id
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
50
Dari Kota Kecamatan Slogohimo untuk menuju desa ini harus berganti
kendaraan umum menggunakan angkutan desa atau ojek motor. Akses
jalan menuju desa ini kondisinya rusak selain itu terdapat tanjakan dan
turunan curam sehingga diperlukan kehati-hatian dalam perjalanan untuk
menuju ke Desa Setren.
Kondisi geografis Desa Setren berupa daerah perbukitan dan
lembah yang terletak di kaki Pegunungan Lawu Selatan. Suhu udara rata-
rata di daerah ini sekitar 20 °C dengan curah hujan yang tinggi. Secara
administratif Desa Setren berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor
Kepala Desa Setren bahwa sebelah utara Desa Setren berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Sokoboyo (Kecamatan Slogohimo), sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Jatipurno dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Sugihan
(Kecamatan Slogohimo). Desa Setren berada di ketinggian 884 dpl dan
memiliki luas wilayah 990.826 Ha yang terdiri dari 4 dusun yaitu
Kembang, Setren, Salam dan Ngrapah. Desa Setren juga dibagi ke dalam
RW dan RT yaitu 8 RW (Rukun Warga) dan 19 RT (Rukun Tetangga).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan bangsa,
dalam lingkup yang lebih kecil lagi pendidikan juga dapat digunakan
sebagai tolak ukur kemajuan suatu daerah. Suatu daerah dapat
dikatakan atau dikategorikan sebagai daerah yang maju apabila kondisi
penduduknya mempunyai tingkat pendidikan yang relatif tinggi.
Tingkat pendidikan penduduk di Desa Setren, Kecamatan Slogohimo,
Kabupaten Wonogiri dapat dikatakan masih tergolong rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Slogohimo
jumlah penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan di Desa Setren
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
c. Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Setren adalah masyarakat homogen yang
sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani yaitu 1264 orang
atau 39,98 %. Masyarakat Desa Setren sebagian besar mengusahakan
lahan pertanian baik berupa sawah, tegalan serta tanah pekarangan
yang terdapat di sekitar tempat tinggalnya. Lahan sawah sebagian
besar terletak di bagian selatan atau bagian dataran rendah, namun
tidak sedikit penduduk setempat tetap memanfaatkan dataran tinggi
sebagai persawahan dengan sistem persawahan bertingkat atau
terasering.
Persawahan digunakan untuk menanam padi dan tanaman lain.
Untuk keperluan irigasi masyarakat Desa Setren memanfaatkan air
dari sumber mata air di hutan Girimanik yang dialirkan ke sawah-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
d. Agama
Mayoritas penduduk Desa Setren beragama Islam yaitu 3.114
orang atau sekitar 99,1%. Penduduk yang beragama Kristen Protestan
sebanyak 3 orang atau 0,09% dan yang beragama Budha sebesar
0,79% atau 25 orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
58
59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
61
62
membuat saluran air dari sumber mata air sampai ke Desa Setren
menggunakan bambu. Sebelum mengerjakan saluran air masyarakat Desa
Setren dipimpin oleh sesepuh dan tokoh masyarakat Desa Setren untuk
berdoa bersama agar diberi keselamatan dan kemudahan. Masyarakat Desa
Setren mempercayai bahwa hutan tersebut dijaga oleh kekuatan yang
melebihi kekuatan manusia maka masyarakat Desa Setren harus meminta
ijin agar pekerjaan mereka berjalan lancar. Kerjasama masyarakat Desa
Setren membuahkan hasil, akhirnya air dapat mengalir ke Desa Setren.
Wujud rasa syukur karena telah menemukan sumber mata air maka
masyarakat Desa Setren mengadakan slametan dengan sesaji berupa
tumpeng dan ingkung, setelah berdoa masyarakat Desa Setren menikmati
makanan tersebut di dekat sumber mata air di hutan Girimanik. Dengan
adanya sumber mata air tersebut maka pertanian di Desa Setren menjadi
lebih baik maka masyarakat akhirnya mengadakan Upacara Tradisional
Susuk Wangan dengan meriah. Slametan sebagai wujud syukur akhirnya
menjadi tradisi hingga saat ini. Air mengalir tepat pada hari Sabtu Kliwon
sehingga hal ini terkait dengan hari diselenggarakannya Upacara
Tradisional Susuk Wangan pada setiap tahun.
Ariani berpendapat bahwa, “Di dalam masyarakat Jawa salah satu
cara untuk mencapai situasi selaras dan tenteram adalah melalui selamatan
atau sering disebut dengan upacara tradisional “(2003: 279). Sebagaimana
diungkapkan oleh Sumarsih bahwa upacara Tradisional yang dilaksanakan
oleh masyarakat mempunyai tujuan tertentu (Sujarno, 2009). Sebagaimana
orang Jawa yang selalu berpegang teguh pada pandangan hidupnya yang
religius dan mistis, bahkan orang Jawa sangat menjunjung tinggi moral
atau derajat hidupnya yang diwujudkan melalui tindakan. Disamping itu,
pandangan hidup masyarakat Jawa di dalam kehidupannya selalu
menghubungkan segala sesuatu dengan Tuhan yang serba rohaniah dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
67
sumber mata air yang terletak di hutan Girimanik pada hari sebelum
malam Sabtu Kliwon. Tahap kedua adalah upacara besar yang
diselenggarakan oleh masyarakat Desa Setren dengan Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang diadakan di Pos II Objek Wisata
Air Terjun Girimanik (batas antara hutan Girimanik dengan Desa Setren).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
3) Encek, bentuknya seperti nampan dari batang pisang dan bilah bambu
untuk meletakkan nasi tumpeng dan ayam ingkung. Encek di bawa oleh
satu orang, di bawa saat prosesi arak-arakan.
4) Peralatan untuk membersihkan saluran air yang mengalir di Desa
Setren. Peralatan ini berupa cangkul, sapu lidi, sabit.
5) Coek, peralatan ini terbuat dari bambu yang digunakan untuk
meletakkan dupa dan kemenyan.
6) Songsog agung atau payung kebesaran, digunakan dalam prosesi kirab
ageng (arak-arakan).
7) Lesung dan alat penumbuk padi, digunakan untuk tarian sahut-sahutan
menumbuk padi.
8) Gamelan, alat musik tradisional Jawa yang digunakan untuk
mengiringi sinden atau ledhek pada saat prosesi upacara.
Selain peralatan di atas, peralatan lain yang digunakan dalam upacara ini
antara lain tarub, kursi untuk tamu undangan, tikar, perlengkapan
makanan dan minuman serta tidak sedikit pula warga yang menggunakan
daun pisang untuk keperluan makan. Sebelumnya telah disebutkan bahwa
piranti yang digunakan dalam Upacara Tradisional Susuk Wangan juga
berupa sesaji. Berdasarkan wawancara dengan Hariyadi sebagai tokoh
masyarakat Desa Setren pada tanggal 8 November 2012, adapun sesaji
yang digunakan dalam Upacara Tradisional Susuk Wangan adalah:
1) Sega tumpeng ageng, nasi putih yang dibentuk kerucut tanpa lauk.
2) Ayam ingkung, ayam jago (ayam kampung jantan) yang dimasak dan
rasanya gurih diberi bumbu bawang, santan, garam, lengkuas, salam.
Ayam tidak dipotong-potong tetapi dibuat utuh, rasanya seperti ayam
panggang.
3) Nasi golong, nasi putih tawar biasa yang dibuat menyerupai sebuah
bola.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
4) Nasi gurih atau biasa disebut nasi uduk yaitu nasi yang dimasak
dengan santan dan diberi bumbu bawang, garam, salam, lengkuas
sehingga rasanya gurih.
5) Pisang sanggan, diutamakan pisang raja.
6) Jajan pasar, berupa berbagai macam jajanan pasar seperti jadah, wajik,
ketela yang direbus.
7) Kembang telon, kumpulan atau gabungan tiga macam bunga
8) Bubur Abang-Putih
9) Kupat lepet dan Kupat luar.
70
disiapkan meja yang cukup besar untuk meletakkan sesaji, gamelan dan lesung
untuk pertunjukan kesenian juga ditata rapi. Sound system juga sudah
dipersiapkan dengan baik, alunan musik-musik Jawa mulai didendangkan
layaknya orang yang mengadakan hajatan besar-besaran seperti acara
pernikahan masyarakat Jawa. Selain itu, masyarakat juga bersama-sama
membersihkan kantor yang ada di Pos II Hutan Girimanik yang akan
digunakan sebagai tempat konsumsi pada hari pelaksanaan. Kegiatan pada
hari sebelum puncak acara ini juga dipantau oleh Kepala Desa Setren dan
perwakilan dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Setelah
persiapan selesai dilaksanakan, pada malam harinya tempat ini digunakan
untuk lek-lekan atau begadang masyarakat Desa Setren khususnya laki-laki.
Prosesi Upacara Tradisional Susuk Wangan dibagi menjadi dua tahap.
Tahap pertama dilakukan pada hari Jum’at sore sebelum upacara besar
dilaksanakan dan esok harinya pada hari Sabtu Kliwon (wawancara dengan
Pono Marto Wiyono, sesepuh Desa Setren pada tanggal 9 November 2012).
Pada prosesi pertama di hari Jum’at Sore malam Sabtu Kliwon, para sesepuh
Desa Setren berkumpul di rumah sesepuh Desa Setren kemudian bersama-
sama berangkat ke sumber mata air di hutan Girimanik. Acara ini dinamakan
acara selamatan untuk meminta ijin agar upacara pada pagi harinya berjalan
lancar. Sebelum berangkat ke sumber mata air, sesaji yang di bawa untuk
didoakan di hutan Girimanik telah dipersiapkan. Sesaji tersebut berupa
tumpeng, ayam ingkung dan kembang telon. Selain itu, para sesepuh juga
membawa air minum dan ember. Perjalanan yang cukup jauh untuk menuju
sumber mata air di hutan Girimanik, jalanan menuju hutan yang belum di
aspal masih berupa tanah dan berbatu membutuhkan kehati-hatian dalam
mengendarai kendaraan yang hanya bisa menggunakan sepeda motor menuju
hutan, jalan yang sudah dicor dengan semen hanya di awal perjalanan saja
dari Pos II Obyek Wisata Air Terjun Girimanik.
Di setiap pinggir jalan menuju sumber mata air jalanan yang dilalui
berbatasan langsung dengan tebing dan jurang yang cukup curam, ditambah
dengan hutan yang berkabut commit
dan to user sangat dingin. Kondisi yang
hawanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
b. Pembukaan
Semua tamu undangan dan masyarakat yang telah berkumpul di
tempat upacara sudah bersiap diri mengikuti jalannya upacara. Pembawa
acara yang bertugas membuka acara membacakan susunan acara pada pagi
itu. Acara pertama adalah pembukaan dilanjutkan serah terima peralatan
upacara uba rampe dari rombongan arak-arakan ke sesepuh Desa Setren.
Acara selanjutnya adalah sambutan dari tamu undangan yang hadir diawali
sambutan Kepala Desa Setren, Camat Slogohimo, Kepala Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga serta Bupati Wonogiri.
Setelah sambutan selesai dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh modin.
Acara diakhiri dengan makan bersama-sama baik tamu undangan,
masyarakat dan siapa saja yang hadir dalam upacara tersebut. Setelah
selesai makan masyarakat bisa menikmati pertunjukan kesenian berupa
tarian gamelan lesung, campursari yang diiringi musik gamelan dan
pertunjukan kesenian kethek ogleng.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
d. Sambutan
Acara sambutan adalah sambutan-sambutan yang dilakukan oleh
para Pejabat setempat yang turut hadir dalam Upacara Tradisional Susuk
Wangan. Sambutan pertama dilakukan oleh Kepala Desa Setren pada saat
serah terima uba rampe. Dalam sambutannya, Kepala Desa Setren sebagai
wakil dari seluruh masyarakat Desa Setren pada intinya menyambut baik
dengan adanya acara ini. Upacara ini telah menjadi tradisi mayarakat Desa
Setren yang harus tetap dijaga dan dilestarikan. Kepala Desa juga
mengajak masyarakat berdoa, mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa agar diberi keselematan.
Sambutan yang kedua oleh Bapak Camat Slogohimo, pada initinya
Camat Slogohimo mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa
Setren karena upacara ritual ini dijalankan dengan baik. Melalui ritual ini
Camat Slogohimo berharap masyarakat Desa Setren selalu menjaga
kearifan budaya masyarakat petani atau agraris dalam menjalin
keseimbangan hubungan hosrisontal dengan alam sekitar dan secara
vertikal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Camat Slogohimo berpesan
kepada masyarakat Desa Setren untuk terus menjaga kebersihan
lingkungan Desa Setren, menjaga hutan dan sumber mata air sehingga
tetap lestari.
Sambutan ketiga dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Wonogiri yang menyabut senang hati atas usaha yang
dilakukan masyarakat Desa Setren, dengan kerjasama yang dibina
masyarakat dan Dinas kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahrga maka
upacara ini dapat berlangsung dengan baik. Kepala Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonogiri mengharapkan
upacara tradisi ini tetap dilestarikan, karena banyak sekali manfaat yang
didapat dari upacara ini. Selain menarik minat wisatawan datang ke Obyek
Wisata Air Terjun Girimanik, upacara tradisi ini dapat memupuk rasa
solidaritas sosial di dalam masyarakat Desa Setren.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
e. Doa bersama
Acara dilanjutkan dengan pembacaan doa setelah acara sambutan
selesai yang dipimpin oleh Modin Desa Setren didampingi para sesepuh
Desa Setren. Doa yang disampaikan oleh Modin pada intinya memohon
keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kepada Nabi Muhammad
SAW dan juga kepada para wali yang telah memberikan keselamatan
kepada para setiap orang yang hadir dalam ritual upacara Susuk Wangan.
Modin mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkah dan rahmatnya bagi masyarakat Desa Setren atas air yang
melimpah, tanah yang subur. Mudah-mudahan dengan terselenggaranya
Upacara Tradisional Susuk Wangan ini, masyarakat Desa Setren dapat
selamat, sejahtera dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari maupun
dalam mengerjakan pertanian (wawancara dengan Tarmin selaku Modin
Desa Setren pada tanggal 27 Januari 2013). Di dalam doa, Modin
membacakan doa-doa Islam serta beberapa surat-surat pendek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
f. Penutup
Acara penutup merupakan rangkaian upacara setelah acara doa
bersama selesai, acara ini dimulai dengan pembagian panggang dan
tumpeng kepada masyarakat yang hadir dalam upacara ini. Sesaji berupa
tumpeng dan ayam panggang ingkung yang telah dicacah oleh panitia
konsumsi dibagikan ke semua tamu undangan dan setiap orang yang hadir
dalam upacara tersebut kemudian dimakan bersama-sama. Selain
dibagikan kepada masyarakat Desa Setren, sebagian sesaji yang sudah
didoakan dan dicacah ada yang di bawa oleh utusan sesepuh Desa Setren
untuk diletakkan di Sembilan lokasi yang berada di kawasan Hutan
Girimanik. Sembilan lokasi tersebut dianggap sebagai tempat yang suci
dan sakral oleh masyarakat Desa Setren, tempat yang diberi sesaji tersebut
adalah sebagai berikut: Pertapaan Girimanik (petilasan Raden Mas Sahid
atau Mangkunegara I), Umbul (sumber mata air) Silamuk, Air Terjun
Manik Moyo, Air Terjun Tejo Moyo, Air Terjun Condro Moyo, Sendang
Drajat, Sendang Kanastren, Sendang Nglambreh (wawancara dengan
Hariyadi selaku tokoh masyarakat Desa Setren pada tanggal 10 November
2012).
g. Pertunjukan Kesenian
Prosesi upacara diakhiri dengan berbagai pertunjukan kesenian
sebagai acara hiburan. Pertunjukan kesenian ini diselenggarakan oleh
masyarakat Desa Setren dengan dukungan dari Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonogiri sehingga acara
menjadi sangat meriah. Pertunjukan kesenian yang disajikan antara lain:
1) Pertunjukan Gamelan Lesung
Pertunjukan Gamelan Lesung adalah suara yang dihasilkan
dari lesung saat menumbuk padi sehingga megasilkan suara tok-tok
orang Jawa menybutnya dengan klothekan. Jika saat menumbuk
padi dimainkan dengan irama dan perasaan maka akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
80
81
memetik hasil bumi. Hasil bumi yang mereka peroleh biasanya dijual
ke pasar sehingga sebagai wujud imbal balik maka mereka membeli
segala jenis makanan yang dijual di pasar untuk dipersembahkan
sebagai sesaji kepada danyang agar terjaga kesejahteraan hidupnya.
7) Kembang telon, meruapakan kumpulan atau gabungan tiga macam
bunga (mawar, kanthil, kenanga). Bunga-bunga tersebut diasumsikan
sebagai bunga kesenangan danyang atau sing Mbaureksa. Kembang
telon digunakan oleh masyarakat untuk mengingat dan menghormati
sing Mbaureksa agar jangan sampai mengganggu kehidupan
masyarakat Desa Setren.
8) Bubur Abang-Putih merupakan makanan yang dibuat dari beras. Beras
dibuat bubur warna putih dan warna merah dari gula merah. Makanan
ini merupakan lambang untuk penghormatan cikal-bakal, yaitu asal
usul keberadaan seseorang. Bubur abang melambangkan unsur ibu dan
bubur putih melambangkan unsur bapak. Keduanya telah menyatu,
sehingga membuahkan manusia baru. Oleh karena itu, setiap manusia
harus selalu ingat asal usulnya sangkan paraning dumadi. Bubur
abang-putih juga merupakan lambang untuk menghormati kakang
kawah adhi ari-ari (air ketuban dan plasenta) yang menjadi lambang
keberadaan manusia.
9) Kupat lepet merupakan wujud permohonan maaf atas segala kesalahan
yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Setren kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sedangkan kupat luar sebagai perlambang bahwa
masyarakat sudah keluar atau terbebas dari segala beban dengan
melaksanakan Upacara Tradisional Susuk Wangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
1. Nilai Solidaritas
Upacara Tradisional Susuk Wangan diadakan oleh masyarakat
Desa Setren secara turun temurun dari tahun ke tahun. Masyarakat Desa
Setren melaksanakan upacara ini sebagai ungkapan syukur atas adanya
sumber air yang melimpah, tanah yang subur sehingga masyarakat Desa
Setren memperoleh hasil pertanian yang melimpah. Sehingga sebagian
besar masyarakat yang menyelenggarakan Upacara Tradisional Susuk
Wangan sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. mengandung
unsur-unsur simbolik untuk memelihara kerukunan masyarakat,
penyelenggaraan upacara tradisional juga mengandung fungsi tertentu.
Fungsi upacara tradisional hingga kini masih dipertahankan oleh
masyarakat pendukung upacara tersebut salah satunya untuk mempererat
solidaritas sosial di dalam masyarakat (Ariani, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
87
88
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
90
91
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
Hal tersebut nampak sekali dari berbagai hasil bumi seperti sayuran
dan buah-buahan yang digunakan untuk hiasan gunungan. Upacara ini
sebagai ungkapan syukur atas pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa
sehingga manusia sepatutnya menjaga alam untuk tetap lestari, karena
hanya dengan kondisi alam yang baik maka manusia mendapat manfaat
hasil dari sumber daya alam yang ada.
93
94
95
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
98
99
100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
Pelindung Penasehat
Kepala Desa Setren KRPH Watu Kempul
Ketua
Pono Marto Wiyono
Sekretaris Bendahara
1. Tarso 1. Miskan Seksi-Seksi
2. Warjo 2. Satimo
102
103
commit to user