Selain itu, dalam Pasal 5 tetang usaha, jam’iyyatul Bannat memiliki usaha untuk:
a. memperdalam pengatahuan agama Islam dan pengetahuan yang dianggap
perlu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam di kalangan anggota dan
wanita Islam.
b. Mengadakan da’wah dan memperluas syi’ar Islam juga mendidik anggota
untuk mengamalkan, serta memberi teladan kepada umum, terutama pemudi
yang tidak paham tentang apa dan bagaimana hidup orang Islam dalam
penghidupan sehari-hari.
c. Mengusahakan terbentuknya cabang-cabang di seluruh Indonesia.
d. Menjalankan usaha lain yang dibenarkan oleh Islam.
Pasal 5 “Anggaran Dasar Djam’ijjatul Banaat” itu dijabarkan dalam lima program
kerja yang meliputi organisasi, pendidikan, penerangan, social, dan keuangan (persis-ku
2010).
Jam’iyyatul Banaat, dalam mengemban misi jihadnya, menghadapi berbagai
kendala, antara lain karena kesibukan rumah tangga, mengurus anak, atau mengikuti
suaminya ke berbagai tempat, menyebabkan seperangkat program kerja tidak terlaksana
dengan baik. Periode 1957-1967 di masa kepemimpinan Ibu Aminah D. Sjihab dan Ibu
Asikin Yahya, aktivitas Jam’iyyatul Bannat lebih ditekankan pada pendidikan dan dakwah.
Di samping itu, menjalin kerjasama dengan Pemuda Persis, misalnya, ketika Pemuda Persis
menidirikan kepanduan (pramuka) Syubbanul Yaum 1 April 1954, Jam’iyyatul Bannat
yang baru berdiri 28 Februari 1954 membantu keperluan pandu Pemuda Persis dengan
membuat berbagai perlengkapan kepanduan seperti em-blim, atribut, dan berbagai
perlengkapan lainnya (persis-ku, 2010).
Beberapa kegiatan Jam’iyyatul Bannat periode 1967-1981 di masa kepemimpinan
Ibu Lathifah Dahlan antara lain; (1) menyelenggarakan pengajian rutin/bulanan setiap
jum’at ke-2 di Gedung Persistri Jalan Kalipah Apo Bandung; (2) menghadiri dan
memberikan ceramah triwulan di cabang-cabang; (3) ikut serta dalam pengajian-pengajian
yang diselenggarakan Persistri; (4) mengikuti kegiatan Tamhiedul Muballighat; (5)
memberikan pelajaran di madrasah-madrasah dan ibu-ibu di lingkungannya; (6) mengisi
siaran Mimbar Islam di radio-radio dan siaran “Bina Mentalita” di radio Dwikarya
Bandung; (7) menyebarluaskan majalah dan buku-buku terbitan Persis, dan serangkaian
aktivitas keagamaan lainnya (persis-ku, 2010).
Kemudian, pada Muktamar VI Jam’iyyatul Banaat yang bertepatan dengan
Muktamar Persis XI tanggal 2-4 September 1995 di Jakarta, Jam’iyyatul Banaat berubah
nama menjadi Pemudi Persis. Perubahan nama tersebut merupakan dinamika organisasi
yang terus berkembang, mengisyaratkan adanya kedewasaan berpikir, keragaman aktivitas
dan kemauan untuk menjalin hubungan dengan organisasi lain yang sejenis dalam
mengibarkan panji Al-Quran dan As-Sunnah di kalangan pemudi. Untuk itu seperangkat
program kerja telah disusun, wajah-wajah baru pun mewarnai awal aktivitas Pemudi Persis.
Dengan latar belakang pendidikan yang beragam, Pemudi Persis mampu melakukan
aktifitas sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman.
Berikut para Ketua Umum Pemudi Persistri, Jam’iyyatul Banaat dan Pemudi Persis