Anda di halaman 1dari 13

6.3.

Analisis karbohidrat

Karbohidrat tidak semata-mata berperan sebagai sumber energi makhluk hidup,


melainkan juga berperan pada banyak proses biologis, seperti “pensinyalan” di dalam
atau antar sel, modifikasi pada konformasi protein, adhesi sel, dan pengaturan jalur
biokimia. Selain itu, karbohidrat juga terlibat pada keadaan atau tingkatan berbagai
penyakit. Di dunia industri, karbohidrat banyak berperan pada industri makanan, tekstil,
kertas dan farmasi.

Tidak seperti pada asam nukleat dan protein, biosintesis karbohidrat tidak diatur dengan
suatu templat tertentu. Keberadaan karbohidrat di alam merupakan campuran
heterogen, yang seringkali sangat kompleks. Selain itu, sampai sekarang tidak ada metoda
biokimia yang dapat meningkatkan produksi karbohidrat, sebagaimana protein yang
dapat di-“overexpression” dan metoda PCR pada asam nukleat. Karbohidrat hanya dapat
diperoleh apa adanya secara alami, sehingga peneliti seringkali dihadapkan kadar
karbohidrat dalam jumlah yang sangat rendah (kecuali karbohidrat dalam bentuk amilum
dan selulosa yang sangat melimpah). Dalam konteks ini maka spektrometer massa
memiliki peran yang sangat penting pada analisis karbohidrat karena sensitifitasnya yang
tinggi dan toleran untuk analisis campuran.

Analisis karbohidrat dengan spektrometer massa meliputi penentuan massa molekul,


monosakarida penyusun, urutan monosakarida, jenis ikatan glikosida, stereokimia unit
monosakarida, keanomerikan ikatan glikosida, posisi percabangan, jenis percabangan,
jenis gugus pemodifikasi, dan kuantitas atau kadarnya.

Teknik pengionan dengan cara EI tentu saja sulit diandalkan untuk analisis karbohidrat
karena keharusan dalam bentuk turunan yang lebih mudah menguap. Teknik pengionan
yang sejenis, yaitu FAB, merupakan terobosan pada bidang ini karena dapat menganalisis
karbohidrat utuh, namun memiliki kelemahan, yaitu adanya gangguan dari matriks cairan
dan seringkali terpecah-pecah. Teknik pengionan yang sekarang banyak digunakan pada
analisis karbohidrat adalah ESI dan MALDI, yang relatif lebih lunak dari FAB sehingga
tidak banyak menghasilkan pecahan ion. Kedua teknik ini dapat menghasilkan ion
kuasimolekul tanpa pemecahan, sehingga pemecahan dapat diatur sesuai dengan teknik

133
pemecahan yang sesuai – misalnya dengan metoda CID berebrgi rendah atau berenergi
tinggi - sebagaimana telah dibicarakan sebelumnya.

Seiring dengan semakin sensitifnya peralatan spektrometer massa, analisis dapat


dilakukan langsung tanpa harus dalam bentuk turunan yang mudah menguap. Pada
beberapa aplikasi oligosakarida netral dari berbagai sumber bahkan dapat dianalis
langsung dalam bentuk struktur aslinya. Selain sebagai ion kuasimolekul [M+H] +,
oligosakarida seringkali dianalisis sebagai ion hasil gabungan dengan kation, umumnya
dengan Na+, K+, dan Li+, dan pada beberapa kasus dapat hasil gabungan dengan NH4+.
Oligosakarida atau glikokunjugat yang mengandung monosakarida bersifat asam, seperti
asam glukoronat, dapat dianalisis dalam mode negatif hasil deprotonasi [M-H] -. Ion
negatif juga dapat dihasilkan dari oligosakarida netral dengan penambahan ion Cl - atau
NO3-, atau deprotonasi gugus -OH sebagai [M-H]- atau [M-2H+Na]-. Gambar 6.5
menampilkan spektrum MALDI-TOF-MS maltopentaosa (C30H52O26, m/z 828,27) sebagai
ion positif [M+Na]+ (m/z 851,27)dan sebagai ion negatif [M-NO3]- (m/z 890,27).

Gambar 6.5. Spektrum MALDI-TOF-MS maltopentaosa sebagai ion positif [M+Na]+ dan [M+NO3]-.

Setelah mengetahui massa molekul karbohidrat, langkah selanjutnya adalah menentukan


jenis dan urutan monosakarida. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan memecah ion

134
kuasimolekul dengan spektrometer MS-tandem (MS/MS atau MS n). Pemecahan umunya
terjadi pada ikatan glikosida, dan dengan mempertimbangkan muatan tersebar pada
molekul, maka pemecahan tersebut dapat terjadi dari kedua ujung molekul, yaitu ujung
non-reduksi dan ujung reduksi. Dengan energi yang lebih tinggi, selain pemecahan pada
ikatan glikosida juga akan disertai dengan pemecahan yang melibatkan cincin
monosakarida. Pemecahan ini sangat berguna, terutama apabila adanya percabangan
pada struktur karbohidrat. Untuk identifikasi ion pecahan, Domon dan Costello
mengajukan tatanama pecahan, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 6.6.

Gambar 6.6. Tatanama pecahan pada spektrum MS-MS karbohidrat.

Ion-ion pecahan A, B dan C menjelaskan pecahan yang berasal dari ujung non-reduksi,
sedangkan X, Y dan Z berasal dari ujung reduksi (R = H) atau ujung aglikon (R = unit non-
sakarida). Bilangan subskrip menyatakan jumlah unit monosakarida yang membentuk
massa ion. Sebagai contoh, ion pecahan B1 dan C1 membawa satu unit sakarida dari ujung
non-reduksi, sementara Y1 dan Z1 adalah ion yang juga membawa satu unit monosakarida
dari ujung reduksi. Ion 0,2A2 berarti ion pecahan yang terjadi pada ikatan-0,2 di cincin unit
monosakarida kedua dari ujung non-reduksi, sedangkan ion 1,5X1 pada ikatan-1,5 di cincin
unit monosakarida pertama dari ujung reduksi.

Berdasarkan tatanama pemecahan tersebut dapat disimpulkan massa ion Y 1(Z1/X1) < Y2
(Z2/X2) < … dst. Dengan cara yang sama, massa ion B1 (C1/A1) < B2 (C2/A2) < … dst. Karena
bilangan superskrip pada Y/Z/X bermula dari arah yang berlawanan dengan bilangan
superskrip B/C/A, maka pasangan massa B1/Yn-1, C1/Zn-1, B2/Yn-2, C2/Zn-2, … dst (n =

135
jumlah unit monosakarisa), merupakan massa-massa komplemen terhadap massa
molekul (tentu saja dengan memperhitungkan massa ion penambah).

Perlu diingat, untuk ion kuasimolekul penambahan kation Na+ misalnya, posisi ion positif
tersebar pada masing-masing unit monosakarida (Gambar 6.7). Dengan pemahaman
tersebut, ion B1 dan C1 berasal dari ion kuasimolekul A; ion kuasimolekul B bisa
menghasilkan ion-ion pecahan 0,2A2, B2, C2, Y2 dan Z2; ion kuasimolekul C menghasilkan
ion pecahan B3, C3, 1,5X1, Y1 dan Z1; sedangkan ion kuasimolekul D menghasilkan ion
pecahan Y0 dan Z0 apabila R  H.

CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH


Na Na
O O O O O O
OH O OH O OH O R OH O OH O OH O R
OH OH
OH OH OH OH OH OH
A B

CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH


Na
O O O O O O
OH O OH O OH O R OH O OH O OH O R.Na
OH OH
OH OH OH OH OH OH
C D

Gambar 6.7. Penyebaran muatan positif ion kuasimolekul [M+Na]+ pada oligosakarida.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai pola pemecahan pada spektrum massa tandem
(MS/MS), perhatikan contoh oligosakarida, yaitu suatu trisakarida, yang dibentuk oleh D-
ribosa (pentosa), L-ramnosa (deoksiheksosa), dan D-glucosa (heksosa) membentuk D--
ribofuranosil-1,4-L--ramnopuranosil-1,4-D--glukopiranosida. Massa isotop utama
masing-masing monosakarida tersebut adalah 150 (D-ribosa), 164 (L-ramnosa), dan 180
Da (D-glukosa), sehingga massa isotop trisakarida tersebut adalah 458 Da. Spektrum
massa (simulasi) sebagai gabungan ion dengan Na+ (m/z 481) dinyatakan pada Gambar
6.8 A, sedangkan spektrum massa hasil pemecahan dengan CID (simulasi) pada massa
tersebut ditunjukkan oleh Gambar 6.8 B. Pada spektrum 6.8 B tampak adanya ion-ion
pecahan pada m/z 349 dan 203, serta sisa ion kuasimolekul pada m/z 481. Ion pada m/z
349 adalah ion Y2, sedangkan pada m/z 203 merupakan ion Y1.

136
A

HO
B Na
O
OH OH
OH
OH Y1

146 132

Gambar 6.8. A) Spektrum massa (simulasi) D--ribofuranosil-1,4-L--ramnopuranosil-


1,4-D--glukopiranosida sebagai ion gabungan dengan Na+; B) Spektrum
massa (simulasi) hasil pemecahan CID pada m/z 481.

Apabila pada pemecahan ion kuasi molekul menghasilkan semua ion A, B, C, X, Y dan Z,
yang biasanya terjadi pada pemecahan berenergi tinggi dan/atau menggunakan
penambaha kation Li+, maka akan dihasilkan spektrum pecahan (MS2) seperti dinyatakan
pada Gambar 6.9. Pada gambar tersebut tampak ion-ion pecahan terbagi kedalam tiga
kelompok: kelompok ion bermassa “besar” (B2, C2, Z2 dan Y2), ion bermassa “kecil” (B1, C1,
Z1, dan Y1), dan beberapa ion diantara kedua kelompok tersebut (0,2A2 dan 1,5X2). Antara
ion B1/C1, Z1/Y1, B2/C2 dan Z2/Y2 berselisih 18 Da, yang setara dengan massa molekul H2O,
dan menunjukkan berasal dari unit yang sama, tergantung kepada dimana posisi
pemecahannya terhadap ikatan glikosida. Ion 0,2A2 dan 1,5X2 yang berada diantara kedua
kelompok ion tersebut merupakan hasil penataan ulang didalam unit sakarida.
Pembentukan salah satu atau kedua ion tersebut relatif sangat jarang, tetapi
kerberadaannya sangat penting terhadap struktur oligosakarida.

137
HO
Na Na
HO Na HO Na OH O O
O O OH
OH
OH OH
OH OH OH HO OH OH
B1, m/z 155 C1, m/z 173 Z1, m/z 185 Y1, m/z 203

Na Na
HO O O HO O O OH
O O

OH OH OH OH OH OH OH OH
B2, m/z 301 C2, m/z 319

HO HO
Na Na
O O
OH OH OH OH
O O HO O O
OH OH

HO OH OH OH
Z2, m/z 331 Y2, m/z 349

HO
HO Na
O ONa O
O
OH OH
O
OH OH OH OH
O
0,2
A2, m/z 259 1.5
X2, m/z 231

Gambar 6.9. Spektrum massa (simulasi) D--ribofuranosil-1,4-L--ramnopuranosil-1,4-


D--glukopiranosida hasil pemecahan CID ion pada m/z 481 dengan energi
yang lebih tinggi.

Sebagai contoh perhatikan hasil pemecahan lengkap dua isomer trisakarida, yaitu D--
ribofuranosil-1,4-L--ramnopuranosil-1,4-D--glukopiranosida dan D--glukopiranosil-
1,4-L--ramnopuranosil-1,4-D--ribofuranosida, yang dinyatakan pada Gambar 6.10.
Ion-ion pecahan B2/C2/Z2/Y2 dan B1/C1/Z1/Y1 yang dihasilkan oleh kedua trisakarida
tersebut adalah sama, sehingga tidak bisa membedakan satu isomer dari isomer lainnya.

138
Di lain pihak, kedua ion pecahan 0,2A2 dan 1,5X2 berbeda dan khas. Trisakarida D--
ribofuranosil-1,4-L--ramnopuranosil-1,4-D--glukopiranosida (kiri) menghasilkan dua
massa ion pada m/z 259 dan 231, sementara trisakarida D--glukopiranosil-1,4-L--
ramnopuranosil-1,4-D--ribofuranosida (kanan) menghasilkan ion-ion pada m/z 289 dan
201. Masing-masing berbeda massa 30 Da (-CHOH), sesuai dengan perbedaan massa
antara pentosa dan heksosa. Dengan demikian, ion-ion pecahan A dan X dapat diandalkan
untuk membedakan isomer oligosakarida. Dengan cara yang sama, isomer-isomer
trisakarida yang lain juga akan memberikan keunikan pada ion-ion pecahan A dan X.
Namun demikian, pemecahan yang menghasilkan kedua jenis ion pecahan tersebut
sangat jarang dan sulit terjadi. Oleh karenanya perlu dicari cara lain untuk membedakan
isomer.

HO HO Na
Na O
O OH
OH OH HO
HO O O O O O OH
O O O
OH D-Ribofuranosa
OH
D-Glukopiranosa
OH OH OH OH OH OH OH
OH
D-Ribofuranosa L-Rhamnopiranosa D-Glukopiranosa L-Rhamnopiranosa
+
[M+H] , m/z 481 [M+H]+, m/z 481

HO HO HO HO
Na Na Na Na
HO Na HO Na OH O O O O HO Na OH HO Na OH
O O OH OH O O
OH OH OH OH
OH OH OH OH
OH OH OH HO OH OH OH OH OH OH OH
B1, m/z 155 C1, m/z 173 Z1, m/z 185 Y1, m/z 203 B1, m/z 185 C1, m/z 203 Z1, m/z 155 Y1, m/z 173

Na Na HO Na HO Na
HO O O HO O O OH O O OH
O O O O O O
OH OH
OH OH OH OH OH OH OH OH OH OH
OH OH OH OH OH OH
B2, m/z 301 C2, m/z 319 B2, m/z 331 C2, m/z 349

HO HO HO Na HO Na
Na Na O O
O O OH OH
OH OH OH OH
O O HO O O O O OH OH O O OH
OH OH

HO OH OH OH HO OH OH OH
Z2, m/z 331 Y2, m/z 349 Z2, m/z 301 Y2, m/z 319

HO HO HO Na
HO Na ONa O
O O ONa O O O OH
OH OH OH
O OH
O OH
OH OH OH OH
OH OH
O O
0,2 0,2
A2, m/z 259 1.5 A2, m/z 289 1.5
X2, m/z 231 X2, m/z 201

Gambar 6.10. Ion-ion pecahan dua isomer trisakarida. Kiri: D--ribofuranosil-1,4-L--


ramno-puranosil-1,4-D--glukopiranosida; kanan: D--glukopiranosil-1,4-L-
-ramnopuranosil-1,4-D--ribofuranosida.

139
Metoda analisis untuk membedakan isomer suatu oligosakarida adalah dengan memberi
“tanda” pada unit ujung reduksi. Gugus ujung reduksi dapat dimodifikasi karena bisa
terbuka melalui reaksi retro-aldol intramolekul menjadi gugus aldehid dan alkohol.
Dengan memberikan pereaksi reduksi, seperti NaBH 4, gugus aldehid akan diubah menjadi
gugus alkohol primer. Secara stoikiometri, reduksi oligosakarida dengan NaBH4 ini akan
menambah massa 2 Da pada ujung reduksi, yang akan menjadi penanda pada pecahan
pada spektrometer tandem MS.

Sebagai gambaran pada metoda ini, perhatikan kembali dua isomer oligosakarida D--
ribofuranosil-1,4-L--ramnopuranosil-1,4-D--glukopiranosida dan D--glukopiranosil-
1,4-L--ramnopuranosil-1,4-D--ribofuranosida. Apabila terhadap masing-masing
oligosakarida dilakukan reduksi dengan NaBH4 dan kemudian dianalisis pecahan ion
kuasimolekul [M+Na]+-nya masing-masing, maka akan diperoleh ion-ion pecahan
sebagaimana dinyatakan oleh Gambar 6.11.

HO HO
O OH
OH OH NaBH4 OH OH
HO O O O HO O O O
O O
OH OH

OH OH OH OH OH OH OH OH

HO HO
OHNa OHNa
OH
OH OH HO
HO O O O O O OH
O O O
OH D-Ribofuranosa
OH
D-Glukopiranosa
OH OH OH OH OH OH OH
OH
D-Ribofuranosa L-Rhamnopiranosa D-Glukopiranosa L-Rhamnopiranosa
[M+H]+, m/z 483 [M+H] +, m/z 483
CID CID

HO HO HO HO
Na Na
HO Na HO Na OHNa OHNa O O HO OH HO OH
O O OH OHNa OHNa
OH OH OH OH OH OH
OH OH OH OH
OH OH OH HO OH OH OH OH OH OH OH
B1, m/z 155 C1, m/z 173 Z1, m/z 187 Y1, m/z 205 B1, m/z 185 C1, m/z 203 Z1, m/z 157 Y1, m/z 175

Na Na HO Na HO Na
HO O O HO O O OH O O OH
O O O O O O
OH OH
OH OH OH OH OH OH OH OH OH OH
OH OH OH OH OH OH
B2, m/z 301 C2, m/z 319 B2, m/z 331 C2, m/z 349

HO HO HO HO
OHNa OHNa OHNa OHNa
OH OH
OH OH OH OH
O O HO O O O O OH OH O O OH
OH OH

HO OH OH OH HO OH OH OH
Z2, m/z 333 Y2, m/z 351 Z2, m/z 303 Y2, m/z 321

m/z 155, 173, 187, 205, 301, 319, 333, 351 m/z 157, 175, 185, 203, 303, 321, 331, 349

Gambar 6.11. Ion-ion pecahan dua isomer trisakarida yang terlebih dahulu direduksi dengan
NaBH4.

140
Adanya ion-ion pecahan pada m/z 187 (Z1) dan/atau 205 (Y1) membuktikan ujung
reduksi glukopiranosida pada D--ribofuranosil-1,4-L--ramnopuranosil-1,4-D--
glukopiranosida, sementara ion-ion pecahan pada m/z 157 (Z1) dan/atau 275 (Y1)
membuktikan ujung reduksi ribofuranosida pada D--glukopiranosil-1,4-L--
ramnopuranosil-1,4-D--ribofuranosida. Dengan metoda ini juga dengan mudah
mengidentifikasi unit-unit monosakarida “di belakang” unit glukopiranosida atau
ribofuranosida. Misalnya, ion pada m/z 333 (Z2) dan/atau 351 (Y2) menunjukkan gugus
yang terikat setelah glukopiranosida adalah ramnopuranosil, sehingga gugus ujung non-
reduksinya adalah ribofuranosil [m/z 155 (B1) dan/atau 173 (C1)]. Dengan cara yang
sama juga dapat dengan mudah merunut unit-unit monosakarida pada D--
glukopiranosil-1,4-L--ramnopuranosil-1,4-D--ribofuranosida (Gambar 6.12).

Gambar 6.12. Ion-ion pecahan yang mungkin dari dua isomer trisakarida yang terlebih
dahulu unit reduksinya direduksi dengan NaBH4.

141
Metoda lain penandaan oligosakarida adalah dengan reaksi menyeluruh (atau
permetilasi) kepada semua gugus alkohol bebas oleh perekasi CH3I/NaOH menghasilkan
turunan per-O-metilasi. Pengubahan gugus -OH menjadi gugus -OCH 3 akan menambah
massa 14 Da untuk setiap gugus -OH bebas. Permetilasi bukan saja memberikan tanda
pada unit ujung monosakarida reduksi, melainkan juga digunakan sebagai metoda untuk
menentukan percabangan pada oligosakarida. Sebagai contoh, perhatikan tiga isomer
tetrasakarida yang terbentuk oleh empat unit glukopiranosil: OGS-A (D--Glup-(14)-
D--Glup-(14)-D--Glup-(14)-D--Glup), OGS-B (D--Glup-(14)-[D--Glup-
(16)]-D--Glup-(14)-D--Glup), dan OGS-B [D--Glup-(14)-D--Glup-(14)-[D-
-Glup-(16)]-D--Glup]. Per-O-metilasi terhadap ketiga isomer tetrasakarida tersebut
menghasilkan tiga turunan per-O-Me-OGS-A, per-O-Me-OGS-B dan per-O-Me-OGS-C.

HO
O
HO HO HO HO OH
O O O O OH O
OH OH OH OH HO OH HO
OH
O O O O O O
OH OH OH OH OH
OH OH OH OH
O O
OH
OGS-A OH OH OH

HO OGS-B
O
OH
HO OH O
HO OH
O O O
OH OH OH OH
O O
OH
OH OH OH
OGS-C

Pada per-O-Me-OGS-A, unit Glup non-reduksi (Glup 4) mendapat tambahan massa 56 D


(4 x 14 Da), unit Glup 3 dan 2 masing-masing bertambah massa sebesar 42 Da (3 x 14 Da),
dan unit Glup reduksi (Glup 1) bertambah massa 56 Da (4 x 14 Da). Dengan cara yang
sama, unit-unit Glup 4, 3, 2 dan 1 pada per-O-Me-OGS-B masing-masing adalah 56, 56,
28 dan 56 Da, sementara Glup 4, 3, 2 dan 1 pada per-O-Me-OGS-C masing-masing adalah
56, 56, 42 dan 42 Da. Berdasarkan penambahan massa tersebut maka tampak jelas
adanya percabangan pada unit sakarida menurunkan tambahan massa kelipatan 14 Da.

Pada pengionan dengan kation Li+, ketiga isomer permetilasi tetrasakarida menghasilkan
puncak ion utama pada m/z 869. Dengan hanya memperhatikan ion pecahan Y, massa ion

142
kuasimolekul tersebut pada pemecahan CID akan menghasilkan ion-ion pecahan Y
sebagaimana dinyatakan pada Gambar 6.13. Pecahan ion pada m/z 447 dan 423 adalah
karakteristik untuk per-O-Me-OGS-A, pecahan ion pada m/z 433 dan 243 karakteristik
untuk per-O-Me-OGS-B, dan pecahan ion pada m/z 433 dan 299 karakteristik untuk per-
O-Me-OGS-C.

Pecahan ion pada m/z 477 menunjukkan truktur linier, sedangkan adanya pecahan ion
pada m/z memperlihatkan adanya percabangan, sedangkan pecahan ion pada m/z 243
atau 299 menyarankan posisi percabangan. Pada kasus tetrasakarida ini pecahan ion
pada m/z 243 menyarankan posisi percabangan pada ujung Glup reduksi, sedangkan m/z
299 menyarankan percabanagan tidak pada posisi bukan di ujung Glup reduksi.

m/z 637 m/z 447 m/z 243 m/z 637


MeO
Y3 Y2 Y1 m/z 869 Y3
O
Li+ OMe m/z 433
MeO MeO MeO MeO 4 Y2 m/z 869
O O O O OMe O Li+
OMe OMe OMe OMe MeO OMe MeO
4 3 2 1 OMe
O O O O O O
OMe OMe OMe OMe
OMe OMe OMe OMe 3 2 1 OMe
O O
OMe
per-O-Me-OGS-A OMe OMe OMe
m/z 243
m/z 637 Y1
m/z 433 Y3
MeO
Y2
O per-O-Me-OGS-B
OMe
m/z 229
4 Y1 m/z 869
MeO OMe O Li+
MeO OMe
O O O
OMe 3 OMe 2 OMe 1 OMe
O O
OMe
OMe OMe OMe

m/z 637 m/z 447


Y3
Y2
per-O-Me-OGS-C

Gambar 6.13. Ion-ion pecahan Y yang mungkin dari tiga isomer tetrasakarida terpermetilasi.

Simualsi spektrum massa pecahan CID ketiga turunan tetrasakarida terpermetilasi


tersebut di atas, untuk hanya jenis ion Y saja, diperlihatkan pada Gambar 6.14.

143
[M+Li]+
Y1
Y2
Y3

[M+Li]+
Y1 Y3
Y2

m/z 433
MeO
Y2
O
OMe m/z 229
4 Y1 m/z 869
MeO OMe O Li+
MeO OMe
O O O
OMe 3 OMe 2 OMe 1 OMe
O O
OMe
OMe OMe OMe

m/z 651 m/z 447


[M+Li]+
Y3
Y2

Y1 Y2
per-O-Me-OGS-C

Y3
Y2

Gambar 6.14. Spektrum simulasi pecahan CID ion m/z 869 tiga isomer tetrasakarida
terpermetilasi.

Sebagai penutup, spektrometri massa merupakan salah satu metoda dalam menentukan
struktur sakarida karena sensitifitasnya yang tinggi dibandingkan dengan metoda yang
lain, seperti metoda NMR yang jauh kurang sensitif. Pada bagian ini telah diperkenalkan
secara singkat bagaimana metoda spektrometri massa mampu dalam menentukan urutan
unit monosakarida. Perkenalan yang ditampilkan adalah aspek sederhananya. Pada
kenyataannya, penentuan struktur sakarida melibatkan ekstraksi yang cukup rumit,
reaksi-reaksi pembuatan turunan, pemilihan pengionan dan analisis massa yang tidak
selamanya sekali jalan, dan pembacaan spektrum yang seringkalikali tampak rumit.
Sakarida, sebagai oligosakarida atau glikokonjugat (dengan senyawa alam atau protein),

144
memiliki struktur yang tidak sederhana, melibatkan banyak jenis unit monosakarida.
Dengan perkenalan yang sederhana ini, pembaca diharapkan memiliki dasar dalam
pembacaan spektrum massa pecahan pada bidang ini. Pembicaran lengkap berkaitan
dengan bidang ini memerlukan satu buku yang khusus.

145

Anda mungkin juga menyukai