Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

BUDAYA MELAYU

DOSEN PENGAMPU: HEVI SUSANTI,


DISUSUN OLEH:
Ari Rizky Pratama.S (2301126622)
Ryan Ananda Prima(2301112081)
Benyamin Dari Jehuda Situmorang (2301110124)
M. Rizky Naswan Simanungkalit (2301112215)
Fazle Mawla Pasha Pahlefi (23011126620)
Mohammad Fikri Pratama Azhari (2301112563)

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Masyarakat Melayu dikenal dengan nilai-nilai kebersamaan, saling menghormati, dan


kekeluargaan yang kuat. Gotong royong, di mana setiap anggota masyarakat saling
membantu dan bekerja sama, menjadi prinsip penting dalam kehidupan sehari-hari.
Kebersamaan ini menciptakan ikatan sosial yang erat dan kehidupan komunal yang harmonis.
Selain itu, adat istiadat dan tradisi turut memainkan peran penting dalam membentuk
identitas masyarakat Melayu. Adat istiadat seperti adat perkahwinan, upacara adat, dan
pantang larang memberikan panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Masyarakat
Melayu menghargai dan mempraktikkan tradisi-tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya
mereka, sehingga terjalinlah hubungan yang kuat antara generasi yang lebih muda dengan
leluhur mereka.
Agama Islam juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam kehidupan masyarakat
Melayu. Agama ini memberikan kerangka spiritual dan moral yang menjadi panduan dalam
semua aspek kehidupan mereka. Nilai-nilai seperti keadilan, kesederhanaan, dan kasih sayang
tercermin dalam tindakan dan interaksi sehari-hari, memperkuat ikatan sosial dan
keharmonisan di antara individu-individu yang beragam.
Pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial juga membentuk kehidupan masyarakat
Melayu. Globalisasi dan modernisasi telah memberikan tantangan baru serta peluang dalam
kehidupan mereka. Dalam menghadapinya, masyarakat Melayu menjaga keseimbangan
antara mempertahankan nilai-nilai tradisional mereka dengan mengadaptasi perubahan yang
terjadi di sekitar mereka.
Melalui makalah ini, kita akan melihat bagaimana kehidupan masyarakat Melayu terus
berkembang dan beradaptasi dalam menghadapi perubahan global. Kita akan mempelajari
berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk seni, budaya, bahasa, makanan, serta hubungan
dengan lingkungan alam.
Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan masyarakat Melayu,
diharapkan kita dapat menghargai kekayaan dan kompleksitas budaya mereka. Selain itu,
makalah ini juga diharapkan dapat menginspirasi upaya kita dalam membangun jati diri yang
berkelanjutan, menghormati warisan budaya, dan menjaga keharmonisan antara tradisi dan
perkembangan zaman.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
LATAR BELAKANG..........................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Definisi......................................................................................................................................3
B. Filosofi kehidupan Masyarakat melayu.................................................................................4
C. Kehidupan Masyarakat Melayu Dari Lahir Sampai Wafat.................................................9
BAB III...............................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................23

iii
BAB I

LATAR BELAKANG

Kehidupan Masyarakat Melayu Riau merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti dan
dipelajari. Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan budaya dan
sejarah, terutama dalam konteks kehidupan masyarakat Melayu, suku utama di daerah ini.

Disini kami membuat tugas kelompok ini bertujuan untuk menggali dan mencatat aspek-
aspek penting kehidupan masyarakat Melayu Riau, termasuk budaya, filosofi dan kehidupan
Masyarakat melayu dari lahir sampai wafat.

Kebudayaan Melayu Riau merupakan hasil interaksi berbagai unsur budaya, seperti budaya
Melayu, Arab, India, Tionghoa, serta pengaruh kolonialisme Belanda. Kehidupan Melayu di
Riau dicirikan oleh kekayaan adat istiadat, seni dan musik tradisional, nilai-nilai, sistem
sosial, serta keyakinan dan praktik keagamaan yang unik.

Kami akan mendalami aspek-aspek tersebut untuk memberikan pemahaman lebih dalam
mengenai kehidupan sehari-hari dan identitas budaya masyarakat Melayu Riau. Selain itu,
sejarah juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau.

Riau merupakan pusat kerajaan Melayu yang berpengaruh, seperti Kerajaan Siak Sri
Indrapura dan Kerajaan Riau-Lingga. Proses pergerakan dan difusi budaya, perdagangan dan
interaksi dengan bangsa lain membentuk lanskap budaya dan sosial masyarakat Melayu
Riau. Ulasan ini akan menganalisis peran sejarah dalam membentuk identitas dan kehidupan
masyarakat Melayu Riau saat ini.

Selain itu, kehidupan Masyarakat riau dari mulai lahir sampai wafar menjadi focus utama
dari jurnal ini. Pertumbuhan ekonomi, pendidikan, politik dan faktor lainnya juga akan
dipertimbangkan dalam konteks dinamika sosial yang terkait dengan kehidupan masyarakat
Melayu Riau.

Melalui tugas kelompok kami ini, kami berharap pembaca dapat memahami lebih dalam
kehidupan masyarakat Melayu Riau, serta filosofi Masyarakat melayu Riau

Penelitian ini juga dapat memberikan wawasan berharga bagi pengembangan kebijakan,
pelestarian budaya, serta upaya untuk membuat kita lebih paham tentang kehidupan

1
masyarakat Melayu Riau yang berkelanjutan dan berkembang dengan menjaga akar budaya
mereka.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Istilah Melayu berasal dari kata mala (yang berarti mula) dan yu (yang berarti
negeri) dikenal sekitar tahun 644 masehi, melalui tulisan Cina yang menyebutnya
dengan kata Mo-lo-you (Burhanuddin Elhulaimy, 1963). Sedangkan istilah Melayu
menurut Polinesia atau Austronesia merujuk kepada penduduk yang pernah menjadi
anak negeri Kerajaan Melayu Jambi (sekitar abad ke 4-5) diikuti oleh Kerajaan
Sriwijaya (abad ke 7-11), sebagai kerajaan yang jaya dari zaman Hindu-Budha.
Kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Melayu Melaka (abad ke 14-16) yang dipandang
sebagai lambang kejayaan Melayu dan pusat penyebaran agama Islam di kawasan
Nusantara. Setelah itu diikuti oleh sejumlah kerajaan-kerajaan Melayu lainnya seperti:
Kerajaan Deli, Langkat, Riau-Lingga, Johor-Pahang, Siak Sri Indrapura, Indragiri,
Brunai Darussalam, dan lain-lain. Kawasannya meliputi Pulau Sumatera dan sebagian
besar belahan timur, semenanjung Melaka, Kalimantan belahan utara dan barat,
kemudian daerah kepulauan Selat Melaka dan Kepulauan Riau.

Menurut sejarahnya, nenek moyang orang Melayu berasal dari berbagai suku.
Ada yang menyebutkan dari Suku Dravida di India, dan Mongolia atau campuran
Dravida dengan Arya yang kemudian kawin dengan ras Mongolia. Kedatangan
mereka ke Nusantara terjadi dalam dua gelombang. Gelombang pertama diperkirakan
antara 3000 sampai 2500 tahun sebelum masehi, gelombang ini disebut Proto Melayu
atau Melayu Tua. Orang yang tergolong Melayu Tua khususnya di Riau antara lain,
Suku Talang Mamak, Suku Sakai, Suku Laut, Suku Petalangan, Suku Hutan, dan lain-
lain. Gelombang kedua terjadi sekitar 300 sampai 250 tahun sebelum masehi, yang
disebut Deutro Melayu atau Melayu Muda. Gelombang yang terakhir inilah
tampaknya yang paling besar, paling dominan dan yang berkembang dalam
masyarakat Melayu (Hamidy, 2000 : 1).

Pada prinsipnya kedua Melayu (Melayu Tua dan Melayu Muda) memiliki
persamaan budaya yakni menunjukkan budaya perairan (maritim), oleh karena itu
mereka adalah ‘manusia perairan’ bukan manusia pegunungan. Sebab, mereka
menyukai air, laut, selat, dan suka mendiami daerah-daerah aliran sungai. Sehingga

3
budaya mereka selalu berkaitan dengan air dan laut, seperti sampan, rakit, perahu,
jalur, titian, berenang dan bermacam perkakas penangkap ikan seperti jaring, jala dan
kail. Namun di bidang kemasyarakatan keturunan Melayu Tua terkesan sangat
tradisional, karena mereka sangat memegang adat dan tradisinya. Pemegang kendali
adat seperti Patih, Batin dan Datuk Kaya, mereka sangat besar sekali peranannya
dalam mengatur lalu lintas kehidupan. Alam pikiran dan kehidupan mereka masih
sederhana, karena ditentukan oleh faktor alam, kondisi ini menyebabkan munculnya
tokoh tradisi seperti dukun, bomoh, pawang dan kemantan.

Para tokoh ini dapat membuat hubungan yang harmonis antara manusia
dengan alam. Mereka percaya bahwa laut, tanjung, tanah, pohon, ikan, burung,
binatang liar lainnya dihuni atau dikontrol oleh makhluk halus, yang kemampuannya
melebihi kemampuan manusia. Makhluk halus yang menunggu tanah disebut
jembalang, makhluk halus yang mengawal binatang liar dan burung disebut sikodi,
sedangkan makhluk halus yang menampakkan dirinya sebagai perempuan cantik
disebut peri. Seiring dengan perkembangan waktu, Melayu Muda lebih berkembang
dibandingkan dengan Melayu Tua. Mereka datang sekitar 300- 250 tahun sebelum
masehi, Melayu Muda inilah yang berkembang saat ini, yang kemudian mendirikan
kerajaan Melayu, mulai dari kerajaan Melayu yang masih menganut agama Hindu-
Budha seperti Sriwijaya (abad ke 7- 11) diikuti oleh kerajaan Melayu Islam seperti
Melaka, Johor-Pahang, RiauLingga, Siak Sri Indrapura, Pelalawan dan sebagainya.

Keturunan Melayu Muda ini telah memeluk agama Islam sejak Raja Melaka
Parameswara yang dikenal dengan Sultan Muhammad Iskandar Syah yang masuk
Islam pada tahun 1414 M. Dari sejumlah kerajaan Melayu Riau yang berkembang saat
itu, ada beberapa diantaranya yang mencatat sejarah dalam kejayaan yang hingga kini
budayanya telah diwarisi oleh generasi penerus masyarakat Melayu

B. Filosofi kehidupan Masyarakat melayu


Seiring dengan perkembangan zaman dan melalui proses waktu yang panjang
masyarakat Melayu-pun mengalami berbagai perubahan di berbagai aspek kehidupan.
Dalam rentang waktu yang panjang itulah terjadi pergantian generasi, namun disini
yang lebih penting bukan saja pergantian batang tubuh keturunan, melainkan proses
pembentukan dan penemuan nilai-nilai untuk kehidupan. Dalam perjalanan

4
sejarahnya telah terbentuk dan ditemukan berbagai nilai yang kemudian diterima
sebagai pedoman dan filosofi kehidupan orang Melayu. Dengan pedoman berbagai
nilai tersebut setiap suku atau komunitas membentuk tradisi kehidupannya.
Tradisi kehidupan itu biasanya terbentuk setelah nilai-nilai itu diteruskan dan
dipelihara dari generasi ke generasi dalam kurun waktu yang tak terhingga.
Bertahannya tradisi kehidupan suatu masyarakat dikarenakan adanya jalinan didalam
berbagai peristiwa penting yang ditandai dengan upacara ataupun prosesi yang
memuat sejumlah nilai. Namun diantaranya yang penting untuk batas suku bangsa
tersebut adalah muatan nilai-nilai agama, adat resam atau kebiasaan. Dengan cara
menghargai, memelihara dan mencerahkan nilainilai tersebut. Nilai-nilai itu perlu
dipelihara, karena disamping untuk pedoman dan panduan kehidupan, juga menjadi
identitas dan untuk membentuk harga diri dalam semangat persatuan.
Orang Melayu yang merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia dengan
jumlah penduduknya yang cukup besar, wilayah pernyebarannya juga cukup luas dan
mereka hidup dalam kelompok-kelompok hampir di seluruh Kepulauan Nusantara
dan bahkan meluas sampai di kawasan Asia Tenggara, seyogyanya mempertahankan
identitas untuk mempertahankan harga dirinya. Bagi masyarakat Melayu Riau untuk
mempertahankan identitas tersebut diperlukan adanya adat.
Menurut (Borhan, 2003:3) Adat yang merupakan pedoman bagi masyarakat
Melayu Riau dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya, adalah suatu konsep yang
menjelaskan satu keseluruhan cara hidup orang Melayu. Masyarakat Melayu
mengatur kehidupan mereka dengan adat, agar setiap anggota adat hidup beradat,
seperti adat alam, hukum adat, adat beraja, adat bernegeri, adat berkampung, adat
memerintah dan lain sebagainya Selanjutnya dikatakannya bahwa ....”dari sudut lain
adat juga merupakan struktur yang menghubungkan seluruh kehidupan manusia
Melayu, yang menegaskan sifat, diri, kepribadian, identitas atau jati diri manusia,
masyarakat dan budaya Melayu. Adat adalah jati diri yang menyatupadukan,
menyimpul dan mengikat hubungan seluruh anggota manyarakat. Oleh karena itu
kedudukan seseorang bukan ditentukan oleh keturunan (bangsa), kekayaan, kealiman,
gaya hidup, ketinggian ilmu pengetahuan, tetapi ditentukan oleh perilaku yang
“beradat” yang tercermin dalam sikap, tindakan, bertutur kata, beretika dan lain-
lainnya yang telah ditetapkan oleh adat Melayu. Adat yang merupakan pedoman dan
mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu tersebut meliputi antara lain,
sistem keluarga dan sistem kekerabatan.

5
Berkaitan dengan adat ini masyarakat Melayu Riau mengenal adanya tingkatan
adat, tingkatan adat tersebut adalah “adat sebenar adat, adat yang diadatkan, dan adat
yang teradat,” sedangkan dari nilai dapat pula diklasifikasikan mengenai norma,
hukum, dan ketentuan khusus. Dalam masyarakat Melayu Riau, adat sebenar adat
merupakan aturanaturan yang diturunkan dan berpedoman pada ajaran Islam (Al-
Quaran dan Sunnah).
Pernyataan tersebut mengasumsikan bahwa agama Islam mempunyai
pengaruh yang besar dalam adat istiadat Melayu. Berdasarkan terminologinya adat
sebenar adat merupakan pegangan hidup orang Melayu yang berpegang pada Al-
Quran, Hadits, dan Fiqh. Oleh karena itu, adat yang mengatur seluruh aspek
kehidupan orang Melayu baik politik, ekonomi, sosial, etika dan budaya harus sesuai
dan tidak bertentangan dengan sumbersumber ajaran Islam. Dengan demikian adat
sebenar adat merupakan norma yang memiliki daya ikat yang kuat bagi masyarakat
Melayu, karena bagi yang melanggar tidak hanya dipandang sebagai orang yang tidak
beradat, tetapi juga dianggap orang yang kurang beragama. Biasanya hal-hal yang
dipertahankan dalam adat sebenar adat adalah, hal-hal yang sifatnya universal, yang
sudah jelas dan tegas diatur oleh agama, sementara hal-hal kecil dan masih
diperselisihkan akan muncul perbedaan-perbedaan pemahaman akan ada toleransinya.
Adat sebenar adat diberi batasan sebagai sesuatu yang seharusnya menurut
alur dan patut, baik menurut agama, menurut peri kemanusiaan, maupun menurut
tempat dan waktu (Luthfi, 1991 : 109) Tingkatan adat setelah adat sebenar adat
adalah, adat yang diadatkan, menurut Ghalib (dalam Budisusanto 1985 : 500) adat
yang diadatkan merupakan adat yang dibuat oleh penguasa pada kurun waktu tertentu,
dan adat itu terus berlaku jika tidak diubah oleh penguasa berikutnya. Adat ini dapat
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman dan situasi. Dengan demikian adat
yang diadatkan dapat disamakan dengan ‘peraturan pelaksanaan’ dari sesuatu
ketentuan adat.
Adat yang diadatkan ini dibuat berdasarkan mufakat dan musyawarah, tetapi ia
tetap tidak boleh bertentangan atau menyimpang dari ketentuan adat sebenar adat.
Adat yang diadatkan akan berubah jika tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dan perkembangan pandangan dari pihak penguasa seperti kata pepatah “sekali air
bah, sekali tepian beralih”. Namun sebenarnya adat yang diadatkan ini mengandung
makna ketentuan yang berisi suruhan dan larangan atau pantangan di dalam
masyarakat itu sendiri. Ketentuan-ketentuan ini dapat dimaknai dari ungkapan-

6
ungkapan seperti :Adat yang turun dari raja, Adat yang datang dari datuk, Adat yang
cucur dari penghulu dan Adat yang dibuat kemudian Makna yang dikandung dalam
ketentuan adat yang diadatkan memiliki nilai dan peringkat tertentu, yang selalu
bersentuhan dengan tingkah laku seseorang dalam kehidupan sosial dan
bermasyarakat, mulai dari keluarga, kerabat, sampai lingkungan masyarakat secara
luas. Ketentuan yang diatur oleh adat yang diadatkan diakui oleh setiap individu
dalam suatu komunitasnya, oleh karena itu adat sebenar adat inilah yang paling awal
memasuki kehidupannya.
Menurut sejarah masyarakat Melayu Riau, adat yang diadatkan pada awalnya
mengatur hak-hak istimewa para penguasa (raja), para bangsawan atau orang-orang
yang memiliki kedudukan seperti keturunan Tengku, Wan, Orang Kaya, Datuk,
Syarif, Said, namun seiring dengan perkembangan zaman makna adat yang diadatkan
ini juga mengatur masyarakat kebanyakan (orang awam). Peraturan ini meliputi
bentuk rumah, bentuk dan warna pakaian, serta atribut-atribut yang digunakan dalam
upacara, baik dalam perkawinan, kematian, kelahiran, maupun dalam kegiatan
ekonomi.
Dalam sebuah pertemuan dengan beberapa tokoh budaya Melayu mengatakan
bahwa: “Dalam masyarakat Riau ketentuan adat dan nilai-nilai yang mengatur pola
kehidupan mereka tidak terlepas dari latar belakang budaya yang berasal dari kerajaan
Melayu yang berkembang saat itu. Dimana secara sosio-kultural historis mempunyai
karakteristik tersendiri, hal ini dapat dilihat dari kemajemukan masyarakatnya, yang
berkaitan dengan pusat-pusat kerajaan lokal seperti Bintan, Kampar, Indragiri, Siak,
Pelalawan, Rokan dan sebagainya. Kerajaan ini berada dalam satu kekuasaan yang
dikenal dengan Kerajaan Melayu.” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri masyarakat Melayu Riau memiliki adat-istiadat. Adat
istiadat yang mereka anut berpedoman dan berdasarkan ajaran agama Islam, dan
memiliki nilainilai normatif yang berakar dari filosofi, “Adat bersendi syarak, Syarak
bersendi kitabullah.” Filosofi ini melahirkan “adat sebenar adat.” Selanjutnya dikenal
ungkapan “Syarak mengata, Adat memanaka.” Artinya, bila adat salah harus kembali
ke syarak Orang Melayu berpandangan, “Biar mati anak asal tidak mati ada.” Adat
tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. Akan tetapi ada pula ungkapan,
“Sekali air bah sekali tepian berubah”. Artinya adat yang diadatkan itu boleh
disesuaikan dengan perkembangan zaman.

7
Penerapan adat-istiadat ini mengandung nilai-nilai budaya, artinya didalam
menjalankan adat-istiadat Melayu disini maksudnya berupaya melaksanakan nilai,
ukuran tentang baik dan buruk, sesuai dengan ide, pokok pikiran, dan gagasan dasar
adat Melayu. Nilai-nilai budaya Melayu yang dideskripsikan menyangkut berbagai
aspek seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Nilai politik ialah ukuran baik atau
buruk yang terkandung dalam budaya Melayu . Ukuran baik bahwa kekuasaan dapat
diangkat dari ungkapan Hang Tuah, “Tuah sakti hamba negeri, Esa hilang dua
terbilang, Patah tumbuh hilang berganti, Takkan Melayu hilang di bumi”,”Raja adil
raja disembah, Raja lalim raja disinggah”; dan “Bulat air karena pembuluh, Bulat kata
karena mufakat’.
Nilai ekonomi ialah bahwa potensi alam merupakan sumber ekonomi dan
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk rakyat sebagaiman tertera dalam ungkapan, “Ke
buatan berbunga kayu, Ke laut berbunga pasir, ke sawah berbunga emping”. Segala
pendapatan sama dibagi secara benar yang terungkap dalam pepatah, “Hati tungau
sama dicecah, Hati gajah sama dilapah”. Nilai sosial ialah ukuran baik untuk hidup
bersama dan bekerja sama yang ditunjukkan oleh kegiatan betobo dan bersolang.
Kegiatan ini sudah dibiasakan dalam masyarakat. Sistem hidup kekerabatan menurut
adat dan resam menjadi pegangan utama yang terdapat dalam ungkapan, “Berat sama
dipikul, Ringan sama dijinjing dan Ke bukit sama mendaki ke lurah sama menurun”.
Artinya hidup bersuku-suku, berkelompok-kelompok, tidak individual, tidak nafsi-
nafsian. Nilai kebersamaan itu dalam pepatah Melayu seperti pada ungkapan, “Setikar
sebantal tidur, Sepiring sepinggan makan, Seanak sekemenakan, Senenek dan
semamak, Seadat dan sepusaka, dan Makan tidak menghabiskan, Minum tidak
mengeringkan.” Nilai budaya ialah ide, gagasan, prinsip pokok sebagai ukuran baik
dan sebaliknya menjadi ukuran buruk. Budaya Melayu menganut ukuran baik
berpegang pada harkat dan martabat, adil, jujur, berani, toleran, demokratis, sopan dan
santun, dan sebagainya. Nilai-nilai itu sudah diwarisi secara turun-temurun dari nenek
moyang orang Melayu, sehingga masyarakat Melayu senantiasa selalu
mempedomaninya dalam kehidupannya, kecuali bila tidak dibekali oleh generasi
pendahulunya. Sistem budaya Melayu sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bertujuan agar generasi penerus mayarakat Melayu Riau tetap memiliki ukuran baik
atau buruk sesuai dengan gagasan dasar Melayu, sehingga mereka terhindar dari unsur
negatif. Mengingat berbagai unsur budaya lain yang masuk, senantiasa menantang
dan mempengaruhi generasi Melayu tersebut. Untuk itu mereka perlu dibentengi

8
dengan nilai-nilai budaya nenek moyangnya yang diyakini mampu mengantar
generasinya beradaptasi dengan perkembangan dunia. Mereka senatiasa tetap menjadi
manusia beradab dan setara dengan manusia lain di dunia

C. Kehidupan Masyarakat Melayu Dari Lahir Sampai Wafat

1. Kelahiran
Tradisi kelahiran bayi dalam budaya Melayu Riau memiliki beberapa upacara
yang dilakukan untuk menghormati dan merayakan kelahiran seorang anak. Berikut
adalah beberapa tradisi kelahiran bayi dalam budaya Melayu Riau:

a) Upacara Kehamilan:

Upacara kehamilan dilakukan untuk memohon keselamatan dan


kesehatan ibu hamil serta qbayi yang dikandungnya. Salah satu jenis
upacara kehamilan yang dilakukan adalah upacara menempah bidan, di
mana keluarga hamil membuat ikatan atau janji dengan bidan yang
akan membantu dalam proses kelahiran

b) Upacara Melahirkan:

Upacara melahirkan dilakukan sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang


Maha Kuasa karena ibu telah selesai dan selamat dalam melahirkan
bayinya. Dalam upacara melahirkan, terdapat persiapan menyambut
kelahiran bayi, seperti menyiapkan rumah tempat melahirkan dan
meletakkan alat-alat serta benda-benda yang dipakai dalam upacara
Selama proses melahirkan, ada dua bidan yang bertugas, yaitu bidan
atas dan bidan bawah. Bidan atas memandikan ibu dan mengganti
pakaiannya, sedangkan bidan bawah memandikan bayi dan merawat
pusat serta perut bayi

c) Upacara Hari Tanggal Pusat

9
Setelah beberapa hari melahirkan, dilakukan upacara hari tanggal
pusat. Dalam upacara ini, kedua bidan secara teratur datang ke rumah
untuk merawat ibu dan bayi
Salah satu kegiatan dalam upacara ini adalah penanaman tembuni, di
mana tembuni (sejenis tumbuhan) ditanam sebagai simbol kehidupan
baru

d) Upacara Mencuci Lantai:

Upacara mencuci lantai dilakukan untuk mengucapkan rasa terima


kasih kepada keluarga dan bidan yang telah membantu selama proses
kelahiran.
Dalam upacara ini, ibu dan bayi biasanya berpakaian baru dan rapi.
Bidan membaca doa-doa tertentu dan melakukan semburan ke kiri dan
kanan.

2. Masa kanak-kanak

Melayu Riau mengacu pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak


di masyarakat Melayu Riau. Pada masa ini, anak-anak Melayu Riau akan mengalami
berbagai pengalaman dan pembelajaran yang khas dalam budaya dan adat istiadat
Melayu Riau. Pada masa kanak-kanak, anak-anak Melayu Riau akan mengenakan
pakaian tradisional yang sesuai dengan adat istiadat setempat Anak laki-laki biasanya
mengenakan baju monyet atau baju kurung teluk belanga, dilengkapi dengan celana
setengah atau di bawah lutut, songkok atau kopiah, dan tutup kepala dari kain segi
empat yang dilipat. Sedangkan anak perempuan yang belum akil baliq akan
mengenakan baju kurung dengan motif bunga-bunga, sedangkan yang sudah akil
baliq akan mengenakan pakaian sesuai dengan adat istiadat Melayu, yang mencakup
tiga identitas yaitu beradat istiadat Melayu, beragama Islam, dan berbahasa Melayu.
Selama masa kanak-kanak, anak-anak Melayu Riau juga akan terlibat dalam berbagai
upacara adat. Misalnya, mereka akan mengenakan pakaian adat dalam upacara
perkawinan, upacara adat, dan upacara keagamaan.

10
Pakaian adat ini memiliki perbedaan tergantung pada jenis upacara dan
wilayah adatnya. anak-anak Melayu Riau juga akan belajar tentang budaya dan adat
istiadat Melayu Riau. Mereka akan diajarkan nilai-nilai adat, sopan santun, dan agama
Islam. Pendidikan ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan budaya Melayu Riau
serta membentuk kepribadian yang baik.

Lalu ada pelaksanaan upacara bersunat, Pelaksanaan upacara bersunat dapat


dilaksanakan sebagai berikut :

 Upacara bersunat yang dilakukan tanpa gabungan dengan upacara lain.

 Upacara bersunat yang digabungkan denagn upacara berkhatam qura’an

 Upacara bersunat yang digabungkan dengan upacara perkawinan dari salah seorang
keluarga terdekat, kakak, abang, atau sepupu dari kedua belah pihak orang tua.

 Bersunat bersama yang terdiri dari anak – anak keluarga terdekat.

Tujuan bersunat rasul adalah antara lain :

 Untuk memenuhi Sunnah Rasul sebagai seorang yang mengaut agama Islam.

 Untuk mensucikan anak untuk memasuki usia remaja.

Berikut adalah tahapan dari upacara bersunat

 .Hari pertama, disebut menggantung – gantung.

Hari menggantung adalah hari menghias rambut dengan menggantung langit – langit
(loteng), memasak tabir, permadani, permadani, perlaminan, membuat nasi besar dan
telur berkat, ayam disembelih, alat memasak dikeluarkan, pekerjaan pada
menggantung itu adalah jenis pekerjaan kasar yang memerlukan tenaga dan
keterampilan. Pekerjaan itu biasanya dilakukan sampai malam hari. Pada malam hari
pertama ini orang mengerjakan mengiling rempah. Kadang – kadang diserta pula
dengan pertunjukan seni daerah, misalnya, zapin, joget, kasidah, semuanya tergantung
hajat tuan rumah.

 Hari kedua, disebut hari besar, karena pada hari itu sejak subuh tukang masak
sibuk memasak makan, ruang pelaminan telah dirapikan ruang serambi telah

11
dibentang tikar dan diberi harum – haruman. Ketika itu semua orang
berpakaian baru.
 Hari ketiga, disebut hari bersunat.

3. Masa Dewasa

Masa dewasa masyarakat Melayu Riau mengacu pada periode ketika individu-
individu Melayu di Riau mencapai usia dewasa dan terlibat secara aktif dalam
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat mereka. Masyarakat Melayu Riau
memiliki warisan budaya yang kaya dan unik, yang mencakup bahasa, adat istiadat,
seni, dan tradisi-tradisi khas.

Berikut adalah beberapa aspek penting dari masa dewasa masyarakat Melayu Riau:

a) Bahasa dan Budaya:

Bahasa Melayu Riau adalah bahasa utama yang digunakan oleh


masyarakat Melayu di Riau. Masyarakat Melayu Riau memiliki adat
istiadat yang kaya dan beragam, termasuk dalam hal pernikahan,
upacara adat, dan tata krama sosial Seni dan budaya tradisional seperti
tarian, musik, dan seni ukir memiliki peran penting dalam kehidupan
masyarakat Melayu Riau.

b) Agama:

Mayoritas masyarakat Melayu Riau menganut agama Islam.


Nilai-nilai agama dan adat istiadat Islam memainkan peran penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Riau

12
c) Mata Pencaharian:

Masyarakat Melayu Riau secara tradisional menggantungkan


diri pada mata pencaharian seperti perikanan, pertanian, dan
perdagangan. Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa individu
Melayu Riau juga terlibat dalam sektor industri dan jasa.

d) Pendidikan dan tata krama

Pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan


masyarakat Melayu Riau. Sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan
telah didirikan untuk memastikan akses pendidikan yang lebih baik
bagi generasi muda.

Dan juga Masyarakat memiliki tata krama untuk anak dara,


dipecata anak dara yang baik ialah

1. Pada zaman dahulu anak dara harus sekali – kali ke luar


rumah.anak dara keluar rumah adalah pada waktu hari raya,
yaitu untuk berkunjung ke rumah – rumah saudara.

2. Jika berjalan mukanya ditutupi dengan kain selendang yang


kelihatan hanya matanya.

3. Jika berbicara suara sangat lembut, hampir – hampir tidak


kedengaran.

4. Ke luar rumah untuk berjalan selalu diiringi oleh ayah dan


ibunya.

5. Bertemu dengan seorang bujang tidak boleh menegur atau


menyapa, apabila ia tidak ditegur atau disapa.

e) Perkembangan Ekonomi:

Masyarakat Melayu Riau terlibat dalam berbagai sektor ekonomi,


termasuk perdagangan, perikanan, pertanian, dan pariwisata.

13
Pemerintah dan organisasi masyarakat setempat berupaya untuk
mengembangkan potensi ekonomi masyarakat Melayu Riau melalui
program-program pengembangan ekonomi dan pelatihan keterampilan.

Masyarakat melayu riau yang sudah dewasa juga memiliki upacara seperti
upacara mengasah gigi Upacara mengasah gigi boleh dilakukan oleh dara dan bujang.
Kebanyakan upacara mengasah gigi ini dilaksanakan oleh anak dara. Akan tetapi
bukan semua anak dara melaksanakan upacara mengasah gigi. Tujuan mengasah gigi
adalah untuk mempercantik diri. Kegiatan upacara mengasah gigi menjadikan gigi
teratur dapat diratakan. Kecantikan wajah lebih mempesona. Biasanya upacara
mengasah gigi dilaksanakan oleh seorang dukun pengasah gigi. Pelaksanaan
dilakukan di rumah anak dara sendiri. Alat – alat dan benda – benda yang
dipergunakan dalam upacara mengasah gigi adalah tiga buah pengasah, sebuah batu
penindih, tujuh jenis bunga, setiap jenis satu tangkai, dua buah keras atau kemiri.
Pengasah gigi dilaksanakan dengan bilangan ganjil misalnya : satu kali, tiga kali,
tujuh kali jika kedua orang tua masih hidup diperkenankan mengasah gigi atas saja.
Akan tetapi jika kedua orang tuanya telahtiada hanya diperkenakan mengasah gigi
atas dan bawah.

4. Pernikahan

Pelaksanaan prosesi perkawinan dalam adat Melayu merupakan keharusan


yang mesti dilaksanakan oleh orang Melayu sebagai masyarakat yang berbudaya.
Prosesi pernikahan adat Melayu memiliki tahapantahapan yang cukup panjang,
karenanya tidak semua orang Melayu melaksanakan Adat pernikahan tersebut dengan
lengkap.

Terkait dengan prosesi pernikahan adat Melayu ini, Marwan mengemukan


bahwa: Proses pernikahan adat Melayu terdiri dari merisik-risik, menjarummenjarum,
melamar, mengantar tanda, menerima antaran, mengukus (membuat tabak), berandam,
bertomat (khatam alqur'an), akad nikah/ijab, cecah inai, berinai, hari langsung/resepsi
pernikahan, makan nasi hadap-hadapan (Marwan, 2020). Ghani menjelaskan
pelaksanaan upacara adat perkawinan orang Melayu Rengat.

14
Di gelar dalam beberapa tahap, yaitu merisik, meminang, antar belanja,
menggantung, ijab qabul, tepung tawar, berinai, berandam, khatam kaji, upacara
langsung, berarak, membuka pintu, bersanding, makan bersuap, makan hadaphadapan,
menyembah mertua, mandi kumbo taman, makan nasi damai, dan upacara
menyembah (Ghani, 20202).

Berikut penjelasan dan prosesi pernikahan selengkapnya.

a. Merisik
Merisik adalah proses mengenali perempuan yang akan dijadikan istri. Proses
ini dilakukan secara bertahap oleh pihak keluarga laki-laki. Caranya dengan
mengirim orang tua laki-laki atau utusan untuk mencari informasi tentang calon
istri, menanyakan apakah anak perempuan tersebut sudah di tanggam atau di
pinang oleh orang lain, atau sudah mengikat janji dengan orang lain atau belum.
Meminang Jika dalam proses merisik kedua keluarga bersepakat untuk
menikahkan kedua anaknya, maka tahap selanjutnya adalah meminang. Pada
tahap ini, pihak laki-laki mengirim utusan ke pihak perempuan untuk
menyampaikan niat menikah pihak laki-laki. Utusan yang di kirim biasanya
orang-orangtua pilihan yang bijak dan mengerti adat. Peminangan biasanya
disampaikan dengan bahasa pantun dan pepatah petitih serta diawali` dengan ritual
tepak sirih Melayu. Antar Belanja Sembari menunggu hari pernikahan, pihak laki-
laki melakukan tahap antar belanja, yakni mengirimkan barang-barang tertentu,
seperti uang atau cincin ke pihak keluarga perempuan dengan tujuan membantu
keluarga perempuan dalam menggelar upacara perkawinan dan sebagai ikatan
janji bahwa kedua keluarga akan menikahkan anaknya. Menggantung Tahap ini di
isi dengan menghias rumah (tengah rumah), pelaminan, tempat tidur, dan tempat
bersanding kedua pengantin kelak di rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini
dilakukan oleh keluarga dan kerabat dibantu oleh tetangga dan orang tertentu.
Pada tahap ini pula, orangtua mempelai perempuan akan melakukan ritual tepuk
tepung tawar di setiap sudut tempat-tempat di atas (Marwan, 2020).
b. Akad
Akad Nikah Pelaksanaan akad nikah biasanya dilaksanakan pada malam hari.
Setelah rombongan mempelai pria datang beserta rombongan mereka disambut

15
langsung masuk kedalam rumah mempelai wanita. Acara dimulai dengan upacara
tukar menukar tepak sirih dan juga memakan sirih yang disediakan dari masing-
masing mempelai. Kemudian dilanjut dengan acara ijab qobul oleh pengantin pria
dan upacara tepuk tepung tawar oleh para tetua lelaki maupun perempuan dari
pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Ketika ijab kobul berlangsung, seorang
mempelai perempuan tidak bersamaan duduk dengan mempelai lakai-laki.
Biasanya perempuan itu berada di dalam kamar. Sebab perempuan hanya
mendengarkan saja dari jauh. Kemudian Membaca Sighot Taklik mempertegas
sekaligus mengikrarkannya di hadapan orang ramai. Maknanya seorang suami
berjanji akan mempergauli istrinya dengan baik sesuai syariat Islam. dan berjanji
bertanggung jawab untuk memenuhi nafkah lahir dan batin. Sombah Sujud Dalam
hal ini kedua pengantin bersujud sombah kepada kedua orang tua, baik orang tua
laki-laki maupun orang tua perempun, yang di dahuluioleh suami bersujud kepada
orang tua suamidi ikuti oleh istrinya dan begitu seterusnya kepada kedua orang tua
istri dan yang patut di sekitarnya (Marwan, 2020). Tepuk Tepung Tawar (Cecah
Inai) Tepuk tepung tawar ini sebagai simbol kebahagiaan. Tepuk tepung tawar ini
gunanya untuk masyarakat, jiran, tetangga yang belum sempat menepuk tepung
tawar agar masyarakat umum dan teman dapat menepuk tawari juga, sebab
sebelumnya secara simbolis sudah dilakukan oleh keluarga dekat, baik keluarga
dekat pihak pengantin lelaki maupun pengantin perempuan. tepuk tepung tawar ini
biasanya ada hiburan yang di sebut berzanji, atau rebana.
c. Pembacaan Doa
Berdoa untuk kebaikan pengantin yang baru saja dinikahkan agar hidup
berumah tangga tetap sehat menjadi rumah tangga sakinah mawaddah dan rahmah
dari Allah Swt. Yang memimpin doa ini boleh seorang KUA atau juga di pimpin
oleh ustadz lainnya yang telah di tunjuk oleh tuan rumah. Makan Bersama Dengan
makan bersama ini menunjukkan bahwa remilah kedua mempelai menjadi hidup
baru. Di samping makan bersama ini masih ada lagi makan secara simbolis yaitu
seorang istri menyuapkan nasi kepada suaminya, dan suami juga menyuapkan
kepada istrinya. Artinya mereka berdua setia dan saling menghormati dan saling
mencintai. Sehingga setelah makan dan berumah tangga tetap setia yang menjadi
ukuran. Sambutan Tuan Rumah Setelah makan bersama ada juga membuat acara
resmi dengan memberikan sambutan sekaligus mempersilahkan para tamu
undangan.

16
d. Bersanding
Bersanding Ketika tuan rumah memberikan sambutannya berarti
pengantin sudah berada di pelaminan (Ghani, 2020). Berdasarkan penjelasan
tersebut prosesi perkawinan adat Melayu Rengat terdiri atas prosesi pra Akad
yakni dimulai dari pemilihan jodoh yang dilakukan oleh para orang tua anak
yang telah memiliki usia cukup untuk menikah. Setelah mendapatkan orang
yang cocok kemudian dilanjutkan dengan tradisi berisik yaitu mencari tahu
tentang pribadi calon mempelai terutama akhlak, perilaku dan kebiasaannya.
Selanjutnya prosesi
e. Menjarum
Yaitu keluarga pihak laki-laki mendatangi kediaman pihak perempuan untuk
menyatakan keinginan melamar perempuannya. Setelah ada jawaban menerima,
maka pihak laki-laki datang melamar. Pelaksanaan akad nikah didahului dengan
pertemuan antara wali, penghulu dan kedua calon mempelai. Acara ini ditujukan
untuk mengetahui kerelaan dari kedua belah pihak. Acara terakhir yaitu berarak
atau pesta. Acara pesta didahului dengan acara berarak pihak laki-laki ke
kediaman perempuan untuk dipersandingkan di atas pelaminan sebagai tanda
pelaksanaan pesta perkawinan. Acara tersebut juga dapat disebut sebagai acara
walimahan. Bila dicermati secara mendalam proses perkawinan adat Melayu Riau
dalam proses pernikahan suami-isteri adalah suatu proses yang boleh dilakukan
selama tradisi tersebut tidak bertentangan dengan agama, dan ditereima oleh orang
banyak maka yang demikian boleh dilakukan.
Serta didalam aktifitas prosesi perkawinan adat Melayu Riau banyak hikmah
yang didapat seperti:
1) Ingin berbagi kebahagiaan kepada karib kerabat dan masyarakat melalui
prosesi adat;
2) Menumbuhkan budaya gotong royong sehingga sama-sama dapat
meringankan beban dan saling membantu antara sesama keluarga;
3) Ingin mendapatkan doa dan restu keluarga sehingga dapat menempuh biduk
rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah;
4) Usaha memperkokoh ikatan silaturahim antara keluarga tetapi juga
diharapkan kedua mempelai; dan
5) Menghidupkan adat dan melestarikan nilainilai tradisi Melayu yang
berlandaskan syariat Islam kepada generasi selanjutnya.

17
5. Masa Tua
Kehidupan masa tua masyarakat Melayu Riau merupakan fase kehidupan yang
penting dan dihormati dalam budaya Melayu. Pada masa tua, masyarakat Melayu
Riau menghargai dan menghormati orang tua sebagai sumber kebijaksanaan dan
penjaga tradisi. Berikut adalah beberapa aspek kehidupan masa tua masyarakat
Melayu Riau:
a. Peran dan Penghargaan: Masyarakat Melayu Riau memberikan penghargaan
yang tinggi kepada orang tua dan orang tua tua. Mereka dianggap sebagai
pemimpin keluarga yang bijaksana dan dihormati sebagai penjaga tradisi dan
nilai-nilai budaya. Orang tua dihormati dan dianggap sebagai sumber
kebijaksanaan dan nasihat dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.
b. Peran dalam Keluarga: Orang tua dan orang tua tua memiliki peran penting
dalam keluarga. Mereka bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan
nasihat kepada generasi muda. Mereka juga berperan dalam menjaga
hubungan keluarga yang harmonis dan memelihara nilai-nilai tradisional.
c. Peran dalam Masyarakat: Orang tua dan orang tua tua juga memiliki peran
dalam masyarakat luas. Mereka sering menjadi pemimpin komunitas atau
anggota penting dalam lembaga adat dan organisasi sosial. Mereka
berkontribusi dalam menjaga kestabilan sosial dan memelihara tradisi budaya
Melayu.
d. Pemeliharaan Tradisi: Orang tua dan orang tua tua memiliki peran penting
dalam memelihara dan meneruskan tradisi budaya Melayu. Mereka
mengajarkan nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan bahasa kepada generasi
muda. Mereka juga terlibat dalam upacara adat dan perayaan tradisional untuk
menjaga keberlanjutan budaya Melayu.
e. Perawatan dan Penghormatan: Masyarakat Melayu Riau memiliki tradisi yang
kuat dalam merawat dan menghormati orang tua dan orang tua tua. Mereka
memberikan perawatan yang baik dan memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional orang tua mereka. Penghormatan ini juga tercermin dalam
pengaturan tempat tinggal yang sering kali melibatkan generasi muda yang
tinggal bersama orang tua mereka.

6. Wafat/Prosesi pemakaman

18
a) Tahapan Pelaksanaan Upacara Adat Kematian Melayu Kampar
Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh keluarga yang dtinggalkan
dan para tetangga mayit pada pelaksanaan upacara adat kematian Melayu Kampar
adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan peralatan yang akan dibutuhkan.
2. Setelah persiapan yang harus dibutuhkan telah tersedia semuanya, orang
yang ditugaskan untuk memandikan jenazah juga telah siap, maka selanjutnya
jenazah diletakkan di atas balai-balai yang telah diberi bantal dari batang
pohon pisang.
3. Jenazah ditutupi menggunakan kain putih, kecuali pada bagian kaki dan
wajahnya.
4. Kemudian, kemaluan jenazah dibersihkan dengan kain. Proses ini disebut
sebagai istinjak.
5. Mayat disiram dengan air bersih sambil disabuni layaknya orang mandi
seperti biasanya.
6. Setelah itu, si mayit di-wudu kan layaknya seperti orang yang hendak
mengerjakan shalat
7. Selanjutnya, si mayit disiram dengan air yang telah dicampur dengan daun
cendana daun gaharu. Kemudan, disiram dengan air biasa agar bersih.
8. Mayat dikeringkan mengunakan handuk
9. Setelah itu dibawa ke tempat yang sudah disediakan di tengah rumah.
10. Pada bagian-bagian yang tertentu dari tubuh si mayit seperti telinga dan
hiding dibalut menggunakan kapas.
11. Si mayit tubuhnya dibungkus menggunakan kain kafan sampai semua
bagian dari tubuh mayit akan tertutup.
12. Sebelum wajah simayit akan ditutup dengan rapat mengguanakan kain
kafan seluruhnya, biasanya yang akan dilakukan oleh seorang ulama pada dahi
si mayit dengan menggunakan jari telunjuk adalah menuliskan kalimat “La
ilaha illa Allah”. Lalu, dahi si mayit ditutup.
13. Setelah dahi mayit ditutup seluruhnya dengan rapat, maka jenazah siap
untuk disholatkan
14. Kemudian, mayit disholatkan oleh kerabat dan tetangga yang dipimpin
oleh ulama.
15. Setelah disholatkan, mayit dibawa ke pemakaman menggunakan keranda.

19
16. Setelah sampai di pemakaman, mayit langsung dimasukkan ke liang lahat.
17. MayIt ditidurkan dengan posisi badan miring ke arah bagian kanan dan
wajah si mayit dihadapkan ke arah kiblat.
18. Kemudian, beri papan di atas si mayit.
19. Setelah itu, di atas kubur baru tersebut nisan sebagai penanda
20. Ulama akan memimpin bacaan talqin dan do’a.
21. Selesai pembacaan talqin dan doa yang dipimpin oleh ulama, anggota
kerabat dari si mayit menaburkan bunga dan juga menyiram

Prosesi pemakaman Melayu Riau merupakan bagian dari adat kematian dalam
masyarakat Melayu di Riau. Prosesi ini mengikuti garis panduan al-Quran dan as-
Sunnah, namun juga diselenggarakan dengan adat-adat kemelayuan yang khas.
Berikut adalah beberapa informasi mengenai prosesi pemakaman Melayu Riau:

Pengumuman Kematian: Ketika terjadi kematian, keluarga si mati mengumumkan


kematian kepada imam atau siak yang berada di masjid dan masyarakat
sekitar .Hal ini dilakukan untuk meminta bantuan dan dukungan dalam
menguruskan jenazah.

Penyimpanan Jenazah: Mayat diletakkan di ruang tengah rumah dan dibaringkan


serta ditutup dengan sehelai kain dari kepala hingga kaki. Kepala mayat
dihadapkan ke arah kiblat, dan kedua tangannya diletakkan di dada dengan tangan
kanan ditindihkan di atas tangan kiri. Selama jenazah berada di dalam rumah,
tidak diadakan jamuan.

Proses Mandi Jenazah: Setelah persiapan, jenazah dimandikan. Proses mandi


jenazah dilakukan oleh kaum sejantina si mati, biasanya dari kalangan keluarga
sendiri. Mandi jenazah dilakukan dengan membersihkan seluruh bagian tubuh
menggunakan kapur barus dan mengeluarkan sisa-sisa perkumuhan dari tubuh.
Tujuan dari proses ini adalah agar jenazah dalam keadaan bersih saat bertemu
dengan Tuhan.

Pengafanan Jenazah: Setelah dimandikan, jenazah dikafankan. Kafan yang


digunakan adalah kain putih yang mencukupi, diikat dengan tali berwarna

20
putihLapisan kafan untuk jenazah laki-laki biasanya terdiri dari 5 lapisan,
sedangkan jenazah perempuan terdiri dari 7 lapisan

Penguburan: Setelah jenazah dikafankan, prosesi pemakaman dilakukan. Jenazah


diusung menggunakan tandu atau keranda menuju tempat pekuburan. Lubang
kubur dibuat sesuai dengan ukuran jenazah. Prosesi pemakaman biasanya
dilakukan antara pukul 14.00 hingga 16.00

Prosesi pemakaman Melayu Riau ini merupakan bagian dari adat kematian yang
dijalankan oleh masyarakat Melayu di Riau. Prosesi ini menggabungkan nilai-nilai
agama dan adat kemelayuan yang khas. Dengan mengikuti garis panduan al-
Quran dan as-Sunnah, prosesi pemakaman ini menjadi sarana untuk menghormati
dan menguruskan jenazah dengan baik.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehidupan masyarakat Melayu Riau memiliki ciri khas yang unik dan dipengaruhi
oleh budaya Melayu yang kaya. Meskipun terdapat beberapa tradisi dan adat
istiadat yang memengaruhi kehidupan seorang individu dalam masyarakat
Melayu, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kebebasan dan
otonomi dalam mengambil keputusan dan menjalani kehidupan mereka.

22
DAFTAR PUSTAKA

Drs.H. O.K. Nizami Jamil dkk,(2005)."Pakaian tradisional Melayu Riau". Riau: LPNU.
Diakses pada 7 November,2023 from http://www.riaudailyphoto.com/2013/04/pakaian-
tradisional-melayu-riau.html

Abdul Malik, M.Pd, (2013) "Perempuan Melayu yang Tak Pernah Layu" Diakses pada 7
November 2023, https://umrah.ac.id/archives/2729

RRMedia - ranahriau.com - Kamis 4 Mei 2017 - https://www.ranahriau.com/berita-2903-


hhmm-ternyata-tradisi-budaya-melayu-banyak-macam-nya-diantaranya-ini.html

Chibier Chibi – 5 November 2015 – Daur Hidup Masyarakat Melayu Riau – SCRIBD
– https://www.scribd.com/doc/288605543/DAUR-HIDUP-MASYARAKAT-MELAYU-
RIAU-docx

23

Anda mungkin juga menyukai