Anda di halaman 1dari 54

Rec BAB IV

PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1. Pendekatan Aspek Fungsional


4.1.1. Pendekatan Pelaku dan Aktivitas
Kelompok Kegiatan Pengelola dan/atau Tenaga Medis
Pelaku Kegiatan Rincian Kegiatan Kebutuhan Ruang
Dokter Melayani pengobatan R. Dokter, R. Tindakan
pasien, melayani keluhan
pasien.
Perawat Menerima pasien masuk, R. Perawatan, R. Rawat
merawat pasien. Inap
Staff medis Melayani pengecekan R. Rekam Medis, R.
penyakit dan pengambilan Radiologi, R.
sample pada pasien, Laboratorium, R.
melayani kebutuhan obat Inistalasi Farmasi
pasien.
Kepala Direksi Memimpin dan R. Kepala Direksi
mengkoordinasi
berjalannya sistem
keorganisasian rumah
sakit.
Resepsionis Menerima tamu. Lobby, R. Bagian
Informasi
Petugas Ambulance Melayani pengantaran R. Garasi Parkir
pasien gawat darurat atau
jenazah.
Staff Pengelolaan data Pengelolaan data R. Kerja Staff, R. Arsip,
dan Administrasi kepengurusan rumah R. Rapat, Gudang,
sakit, melayani Spoelhoek
pembayaran administrasi.
Tabel 4.1.

22
Kelompok operasional kegiatan pasien dan/atau pengunjung
Pelaku Kegiatan Rincian Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pasien Mendaftar, mencari r. admin, r. tunggu, r.
informasi, konsultasi, informasi, apotek
transaksi, mengambil
obtat
Pengunjung Mencari informasi, r. informasi, hall
mengunjungi pasien
Tabel 4.2.
Kelompok kegiatan penunjang
Pelaku Kegiatan Rincian Kegiatan Kebutuhan Ruang
Cleaning servis Pelayanan kebersihan Janitor
lingkungan
Security Menjaga keamanan Pos Keamanan
Staff yang bertugas Memenuhi kebutuhan R. Laundry, R. Linen
laundry dan makan Kotor, R. Linen Bersih,
Dapur Utama
Seluruh Pengguna Memarkir kendaraan, Parkir, Toilet,
Rumah Sakit buang air, makan dan Kantin/Foodcourt
minum
Tabel 4.3.

23
Adapun tiap bagian instalasi rumah sakit memiliki alur kegiatan
sebagai berikut :

Gambar 4.1. Alur Kegiatan Poliklinik

Gambar 4.2. Alur Kegiatan Instalasi Gawat Darurat

24
Gambar 4.3.Alur Kegiatan Instalasi Rawat Inap

Gambar 4.4.Alur Kegiatan ICU

25
Gambar 4.5. Alur Kegiatan Instalasi Kebidanan dan Penyakit
Kandungan

Gambar 4.6. Alur Kegiatan Instalasi Bedah Sentral

26
Gambar 4.7. Alur Kegiatan Pasien/Pengunjung Instalasi Farmasi

Gambar 4.8.Alur Kegiatan Petugas Instalasi Farmasi

Gambar 4.9. Alur Distribusi Barang Instalasi Farmasi

27
Gambar 4.10. Alur kegiatan pasien instalasi radiologi

Gambar 4.11. Alur percetakan film radiologi

Gambar 4.12. Alur Kegiatan CSSD

28
Gambar 4.13. Alur kegiatan laboratorium

Gambar 4.14. Alur kegiatan rehabilitasi medik

Gambar 4.15. Alur kegiatan pemulsaran jenazah

29
Gambar 4.16. Alur kegiatan pengolahan, penyimpanan, dan
pendistribusian makanan

Gambar 4.17. Alur kegiatan instalasi laundry/linen

30
4.1.2. Pendekatan Persyaratan Ruang
Unit Ruang Rawat Jalan

No. Nama Ruangan Fungsi Kebutuhan Kebutuhan Fasilitas


Ruang/Luas
1 Ruang Tunggu Ruang tunggu 1~1,5 m2/ orang Kursi, Meja, Televisi &
Utama. pasien (dan (min. 12 m2) Alat Pengkondisi Udara
pengantar pasien) (AC / Air Condition)
saat melakukan
pendaftaran
2 Ruang Tempat kegiatan 3~5 m2/ petugas Meja & kursi kerja,
Pengendali administratif (min. 12 m2) lemari arsip, telepon &
ASKES ASKES Rumah intercom, komputer
Sakit dilaksanakan. personal, serta
perangkat kerja lainnya.
3 Ruang Ruang ini 3~5 m2/ petugas Meja, kursi, lemari
Administrasi digunakan untuk (min. 16 m2) berkas/arsip,
• Loket menyelenggarakan intercom/telepon, safety
Pendaftaran kegiatan box
administrasi,
Pasien. meliputi :
• Loket Kasir 1. Pendataan pasien
rawat jalan
2. Pembayaran
biaya pelayanan
medik.
4 Ruang Rekam Tempat 12~16 m2/ 1000 Meja, kursi, lemari
Medis menyimpan kunjungan arsip, komputer
informasi tentang pasien / hari
identitas pasien, ( untuk 5 tahun)
diagnosis,
perjalanan
penyakit, proses
pengobatan dan
tindakan medis
serta dokumentasi
hasil pelayanan.
Biasanya langsung
berhubungan
dengan loket
pendaftaran.
5 Ruang Tunggu Ruang di mana 1~1,5 m2/ orang Kursi, Televisi & AC
Poli keluarga atau (min.4 m2/poli) (bila RS mampu)
pengantar pasien
menunggu
panggilan di depan
ruang poliklinik.
Tabel 4.4.

31
4.1.3. Pendekatan Persyaratan Khusus Hubungan Ruang
a. Poliklinik
 Letak Poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah
dicapai dari bagian administrasi, terutama oleh bagian rekam
medis, berhubungan dekat dengan apotek, bagian radiologi
dan laboratorium.
 Ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas. Diusahakan
ada pemisahan ruang tunggu pasien untuk penyakit infeksi
dan non infeksi.
 Poli-poli yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.
 Poli anak tidak diletakkan berdekatan dengan Poli Paru,
sebaiknya Poli Anak dekat dengan Poli Kebidanan.
 Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan.
 Letak poli jauh dari ruang incenerator, IPAL dan bengkel
ME.
 Bila konsep Rumah Sakit dengan Sterilisasi Sentral, tidak
perlu ada ruang sterilisasi, namun pada beberapa Poliklinik
seperti Poli Gigi/THT/Bedah tetap harus ada ruang sterilisasi,
karena alat-alat yang digunakan harus langsung disterilkan
untuk digunakan kembali (bila pasien banyak)

b. IGD
 Area IGD harus terletak pada area depan atau muka dari
tapak RS.
 Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar
tapak rumah sakit (jalan raya) dengan tanda-tanda yang
sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum.
 Untuk tapak RS yang berbentuk memanjang mengikuti
panjang jalan raya maka pintu masuk kearea IGD harus
terletak pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh
pengguna kendaraan untuk masuk kearea RS.

83
 Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat
banyak (Super Block Multi Storey Hospital Building) yang
memiliki ataupun tidak memiliki lantai bawah tanah
(Basement Floor) maka perletakan IGD harus berada pada
lantai dasar (Ground Floor) atau area yang memiliki akses
langsung.
 IGD disarankan untuk memiliki Area yang dapat digunakan
untuk penanganan korban bencana massal (Mass Disasster
Cassualities Preparedness Area).
 Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan
pasien (Ambulance Drop-In Area) memiliki sistem sirkulasi
yang memungkinkan ambulan bergerak 1 arah (One Way
Drive / Pass Thru Patient System).
 Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Inst.
Bedah Sentral.
 Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Unit
Rawat Inap Intensif (ICU (Intensive Care Unit)/ ICCU
(Intensive Cardiac Care Unit)/ HCU (High Care Unit)).
 Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Unit
Kebidanan.
 Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Inst.
Laboratorium.
 Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Instalasi
Radiologi.
 Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan BDRS
(Bank Darah Rumah Sakit) atau UTDRS (Unit Transfusi
Darah Rumah Sakit) 24 jam

c. Instalasi Rawat Inap


 Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya
hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan
dekat dan sangat berhubungan/ membutuhkan.

84
 Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya
dibuat secara linier/lurus (memanjang).
 Konsep Rawat Inap yang disarankan “Rawat Inap Terpadu
(Integrated Care)” untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
ruang.
 Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar,
maka harus ada tangga landai (;Ramp) atau Lift Khusus
untuk mencapai ruangan tersebut.
 Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang
tenang (tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki
kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap.
 Alur petugas dan pengunjung dipisah.
 Masing-masing ruang Rawat Inap 4 spesialis dasar
mempunyai ruang isolasi.
 Ruang Rawat Inap anak disiapkan 1 ruangan neonatus.
 Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan
seperti :
- Pasien yang menderita penyakit menular.
- Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti
penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dsb).
- Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam
ruangan)
 Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar
perawat dapat mengawasi pesiennya secara efektif,
maksimum melayani 25 tempat tidur.

d. ICU
 Letak bangunan instalasi ICU harus berdekatan dengan
instalasi gawat darurat, laboratorium, instalasi radiologi dan
instalasi bedah sentral.
 Gedung harus terletak pada daerah yang tenang.

85
e. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan
 Letak bangunan instalasi kebidanan dan penyakit kandungan
harus mudah dicapai, disarankan berdekatan dengan instalasi
gawat darurat, ICU dan Instalasi Bedah Sentral, apabila tidak
memiliki ruang operasi atau ruang tindakan yang memadai.
 Bagunan harus terletak pada daerah yang tenang/ tidak
bising.
 Ruang bayi dan ruang pemulihan ibu disarankan berdekatan
untuk memudahkan ibu melihat bayinya, tapi sebaiknya
dilakukan dengan sistem rawat gabung.

f. Instalasi Bedah Sentral


 Jalan masuk barang-barang steril harus terpisah dari jalan
keluar barang-barang & pakaian kotor.
 Pembagian sekitar kamar bedah :
- Daerah Publik, artinya daerah yang boleh dimasuki oleh
semua orang tanpa syarat khusus. Daerah ini misalnya :
ruang tunggu, koridor, selasar kamar bedah.
- Daerah Semi Publik, artinya daerah ini hanya boleh
dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu para
petugas, dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian
yang dipakai petugas-petugas ini (pakaian khusus atau
lepas-sandal/sepatu, dan sebagainya).
- Daerah ASEPTIK, yaitu daerah kamar bedah sendiri,
yang hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang
langsung ada hubungannya dengan kegiatan pembedahan
saat itu, umumnya dianggap daerah yang harus dijaga ke-
sucihama-annya. Di daerah ini sering masih ada istilah
tambahan: yaitu apa yang disebut daerah ‘HIGH-
ASEPTIC’, yaitu dimaksudkan dengan daerah tempat

86
dilakukannya pembedahan dan sekitarnya (lapangan
bedah).
 Setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh setidaknya 1 ruang
scrub up.

g. Instalasi Farmasi
 Lokasi instalasi farmasi harus menyatu dengan sistem
pelayanan RS.
 Antara fasilitas untuk penyelenggaraan pelayanan langsung
kepada pasien, distribusi obat dan alat kesehatan dan
manajemen dipisahkan.
 Harus disediakan tempat penyimpanan untuk obat-obatan
khusus seperti Ruang Administrasi untuk obat yang
termolabil, narkotika dan obat psikotropika serta obat/ bahan
berbahaya.
 Gudang penyimpanan tabung gas medis (Oksigen dan
Nitrogen) Rumah Sakit diletakkan pada gudang tersendiri (di
luar bangunan instalasi farmasi).
 Tersedia ruang khusus yang memadai dan aman untuk
menyimpan dokumen dan arsip resep.

h. Instalasi Radiologi
 Lokasi ruang radiologi mudah dicapai, berdekatan dengan
instalasi gawat darurat, laboratorium, ICU, dan instalasi
bedah sentral.
 Sirkulasi bagi pasien dan pengantar pasien disarankan
terpisah dengan sirkulasi staf.
 Ruang konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca
film.

i. Instalasi Sterilisasi Pusat

87
 Lokasi Instalasi CSSD memiliki akesibilitas pencapaian
langsung dari Instalasi Bedah Sentral, ICU, Ruang Isolasi,
Laboratorium dan Instalasi Pencucian Linen) dan terpisah
dari sirkulasi pasien.
 Sirkulasi udara/ventilasi pada bangunan instalasi CSSD
dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi kontaminasi dari
tempat penampungan bahan dan instrumen kotor ke tempat
penyimpanan bahan dan instrumen bersih/steril.

j. Instalasi Laboratorium
 Akses masuk petugas dengan pasien/pengunjung disarankan
terpisah.
 Pada tiap-tiang ruang laboratorium dilengkapi sink (wastafel)
untuk cuci tangan dan tempat cuci alat
 Harus mempunyai instalasi pengolahan limbah khusus.

k. Instalasi Rehabilitasi Medik


 Lokasi mudah dicapai oleh pasien, disarankan letaknya dekat
dengan instalasi rawat jalan/ poliklinik dan rawat inap.
 Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat
pada loket pendaftaran, pembayaran dan administrasi.
 Disarankan akses masuk untuk pasien terpisah dari akses
masuk staf.

l. Bagian Administrasi dan Kesekretariatan Rumah Sakit


Penempatan Administrasi sedapat mungkin mudah dicapai dan
dapat berhubungan langsung dengan poliklinik.

m. Pemulasaran Jenazah
 Ruang jenazah disarankan mempunyai akses langsung
dengan beberapa instalasi lain yaitu instalasi gawat darurat,

88
Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral, dan Instalasi ICU/ICCU.
 Area tertutup, tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan.
 Area yang merupakan jalur jenazah disarankan berdinding
keramik, lantai

n. Instalasi Gizi/Dapur
 Mudah dicapai, dekat dengan Instalasi Rawat Inap sehingga
waktu pendistribusian makanan bisa merata untuk semua
pasien.
 Letak dapur diatur sedemikian rupa sehingga kegaduhan
(suara) dari dapur tidak mengganggu ruangan disekitarnya.
 Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah dan kamar
jenazah.
 Mempunyai jalan dan pintu masuk sendiri.

o. Instalasi Linen
 Untuk linen non-infeksius (misalnya dari ruang-ruang
administrasi perkantoran) dibuatkan akses ke ruang
pencucian tanpa melalui ruang dekontaminasi.
 Tidak disarankan untuk mempunyai tempat penyimpanan
linen kotor.

p. Mekanikal dan Elektrikal


Terletak jauh dari daerah perawatan dan gedung penunjang
medik, sebaiknya diletakan di daerah servis karena banyak
menimbulkan kebisingan.

4.1.4. Besaran Ruang


 Unit Rawat Jalan
Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)

89
R. Tunggu Utama 20 20
R. Pengendali 4 20
ASKES
R. Pendaftaran 5 20
R. Rekam medis 16
R. Tunggu poli 12 poli 50
R. Periksa & 12 poli 240
Konsultasi Dokter
Spesialis
R. Tindakan Poli 12 poli 240
R. Laktasi 12
Toilet 6 14
TOTAL 632

 Unit Ruang Gawat Darurat


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Penerimaan
R. Administrasi dan 4 16
loket regis
R. Tunggu 15 20
pengantar pasien
R. Rekam medis 2 6
R. Triase 16
R. Persiapan 25 75
bencana masal
R. Tindakan
R. Resusitasi 15
R. Tindakan Bedah 16
R. Tindakan Non 20
Bedah
R. Tindakan Anak 20
dan Kebidanan

90
R. Persiapan 6
Operasi
R. Operasi 36
R. Pemulihan 3 22
R. Observasi
R. Observasi 3 22
R. Penunjang Medis
R. Farmasi 6
R. Linen 6
R. Alat Medis 6
R. Radiologi 6
Lab. Standard 6
R. Dokter 16
Nurse Station 4
R. Perawat 16
R. Kepala IGD 16
Gudang Kotor 6
(Spoolhoek)
Toilet 2 petugas 15
4 pengunjung
1 difabel
R. Sterilisasi 4
R. Gas Medis 3
R. Parkir Troli 1 2
R. Barankar 3 TT 8
TOTAL 401

 Unit Ruang Rawat Inap


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Perawatan 150 1200
(10 VIP,
20 Kelas 1,

91
20 Kelas 2,
20 Kelas 3)
Nurse Station Untuk keperluan 60
150 TT
R. Konsultasi Untuk keperluan 60
150 TT
R. Tindakan Untuk keperluan 120
150 TT
R. Admin Untuk keperluan 60
150 TT
R. Dokter Untuk keperluan 90
150 TT
R. Perawat Untuk keperluan 90
150 TT
R. Kepala Instalasi 16
Rawat Inap
R. Linen bersih Untuk keperluan 24
150 TT
R. Linen kotor Untuk keperluan 24
150 TT
Spoolhoek Untuk keperluan 36
150 TT
KM/WC 70 kamar pasien 210
12 area publik
12 area petugas
6 difabel
Pantry 6 nurse station 36
Gudang bersih Untuk keperluan 36
150 TT
Janitor Untuk keperluan 36
150 TT
Ruang evakuasi Untuk keperluan 200

92
150 TT
TOTAL 2298

 Unit Ruang Perawatan Intensif


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
Loker 4 9
R. Perawat 16
R. Kepala Perawat 9
R. Dokter 16
ICU non Isolasi 4 36
ICU isolasi 1 16
Nurse Station 12
Gudang Alat Medik 12
Gudang bersih 12
Gudang 6
kotor/spoolhoek
R. Tunggu 15
R. Admin 12
Janitor 6
Toilet 2 petugas 11
2 pengunjung
1 difabel
R. Penyimpanan 6
silinder gas
R. parkir brankar 6
TOTAL 192

 Unit Ruang Kebidanan dan Penyakit Kandungan


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Admin 4 12
R. Tunggu 20 20
pengantar pasien

93
R. Bersalin 4 48
R. Tindakan 1 12
R. Pemulihan 1 8
R. Bayi 6 9
R. Gudang steril 6
R. Ganti pakaian 2 petugas 12
4 pengunjung
R. Dokter 12
R. Perawat 12
Pantri 6
Spoolhoek 6
KM/WC 2 pasien 17
2 petugas
2 pengunjung
1 difabel
Janitor 4
Parkir brankar 4
TOTAL 188

 Unit Instalasi Bedah Sentral


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Admin 4 12
R. Tunggu 10 15
R. Cuci tangan 4
R. Persiapan 9
R. Anaestesi 9
R. Bedah minor 24
R. Bedah umum 72
R. Bedah sub- 72
spesialistik
R. Resusitasi 9
Neonatus

94
R. 5 40
Pemulihan/PACU
Gudang steril 6
R. Sterilisasi 4
RECR. Ganti/loker 9
Depo Farmasi 4
R. Dokter 16
R Perawat 16
R. Diskusi 16
Gudang Kotor 6
Spoolhoek 6
KM/WC 2 pengunjung 17
2 petugas
2 pengunjung
1 difabel
Parkir brankar 4
TOTAL 370

 Unit Ruang Farmasi


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Peracikan Obat 5 30
Depo bahan baku 6
obat
Depo obat jadi 6
Gudang Perbekalan 10
dan Alat Kesehatan
Depo Obat Khusus 10
R. Admin 6
Kantor Apotik 16
R. Loker Petugas 40
R. Diskusi 20
R. Arsip 9

95
R. Kepala Instalasi 9
Farmasi
R. Staff 5 15
R. Tunggu 20 20
Pantri 6
KM/WC 4 pengunjung 15
2 petugas
1 difabel
TOTAL 219E

 Unit Ruang Radiologi


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Tunggu 25 30
R. Admin 9
Loket 20
R. Konsultasi 16
Dokter
R. Ahli fisika medis 16
R. Pemeriksaan
General 12
Tomografi 12
Fluoroskopi 12
USG 9
R. Penunjang ruang pemeriksaan kecuali USG
R. Operator 4
R. Mesin 4
R. Ganti pasien 4
KM/WC 2 pasien 7
1 difabel

Kamar Gelap 6
R. Jaga Radiografer 6

96
Gudang 8
penyimpanan berkas
Pantri 6
KM/WC petugas 2 4
TOTAL 185

 Unit Sterilisasi Pusat


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Admin 20
R. Dekontaminasi 30
R. Pengemasan Alat 16
R. Prosesing/ 9
produksi
R. Sterilisasi 16
Gudang steril 20
Linen bahan 16
perbekalan baru
R. Dekontaminasi 6
troli
R. Pencucian 6
perlengkapan
R. Distribusi 20
Instrmen dan barang
steril
R. Kepala Instalasi 9
CSSD
R. Ganti Petugas 9
R. Staff 16
Pantri 6
KM/WC 4 petugas 9
TOTAL 207

97
 Unit Laboratorium
Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Admin 20
R. Tunggu 25 30
R. Pengambilan 6
Sampel
Bank Darah 6
Lab. Patologi Klinik 16
Lab. Kimia Klinik 16
Lab. Hematologi 16
dan Uranalisis
Gudang Regensia 16
dan Bahan habis
pakai
R. Cuci 9
R. Diskusi 30
R. Kepala 9
Laboratorium
R. Petugas Lab 12
Pantri 6
KM/WC pasien 4 pasien 11
1 difabel
KM/WC petugas 4 petugas 8
TOTAL 211

 Unit Rehabilitasi Medik


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
Loket 12
R. Admin 5 15
R. Tunggu 20 20
R. Pemeriksaan 20
R. Terapi Rehab 20

98
Mental/Sosial
R. Fisioterapi Pasif 20
R. Fisioterapi Aktif 36
(Gymnasium)
R. Fisioterapi Aktif 30
(Hidroterapi)
R. Terapi okupasi 30
dan terapi
vokasional
Loker 10
Gudang peraalatan 12
RM
Gudang linen dan 12
farmasi
Gudang kotor 12
R. Kepala IRM 9
R. Petugas IRM 12
Pantri 6
KM/WC 2 petugas 15
4 pasien/
pengunjung
1 difabel
TOTAL 291

 Unit Ruang Administrasi


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Direksi 16
R. Sekretaris 9
Direktur
R. Rapat dan diskusi 20
R. Kepala Komite 12
Medis

99
R. Komite Medis 20
R. Kepala Bagian 12
Keperawatan
R. Bagian 20
Keperawatan
R. Kepala bagian 12
pelayanan
R. Bagian 20
pelayanan
R. Kepala bagian 12
Keuangan dan
Program
R. Bagian keuangan 20
dan program
R. Kepala bagian 12
Kesekretariatan dan
Rekam Medis
R. Bagian 20
kesekretariatan dan
rekam medis
R. SPI 20
R. Arsip 20
R. Tunggu 10
Janitor 6
Pantri 6
KM/WC 6 12
TOTAL 279

 Unit Pemulsaran Jenazah


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Admin 3 9
R. Tunggu 12

100
R. Duka 30
R. Dekontaminasi 20
dan Pemulsaran
jenazah
Lab. Otopsi 24
R. Pendingin 21
Jenazah
R. Ganti pakaian 9
APD
R. Kepala Instalasi 9
Pemulsaran Jenazah
R. Jemur alat 12
Gudang 9
KM/WC 2 petugas 11
2 pengunjung
1 difabel
TOTAL 166

 Unit Instalasi Gizi dan Dapur


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
Ruang Penerimaan 6
dan Penimbangan
Bahan Makanan
R. Penyimpanan 6
Bahan Makanan
Basah
R. Penyimpanan 9
bahan makanan
kering
R. Persiapan 18
R. Pengolahan dan 18
penghangatan

101
makanan
R. 9
Pembagian/penyajian
makanan
Dapur susu/laktasi 4
bayi
R. Cuci 18
R. Peyimpanan troli 6
gizi
R. Penyimpanan 9
peralatan dapur
R. Ganti alat 6
pelindung diri (APD)
R. Admin 9
R. Kepala Instalasi 9
Gizi
R. Pertemuan 9
Janitor 3
KM/WC 4 8
TOTAL 147

 Unit Instalasi Laundry dan Linen


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Distribusi dan 4
Pencacatan
R. Penerimaan dan 12
sortir
R. Kepala Laundry 9
R. Perendaman/ 18
Dekontaminasi
Linen
R. Cuci dan 9

102
Pengeringan linen
R. Setrika dan Liapt 16
linen
R. Dekontaminasi 6
troli
R. Penyimpanan 8
Troli
Gudang Bahan 6
Kimia
TOTAL 88

 EC Unit Mekanikal Elektrikal


Nama Ruang Kapasitas (orang) Luas Total (m2)
R. Kepala IPSRS 9
R. Admin dan R. 18
Kerja staff
R. Rapat 9
R. Studio Gambar 9
dan Arsip Teknis
Bengkel/Workshop 9
bangunan/kayu
Bengkel/Workshop 9
metal/logam
Bengkel/Workshop 16
peralatan medik
Bengkel/Workshop 16
penunjang medik
Ruang panel listrik 9
Gudang spare part 9
Gudang 9
KM/WC 2 pengunjung 12
4 petugas

103
TOTAL 134
Tabel 4.5.
Total luasan ruang yang diperlukan sebesar 6008m2 .
Asumsi kebutuhan sirkulasi total sebanyak 30%, maka total
kebutuhan luasan untuk bangunan sebesar 7810m2.

 Kebutuhan Lahan Parkir


Perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya adalah 1,5
s/d 2 kendaraan/tempat tidur (37,5m2 s/d 50m2 per tempat tidur)
atau menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi daerah
setempat. Tempat parkir harus dilengkapi dengan rambu parkir.
Jumlah Kamar : +200 kamar
Jumlah Kendaraan : 400
Asumsi perbandingan mobil : motor = 1:2
Kapasitas mobil = 1/3 (400) = 135
Kapasitas motor = 2/3(400) = 265
Jenis Kapasitas Dimensi (m) Total Luas
Kendaraan (m2)
Mobil 135 3x5 2025
Motor 265 1x2 530
Total kebutuhan ruang parkir 2555
Sirkulasi 100% 2555
Total luasan lahan parkir 5110

4.2. Pendekatan Aspek Kontekstual


Dikarenakan tapak berada diatas air, maka pendekatan yang diambil
adalah tentang bentuk dari air. Eksplorasi yang dilakukan melalui
pengamatan fenomena yang terjadi pada gerakan air.
Salah satu bentuk fenomena gerakan air terdapat saat air menghantam
bebatuan. Air yang menghantam bebatuan membuat aliran air bisa melewati
atas bebatuan dan menutupi hampir keseluruhan permukaan batu, aliran air

104
tersebut juga bisa menjadi terpecah, dalam bentuk percikan atau aliran air
yang baru.
Beberapa kasus hantaman air ke batu ada beberapa kondisi :
• Air aliran sungai dengan kecepatan sedang

Gambar 4.18. Air kecepatan sedang di sungai


sumber :
• Air aliran sungai dengan kecepatan tinggi

Gambar 4.19. Air kecepatan tinggi di sungai


sumber : (Zénitude au bord de la cascade du ruisseau d'Audiernes à
Peyrusse-le-Roc, 2017)
• Air terjun yang mengenai batu dibawahnya

105
Gambar 4.20. Air terjun
sumber : (gpc111, 2016)
• Air dari gelombang pantai yang relatif besar

Gambar 4.21. Air laut gelombang besar


sumber : (Frates, 2012)
• Air dari gelombang pantai yang relatif kecil

106
Gambar 4.22. Air laut gelombang kecil
sumber : (Mamunkhan, 2015)
4.3. Pendekatan Aspek Kinerja
4.3.1. Sistem Proteksi Kebakaran
Proteksi pasif :
 Penggunaan material seperti baja khusus tahan api sebagai
struktur yang masih kuat menahan terjadinya kebakaran
(Priyanto, 2010).
 Menggunakan teknologi firestop, beberapa metodenya :

107
Gambar 4.23. Firestop.
sumber : (Jahya, 2017)
Proteksi aktif :
 Pipa tegak dan selang Kebakaran
 Hidran Halaman
 Sistem Springkler Otomatis
 Pemadam Api Ringan
 Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran
 Sistem Pencahayaan Darurat
 Tanda Arah.
 Sistem Peringatan Bahaya

4.3.2. Sistem Komunikasi Rumah Sakit


Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit dimaksudkan sebagai
penyediaan sistem komunikasi baik untuk keperluan internal
bangunan maupun untuk hubungan ke luar, pada saat terjadi
kebakaran dan/atau kondisi darurat lainnya. Termasuk antara lain:

108
sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation, dan sistem
panggil perawat.
a. Sistem Tata Suara
Sistem tata suara yang digunakan berguna untuk menyampaikan
pengumuman dan instruksi apabila terjadi kebakaran atau keadaan
darurat lainnya.
b. Sistem Voice Evacuation
Sistem ini bertujuan sebagai penanda dengan respon otomatis saat
keadaan darurat.
c. Sistem Nurse Call
Bertujuan menjadi alat komunikasi antara perawat dan pasien
dalam bentuk visual dan audible (suara), dan memberikan sinyal
pada kejadian darurat pasien. Sistem komunikasi berada pada
dekat tempat tidur, kamar mandi, dan pintu masuk ruangan.

4.3.3. Sistem Penangkal Petir


Dalam penananganan bahaya petir ke arah bangunan, sistem
penangkal petir menggunakan jenis elektrostatis.

Gambar 4.24. Penangkal petir elektrostatis.


sumber : (PENANGKALPETIREVOFRANKLIN, 2015)
4.3.4. Sistem Kelistrikan
Instalasi listrik tegangan menengah tersebut antara lain :

109
a. Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit
b. Peralatan Transformator (kapasitas sesuai daya terpasang).
c. Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya.
d. Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (;grounding).
Harus tersedia peralatan UPS (;Uninterruptable Power Supply)
untuk melayani Kamar Operasi (;Central Operation Theater), Ruang
Perawatan Intensif (;Intensive Care Unit), Ruang Perawatan Intensif
Khusus Jantung (; Intensive Cardiac Care Unit). Persyaratan harus
tersedia Ruang UPS minimal 2 X 3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak di
Gedung COT,ICU, ICCU dan diberi pendingin ruangan (RI, 2007).

4.3.5. Sistem HVAC


Mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan,
mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela
dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan
ventilasi alami.
Di beberapa ruangan juga diatur tingkat kelembapan atas AC
yang digunakan (RI, 2007).

Tabel 4.6.
4.3.6. Sistem Pencahayaan

110
Pengaturan indeks pencahayaan pada tiap ruang sudah diatur
sesuai standard seperti berikut (RI, 2007).

Tabel 4.7.
4.3.7. Sistem Sanitasi
a. Air Bersih
Untuk kebutuhan air diperlukan 500 lt/tempat tidur/hari, dengan
kapasitas 100 pasien, maka total keperluan air bersih adalah
50.000 liter. Dengan total kebutuhan air bersih sebanyak itu,
diperlukan 10 tandon dengan kapasitas 11.000 liter, dengan
dimensi pada tiap tandonnya 2 m untuk diameter dan 4 m untuk
tingginya.

Penyediaan Fasilitas air panas dan uap terdiri atas Unit Boiler,
sistem perpipaan dan kelengkapannya untuk distribusi ke daerah
pelayanan. Pada Ruang Farmasi dan Hemodialisis : yaitu terdiri
dari air yang dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi
dan pengenceran dalam hemodialisis (RI, 2007).

b. Limbah

111
 Limbah Padat Medis
Tempat pewadahan limbah medis padat :
- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya (fiberglass).
- terpisah dengan limbah padat non-medis
- benda tajam ditempatkan pada tempat khusus (safety box)
- tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan
sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan limbah harus
segera dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik
yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah
tersebut tidak boleh digunakan lagi.
- Penggunaan kontainer tertutup dan kuat sebagai
pengangkutan limbah
- Tersedia tempat pembuangan B3 atau landfill
- Tersedia tempat pembakaran (insinerator) jenis pirolitik dan
rotary klin
- Limbah khusus perlu dilakukan kapsulisasi agar tidak
mencemari lingkungan
- Limbah radioaktif ditaruh dikontainer untuk diserahkan ke
BATAN untuk pengolahan lebih lanjut

 Limbah Padat Non-Medis


- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya (fiberglass).
- Jumlah tempat penampungan sementara sesuai kebutuhan
per kamar
- Pengangkutan menggunakan troli tertutup
- Terpisah dengan limbah medis
- Tempat yang kedap air dan tertutup

112
- TPS berada di tempat yang mudah dijangkau petugas
kebersihan daerah setempat, untuk bisa ditransportasikan ke
pembuangan akhir

 Limbah Cair
- Pengolahan limbah cair rumah sakit dikhususkan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
- Berikut dimensi untuk bak pada IPAL

113
Gambar 4.25. Bak IPAL.
sumber : (Ratnawati, Alkholif, & Sugito, 2014)

114
 Limbah Gas
- Penggunaan insinerator sebagai pembakaran gas untuk
pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin, dan
mengurangi jelaga hasil pembakaran
- Perlu adanya ruang terbuka hiijau sebagai penyerap alami
gas buang rumah sakit
 Air Hujan
- Pengumpulan air hujan berupa talang yang bisa disalurkan
ke perairan pantai karena tidak mengandung kandungan
berbahaya bagi lingkungan hidup.
- Penampungan juga dilakukan sebagai pemasok rain water
harvesting, yang nantinya bisa digunakan sebagai cadangan
penggunaan air untuk keperluan non-medis.

4.3.8. Sistem Instalasi Gas Medik


Lokasi untuk sistem pasokan sentral dan penyimpanan gas-gas
medik harus memenuhi persyaratan berikut :
 Dibangun dengan akses ke luar dan masuk lokasi untuk
memindahkan silinder, peralatan, dan sebagainya.
 Dijaga keamanannya dengan pintu atau gerbang yang dapat
dikunci, atau diamankan dengan cara lain.
 Jika di luar ruangan/bangunan, harus dilindungi dengan dinding
atau pagar dari bahan yang tidak dapat terbakar.
 Jika di dalam ruangan/bangunan, harus dibangun dengan
menggunakan bahan interior yang tidak dapat terbakar/ sulit
terbakar, sehingga semua dinding, lantai, langit-langit dan pintu
sekurang-kurangnya mempunyai tingkat ketahanan api 1 jam.
 Dilengkapi lampu atau indikator pada bagian luar ruang
penyimpanan yang menunjukkan kondisi kapasitas gas medis
yang masih tersedia.

115
 Dilengkapi dengan rak, rantai, atau pengikat lainnya untuk
mengamankan masing-masing silinder, baik yang terhubung
maupun tidak terhubung, penuh atau kosong, agar tidak roboh.
 Dipasok dengan daya listrik yang memenuhi persyaratan sistem
kelistrikan esensial.
 Apabila disediakan rak, lemari, dan penyangga, harus dibuat dari
bahan tidak dapat terbakar atau bahan sulit terbakar.

4.3.9. Sistem Pengendalian Kebisingan dan Getaran


 Kenyamanan terhadap kebisingan
Letak tapak yang berada pada pesisir pantai, serta kondisi sekitar
yang masih minimnya bangunan, sistem yang digunakan dalam
membuat kenyamanan atas kebisingan hanya berfokus pada
pemisahan instalasi servis dengan instalasi lain yang berkaitan
dengan pelayanan medis. Pengaturan lain sesuai standard bisa
dilihat di tabel indeks kebisingan tiap ruangnya berikut ini :
Maksimum Kebisingan (Waktu
Ruang atau Unit
pemaparan 8 jam dan satuan dBA)

Ruang pasien
45
- saat tidak tidur
40
- saat tidur

R. Operasi umum 45

Anastesi, pemulihan 45

Endoscopy, lab 65

Sinar X 40

Koridor 40

Tangga 45

116
Kantor/Lobi 45

Ruang Alat/ Gudang 45

Farmasi 45

Dapur 78

Ruang Cuci 78

Ruang Isolasi 40

Ruang Poli Gigi 80

Tabel 4.8.
 Kenyamanan terhadap getaran
Getaran yang diterima oleh bangunan akan banyak berasal dari
ombak yang ada dari Laut Jawa. Sistem yang digunakan dalam
penanganan getaran ombak bisa menggunakan breakwater system
yang sudah diterapkan pada beberapa bangunan mengapung yang
ada saat ini (Wang, Watanabe, & Utsunomiya, 2008).

Gambar 4.26. Komponen struktur mengapung

Breakwater pada komponen diatas berfungsi sebagai pemecah


ombak yang bisa mengganggu kestabilan bangunan. Dikarenakan
ketinggian ombak di Laut Jawa tidak mencapai 2 m (Hida,
2019)gelombang tersebut hanya sebatas Gelombang Constructive
dimana efeknya masih tergolong positif bagi lingkungan yang
dihantamnya (Ibeng, 2019).

117
4.3.10. Sistem Transportasi Vertikal
Hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk
terselenggaranya fungsi bangunan rumah sakit berupa tersedianya
tangga, ram, lif, tangga berjalan/eskalator, dan/atau lantai
berjalan/travelator (RI, 2007).
a. Ramp
 Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh
melebihi 70, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk
awalan dan akhiran ramp (curb ramps/landing).
 Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 70) tidak
boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan
yang lebih rendah dapat lebih panjang.
 Lebar minimum dari ramp adalah 120 cm dengan tepi
pengaman.
 Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp
harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-
kurangnya untuk memutar kursi roda dan stretcher, dengan
ukuran minimum 160 cm.
 Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus
memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
 Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk
menghalangi roda dari kursi roda atau stretcher agar tidak
terperosok atau ke luar dari jalur ramp.
 Apabila berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum
atau persimpangan, harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
mengganggu jalan umum.
 Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup
sehingga membantu penggunaan ramp saat malam hari.
Pencahayaan disediakan pada bagian ramp yang memiliki
ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian
yang membahayakan.

118
 Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail)
yang dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai.

119
Gambar 4.27.Tipikal dan macam bentuk ram.

120
b. Tangga
 Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang
berukuran seragam Tinggi masing-masing
pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
 Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600
 Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan
dalam keadaan darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam
kasus terjadinya kebakaran atau ancaman bom .
 Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat
membahayakan pengguna tangga.
 Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail).
 Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan
ketinggian 65 cm ~ 80 cm dari lantai, bebas dari elemen
konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus
bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding
atau tiang.
 Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian
ujung-ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30
cm.
 Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus
dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenang
pada lantainya.

121
122
Gambar 4.28. Detail tangga.
sumber : (RI, 2007)
c. Lift
 Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan
lebar pintunya tidak kurang dari 1,20 m untuk
memungkinkan lewatnya tempat tidur dan stretcher
bersama-sama dengan pengantarnya.
 Lif penumpang dan lift service dipisah bila dimungkinkan.
 Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif sebagai sarana
hubungan vertikal dalam bangunan gedung harus mampu
melakukan pelayanan yang optimal untuk sirkulasi
vertikal pada bangunan, sesuai dengan fungsi dan jumlah
pengguna bangunan rumah sakit.
 Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lif harus
tersedia lif kebakaran yang dimulai dari lantai dasar
bangunan (ground floor).
 Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif
penumpang biasa atau lif barang yang dapat diatur
pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat
digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran.

4.4. Pendekatan Aspek Teknis


4.4.1. Penggunaan Material
a. Penutup Atap

123
b. Langit-Langit
c. Dinding dan Partisi
d. Lantai
4.4.2. Struktur
a. Struktur Atas
b. Struktur Bawah
Bangunan gedung yang akan dibangun menggunakan sistem
struktur apung, karena tapaknya yang berada diatas air. Ada
beberapa jenis dalam pengaplikasian struktur apung, contohnya
seperti berikut :

Gambar 4.29. Jenis struktur apung.


sumber : (Wang, Watanabe, & Utsunomiya, 2008)
c. Bukaan
 Pintu ke luar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120
cm atau dapat dilalui brankar pasien, dan pintu-pintu yang
tidak menjadi akses pasien tirah baring memiliki lebar bukaan
minimal 90 cm.
 Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari
adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai.
 Pintu Darurat
- Setiap bangunan RS yang bertingkat lebih dari 3 lantai
harus dilengkapi dengan pintu darurat.
- Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang
tangga penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar
membuka ke arah luar (halaman).

124
- Jarak antar pintu darurat dalam satu blok bangunan gedung
maksimal 25 m dari segala arah.
 Pintu khusus untuk kamar mandi di rawat inap dan pintu toilet
untuk aksesibel, harus terbuka ke luar (lihat gambar 3.9.1), dan
lebar daun pintu minimal 85 cm.
 Bangunan rumah sakit harus mempunyai bukaan permanen,
kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen
yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
 Jendela sebaiknya dilengkapi dengan kawat kasa untuk
mencegah nyamuk dan binatang terbang lainnya yang berada
dimana-mana di sekitar rumah sakit.

d. Toilet
 Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna.
 Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna ( 36 ~ 38 cm).
 Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
 Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
 Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga
bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat
 Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi
dengan tampilan rambu/simbol "penyandang cacat" pada
bagian luarnya.
 Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
 Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm)
 Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki

125
bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi roda.
 Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah
digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan keterbatasan
fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
 Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
 Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan
pengguna kursi roda.
 Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga
bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
 Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada
daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan
tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila
sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Gambar 4.29. Toilet untung penyandang difabel.


sumber : (RI, 2007)

126

Anda mungkin juga menyukai