Pedoman Tenaga Kesehatan Lainnya 2024
Pedoman Tenaga Kesehatan Lainnya 2024
1. Umum.
g. Buku putih adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh tenaga kesehatan lainnya yang digunakan untuk menentukan
kewenangan klinis.
k. Panitia Adhoc adalah panitia yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit
untuk membantu komite tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya dan berasal dari tenaga tenaga kesehatan lainnya
yang tergolong sebagai mitra bestari.
2. Tujuan Khusus
a. Melindungi pasien dalam pemberian pelayanan kesehatan
lainnya yang professional.
b. Meningkatkan kedisiplinan tenaga kesehatan lainnya
c. Menghasilkan tenaga kesehatan lainnya yang professional.
d. Menghasilkan tenaga kesehatan lainnya yang kompeten sesuai
dengan bidangnya.
e. Menghasilkan pemberian pelayanan kesehatan lainnya yang
memuaskan baik pada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan
keputusan.
3. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
b. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
c. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembar Negara Nomor 5607);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Rumah Sakit;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam
Medis;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2019 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan;
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Radiografer;
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013 tentang Tenaga
Gizi;
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Rekam Medis;
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2017 tentang izin dan
Penyelenggaraan Prakti Psikologi Klinis;
m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2018 tentang Promosi
Kesehatan Rumah Sakit;
o. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit;
p. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan;
q. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 371 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Teknisi Elektromedis;
r. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 373 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Sanitarian;
s. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Gizi;
t. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 375 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Radiografer;
u. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi;
v. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 377 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Perekam Medis dan Infomasi Kesehatan;
w. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 378 Tahun 2007 Tentang Standar
Proefsi Perawat Gigi;
x. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 779 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan Reaminasi di Rumah Sakit;
y. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
z. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 547 Tahun 2008 tentang Standar
Profesi Terapis Wicara;
aa. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/322/2020
Tanggal 15 Mei 2020 tentang Standar Profesi Fisikawan Medik;
bb. Peraturan Bupati Ogan Ilir Nomor 60 Tahun 2020 tentang Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Ogan Ilir;
BAB II
KEWENANGAN KLINIS
Pemberian kewenangan klinis juga mengacu pada buku putih (white book)
sebagai dasar panduan dalam melakukan kredensial dan rekredensial. Buku putih
ini berisi tentang ketentuan dokumen persyaratan terkait kompetensi meliputi
Ijazah, STR, Sertifikat kompetensi, Logbook, Surat orientasi di rumah sakit, surat
keterangan sehat dan lain-lain yang diperlukan.
PENUGASAN KLINIS
Dalam tenaga kesehatan lainnya dikenal tindakan yang bersifat mandiri dan
tindakan yang bersifat delegasi. Kewenangan tenaga kesehatan lainnya untuk
melakukan tindakan medik merupakan tindakan yang bersifat delegasi yang
memerlukan kewenangan klinis tertentu perlu di kredensial.
Tindakan medik yang bersifat delegasi adalah pelimpahan kewenangan
secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medik dari Tenaga Kesehatan
Lainnya kepada Tenaga Kesehatan Lainnya dengan disertai pelimpahan
tanggung jawab. Sedangkan Tindakan medic yang bersifat mandate adalah
pelimpahan kewenangan secara mandat untuk melakukan sesuatu tindakan
medik dari Tenaga Kesehatan Lainnya kepada Tenaga Kesehatan Lainnya
dengan tidak disertai pelimpahan tanggung jawab, dalam hal ini semua
tanggungjawab masih dipegang oleh sipemberi mandate.
BAB V
STUKTUR ORGANISASI
1. STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTUR
ANGGOTA
Komite tenaga kesehatan lainnya adalah wadah non struktural rumah sakit
yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga kesehatan lainnya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi, memelihara etika dan disiplin profesi.
Komite tenaga kesehatan lainnya dibentuk dengan tujuan untuk
menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical Governance) yang baik agar mutu
pelayanan kesehatan pada (Apoteker, Asisten Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi,
Fisioterapis, Terapis, Okupasi, Ortotis, Prostetis, Tenaga Psikologi Klinis, Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan, Ahli Teknologi, Laboratorium Medik
(Analis/Biologi), Tenaga Kesehatan Lingkungan Sanitarian, Penata Anastesi,
Elektromedis, Audiologis, Terapi Wicara, Radio Kimia, Fisikiawan Medik, Teknisi
Kardiovaskuler danTeknisi Pelayanan Darah, Perawat Gigi, Central Steril Supply
Departemen) yang berorientasi pada keselamatan pasien lebih terjamin dan
terlindungi.
1. Ijazah
2. STR (Surat Tanda Registrasi).
3. Sertifikat Kompetensi.
4. Logbook yang berisi uraian capaian kinerja.
5. Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi rumah
sakit atau orientasi di unit tertentu bagi tenaga tenaga kesehatan
lainnya.
6. Surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan.
3. Mekanisme Kerja
Untuk melaksanakan tugas subkomite kredensial, maka ditetapkan
mekanisme sebagai berikut :
B. Proses Re Kredensialing
1. Surat penugasan klinis (clinical assingment) memiliki masa
berlaku selama 3 (tiga) tahun kemudian setelah itu dilakukan re-
kredensial untuk Tenaga Kesehatan Lainnya;
2. Re-kredensial bisa dilakukan kurang dari 1 (satu) tahun bila
pada staf Tenaga Kesehatan Lainnya tersebut baru selesai
mengikuti program pelatihan/ pendidikan yang bersertifikasi
untuk menentukan penempatan staf Tenaga Kesehatan Lainnya
mutasi di ruang baru;
3. Tenaga Kesehatan Lainnya yang telah habis masa berlaku surat
penugasan klinis (berlaku selama 1 (satu) tahun), Tenaga
Kesehatan Lainnya yang telah mengikuti pelatihan yang
bersertifikasi mengajukan permohonan rekredensialing;
4. Tenaga Kesehatan Lainnya mengajukan permohonnan
kredensialing kepada Ketua KomiteTenaga Kesehatan Lainnya di
lengkapi :
a. Fotocopi STR yang masih berlaku;
b. Fotocopi SIK/SIPA yang masih berlaku;
c. Fotocopi Ijazah;
d. Fotocopi Sertifikat Pelatihan yang dipunyai;
e. Fotocopi Sertifikat Seminar yang dipunyai;
f. Rincian permohonan kewenangan klinis kompetensi
keperawatan(Loog File);
5. Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya menugaskan Ketua Sub Komite
Kredensial untuk dilakukan kredensial terhadap Tenaga Kesehatan Lainnya
di RSUD Kabupaten Ogan Ilir;
6. Sub Komite Tenaga Kesehatan Lainnya membentuk panitia adhoc untuk
melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode (porto
folio, asesmen kompetensi);
7. Tim Kredensial mengundang Tenaga Kesehatan Lainnya untuk
dilakukannya kredensial dan re-kredensial;
8. Tim Kredensial melakukan kredensial terhadapat Tenaga Kesehatan
Lainnya sesuai dengan profesi Tenaga Kesehatan Lainnya, dimana tim
penilai yang melakukan kredensial itu terdiri dari 3 Sub Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya diantaranya Sub Komite Kredensial, Sub Komite Mutu
Profesi, Sub Komite Etik dan Disiplin yang juga termasuk dalam panitia
adhoc yang dibentuk untuk melakukan review, verifikasi dan evaluasi
Tenaga Kesehatan Lainnya;
9. Sub Komite Kredensial mengajukan surat kepada Ketua Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya untuk permohonan SPK dan RKK.
10. Ketua Tenaga Kesehatan Lainnya mengajukan surat permohonan SPK dan
RKK kepada Direktur RSUD Kabupaten Ogan Ilir.
11. Direktur menerbitkan SK yang dilampirkan SPK dan RKK Tenaga
Kesehatan Lainnya
BAB VII
1. Tujuan
Memastikan mutu profesi Tenaga Kesehatan Lainnya sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada keselamatan
pasien sesuai kewenangannya.
3. Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka ditetapkan
mekanisme sebagai berikut :
Setiap tenaga profesi kesehatan lainnya harus memiliki disiplin profesi yang
tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan profesi lainnya dan menerapkan
etika profesi dalam praktiknya.Profesionalisme tenaga profesi kesehatan lainnya
dapat ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi
serta penguatan nilai - nilai etik dalam kehidupan profesi.
Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga profesi kesehatan lainnya sebagai
landasan dalam memberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada
pasien.Prinsip “caring” merupakan inti pelayanan yang diberikan oleh tenaga
profesi kesehatan lainnya. Pelanggaran terhadap standar pelayanan, disiplin
tenaga profesi kesehatan lainnya hampir selalu dimulai dari pelanggaran nilai
moral etik yang akhirnya akan merugikan pasien dan masyarakat. Beberapa factor
yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya masalah etik antara lain
tingginya beban kerja tenaga profesi kesehatan lainnya, ketidak jelasan
kewenangan klinik, menghadapi pasien gawat - kritis dengan kompetensi yang
rendah serta pelayanan yang sudah mulai berorientasi pada bisnis.
3. Mekanisme kerja
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan :
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik &
disiplin di dalam rumah sakit.
2) Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik
dan disiplin profesi.
2) Qourum rapat adalah setengah ditambah satu dari jumlah anggota Komite
Tenaga Kesehatan Lainnya Setiap rapat wajib dibuatkan notulen peserta
rapat yang ditunjuk menjadi sekretaris. Notulen rapat ditandatangi oleh
pimpinan rapat dan sekretaris rapat.
BAB X
PENUTUP
Ditetapkan di Indralaya
pada tanggal 05 Januari 2024