Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN

TENAGA KESEHATAN LAINNYA

RSUD KABUPATEN OGAN ILIR


2024
PEDOMAN
TENAGA KESEHATAN LAINNYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR

Berdasarkan Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada


pasal 24, ayat (1); Tenaga kesehatan harus memenuhi kode etik, standar profesi,
hak pengguna pelayanan atau asuhan kesehatan, standar pelayanan atau asuhan,
dan standar prosedur operasional; ayat (4) Pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu; ayat (2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi diatur oleh
organisasi profesi. Peraturan Menteri Kesehatan No. 49 Tahun 2013 tentang
Komite Medik tenaga kesehatan Rumah Sakit pada pasal 2 ayat (1);
Penyelenggaraan komite medik bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga kesehatan serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu
pelayanan kesehatan berorientasi pada keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih
terjamin dan terlindungi; Pasal 4 ayat (1) untuk mewujudkan tata kelola klinis yang
baik semua pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan di
Rumah Sakit dilakukan atas penugasan klinis dari Kepala/Direktur Rumah Sakit;
ayat (2) penugasan klinis berupa pemberian kewenangan klinis tenaga
keperawatan oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit melalui surat penugasan klinis
kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan; ayat (3) surat penugasan klinis
diterbitkan oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit berdasarkan rekomendasi ketua
komite tenaga kesehatan lainnya.
Keselamatan pasien dapat diwujudkan apabila Staf profesi kesehatan
lainnya mempunyai kemampuan sebagai tenaga kesehatan professional yang
dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompentensi yang dimiliki
serta melaksanakannya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan tugasnya juga harus


memperhatikan hak-hak pasien sehingga pelayanan kesehatan yang dilakukan
menghasilkan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Guna
meningkatkan profesionalisme, pembinaan etik dan disiplin tenaga kesehatan
serta menjaga mutu pelayanan kesehatan dan melindungi keselamatan pasien
perlu dibentuk Komite tenaga kesehatan lainnya. yang mempunyai fungsi utama
mempertahankan dan meningkatkan profesionalism tenaga kesehatan lainnya.
melalui kredensial, penjagaan kredensial, penjagaan mutu profesi dan
pemeliharaan etik dan disiplin profesi.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Tenaga Kesehatan Lainnya adalah merupakan tenaga (Apoteker, Asisten


Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi, Fisioterapis, Terapis, Okupasi, Ortotis,
Prostetis, Tenaga Psikologi Klinis, Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan, Ahli Teknologi, Laboratorium Medik (Analis/Biologi), Tenaga
Kesehatan Lingkungan Sanitarian, Penata Anastesi, Elektromedis,
Audiologis, Terapi Wicara, Radio Kimia, Fisikiawan Medik, Teknisi
Kardiovaskuler danTeknisi Pelayanan Darah, Perawat Gigi, dan Central
Steril Supply Departemen) yang bekerja baik secara mandiri atau
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain pada tatanan pelayanan
kesehatan yang pekerjaannya terkait dengan kode etik profesi, standar
profesi, standar kompetensi dan standar pelayanan.

b. Pedoman Tenaga Kesehatan Lainnya adalah peraturan penyelenggaraan


profesi tenaga kesehatan lainnya (Apoteker, Asisten Apoteker,
Radiografer, Ahli Gizi, Fisioterapis, Terapis, Okupasi, Ortotis, Prostetis,
Tenaga Psikologi Klinis, Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Ahli
Teknologi, Laboratorium Medik (Analis/Biologi), Tenaga Kesehatan
Lingkungan Sanitarian, Penata Anastesi, Elektromedis, Audiologis,
Terapi Wicara, Radio Kimia, Fisikiawan Medik, Teknisi Kardiovaskuler dan
Teknisi Pelayanan Darah, Perawat Gigi, dan Central Steril Supply
Departemen dan mekanisme tata kerja komite tenaga kesehatan lainnya
yang mengacu pada peraturan internal rumah sakit dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

c. Rumah sakit adalah Rumah Sakit Umum Kabupaten Ogan Ilir.


d. Komite tenaga kesehatan lainnya adalah wadah non struktural rumah
sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
professionalisme tenaga kesehatan lainnya (Apoteker, Asisten Apoteker,
Radiografer, Ahli Gizi, Fisioterapis, Terapis, Okupasi, Ortotis, Prostetis,
Tenaga Psikologi Klinis, Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Ahli
Teknologi, Laboratorium Medik (Analis/Biologi), Tenaga Kesehatan
Lingkungan Sanitarian, Penata Anastesi, Elektromedis, Audiologis,
Terapi Wicara, Radio Kimia, Fisikiawan Medik, Teknisi Kardiovaskuler
danTeknisi Pelayanan Darah, Perawat Gigi, dan Central Steril Supply
Departemen) melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan
pemeliharaan profesi sehingga pelayanan kepada pasien diberikan
secara benar (ilmiah) sesuai standar yang baik (etis) sesuai kode etik
profesi serta hanya diberikan oleh tenaga kesehatan lainnya yang
kompeten dengan kewenangan yang jelas.
e. Tenaga kesehatan lainnya yang dimaksud adalah seseorang yang
berprofesi sebagai Apoteker, Asisten Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi,
Fisioterapis, Terapis, Okupasi, Ortotis, Prostetis, Tenaga Psikologi Klinis,
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Ahli Teknologi, Laboratorium
Medik (Analis/Biologi), Tenaga Kesehatan Lingkungan Sanitarian, Penata
Anastesi, Elektromedis, Audiologis, Terapi Wicara, Radio Kimia,
Fisikiawan Medik, Teknisi Kardiovaskuler danTeknisi Pelayanan Darah,
Perawat Gigi, dan Central Steril Supply Departemen) dan profesi apoteker
didalam maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
f. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga kesehatan lainnya
untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis (Clinical
Privilege).

g. Buku putih adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh tenaga kesehatan lainnya yang digunakan untuk menentukan
kewenangan klinis.

h. Kewenangan klinis tenaga kesehatan lainnya adalah hak yang diberikan


kepada tenaga tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan asuhan
pelayan kesehatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode
tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (Clinical
Appointment).

i. Penugasan klinis (clinical Appoitment) adalah penugasan Direktur Rumah


Sakit Umum Kabupaten Ogan Ilir kepada tenaga kesehatan
lainnya untuk melakukan pelayanan kesehatan atau asuhan berdasarkan
daftar kewenangan klinis,melalui proses kredensial.

j. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga kesehatan


lainnya yang telah memiliki kewenangan klinis (Clinical Privilege) untuk
menentukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenangan
klinis tersebut untuk suatu periode tertentu.

k. Panitia Adhoc adalah panitia yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit
untuk membantu komite tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya dan berasal dari tenaga tenaga kesehatan lainnya
yang tergolong sebagai mitra bestari.

l. Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok tenaga kesehatan


lainnya (Apoteker, Asisten Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi, Fisioterapis,
Terapis, Okupasi, Ortotis, Prostetis, Tenaga Psikologi Klinis, Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan, Ahli Teknologi, Laboratorium Medik
(Analis/Biologi), Tenaga Kesehatan Lingkungan Sanitarian, Penata
Anastesi, Elektromedis, Audiologis, Terapi Wicara, Radio Kimia, Fisikiawan
Medik, Teknisi Kardiovaskuler danTeknisi Pelayanan Darah, Perawat Gigi,
dan Central Steril Supply Departemen) dengan reputasi dan kompetensi
profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi
tenaga kesehatan lainnya.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Pembuatan Pedoman Tenaga Kesehatan Lainnya (Nakes Lainnya)
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ogan Ilir untuk mengatur alur dan
mekanisme tugas Komite Tenaga Kesehatan Lainnya di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Ogan Ilir.
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai Pedoman Tenaga Kesehatan Lainnya (Apoteker, Asisten
Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi, Fisioterapis, Terapis, Okupasi, Ortotis,
Prostetis, Tenaga Psikologi Klinis, Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan, Ahli
Teknologi, Laboratorium Medik (Analis/Biologi), Tenaga Kesehatan
Lingkungan Sanitarian, Penata Anastesi, Elektromedis, Audiologis,Terapi
Wicara, Radio Kimia, Fisikiawan Medik, Teknisi Kardiovaskuler dan
Teknisi Pelayanan Darah, Perawat Gigi, dan Central Steril Supply
Departemen) dalam menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (Good
Clinical Governance) melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu
profesi, dan penegakan disiplin profesi dan memberikan dasarhukum bagi
mitra bestari (Peer Group) dalam pengambilan keputusan profesi melalui
komite tenaga kesehatan lainnya.

2. Tujuan Khusus
a. Melindungi pasien dalam pemberian pelayanan kesehatan
lainnya yang professional.
b. Meningkatkan kedisiplinan tenaga kesehatan lainnya
c. Menghasilkan tenaga kesehatan lainnya yang professional.
d. Menghasilkan tenaga kesehatan lainnya yang kompeten sesuai
dengan bidangnya.
e. Menghasilkan pemberian pelayanan kesehatan lainnya yang
memuaskan baik pada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan
keputusan.

3. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
b. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
c. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembar Negara Nomor 5607);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Rumah Sakit;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam
Medis;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2019 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan;
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Radiografer;
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013 tentang Tenaga
Gizi;
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Rekam Medis;
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2017 tentang izin dan
Penyelenggaraan Prakti Psikologi Klinis;
m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2018 tentang Promosi
Kesehatan Rumah Sakit;
o. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit;
p. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan;
q. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 371 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Teknisi Elektromedis;
r. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 373 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Sanitarian;
s. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Gizi;
t. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 375 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Radiografer;
u. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi;
v. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 377 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Perekam Medis dan Infomasi Kesehatan;
w. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 378 Tahun 2007 Tentang Standar
Proefsi Perawat Gigi;
x. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 779 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan Reaminasi di Rumah Sakit;
y. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
z. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 547 Tahun 2008 tentang Standar
Profesi Terapis Wicara;
aa. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/322/2020
Tanggal 15 Mei 2020 tentang Standar Profesi Fisikawan Medik;
bb. Peraturan Bupati Ogan Ilir Nomor 60 Tahun 2020 tentang Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Ogan Ilir;
BAB II
KEWENANGAN KLINIS

Kewenangan klinis tenaga kesehatan lainnya adalah hak yang diberikan


kepada tenaga tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan asuhan pelayan
kesehatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang
dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (Clinical Appointment).

Tenaga kesehatan lainnya dalam menjalankan melaksanakan tugas


profesinya berkewajiban untuk menghormati hak pasien, merujuk kasus yang tidak
dapat ditangani, menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, memberikan informasi, meminta persetujuan terhadap
tindakan akan dilakukan, dan melakukan catatan profesi kesehatan lainnya
dengan baik.

Tenaga kesehatan lainnya dalam menjalankan pelayanan kesehatan harus


sesuai dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan
pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi standar
profesi, sehingga masyarakat terlindungi karena menerima pelayanan kesehatan
yang bermutu. Landasan utama Tenaga kesehatan lainnya dapat melakukan
praktik professional adalah memiliki kompetensi keilmuan yang diperoleh melalui
pendidikan formal dan pelatihan.

Tenaga kesehatan lainnya yang kompeten mempunyai sikap rasional, etis


dan professional juga memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa
dan Negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi. Tenaga kesehatan lainnya juga diharuskan
akuntabel terhadap pelayanan kesehatan, yang berarti dapat memberikan
pembenaran terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukan dengan
konsekuensi dapat di gugat secara hukum apabila melakukan praktik tidak sesuai
dengan standar profesi, kaidah etik dan moral, standar pelayanan (praktik) dan
standar pendidikan.

Hanya Tenaga kesehatan lainnya professional yang memenuhi standar


profesi saja yang akan mendapatkan lisensi atau ijin melakukan praktik.
Ditetapkannya standar profesi Tenaga kesehatan lainnya adalah untuk menjamin
perlindungan terhadap mesyarakat penerima pelayanan kesehatan dan Tenaga
kesehatan lainnya sebagai pemberi layanan yang memedomani setiap aktifitas,
pemikiran dan perilaku Tenaga kesehatan lainnya dalam menjalankan peran
profesinya.

Kewenangan klinis merupakan uraian intervensi Tenaga kesehatan lainnya


yang dilakukan oleh tenaga Tenaga kesehatan lainnnya berdasarkan area
praktiknya. Asuhan Tenaga kesehatan lainnya yang diberikan pada pasien di
rumah sakit hanya boleh dilakukan oleh staf Tenaga kesehatan lainnya yang telah
diberi kewenangan klinis melalui proses kredensial sehingga asuhan Tenaga
kesehatan lainnya yang diberikan tepat sasaran dan hasilnya memuaskan serta
dapat meningkatkan mutu pelayanan Tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit.

Pemberian kewenangan klinis juga mengacu pada buku putih (white book)
sebagai dasar panduan dalam melakukan kredensial dan rekredensial. Buku putih
ini berisi tentang ketentuan dokumen persyaratan terkait kompetensi meliputi
Ijazah, STR, Sertifikat kompetensi, Logbook, Surat orientasi di rumah sakit, surat
keterangan sehat dan lain-lain yang diperlukan.

Penentuan kewenangan klinis dilakukan oleh komite Tenaga kesehatan


lainnya melalui Subkomite Kredensial dari hasil kajian panitia Adhoc akan menjadi
dasar rekomendasi tersebut dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.

1. Kewenangan Klinis ( Clinical Privilage)


Memberikan kewenangan klinis pada tenaga kesehatan lainnya untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensinya dan
kebutuhan yang diajukan. Kewenangan klinis harus diajukan pada komite
Tenaga kesehatan lainnya melalui subkomite kredensial yang disetujui dan
disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.

2. Proses penilaian untuk memberikan kewenangan klinis dilakukan pada saat


proses kredensial. Penilaian yang dilakukan melihat pada kemampuan
Tenaga kesehatan lainnya baik dari segi soft skill maupun hard skill yang
sudah ditentukan. Penilaian akhir akan menghasilkan kompeten atau tidak
kompetennya staf profesi kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh komite Tenaga kesehatan lainnya melalui
subkomite kredensial, jika hasilnya adalah kompeten selanjutnya
mendapatkan persetujuan dari Direktur Rumah Sakit.

3. Pemberian dan pengakhiran kewenangan klinis direkomendasikan oleh


subkomite etik dan disiplin profesi melalui komite Tenaga kesehatan lainnya
serta di setujui oleh Direktur Rumah Sakit. Pengakhiran kewenangan klinis
diberikan jika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh Tenaga kesehatan
lainnya terhadap standar pelayanan, disiplin profesi Tenaga kesehatan
lainnyadan pelanggaran nilai moral etik yang akhirnya akan merugikan pasien
dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,penegakan disiplin profesi dan
pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara terencana,terarah dan
terencana sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan dapat menjamin
keamanan dan kepuasan pelanggan.
BAB III

PENUGASAN KLINIS

Penugasan klinis (clinical Appoitment) adalah penugasan Direktur Rumah


Sakit Umum Kabupaten Ogan Ilir kepada tenaga kesehatan lainnya untuk
melakukan pelayanan kesehatan atau asuhan berdasarkan daftar kewenangan
klinis,melalui proses kredensial.

Tujuan diberikan penugasan klinik yaitu:


a. Memberikan kejelasan kewenangan klinis bagi setiap tenaga kesehatan
lainnya
b. Melindungi keselamatan pasien.
c. Pengakuan dan penghargaan bagi Tenaga kesehatan lainnya
yang berada di semua level pelayanan Tenaga kesehatan
lainnya. Masa berlaku penugasan klinis adalah 3 (tiga) tahun,
selanjutnya dapat diterbitkan kembali sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
BAB IV
DELEGASI DAN MANDAT
TINDAKAN MEDIS

Dalam tenaga kesehatan lainnya dikenal tindakan yang bersifat mandiri dan
tindakan yang bersifat delegasi. Kewenangan tenaga kesehatan lainnya untuk
melakukan tindakan medik merupakan tindakan yang bersifat delegasi yang
memerlukan kewenangan klinis tertentu perlu di kredensial.
Tindakan medik yang bersifat delegasi adalah pelimpahan kewenangan
secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medik dari Tenaga Kesehatan
Lainnya kepada Tenaga Kesehatan Lainnya dengan disertai pelimpahan
tanggung jawab. Sedangkan Tindakan medic yang bersifat mandate adalah
pelimpahan kewenangan secara mandat untuk melakukan sesuatu tindakan
medik dari Tenaga Kesehatan Lainnya kepada Tenaga Kesehatan Lainnya
dengan tidak disertai pelimpahan tanggung jawab, dalam hal ini semua
tanggungjawab masih dipegang oleh sipemberi mandate.
BAB V
STUKTUR ORGANISASI

1. STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR ORGANISASI TENAGA KESEHATAN LAINNYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB OGAN ILIR

DIREKTUR

ANGGOTA

Komite tenaga kesehatan lainnya adalah wadah non struktural rumah sakit
yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga kesehatan lainnya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi, memelihara etika dan disiplin profesi.
Komite tenaga kesehatan lainnya dibentuk dengan tujuan untuk
menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical Governance) yang baik agar mutu
pelayanan kesehatan pada (Apoteker, Asisten Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi,
Fisioterapis, Terapis, Okupasi, Ortotis, Prostetis, Tenaga Psikologi Klinis, Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan, Ahli Teknologi, Laboratorium Medik
(Analis/Biologi), Tenaga Kesehatan Lingkungan Sanitarian, Penata Anastesi,
Elektromedis, Audiologis, Terapi Wicara, Radio Kimia, Fisikiawan Medik, Teknisi
Kardiovaskuler danTeknisi Pelayanan Darah, Perawat Gigi, Central Steril Supply
Departemen) yang berorientasi pada keselamatan pasien lebih terjamin dan
terlindungi.

Struktur organisasi Komite tenaga kesehatan lainnya sebagai berikut:


a. Ketua komite tenaga kesehatan lainnya.
b. Sekretaris komite tenaga kesehatan lainnya
c. Sub Komite,yaitu:
1. Sub Komite Krendensial.
2. Sub Komite Mutu Profesi.
3. Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi.

2. FUNGSI, KEWENANGAN DAN TUGAS


Ketua Komite tenaga kesehatan lainnya adalah Staf profesi kesehatan lainnya
professional (Apoteker, Asisten Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi, Fisioterapis,
Terapis, Okupasi, Ortotis, Prostetis, Tenaga Psikologi Klinis, Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan, Ahli Teknologi, Laboratorium Medik (Analis/Biologi), Tenaga
Kesehatan Lingkungan Sanitarian, Penata Anastesi, Elektromedis, Audiologis,
Terapi Wicara, Radio Kimia, Fisikiawan Medik, Teknisi Kardiovaskuler danTeknisi
Pelayanan Darah, Perawat Gigi, dan Central Steril Supply Departemen) dengan
pengalaman kerja diatas 1 tahun dan ditunjukan setiap tiga tahun oleh Direktur
Rumah Sakit, memiliki kemampuan sesuai dengan tugasnya, pernah mengikuti
pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan keprofesiannya, berwibawa, disiplin
dan bertanggung jawab, inovatif dan kreatif.
Sekretaris Komite tenaga kesehatan lainnya dan Ketua Sub Komite, serta
Sekretaris Sub Komite diusulkan oleh Ketua Komite tenaga kesehatan lainnya dan
disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite tenaga kesehatan lainnya
dibantu oleh panitia adhoc yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Panitia
adhoc terdiri dari Tenaga kesehatan lainnya yang tergolong sebagai Mitra Bestari
(peer group) berasal dari organisasi profesi tenaga kesehatan lainnya.

a. Fungsi, Kewenangan & Tugas Komite Tenaga Kesehatan Lainnya.

1. Komite tenaga kesehatan lainnya mempunyai fungsi meningkatkan


profesionalisme tenaga kesehatan lainnya yang bekerja dirumah sakit
dengan cara:

a. Melakukan kredensial bagi seluruh tenaga Tenaga kesehatan lainnya


yang akan memberikan asuhan Tenaga kesehatan lainnya di Rumah
Sakit.

b. Memelihara mutu profesi tenaga kesehatan lainnya.

c. Menjaga disiplin,etika dan perilaku profesi Tenaga kesehatan lainnya.

2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite tenaga kesehatan lainnya


berwenang :
a. Memberikan rekomendasikan rincian kewenangan Klinis.
b. Memberikan rekomendasikan perubahan rincian Kewengan Klinis.
c. Memberikan rekomendasikan penolakan Kewenangan klinis tertentu.

d. Memberikan rekomendasikan surat Penugasan Klinis.


e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit Tenaga kesehatan lainnya
f. Memberikan rekomendasikan pendidikan Tenaga kesehatan
lainnya berkelanjutan.
g. Memberikan rekomendasikan pendampingan dan memberikan
rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

3. Dalam melaksanakan fungsi kredensial, Sub Komite


kredensial memiliki tugas sebagai berikut :
a. Menyusun daftar rincian kewenangan Klinis dan Buku Putih (white
paper)
b. Melakukan verifikasi persyaratan Kredensial
c. Merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga Tenaga kesehatan
lainnya
d. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinik
e. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang
ditetapkan
f. Melaporkan seluruh proses kredensial kepada ketua Komite tenaga
kesehatan lainnya untuk diteruskan ke Direktur.

4. Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi Komite Tenaga


kesehatan lainnya memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis.
b. Memberikan rekomendasi perubahan rincian kewenangan klinis.
c. Memberikan rekomendasikan penolakan Kewenangan Klinis tertentu.
d. Memberikan rekomendasikan surat penugasan Klinis (Clinical
Appoitment).
e. Memberikan rekomendasi pendidikan Tenaga kesehatan lainnya.
f. Memberikan rekomendasi pendidikan Tenaga kesehatan
lainnya berkelanjutan (PKB).
g. Memberikan Rekomendasi pendampingan.

5. Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin, dan etika profesi tenaga


kesehatan lainnya memiliki tugas sebagai berikut:
a. Melakukan sosialisasi kode etik dan disiplin tenaga kesehatanlainnya.
b. Melakukan pembimbingan etik dan disiplin profesi tenaga Tenaga
kesehatan lainnya.
c. Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan
masalah etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan kesehatan
d. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis.
e. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam
pelayanan kesehatan
BAB VI
SUB KOMITE KREDENSIAL

Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga kesehatan lainnya


untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis (Clinical Privilege).
Sedangkan Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga kesehatan
lainnya yang telah memiliki kewenangan klinis (Clinical Privilege) untuk
menentukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis
tersebut untuk suatu periode tertentu.

Proses Kredensial dan rekredensial menjamin tenaga profesi kesehatan


lainnya kompeten dalam memberikan pelayanan kesehatan (Apoteker, Asisten
Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi, Fisioterapis, Terapis, Okupasi, Ortotis, Prostetis,
Tenaga Psikologi Klinis, Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Ahli Teknologi,
Laboratorium Medik (Analis/Biologi), Tenaga Kesehatan Lingkungan Sanitarian,
Penata Anastesi, Elektromedis, Audiologis, Terapi Wicara, Radio Kimia,
Fisikiawan Medik, Teknisi Kardiovaskuler danTeknisi Pelayanan Darah, Perawat
Gigi, dan Central Steril Supply Departemen) kepada pasien sesuai dengan standar
profesi. Proses Kredensial mencakup tahapan review, identifikasi dan evaluasi
terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga kesehatan
lainnya.

Berdasarkan hasil proses Kredensial dan rekredensial Komite tenaga


kesehatan lainnya merekomendasikan kepada Direktur Rumah Sakit untuk
menetapkan penugasan klinis yang akan diberikan kepada tenaga kesehatan
lainnya berupa surat penugasan klinis. Penugasan klinis tersebut berupa daftar
kewenangan klinis yang diberikan oleh Direktur Rumah Sakit kepada tenaga
kesehatan lainnya untuk melakukan asuhan tenaga kesehatan lainnya dalam
lingkungan Rumah Sakit untuk suatu periode tertentu.
1. Tujuan
Tujuan dilakukan kredensial dan re-kredensial yaitu :
a. Memberikan kejelasan kewenangan Klinis bagi setiap tenaga
kesehatan lainnya.
b. Melindungi keselamatan pasien dengan dengan menjamin bahwa
tenaga Kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan
kesehatandan kewenangan klinis yang jelas.

c. Pengakajian dan penghargaan terhadap tenaga tenaga kesehatan


lainnya yang berada di semua level pelayanan.

2. Tugas dan Kewenangan


a. Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang
karir, berdasarkan masukan dari kelompok staf tenagakesehatan.
b. Melakukan pengkajian (assesmen) dan pemeriksaan: Kompetensi,
Status kesehatan, Perilaku, Etika profesi.
c. Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan
rekomendasi kewenangan klinik kepada Komite Nakes Lainnya.
d. Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan dan
adanya permintaan khusus dari Komite Tenaga Kesehatan Lainnya.
e. Melakukan rekredensial atas permintaan khusus dari Komite Nakes
Lainnya.
Verfikasi persyaratan kredensial dari bagian SDM meliputi:

1. Ijazah
2. STR (Surat Tanda Registrasi).
3. Sertifikat Kompetensi.
4. Logbook yang berisi uraian capaian kinerja.
5. Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi rumah
sakit atau orientasi di unit tertentu bagi tenaga tenaga kesehatan
lainnya.
6. Surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan.

f. Menilai dan Memutuskan kewenangan klinis yang adekuat sesuai


kompetensi yang dimiliki setiap tenaga kesehatan sesuai jenjang karir.
g. Memberikan rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Ogan Ilir
untuk mengeluarkan Surat Penugasan Klinis (SPK) dan Rincian
Kewenangan Klinis (RKK) terhadap Nakes Lainnya yang sudah
dikredensial.

3. Mekanisme Kerja
Untuk melaksanakan tugas subkomite kredensial, maka ditetapkan
mekanisme sebagai berikut :

a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kempetensi sesuai


area praktik yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.

b. Menyusun kewenangan klinis dengan criteria sesuai dengan


persyaratan kredensial dimaksud.

c. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai


metode yang disepakati.

d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi


memperoleh penugasan klinik dari direktur rumah sakit.

e. Memberikan rekomendasi kewenangan klinis untuk memperoleh


penugasan klinik dari direktur rumah sakit dengan cara :

1) Tenaga kesehatan lainnya mengajukan permohonan untuk


memperoleh kewenangan klinis kepada ketua komite tenaga
kesehatan lainnya.

2) Ketua Komite tenaga kesehatan lainnya menugaskan subkomite


kredensial untuk melakukan proses kredensial (dapat dilakukan
secara individu atau kelompok).

3) Subkomite membentuk panitia adhoc untuk melakukan review,


verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode (porto folio,
asesmen kompetensi).

f. Sub komite memberikan laporan hasil kredensial


sebagai bahan rapat menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap
tenaga profesi kesehatan lainnya.

g. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secaraberkala.


Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang
ditetapkan.
4. Tata Laksana Kredensial dan Re-Kredensial

Tata laksana Kredensialing dan Re-Kredensialing Sumber Daya


Manusia Tenaga Kesehatan Lainnya di RSUD Kabupaten Ogan Ilir
adalah sebagai berikut :
A. Proses Kredensialing
1. Tenaga Kesehatan Lainnya mengajukan permohonan
kredensialing kepada Ketua Komite Kredensial Tenaga
Kesehatan Lainnya dengan kelengkapan :
a. Fotocopi STR ;
b. Fotocopi SIK/SIPA yang masih berlaku;
c. Fotocopi Ijazah;
d. Fotocopi Sertifikat Pelatihan yang di miliki;
e. Fotocopi Sertifikat Seminar yang di miliki;
f. Rincian permohonan kewenangan klinis kompetensi
keperawatan(Loog File).
2. Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya menugaskan Ketua Sub Komite
Kredensial untuk dilakukan kredensial terhadap Tenaga Kesehatan Lainnya
di RSUD Kabupaten Ogan Ilir;
3. Sub Komite Tenaga Kesehatan Lainnya membentuk panitia adhoc untuk
melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode (porto
folio, asesmen kompetensi);
4. Tim Kredensial mengundang Tenaga Kesehatan Lainnya untuk
dilakukannya kredensial dan re-kredensial;
5. Tim Kredensial melakukan kredensial terhadapat Tenaga Kesehatan
Lainnya sesuai dengan profesi Tenaga Kesehatan Lainnya, dimana tim
penilai yang melakukan kredensial itu terdiri dari 3 Sub Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya diantaranya Sub Komite Kredensial, Sub Komite Mutu
Profesi, Sub Komite Etik dan Disiplin yang juga termasuk dalam panitia
adhoc yang dibentuk untuk melakukan review, verifikasi dan evaluasi
Tenaga Kesehatan Lainnya;
6. Sub Komite Kredensial mengajukan surat kepada Ketua Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya untuk permohonan SPK dan RKK.
7. Ketua Tenaga Kesehatan Lainnya mengajukan surat permohonan SPK
dan RKK kepada Direktur RSUD Kabupaten Ogan Ilir.
8. Direktur menerbitkan SK yang dilampirkan SPK dan RKK Tenaga
Kesehatan Lainnya

B. Proses Re Kredensialing
1. Surat penugasan klinis (clinical assingment) memiliki masa
berlaku selama 3 (tiga) tahun kemudian setelah itu dilakukan re-
kredensial untuk Tenaga Kesehatan Lainnya;
2. Re-kredensial bisa dilakukan kurang dari 1 (satu) tahun bila
pada staf Tenaga Kesehatan Lainnya tersebut baru selesai
mengikuti program pelatihan/ pendidikan yang bersertifikasi
untuk menentukan penempatan staf Tenaga Kesehatan Lainnya
mutasi di ruang baru;
3. Tenaga Kesehatan Lainnya yang telah habis masa berlaku surat
penugasan klinis (berlaku selama 1 (satu) tahun), Tenaga
Kesehatan Lainnya yang telah mengikuti pelatihan yang
bersertifikasi mengajukan permohonan rekredensialing;
4. Tenaga Kesehatan Lainnya mengajukan permohonnan
kredensialing kepada Ketua KomiteTenaga Kesehatan Lainnya di
lengkapi :
a. Fotocopi STR yang masih berlaku;
b. Fotocopi SIK/SIPA yang masih berlaku;
c. Fotocopi Ijazah;
d. Fotocopi Sertifikat Pelatihan yang dipunyai;
e. Fotocopi Sertifikat Seminar yang dipunyai;
f. Rincian permohonan kewenangan klinis kompetensi
keperawatan(Loog File);
5. Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya menugaskan Ketua Sub Komite
Kredensial untuk dilakukan kredensial terhadap Tenaga Kesehatan Lainnya
di RSUD Kabupaten Ogan Ilir;
6. Sub Komite Tenaga Kesehatan Lainnya membentuk panitia adhoc untuk
melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode (porto
folio, asesmen kompetensi);
7. Tim Kredensial mengundang Tenaga Kesehatan Lainnya untuk
dilakukannya kredensial dan re-kredensial;
8. Tim Kredensial melakukan kredensial terhadapat Tenaga Kesehatan
Lainnya sesuai dengan profesi Tenaga Kesehatan Lainnya, dimana tim
penilai yang melakukan kredensial itu terdiri dari 3 Sub Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya diantaranya Sub Komite Kredensial, Sub Komite Mutu
Profesi, Sub Komite Etik dan Disiplin yang juga termasuk dalam panitia
adhoc yang dibentuk untuk melakukan review, verifikasi dan evaluasi
Tenaga Kesehatan Lainnya;
9. Sub Komite Kredensial mengajukan surat kepada Ketua Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya untuk permohonan SPK dan RKK.
10. Ketua Tenaga Kesehatan Lainnya mengajukan surat permohonan SPK dan
RKK kepada Direktur RSUD Kabupaten Ogan Ilir.
11. Direktur menerbitkan SK yang dilampirkan SPK dan RKK Tenaga
Kesehatan Lainnya
BAB VII

SUB KOMITE MUTU PROFESI

Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan atau asuhan Tenaga


Kesehatan Lainnya maka tenaga profesi kesehatan lainnya tan sebagai pemberi
pelayanan harus memiliki kompetensi, etis dan peka budaya. Mutu profesi tenaga
Tenaga Kesehatan Lainnya harus selalu ditingkatkan melalui program
pengembangan professional berkelanjutan yang disusun secara sistematis,
terarah dan terpolah atau terstruktur.

Mutu profesi tenaga kesehatan lainnya harus selalu ditingkatkan secara


terus menerus sesuai perkembangan masalah kesehatan, IPTEK, perubahan
standar profesi, standar pelayanan serta hasil-hasil penelitian terbaru.

Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu profesi


tenaga kesehatan lainnya antara lain audit, diskusi, refleksi, diskusi kasus, studi
kasus, seminar, simposium serta pelatihan, baik dilakukan di dalam maupun di luar
rumah sakit.

Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri, kemampuan


mengambil keputusan klinik dengan tepat, mengurangi angka kesalahan dalam
pelayanan Tenaga Kesehatan Lainnya. Akhirnya meningkatkan tingkat
kepercayaan pasien terhadap tenaga profesi kesehatan lainnya dalam pemberian
pelayanan kesehatan.

1. Tujuan
Memastikan mutu profesi Tenaga Kesehatan Lainnya sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada keselamatan
pasien sesuai kewenangannya.

2. Tugas dan Kewenangan

Tugas dan Kewenangan subkomite mutu profesi adalah :


3. Mempersiapkan bahan standar pelayanan Tenaga Kesehatan Lainnya
dan standar prosedur operasional yang telah disusun oleh RSUD
Kabupaten Ogan Ilir.
4. Menyususun data dasar profile tenaga kesehatan sesuai area praktik.
5. Pendataan kompetensi tenaga kesehatan sesuai jenjang karir pada
setiap area praktik Tenaga Kesehatan Lainnya.
6. Mengidentifikasikan dan mengevaluasi data Tenaga Kesehatan Lainnya.
7. Melakukan audit Tenaga Kesehatan Lainnya.
8. Melakukan koordinasi dengan unit mutu RSUD Kabupaten Ogan Ilir,
untuk telaah temuan kualitas sehingga dapat dilakukan tindak lanjut
perubahan mutu.
9. Memfasilitasi proses pendampingan “couch” (preceptorship/
mentorship) selama melaksanankan praktik profesi Tenaga Kesehatan
Lainnya.
10. Mengidentifikasi perubahan-perubahan kompetensi berdasarkan fakta
melalui kaji ulang; dan
11. Melakukan kegiatan sesuai kewenangan Sub. Komite Mutu Profesiyaitu
: assessment, mempertahankan dan mengembangkan mutu profesi
setiap Tenaga Kesehatan Lainnya.

3. Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka ditetapkan
mekanisme sebagai berikut :

a. Koordinasi dengan bidang Tenaga Kesehatan Lainnya untuk memperoleh


data dasar tentang profil Tenaga Kesehatan Lainnya di Rumah Sakit
sesuai area praktiknya berdasarkan jenjang karir.

b. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data


subkomite Kredensial sesuai perkembangan IPTEK dan perubahan
standar profesi. Hal tersebut menjadi dasar perencanaan.

c. Merekomendasikan perencanaan kepada unit yang berwenang.

d. Koordinasi dengan praktisi Tenaga Kesehatan Lainnya dalam melakukan


pendampingan sesuai kebutuhan.

e. Melakukan audit Tenaga Kesehatan Lainnya dengan cara :


1. Pemilihan topik yang akan dilakukan audit.
2. Penetapan standar dan kriteria.
3. Penetapan jumlah kasus atau sempel yang akan diaudit.
4. Membandingkan standar atau kriteria dengan pelaksanaan
pelayanan.
5. Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.
6. Menerapkan perbaikan.
7. Rencana audit.
8. Menyusun laporan kegiatan Subkomite untuk disampaikan kepada
Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya.
BAB VIII

SUB KOMITE ETIKA DAN DISPLI N PROFESI

Setiap tenaga profesi kesehatan lainnya harus memiliki disiplin profesi yang
tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan profesi lainnya dan menerapkan
etika profesi dalam praktiknya.Profesionalisme tenaga profesi kesehatan lainnya
dapat ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi
serta penguatan nilai - nilai etik dalam kehidupan profesi.

Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga profesi kesehatan lainnya sebagai
landasan dalam memberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada
pasien.Prinsip “caring” merupakan inti pelayanan yang diberikan oleh tenaga
profesi kesehatan lainnya. Pelanggaran terhadap standar pelayanan, disiplin
tenaga profesi kesehatan lainnya hampir selalu dimulai dari pelanggaran nilai
moral etik yang akhirnya akan merugikan pasien dan masyarakat. Beberapa factor
yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya masalah etik antara lain
tingginya beban kerja tenaga profesi kesehatan lainnya, ketidak jelasan
kewenangan klinik, menghadapi pasien gawat - kritis dengan kompetensi yang
rendah serta pelayanan yang sudah mulai berorientasi pada bisnis.

Kemampuan praktik yang etis hanya merupakan kemampuan yang


dipelajari pada saat dimasa studi atau pendidikan, belum merupakan hal yang
penting dipelajari dan diimplementasikan dalam praktik.

1. Berdasarkan hal tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan


etika profesi perlu dilakukan secara terencana, terarah dan dengan
semangat yang tinggi sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan
benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapatkan
kepuasan. Tujuan

Subkomite etik dan disiplin profesi bertujuan :


a. Agar tenaga kesehatan lainnya menerapkan prinsip - prinsip
etik dalam memberikan pelayanan kesehatan.

b. Melindungi pasien dari peleyanan yang diberikan oleh tenaga


kesehatan lainnya yang tidak professional.
c. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan
lainnya.
2. Tugas dan Kewenangan
a. Melakukan pembinaan etika profesi Tenaga Kesehatan Lainnya
b. Melakukan penegakan disiplin profesi Tenaga Kesehatan Lainnya
c. Membantu menyelesaikan pelanggaran masalah-masalah etika
dan disiplinoleh profesi Tenaga Kesehatan Lainnya dalam
pemberian asuhan pelayanan.
d. Memberi saran dan masukan dalam mengambil keputusan etik
dalam asuhan profesi Tenaga Kesehatan Lainnya.
e. Menyusun data dasar profil Tenaga Kesehatan Lainnya sesuai area
praktik.
f. Mengevaluasi kinerja dan memfasilitasi proses pendampingan
sesuai kebutuhan.
g. Melakukan pembinaan etik dan disiplin secara internal terhadap
personil yang melakukan pelanggaran di lingkup profesinya
sebelum di ajukan ke Sub. Komite Etik dan Disiplin Tenaga
Kesehatan Lainnya.
h. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis, dan
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.

3. Mekanisme kerja
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan :
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik &
disiplin di dalam rumah sakit.
2) Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik
dan disiplin profesi.

b. Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran etik


profesi
dilakukan dengan melibatkan panitia Adhoc.

c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa :


1) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada Organisasi
profesi Tenaga Kesehatan Lainnya di Rumah Sakit melalui
Ketua Komite.

2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur


medic tenaga profesi kesehatan lainnya melalui Ketua
Komite tenaga profesi kesehatan lainnya

3) Rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis diusulkan ke


Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya untuk diteruskan
ke Direktur Rumah Sakit.

d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin Tenaga Kesehatan


Lainnya, meliputi :
1) Pembinaan ini dilakukan secara terns menerus melekat
dalam pelaksanaan praktik tenaga profesi kesehatan
lainnya sehari-hari.

2) Menyusun program pembinaan, mencakup


jadwal,materi/topik dan metode serta evaluasi.

3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah,


lokakarya, “coaching”, simpsium, “bedside teaching”,
diskusi refleksi kasus dan lain-lain disesuaikan dengan
lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.

e. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada


Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya.
BA B IX
RAPAT

1) Rapat Komite Tenaga Kesehatan Lainnya terdiri dari:


a. Rapat rutin dilaksanakan minimal sekali sebulan.
b. Rapat dengan kelompok tenaga kesehatan lainnya dan
dilaksanakan minimal sekali sebulan.
c. Rapat dengan Direktur Rumah Sakit dilaksanakan minimal tiga bulan
sekali.
d. Rapat darurat diselenggarakan untuk membahas masalah mendesak
yang timbul sesuai kebutuhan.

2) Qourum rapat adalah setengah ditambah satu dari jumlah anggota Komite
Tenaga Kesehatan Lainnya Setiap rapat wajib dibuatkan notulen peserta
rapat yang ditunjuk menjadi sekretaris. Notulen rapat ditandatangi oleh
pimpinan rapat dan sekretaris rapat.
BAB X
PENUTUP

Dengan diterbitkannya Pedoman Tenaga Kesehatan Lainnya, diharapkan


semua kegiatan dapat mengacu pada pedoman ini, sehingga pada akhirnya tujuan
rumah sakit mewujudkan pelayanan yang bermutu mengutamakan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien dapat terwujud.

Ditetapkan di Indralaya
pada tanggal 05 Januari 2024

DIREKTUR RSUD KAB. OGAN ILIR,

dr. Andi Nopan, M.H


NIP. 19760512 200701 1 006

Anda mungkin juga menyukai