Anda di halaman 1dari 3

Annisa Yulia Rizki

Sejarah Berdirinya Pemudi Persis

Pada situs pemudibernarasi.wordpress.com (2018), disebutkan bahwa Pemudi Persis


adalah organisasi kepemudaan (OKP) yang saat ini berusia 64 tahun—dihitung dari 2018,
sekarang kurang lebih sekitar 67 tahun. Sebagai organisasi besar, Pemudi Persis tetap
berusaha mengepakkan sayapnya dalam mengembangkan syari’at Islam melalui
pengembangan dakwah, pendidikan, dan sosial di setiap kalangan masyarakat melalui
jenjang kepemimpinan Pemudi Persis di seluruh wilayah Indonesia.
Sejarah menuturkan bahwa cikal bakal lahirnya dan terbentuknya Pemudi Persis
berawal dari kegiatan Ummahatul-Ghad (UG) santri putri Pesantren Persatuan Islam
(Persis) yang mengadakan kegiatan rutin berupa pengajian keliling di rumah-rumah
anggota (santri). Kegiatan yang dilakukan dalam sekumpulan pengajian ini, selain dari
membiasakan diri berlatih berbicara di depan umum, juga mengasah kemampuan para
remaja Islam untuk menyampaikan kembali ajaran Islam yang telah didapatnya di
pesantren.
Pemudi Persis berdiri resmi sebagai bagian otonom di bawah naungan dan binaan
Persis, sejak tanggal 28 Februari 1954. Awal mula berdirinya Pemudi Persis, dulu bernama
“Jama’ah Pemudi Persistri” kemudian berubah menjadi Jam’iyyatul Banaat, tidak
disingkat. Nama itu terdapat pada “Anggaran Dasar Djam’ijjatul Banaat” pasal 1 tertanggal
18 Desember 1956 yang ditandatangani oleh Ketua umum Jam’iyyatul Banaat pertama,
Aminah D. Sjihab, dan sekretaris-I, Permasih Hassan (Persis-ku, 2010).
Di awal masa kepemimpinan organisasi ini, saat itu fokus kegiatan Pemudi Persis
tidak lepas dari kegiatan keputrian yang ingin membentuk wanita-wanita Islam yang kaya
akan ilmu pengetahuan mengenai “keperempuanan” dan berkembang sampai ke hal-hal
yang terkait dengan rumah tangga.
Seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan pun mulai berkembang tidak hanya
mengurusi masalah yang terkait dengan rumah tangga dan perempuan, namun meningkat
ke hal-hal keilmuan terkait dengan Public Speaking, dan mengembangkan organisasi ini ke
depannya agar lebih mapan.
Namun, perkembangan Pemudi Persistri saat itu tidak berjalan dengan optimal, para
staf pimpinan berunding dan mengajukan permohonan kepada ketua untuk mengadakan
pertemuan dan mencari solusi untuk mengatasi dan memperbaiki aktifitas Pemudi. Pada
tanggal 18 Desember 1956, diadakan pertemuan pimpinan yang membahas masalah
kepemimpinan, nama dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Pemudi.
Pertemuan itu menghasilkan beberapa kesepakatan, di antaranya; Pertama, Susunan
Pimpinan yang mengalami perubahan. Kedua, nama Jama’ah Pemudi Persistri diganti
menjadi Jam’iyyatul Banaat. Ketiga, Mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) Jam’iyyatul Banaat.
Ketika pertama kali berdiri, Jam’iyyatul Banaat sudah menggunakan nama
“pemudi” untuk menyebut dirinya (bukan organisasi). Hal tersebut dapat dilihat pada pasal
4 tentang maksud dan tujuan Jam’iyyatul Banaat yang menyebutkan bahwa Jam’iyyatul
Banaat didirikan atas dua maksud:

1. Meninggikan derajat Pemudi dalam rumah tangga dan masyarakat sesuai


dengan ajaran agama Islam.
2. Mempersatukan Pemudi Islam dalam satu susunan Jama’ah.

Selain itu, dalam Pasal 5 tetang usaha, jam’iyyatul Bannat memiliki usaha untuk:
a. memperdalam pengatahuan agama Islam dan pengetahuan yang dianggap
perlu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam di kalangan anggota dan
wanita Islam.
b. Mengadakan da’wah dan memperluas syi’ar Islam juga mendidik anggota
untuk mengamalkan, serta memberi teladan kepada umum, terutama pemudi
yang tidak paham tentang apa dan bagaimana hidup orang Islam dalam
penghidupan sehari-hari.
c. Mengusahakan terbentuknya cabang-cabang di seluruh Indonesia.
d. Menjalankan usaha lain yang dibenarkan oleh Islam.

Pasal 5 “Anggaran Dasar Djam’ijjatul Banaat” itu dijabarkan dalam lima program
kerja yang meliputi organisasi, pendidikan, penerangan, social, dan keuangan (persis-ku
2010).
Jam’iyyatul Banaat, dalam mengemban misi jihadnya, menghadapi berbagai
kendala, antara lain karena kesibukan rumah tangga, mengurus anak, atau mengikuti
suaminya ke berbagai tempat, menyebabkan seperangkat program kerja tidak terlaksana
dengan baik. Periode 1957-1967 di masa kepemimpinan Ibu Aminah D. Sjihab dan Ibu
Asikin Yahya, aktivitas Jam’iyyatul Bannat lebih ditekankan pada pendidikan dan dakwah.
Di samping itu, menjalin kerjasama dengan Pemuda Persis, misalnya, ketika Pemuda Persis
menidirikan kepanduan (pramuka) Syubbanul Yaum 1 April 1954, Jam’iyyatul Bannat
yang baru berdiri 28 Februari 1954 membantu keperluan pandu Pemuda Persis dengan
membuat berbagai perlengkapan kepanduan seperti em-blim, atribut, dan berbagai
perlengkapan lainnya (persis-ku, 2010).
Beberapa kegiatan Jam’iyyatul Bannat periode 1967-1981 di masa kepemimpinan
Ibu Lathifah Dahlan antara lain; (1) menyelenggarakan pengajian rutin/bulanan setiap
jum’at ke-2 di Gedung Persistri Jalan Kalipah Apo Bandung; (2) menghadiri dan
memberikan ceramah triwulan di cabang-cabang; (3) ikut serta dalam pengajian-pengajian
yang diselenggarakan Persistri; (4) mengikuti kegiatan Tamhiedul Muballighat; (5)
memberikan pelajaran di madrasah-madrasah dan ibu-ibu di lingkungannya; (6) mengisi
siaran Mimbar Islam di radio-radio dan siaran “Bina Mentalita” di radio Dwikarya
Bandung; (7) menyebarluaskan majalah dan buku-buku terbitan Persis, dan serangkaian
aktivitas keagamaan lainnya (persis-ku, 2010).
Kemudian, pada Muktamar VI Jam’iyyatul Banaat yang bertepatan dengan
Muktamar Persis XI tanggal 2-4 September 1995 di Jakarta, Jam’iyyatul Banaat berubah
nama menjadi Pemudi Persis. Perubahan nama tersebut merupakan dinamika organisasi
yang terus berkembang, mengisyaratkan adanya kedewasaan berpikir, keragaman aktivitas
dan kemauan untuk menjalin hubungan dengan organisasi lain yang sejenis dalam
mengibarkan panji Al-Quran dan As-Sunnah di kalangan pemudi. Untuk itu seperangkat
program kerja telah disusun, wajah-wajah baru pun mewarnai awal aktivitas Pemudi Persis.
Dengan latar belakang pendidikan yang beragam, Pemudi Persis mampu melakukan
aktifitas sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman.
Berikut para Ketua Umum Pemudi Persistri, Jam’iyyatul Banaat dan Pemudi Persis

Kepemimpinan ke I (1957-1962) : Aminah Dahlan

Kepemimpinan ke II (1962-1967) : Nur Asikin Yahya

Kepemimpinan ke III (1967-1981) : Lathifah Dahlan

Kepemimpinan ke IV (1981-1990) : Nung Nuriyah Sudibja

Kepemimpinan ke V (1990-1995) : Ai Maryamah

Kepemimpinan ke VI (1995-2000) : Hafifah Rahmi Puspitaningsih

Kepemimpinan ke VII (2000-2005) : Husni Rofiqah

Kepemimpinan ke VIII (2005-2010) : Imas Karyamah

Kepemimpinan ke IX (2010-2014) : Hj. Lela Sa’adah

Anda mungkin juga menyukai