bekas wilayah buyutnya dan mendirikan
kerajaan Mandala Manir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Galuh Medang Kamulan pada
tahun 570 M di Ciamis.
Pada tahun 1373 ketika jaman kerajaan Galuh yang dipimpin oleh seorang raja yang
bernama Prabu Siliwangi yang ke 3, sang Dewa Niskala pernah singgah di Dukuh Peundeuy
(Situs Batu Gajah dan Sumur Tujuh) sampai putranya yang kemudian menjadi Prabu Siliwangi
ke 4, sang Pamanah kawin dengan sang Centring Manik Mayang Sunda putri sang Haliwangan
raja Pasundan dan tinggal di Jalaksana (1470), di Manis oleh Sunan Gunung Jati diangkat
seorang Demang yang nama gelarnya Anggapati pada waktu itu, Manis masih bawahan
kerajaan Talaga Manggung di Sagara Hiyang Ibu Kotanya.
Ketika kerajaan Talaga dibawah Pangeran Arya Wanga Goparana, Manis dibawah
Ketemenggungan Padamenak yang dipegang oleh Raden Padmanagara yang kemudian dikenal
dengan gelar pangeran Arya Salingsingan panglima kerajaan Pakungwati Cirebon yang
diperintahkan oleh panembahan Girilaya. Maka ketika kerajaan Cirebon dibawah cicit Sunan
Gunung Jati panembahan ratu I.P.Emas Zaenul Arifin, di Manis bermukim adik kandungnya
yaitu pangeran Manis. Pada tahun 1570 wilayah Manis resmi menjadi Desa Manis Lor dan
Maniskidul, sedangkan pangeran Manis tinggal di Dukuh Peundeuy dan mengajarkan Agama
Islam dipadepokan (Dukuh Depok).
Kuwu Maniskidul tercatan Surya Santana dan Kuwu Manis Lor Wisaprana keturunan Sindu
Prana dari Sangkanurip yang masih keluarganya juga. Pada tahun 1601, kerajaan Pakumwati
perang dengan kerajaan Inggris yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Raffles yang berpusat di
Tumesick ( Singapura). Jika kerajaan Pakaragwati kalah diantaranya akan mengungsi keManis,
itulah sebabnya Bahasa Sunda Logat Manis berbeda dengan Desa sekitarnya karena belum
terjadi pengungsian sudah dipersiapkan dulu oleh para santana dari Cirebon. Pangerang Manis
adalah adik Panembahan ratu yang diberi kewenangan memegang Kepustakaan Keraton.
Pengetahuannya warisan dari panembahan Losari putra bungsu dari Adipati Suwarga yang juga
masih pernah kakeknya kemudian pengetahuannya tersebut diwariskan kepada para putranya
dan kepada putra panembahan Girilaya yaitu pangeran Wangsakerta yang masih pernah
cucunya juga.
Para putra pangerang Manis antara lain Empu Anggarunting memiliki keterampilan
membuat barang logam antara lain Gamelan dan senjata (Keris) yang bermukim di Padamenak.
Sejak itu keturunan pangeran Manis memakai nama dari dinasti Angga meneruskan nama
Prabu Anggalarang yang pernah bermukim di Manis. Putra Empu Anggarunting yaitu Empu
Anggaraksa menjadi Empu Wesi Aji dan Empu Anggaprana menjagi Empu Kawi. Kemudian
ketiga-tiganya pada tahun 1666-1724 menjadi anggota dari Adhiyaksa pepitu atau 7 Adhiyahsa
yang dipimpin oleh keponakannya pangeran Wangsakerta pada jaman Belanda sudah masuk
dan menjajah ke Desa, di Manis dibangun hotel untuk tempat beristirahatan para perwira
Belanda dan Kolam Renang Cibulan yang aslinya Setu Burung yang menjadi kering.
3. Demografi
Desa maniskidul memiliki jumlah penduduk sejumlah 6.302 jiwa yang terdiri dari total
kepala keluarga 1.731 dengan 3.220 orang laki-laki dan 3.082 orang perempuan yang akan
dijabarkan sebagaimana berikut:
0 – 4 tahun 40 25 65
5 – 9 tahun 66 72 136
55 – 59 tahun 82 64 146
60 – 64 tahun 20 60 80
65 ke atas 16 34 50
Berdasarkan data penduduk di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk
Desa Maniskidul memiliki umur antara 15 – 49 tahun. Data ini menunjukan bahwa populasi
usia produktif lebih mendominasi dibandingkan usia non-produktif. Sehingga menuntut
Pemerintah Desa dan Pemerintah Kecamatan khususnya untuk menyiapkan lapangan kerja
yang luas serta akses terhadap pendidikan yang bermutu. Terdapat 7 Sekolah Dasar Negri
(SDN), 5 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negri, dan 3 Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negri. Selebihnya banyak sekolah swasta yang juga tersebar di seluruh desa. Jika ditelusuri
dengan cermat, jumlah sekolah negri tidak sebanding dengan jumlah penduduk dengan
umur 5 – 17 tahun yang harus menempuh pendidikan wajib seperti yang diwacanakan oleh
Pemerintah Pusat. Padahal sebagian mata pencaharian penduduk berada di tingkat
menengah ke bawah yaitu petani sehingga untuk mendapatkan akses pendidikan sangat
butuh bantuan melalui sekolah berbasis negri tersebut.
Desa Maniskidul berada di wilayah tropis yang menjadikan sebagian luas area
dimanfaatkan sebagai usaha pertanian sebagaimana data berikut:
Sawah 17 ha
Darat 1.44 ha
Jumlah 18. 44 ha
(Sumber: Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Kuningan,
2017)
Tanah bengkok yaitu lahan garapan milik desa. Tanah bengkok tidak dapat
diperjualbelikan tanpa persetujuan seluruh warga desa namun boleh disewakan oleh
mereka yang diberi hak mengelolanya. Sedangkan tanah lungguh adalah enjadi hak
pamong desa untuk menggarapnya sebagai kompensasi gaji yang tidak mereka terima.
Berdasarkan pengertian dan data di atas, maka kepemilikan tanah bersama di Desa
Maniskidul masih terjaga sampai hari ini. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri pedesaan yang
saling gotong-royong di setiap aktifitas termasuk pertanian. Tanah yang dimiliki oleh desa
dapat digunakan oleh warga itu dan dapat disewakan kepada pihak ketiga atas kesepakatan
perangkat desa dan masyarakat. Dengan demikian, desa memiliki posisi tawar yang tinggi
sehingga mampu meningkatkan pendapatan kas desa.
Daerah pesawahan juga termasuk ke dalam ciri-ciri pedesaan yang paling utama. Desa
Maniskidul dengan wilayah pesawahan di tanah bengkok seluas 17 ha telah
menggolongkannya benar-benar termasuk ke dalam definisi sebuah desa. Pesawahan tidak
sebatas tanaman padi yang menjadi komoditas utama, namun juga dapat berupa sayur-
mayur dan buah-buahan. Dengan demikian, syarat utama pedesaan sudah dipenuhi oleh
Desa Maniskidul.
Kemudian, Desa Maniskidul juga memiliki tanah yang kepemilikannya dikuasai oleh
Perangkat Desa dan digunakan sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat sebagaimana
berikut:
Tanah Desa
Kuburan 2.26 ha
Pangangongan - ha
Lain-lain 6.8 ha
Jumlah 18.72 ha
Berdasarkan data di atas, luas wilayah yang digunakan untuk kemaslahatan masyarakat
Desa Maniskidul sejumlah 18.74 ha. Faktor pertama yang harus dipertimbangkan dalam
pengelolaan lahan adalah tanah yang dipersiapkan untuk kuburan di setiap dusun. Luas
kuburan yang tersedia yaitu seluas 2.25 ha dinilai cukup untuk beberapa waktu ke depan
mengingat jumlah penduduk produktif lebih dominan dibandingkan yang tidak. Hal ini
mengimplikasikan bahwa angka kematian di usia tua sangat kecil sehingga luas lahan
kuburan dinilai cukup.
Adapun tanah yang dimiliki atas nama pribadi oleh masyarakat juga terdapat di Desa
Maniskidul sebagaimana berikut:
Tabel. 2.3 Luas Tanah Desa III
Berdasarkan data di atas, luas wilayah yang dimiliki oleh rakyat sejumlah 100.04 ha
dengan luas tegalan dan unsur lain yang belum diketahui. Kepemilikan lahan atas nama
pribadi sudah sangat umum di pedesaan. Umumnya, satu kepala keluarga memiliki sawah
seluas 2 ha, akan tetapi di Desa Maniskidul tidak semua masyarakat berprofesi sebagai
petani. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk dan sedikitnya luas
kepemilikan pribadi atas lahan sawah.
Luas perumahan warga di Desa Maniskidul sejumlah 35 ha. Adapun bentuk pola
perumahannya adalah arrange farm type yaitu pusat desa adalah Pasar Grosir dan barisan
rumah berada di sekitar jalan tersebut. Adapun letak lahan sawah dan hutan berada jauh
dari pusat pasar sehingga tidak menganggu ekosistem alam. Sebagian besar penduduk
merupakan suku Sunda asli Kabupaten Kuningan, namun juga banyak pendatang yang
berasal dari Jakarta dan Bandung. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari faktor
globalisasi.
Menurut data diatas, penulis menyimpulkan data ke dalam satu tabel tersendiri yang
akan dijasikan di bawah ini:
Pemukiman 35 ha
Pesawahan 70 ha
Perkebunan 18 ha
Kuburan 2.25 ha
Perkarangan 8.69 ha
Perkantoran 0.07 ha
Desa Maniskidul juga merupakan salah satu desa yang memanfaatkan sektor wisata
sebagai sumber penghasilan utamanya. Menurut cerita yang berkembang di kalangan
Masyarakat Desa Maniskidul dan masyarakat Kuningan pada umumnya, ikan dewa yang
ada di kolam Cibulan ini konon dahulunya adalah prajurit-prajurit yang membangkang atau
tidak setia pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Singkat cerita, prajurit-prajurit
pembangkang tersebut kemudian dikutuk oleh Prabu Siliwangi sehingga menjadi ikan.
Konon ikan-ikan dewa ini dari dulu hingga sekarang jumlahnya tidak berkurang maupun
bertambah. Apabila kolam dikuras, ikan-ikan ini akan hilang entah kemana, namun saat
kolam diisi air, mereka akan kembali lagi dengan jumlah seperti semula. Terlepas dari
benar atau tidaknya legenda itu sampai saat ini tidak ada yang berani mengambil ikan ini
karena ada kepercayaan bahwa barang siapa yang berani mengganggu ikan-ikan tersebut
akan mendapatkan kemalangan.
Kolam pemandian Cibulan juga menjadi sumber pendapatan bagi penduduk Desa
Maniskidul dengan menjadi pedagang asongan atau membuka warung makan di sekitar tempat
itu. Saat ini terdaftar 20 warung permanen di luar kompleks kolam dan 14 pedagang asongan
resmi yang diizinkan berjualan di dalam kompleks kolam. Mereka kebanyakan menjual
minuman ringan dan makanan kecil serta makanan ikan berupa kacang atom dan ikan wader.
Setiap tahunnya Desa Maniskidul memperoleh keuntungan Rp1,8 milyar dari sektor industri
pariwisata. Objek wisata yang paling utama adalah Cibulan sendiri terbagi menjadi dua yakni
permandian ikan dewa dan petilasan Prabu Siliwangi yang memiliki tujuh mata airnya.
Kesimpulan
Desa Maniskidul dengan segala potensi dan kekhasan yang dimiliki mampu
berkembang jauh daripada desa lain pada umumnya. Letaknya yang strategis dekat dengan
Kota Cirebon yang menghubungkan langsung antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah
menjadikan Desa Maniskidul berkembang lebih pesat. Kondisi geografi yang berada di wilayah
kaki Gunung Ceremai menjadikan udara di Desa Maniskidul sejuk di pagi dan malam hari,
namun terasa terik di siang dan sore hari. Akibatnya, pembagian mata pencaharian penduduk
terbagi secara menyeluruh, sebagian berprofesi menjadi petani, pedagang, pegawi instansi
pemerintah atau swasta, dll. Fasilitas umum dinilai cukup memadai karena sesuai dengan
proporsi jumlah penduduk dan luas lahan sehinga tidak terjadi ketimpangan. Lebih dari itu,
Desa Maniskidul mampu mengembangkan potensi alam yang berpengaruh kepada pendapatan
kas desa. Akan tetapi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Desa Maniskidul masih harus
ditingkatkan menimbang sebagian besar penduduk merupakan usia produktif yang harus
mengenyam pendidikan dasar.
DAFTAR PUSTAKA