Anda di halaman 1dari 16

1

KONFLIK MASYARAKAT NELAYAN DI DESA PALALAKKANG KECAMATAN


GALESONG KABUPATEN TAKALAR

SRIWAHYUNI

Pendidikan Sosiologi
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar
e-mail: sriwahyuni.sosiologi15@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang konflik pada masyrakat nelayan di Desa Palalakkang
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, mengapa
terjadi konflik pada masyarakat nelayan di desa palalakkang, kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar? bagaimana bentuk-bentuk konflik pada masyarakat nelayan di desa Palalakkang kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar ? dan upaya-upaya apa yang dilakukan oleh nelayan untuk
meminimalisir konflik? .Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif
kualitatif. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan cara wawancara,
wawancara ini merupakan pengumpulan data tanya jawab dengan sumber informasi masyarakat
nelayan di Desa Palalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Observasi, observasi ini
digunakan untuk melihat, mengamati, dan mencatat data yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Dokumentasi, dokumentasi ini merupakan cara pengumpulan data yang diawali dengan menghimpun,
memilih-milih, kemudian menerangkan dan menafsirkan dengan tujuan dapat memperkuat data. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab terjadinya konflik pada masyarakat nelayan di Desa
Palalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar adalah konflik sistem bagi hasil disebabkan
karena seorang punggawa menyalahi kesepakatan yang telah ditentukan dan penafsiran dan perbedaan
pendapat tentang sistem bagi hasil serta kesalah pahaman dan perlunya bendungan emosi dan saling
mengharagai. Bentuk-bentuk konflik pada masyarakat nelayan yaitu konflik antara punggawa dan
sawi dalam sistem bagi hasil, konflik dapat berwujud konflik laten, dan manifest. Adapun upaya-
upaya yang dilakukan masyarakat nelayan dalam meminimalisir konflik yakni dengan cara mengalah
dari salahsatu pihak, Berdasarkan informasi yang didapatkan bawa adanya kesadaran diri oleh seorang
sawi dan punggawa, disaat terjadinya perselisihan antara sawi dan punggawa sehingga diantaranya
memilih untuk mengalah demi kebaikan bersama. Adapula dengan cara kompromi, pendekatan ini
lebih menekankan pada kesediaan masing-masing pihak untuk menurunkan tuntutannya dan
mengambil jalan tengah dari kepentingan kedua belah pihak. Selanjutnya dengan cara bantuan pihak
ketiga,seseorang itu yang dianggap bijak dan bisa dipercaya.

Kata kunci: sawi dan punggawa.


2

ABSTRACT

The research examines the conflict of fishermen community in Palalakkang


Village of Galesong Sub-district in Takalar District . The Formulation of the problem of the
research are: Why conflict occors in fishermen commonity in Palalakkang Village of
Galesong Sub-district in Takalar district? How are forms of conflict in fishermen commonity
in Palalakkang Village Galesong Sub-district Takalar district?and what is the effort conducted
by fishermen to minimize the conflict. The search was descriptive field research. The research
employed interview method to collect data. Interview method was questionand answer with
the information sources of fishermen commonity in palalakkang village of Galesong Sub-
district Takalar District. Observasion was used to see, observe, and take-note the data aligned
with the objek of the research. Documentasion was the way to collect data wich started by
collecting, choosing, explaining, and interpreting the objektive to stregthmen the data. The
results of the research reveal thet the cause of conflict in fishermen in commonity in
palalakkang village of galesong Sub-district Takalar district is the conflict of profit sharing
system caused a by capital owner of vilated the agreemen wich had been set, and the
interpretasion and thisferent opinion on profit sharing system and misunderstanding and the
needs to control emotion and respect ear other. The forms of conflict in fishermen commonity
are conflict between capital owner and capital borrower in profit sharing sistem, the conflict
could be in form of latent and manifest conflict. The effort conduted by fishermen commonity
in minimizing teh conflict is by succumbing from the side. Based on the information of tained
, it is discovered that capital owner and capital borrower have self aeareness when the conflict
happened, so one of them choose to succumbfor good. Other effort is also by compromissing.
This aproach empasized the willingness of both parties. The other effort is by asking help
from the third party, nmely sameone who is considered wise and trustable.

Keyword: Capital owner and capital borrower


3

PENDAHULUAN adalah pertentangan kepentingan antar


kelas.
Konflik sudah menjadi bagian dari Konflik merupakan salahsatu esensi
kehidupan manusia. Ketika orang dari kehidupan dan perkembangan manusia
memperebutkan sebuah area, mereka tidak yang merupakan karakteristik yang
hanya memperebutkan sebidang tanah saja, beragam. Manusia memiliki perbedaan
namun juga sumber daya alam seperti air kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem
dan hutan yang terkandung di dalamnya. hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan,
Upreti (2006) menjelaskan bahwa pada aliran politik, serta budaya dan tujuan
umunya orang berkompetisi untuk hidupnya (Wirawan, 3013:1)
memperebutkan sumber daya alam karena Dalam pustaka Sosiologi, ada
empat alasan utama. Pertama, karena banyak definisi mengenai konflik sosial.
sumber daya alam merupakan Diantaranya, Lewis Alfred Coser (Juju dan
“interconnected space” yang Kun Maryati 2007: 54) Konflik sosial
memungkinkan perilaku seseorang mampu adalah perselisihan mengenai nilai-nilai
mempengaruhi perilaku orang lain. Sumber atau tuntutan tuntutan berkenaan dengan
daya alam juga memiliki aspek “social status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan
space” yang menghasilkan hubungan- yang persediaannya terbatas dengan
hubungan tertentu diantara para pelaku. menetralkan atau mencedarai dan
Selain itu sumber daya alam bisa menjadi melenyapkan pihak lawan. Gillin dan Gillin
langka atau hilang sama sekali terkait (Juju dan Kun Maryati 2007: 54) Konflik
dengan perubahan lingkungan, permintaan adalah sebuah proses interaksi sosial yang
pasar dan distribusi yang tidak merata. terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan
Yang terakhir, sumber daya alam pada fisik, emosi, kebudayaan dan perilaku.
derajat tertentu juga menjadi sebagai simbol Soerjono Soekanto (Juju dan Kun Maryati
bagi orang atau kelompok tertentu. Konflik 2007: 54) Konflik adalah suatu proses
merupakan kenyataan hidup, tidak sosial individu atau kelompok yang
terhindarkan dan sering bersifat kreatif. berusaha memenuhu tujuannya dengan
Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat jalan menanatng pihak lawan yang disertai
tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat dengan anacaman dan kekerasan. Duane
dan konflik biasanya bisa diselesaikan Ruth-Heffelbower (G.Pruit Dean 2011: 9)
tanpa kekerasaan, dan sering menghasilkan Konflik sosial adalah kondisi yang terjadi
situasi yang lebih baik bagi sebagian besar ketika dua pihak atau lebih menganggap
atau semua pihak yang terlibat (Fisher, ada perbedaan ‘posisi’ yang tidak selaras,
2001). tidak cukup sumber, dan/atau tindakan
Kata konflik berasal dari bahasa salah satu pihak menghalangi, mencampuri
latin configere yang artinya saling memukul atau dalam beberapa hal membuat tujuan
. Secara sosiologis, konflik diartikan pihak lain kurang berhasil.
sebagai suatu proses sosial antara dua Dalam setiap kelompok social selalu
orang atau lebih yang mana salah satu ada benih-benih pertentangan antara
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain individudan individu, kelompok dan
dengan cara menghancurkannya atau kelompok, individu atau kelompok dengan
membuatnya tidak berdaya. pemerintah. Pertentangan ini biasanya
Menurut Marx istilah Konflik di berbentuk non fisik. Tetapi dapat
dalam bahasa aslinya berarti suatu berkembang menjadi benturan fisik,
perkelahian, peperangan, atau perjuangan. kekerasaan dan tidak berbentuk kekerasaan.
Tetapi arti kata itu kemudian berkembang Konflik berasal dari kata kerja
dengan masuknya ketidaksepakatan, ide, Latin, yaitu configure yang berarti saling
dan lain-lain. Selain itu Marx berpendapat memukul. Secara sosiologis, konflik
bahwa sumber konflik dan radikalisme itu diartikan sebagai suatu proses sosial antara
4

dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) kebutuhan hidup sehari-hari. Pemanfaatan
dimana salah satu pihak berusaha laut yang dilakukan oleh masyarakat pesisir
menyingkirkan pihak lain dengan sudah menjadi kebiasaan dari masyarakat
menghancurkan atau membuatnya tidak secara turun-temurun dari nenek moyang.
berdaya. Sebagai masyarakat yang berada
Konflik sosial muncul (exist) ketika pada tataran pesisir, maka yang penting dan
dua orang atau kelompok atau lebih perlu diperhatikan adalah pemanfaatan laut
menunjukkan bahwa mereka memiliki yang memiliki berbagai macam ekosistem
kepercayaan yang berbeda. Konflik adalah yang terdapat didalamnya. Masyarakat
suatu proses yang dimulai tatkala suatu nelayan adalah sekelompok masyarakat
pihak merasa ada pihak lain yang yang memanfaatkan lautan sebagai
memberikan pengaruh negatif kepadanya pendapatan ekonomi . Pendapatan tersebut
atau tatkala suatu pihak merasa dimaksudkan sebagai penunjang utama bagi
kepentingannya itu memberikan pengaruh kehidupan masyarakat nelayan dalam
negatif kepada pihak lain. Konflik juga memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
diartikan sebagai benturan yang terjadi Pemanfaatan laut yang dilakukan oleh
antara dua pihak atau lebih, yang masyarakat pesisir sudah menjadi kebiasaan
disebabkan adanya perbedaan nilai, status, dari masyarakat secara turun-temurun dari
kekuasaan, dan kelangkaan sumber daya. nenek moyang.
Konflik merupakan fenomena yang Galesong adalah salah satu daerah
terjadi sejak dulu yang terjadi pada setiap yang budayanya juga berorentasi laut.
masyarakat manapun, termasuk dalam hal Dengan jumlah kepala keluarga (KK)
ini adalah masyarakat nelayan, kualitas khusus di Desa Palalakkang 1542 KK, Dari
sumberdaya manusia yang rendah jumlah KK terbagi atas enam dusun yaitu
merupakan ciri umum nelayan-nelayan, dusun Palalakkang, Massamaturu,
utamanya nelayan tradisonal di berbagai Minasanta,Kampung beru, Macciniayo dan
wilayah perairan indonesia termasuk dalam Lambutoa. Jika dilihat dari jumlah
hal ini adalah nelayan yang berada di desa penduduk dari setiap dusun, maka jumlah
palalakkang kecamatan galesong kabupaten jiwa baik perempuan maupun laki-laki
Takalar. Menurut kusnadi (2003) bahwa ; adalah 6197 jiwa (Sumberdata:Masyarakat
secara umum salah satu penyebab desa Palalakang,hasil sensus sosial Tahun
munculnya konflik masyarakat nelayan 3013) . Di desa ini pekerjaan pokok yang
berawal dari keleluasaan mengekploitasi paling dominan adalah nelayan sebanyak
sumberdaya perikanan merupakan 508 orang (Sumberdata: Hasil sensus sosial
konsekuensi kepemilikan yang bersifat Tahun 2013)
open acses, dengan demikian maka tidak Topografi pesisir pantai yang cukup
jarang menimbulkan suatu konflik dan panjang ini. Dari topografi galesong ini
terlebih lagi terjadi suatu ketimpangan pula lah berkembang budaya dan
dalam akses antara kelompok nelayan kecil penghidupan masyarakat yang dekat dengan
dan kelompok nelayan besar. Sebagai laut, karena itu potensi laut dan pesisir
masyarakat yang berada pada tataran adalah hal yang dominan di kecamatan ini.
pesisir, maka yang penting dan perlu Sebagian masyarakatnya hidup di wilayah
diperhatikan adalah pemanfaatan laut yang pesisir dan menggantungkan hidup dari
memiliki berbagai macam ekosistem yang laut, walaupun tidak semua masyarakat
terdapat didalamnya. Masyarakat nelayan berdomisili di wilayah pantai. Masyarakat
adalah sekelompok masyarakat yang sehari-hari dekat dengan kehidupan laut dan
memanfaatkan lautan sebagai pendapatan pesisir adalah hal yang wajar.
ekonomi. Pendapatan tersebut dimaksudkan Dalam masyarakat nelayan sering
sebagai penunjang utama bagi kehidupan terjadi persaingan yakni persaingan dalam
masyarakat nelayan dalam memenuhi penangkapan ikan di tengah laut seperti
5

halnya di wilayah pemasangan perangkap tetapi pada punggawa terdapat pengecualian


ikan. Tantangan bagi nelayan puka’ pun karena mengambil dua bagaian dari
(perangkap ikan) semakin banyak dan berat, pembagian dengan suatu alasan tertentu
karena laut adalah milik umum maka semua dan bagi hasil yang memicu konflik yaitu
kelompok pun merasa berhak pembagian atas hasil tangkapan dari
memanfaatkan laut sesuai kepentingan pemilik pukat tidak sesuai dengan
masing-masing, sehingga bisa sering terjadi keinginan bagi kelompok nelayan karena
bentrok dengan kepentingan nelayan puka’ merasa ketidaksesuaian pembagian pada
(perangkap ikan) , namun tradisi kebebasan umumnya.
menanam puka’ (perangkap ikan) harus Berdasarkan pemaparan di atas
dengan sesuai tradisi menghormati hak maka penulis ingin mengetahui lebih
ulayat laut setempat yakni tidak boleh mendalam lagi melalui suatu penelitian
membahayakan jalur pelayaran. mengenai konflik kelas yang terjadi pada
masyarakat nelayan di desa palalakkang
Galesong adalah salah satu daerah kecamatan Galesong dengan menyankat
yang budayanya juga berorentasi laut. judul sebagai berikut “ Konflik Masyarakat
Dengan jumlah kepala keluarga (KK) Nelayan di desa Palalakkang Kecamatan
khusus di Desa Palalakkang 1542 KK, Dari Galesong Kabupaten Takalar”
jumlah KK terbagi atas enam dusun yaitu Berdasarkan pembahasan masalah
dusun Palalakkang, Massamaturu, di atas dapat dirumuskan permasalahan
Minasanta, Kampung beru, Macciniayo dan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Lambutoa. Jika dilihat dari jumlah 1. Mengapa terjadi konflik pada
penduduk dari setiap dusun, maka jumlah masyarakat nelayan di desa
jiwa baik perempuan maupun laki-laki palalakkang, kecamatan Galesong
adalah 6197 jiwa (Sumberdata: Masyarakat Kabupaten Takalar?
desa Palalakang,hasil sensus sosial Tahun 2. Bagaimana bentuk-bentuk konflik pada
3013) . Di desa ini pekerjaan pokok yang masyarakat nelayan di desa
paling dominan adalah nelayan sebanyak Palalakkang kecamatan Galesong
508 orang (Sumberdata: Hasil sensus sosial Kabupaten Takalar ?
Tahun 2013) Adanya istilah punggawa 3. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh
(bos pemilik kapal) dan sawi (anak buah)’ nelayan untuk meminimalisir konflik?
tidak luput dari perhatian dikarenakan biasa Adapun tujuan dalam penelitian ini
terjadi perselisihan di dalamnya mengenai adalahsebagai berikut:
pembagian hasil pendapatan sehingga 1. Mengetahui latar belakang terjadinya
sangat jelas terlihat perbedaan sosial konflik pada masyarakat nelayan di
ekonomi antara punggawa dan sawi’. desa Palalakkang Kecamatan Galesong
Dalam perikanan laut pada umumnya, baik Kabupaten Takalar.
yang modern maupun tradisional, 2. Mengetahui bentuk-bentuk konflik
diterapkan sistem aturan bagi hasil, secara pada masyarakat nelayan di desa
umum aturan bagi hasil menetapkan bahwa Palalakkang Kecamatan Galesong
setiap anggotanya memperoleh satu bagian Kabupaten Takalar.
pendapatan dari jumlah keseluruhan 3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa
pendapatan per aktifitas yang dilakukan. yang dilakukan oleh nelayan untuk
Pembagian hasil dilakukan setiap kali meminimalisir konflik.
setelah pemasaran ikan dilakukan diluar Dari penelitian ini , maka
biaya operasional, seperti bahan bakar. diharapkan dapat memberikan manfaat
Namun dalam pembagian hasil terutama:
pada nelayan di desa palalakkang terkadang 1. Diharapkan penelitian ini dapat
memicu terjadinya konflik akibat dalam menjadi sumber informasi dalam
setiap anggota mengambil satu bagian menambah khasanah keilmuan dalam
6

pengembangan ilmu pangetahuan dedukatif, dimana untuk menjawab


khususnya pada jurusan sosiologi dan rumusan masalah digunakan konsep atau
sebagai bahan acuan bagi peneliti teori. Untuk mengumpulkan data digunakan
selajutnya. instrument penelitian. Data yang telah
2. Diharapkan bisa menjadi bahan terkumpul selanjutnya dianalisis secara
acuan dan sekaligus mampu kualitatif dengan menggunakan statistik
memberikan stimulus untuk peneliti deskriptif atau inferensial sehingga dapat
lain yang tertarik untuk meneliti topik disimpulkan hipotesis yang dirumuskan
yang terkait sehingga studi sosiologi terbukti atau tidak.
selalu mampu menyesuaikan diri Penelitian ini dilakukan di desa Palalakkang
dengan perkembangan ilmu kecamatan Galesong Kabupaten Takalar,
pengetahuan. sedangkan penentuan lokasi penelitian
3.Diharapkan hasil penelitian ini bisa dilakukan karena merupakan daerah
menjadi kontribusi pemikiran bagi para maritim, khususnya di desa Palalakkang
masyarakat nelayan demi demi sendiri yang mayoritas penduduknya
tercapainya solidaritas kelompok sosial merupakan masyarakat yang mata
dan kerja sama. pencahariannya nelayan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Kerangka Pikir Dalam penelitian ini yang menjadi
1. Hubungan Antara Masyrakat nelayan sasaran adalah rumah tangga pada
dalam pembagian hasil tangkapan di masyarakat nelayan yang berdomisili di
Desa Palalakkang Galesong Kabupaten desa Palalakkang kecamatan Galesong
Tkalar. Kabupaten Takalar, dan untuk mengetahui
2. Dalam pembagian Hasil penangkapan permasalahan dalam penelitian ini yang
terjadi perselisihan. Dalam bertindak sebagai informan adalah sejumlah
Perrselesihan itu ada terjadi dua jenis masyarakat nelayan yang ada di desa
konflik yaitu konflik laten dan konflik Palalakkang Kecamatan Galesong
manifest. Kabupaten Takalar, dengan jumlah
Informan 11 orang nelayan, yakni 6 nelayan
METODE PENELITIAN sawi dan 5 orang punggawa.
Jenis Penelitian Sasaran Penelitian dan Informan
Metode peneliatian pada dasarnya Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan adalah rumah tangga pada masyarakat
data dengan tujuan dan kegunaan. nelayan yang berdomisili di desa
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat Palalakkang kecamatan Galesong
kata kunci yang perlu di perhatikan yaitu, Kabupaten Takalar, dan untuk mengetahui
cara ilmiah, data tujuan dan kegunaan permasalahan dalam penelitian ini yang
(Sugiyono, 2012:3). Seedangkan penelitian bertindak sebagai informan adalah sejumlah
adalah suatu kegiatan untuk menggali dan masyarakat nelayan yang ada di desa
mengetahui suatu fenomena yang ada pada Palalakkang Kecamatan Galesong
masyarakat, baik yang terjadi pada saat ini Kabupaten Takalar, dengan jumlah
maupun pada masa yang akan datang. Informan 11 orang nelayan, yakni 6 nelayan
Metode penelitian kualitatif berlandaskan sawi dan 5 orang punggawa.
pada filsafat postpositivisme. Filsafat
positivisme memandang realitas, gejala dan Fokus Penelitian
atau fenomena itu dapat diklasifikasikan, Fokus penelitian merupkan
relative tetap, konkrit, teramati, terukur, dan permasalahan yang akan di bahas dalam
hubungan gejala bersifat sebab akibat. penelitian. Adapun fokus penelitian ini
Penelitian ini pada umumnya dilakukan meliputi yang pertama mengapa terjadi
pada populasi atau sampel tertentu yang konflik pada masyarakat nelayan di desa
representatif. Proses penelitian bersifat
7

Palalakkang Kecamatan Galesong c. Membangun suasana kekeluargaan


Kabupaten Takar, bagaimana bentuk- dengan terlebih dahulu bercerita tentang
bentuk konflik pada masyarakat nelayan di karakteristik lokasi penelitian.
desa Palalakkang kecamatan selatan d. Mengajukan butir pertanyaan-pertanyaan
Kabupaten Takalar , serta upaya-upaya sesuai fokus-fokus masalah.
masyarakat nelayan dalam meminimalisir e. Mencatat secara singkat informasi dari
konflik yang terjadi di desa Palalakkang. informan.
Instrumen Penelitian f. Hasil wawancara di deskripsikan,
Instrumen penelitian adalah peneliti dituangkan/dalam bentuk catatan.
sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai g. Memilih hasil wawancara sesuai dengan
instrumen juga harus divalidasi sejauh fokus-fokus masalah.
mana peneliti siap melakukan penelitian 3.Dokumentasi, bertujuan untuk
yang selanjutnya terjun ke lapangan. Bekal memperoleh data sekunder, berupa hasil
teori dan wawasan yang luas harus ada pada observasi, catatan lapangan, dan sumber
instrumen penelitian sebagai human bacaan yang terkait dengan permasalahan
instrument demi menunjang penguasaan yang di kaji dalam penelitian ini. Langkah
wawancara terhadap bidang yang diteliti, pelaksanaannya dapat di deskripsikan
kesiapan peneliti untuk memasuki objek sebagai berikut:
penelitian, peneliti adalah human a. Mengumpulkan sejumlah buku sebagai
instrument, berfungsi sebagai penetap fokus sumber referensi yang terkait dengan kajian
penelitian, memilih informan sebagai penelitian.
sumber data, melakukan pengumpulan data, b. Mengumpulkan sejumlah artikel atau
analisis data, menafsirkan data dan laporan hasil penelitian relevan dari
membuat kesimpulan atas semuanya. berbagai sumber internet. Situs dan blog.
Teknik Pengumpulan Data c. Menyalin/menggandakan data/dokumen
Untuk memudahkan pengumpulan data, administratif kelurahan lette dari pegawai
peneliti menggunakan teknik pengumpulan kantor kelurahan setempat.
data sebagai berikut : Teknik Analisis Data
1. Observasi, Pengamatan langsung Teknik analisis data yang digunakan
terhadap mereka yang terkait dengan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
penelitian ini. Disamping itu, melalui 1. Reduksi data (Data Reduction)
pengamatan ini di harapkan bahwa realitas Dengan mereduksi data peneliti
dan konteks penelitian akan dapt dipahami mencoba menggabungkan,
secara mendalam. menggolongkan, mengklasifikasikan,
2.Wawancara mendalam, (indepth memilah-milih atau mengelompokkan
Interview) Wawancara di lakukan kepada data dari temuan di lapangan, seperti
informan yang ditemui di lokasi penelitian. peneliti memfokuskan pada masalah
Wawancara yang di lakukan adalah konflik sosial komunitas nelayan. Maka
wawancara berstruktur. Adapun langkah reduksi data dilakukan dengan
yang di tempuh untuk melakukan merangkum hal-hal apa saja yang
wawancara adalah : berhubungan dengan data tentang apa
a. Melakukan pendekatan persuasif kepada yang menyebabkan terjadinya konflik
para nelayan yang ditemui sedang berada di masyarakat nelayan di desa
pinggir pantai, atau mereka yang telah Pa’Lalakkang Kecamatan Galesong
direkomendasikan sebelumnya saat Selatan Kabupaten Takalar.
melakukan observasi lapangan. 2. Penyajian data (data display)
b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan Setelah data direduksi, maka langkah
penelitian yang dilakukan kepada para selanjutnya adalah menyajikan data.
informan secara berpisah. Melalui penyajian data tersebut maka
data akan tersusun dalam pola hubungan
8

yang disajikan dalam bentuk bagan, HASIL PENELITIAN DAN


uraian singkat, laporan tulisan yang PEMBAHASAN
dijelaskan. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
3. Verification (conclusion drawing) Kabupaten Takalar adalah sebuah
Selanjutnya langkah ketiga dalam kabupaten di provinsi Suawesi Selatan,
analisis data kualitatif adalah penarikan Indonesia. Ibukotanya terletak di
kesimpulan (verification) yaitu menarik Pattallassang. Kabupaten Takalar terdiri
kesimpulan berdasarkan hasil temuan dari sembian kecamatan, yaitu
yang telah disajikan dalam uraian Pattallassang, Polongbangkeng Selatan,
singkat tersebut. Kesimpulan awal yang Polongbangkeng Utara, Galesong,
dikemukakan masih bersifat sementara, Galesong Selatan, Galesong Utara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan Sandrobone, Mappakasunggu dan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung Manggarabombang, kesembilan
pada tahap pengumpulan data kecamatan ini membawahi sejumlah 82
berikutnya. Dikaitkan dengan penelitian Desa/Kelurahan. Kabupaten ini memiliki
ini tentu saja proses verifikasi atau luas wilayah 566,51 km² dan
kesimpulan awal dapat dilakukan . berpenduduk sebanyak ± 252.275 jiwa.
Teknik Pengabsahan Data Karena alasan topografi pesisir pantai
maka uji keabsahan data dalam yang cukup panjang ini, maka ketika
penelitian dilakukan sebagai berikut : anda melintasi wilayah Kecamatan
1. Validasi internal (Creadibility), yaitu Galesong maka pemandangan pesisir
ukuran kebenaran data yang di pantai adalah view yang akan sering
kumpulkan, yang menggambarkan anda temui. Dari topografi Kecamatan
kecocokan konsep peneliti dengan Galesong ini pula lah berkembang
hasil penelitian. budaya dan penghidupan masyarakat
a. Perpanjang pengamatan yang dekat dengan laut, karena itu
(prologed engagement). potensi laut dan pesisir adalah hal yang
b. Meningkatkan ketekunan dominan di Kecamatan ini. Sebagian
(persistent observation), masyarakatnya hidup di wilayah pesisir
yaitu melakukan dan menggantungkan hidup dari laut,
pengamatan secara walaupun tidak semua masyarakat
berulang pada objek lokasi berdomisili di wilayah pantai.
penelitian. Masyarakat Galesong sehari-hari dekat
c. Triangulasi (peer debriefing) dengan kehidupan laut dan pesisir adalah
sumber dan metode, yaitu hal yang wajar. Perahu nelayan, ikan
menganalisis dan segar, tempat pelelangan ikan, aroma
mencocokkan hasil laut, semuanya adalah hal yang lumrah
interpretasi data penelitian bagi masyarakat ini, dan tempat-tempat
dengan data hasil observasi masyarakat ini berkumpul adalah
dan wawancara, catatan umumnya dekat dengan laut dan pantai.
lapangan. Sebagai masyarakat yang berada pada
2. Validasi eksternal tataran pesisir, maka yang penting dan
(keteralihan/transferability), perlu diperhatikan adalah pemanfaatan
pembuktian hasil penelitian laut yang memiliki berbagai macam
apakah bisa digeneralisasikan ekosistem yang terdapat didalamnya. 37
pada setting sosial yang Masyarakat nelayan adalah sekelompok
berbeda tetapi mempunyai masyarakat yang memanfaatkan lautan
karakteristik yang sama. sebagai pendapatan ekonomi biru.
Pendapatan tersebut dimaksudkan
sebagai penunjang utama bagi kehidupan
9

masyarakat nelayan dalam memenuhi dan sawi terjadi karena perbedaan pendapat
kebutuhan hidup sehari-hari. yang diakibatkan perbedaan pedapat bagi
Pemanfaatan laut yang dilakukan oleh hasil dimana ketentuan yang telah
masyarakat pesisir sudah menjadi ditentukan antara puggawa dan sawi
kebiasaan dari masyarakat secara turun- sebelum berangkat melakukan tangkap ikan
temurun dari nenek moyang yakni masing-masing satu bagian yang
Adapun yang menjadi lokasi mana kemudian setelah penangkapan ikan
penelitiannya berada di Kabupaten dan pada saat pembagian hasil kesepakatan
Takalar, dengan jumlah penduduk ± tersebut dirubah oleh punggawa dengan
252.275 jiwa, dan dalam penulisan ini alasan tertentu, sehingga sawi merasa tidak
titik pusat yang menjadi lokasi penelitian dihargai karena punggawa telah
berada di wilayah Desa Palalakang mengingkari kesepekatan. Dari berbagai
Kecamatan Galesong. penuturan yang disampaikan oleh beberapa
B. Deskripsi Hasil Penelitian responden diatas telah mengambarkan
1. Deskriptif Karakteristik bahwa, ternyata adanya perselisihan atau
Informan pertentangan (konflik), dalam sistem bagi
Informan yang di wawancarai hasil disebabkan karena perbedaan
dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, pendapat antara nelayan seorang sawi dan
yaitu 6 orang nelayan sawi dan 5 orang punggawa, serta perlakuan punggawa yang
punggawa, seluruh informan adalah sepertinya menggambarkan bagaimana
berjenis kelamin laki-laki dengan rata-rata selalu ingin memegang peranan yang
usia 25-52 tahun. Informan ini telah sewenang- wenang akibat ketidakjelasan
disesuaikan dengan kebutuhan yang antara penyampaian mengenai tentang
diperlukan dalam penelitian. asumsi dalam membagi hasil seperti dalam
2. Penyebab Terjadinya Konflik penafsiran kalimat “ masing-masing
Masyarakat Nelayan mendapatkan satu bagian”, sehingga
Adapun yang menjadi penyebab memicu protes terhadap punggawa,
terjadinya konflik masyarakat nelayan di Aksi protes yang dilakukan oleh nelayan
desa Palalakkang Kecamatan Galesong sawi terhadap punggawa sering terjadi dan
Kabupaten Takalar yakni Konflik Sistem terkadang sudah menghasilakan
Bagi Hasil. penyelesaian sehingga hal tersebut menjadi
Seperti yang telah dijelaskan bahwa mata rantai konflik yang tidak berujung.
adapaun dalam bagi hasil bahwa sistem Meski nelayan sawi yang sering dirugikan
bagi hasil yang diterapkan dalam nelayan oleh punggawa namun mereka tetap bekerja
yakni membagi setiap hasil yang sebagaimana mestinya disebabkan oleh
didapatkan setiap selesai melakukan tuntutan kebutuhan pribadi, maupun
penangkapan ikan, dimana sistem bagi hasil keluarga.
yang dipergunakan yakni dimulai dari alat- 3. Bentuk-Bentuk Konflik Masyarakat
alat seperti mesin, kapal / perahu, anak Nelayan
buah kapal dan bos atau sering disebut Konflik dalam masyarakat nelayan,
dengan punggawa (bos kapal) , masing- khususnya Masyarakat nelayan di desa
masing mendapatkan satu bagian dari tiap Palalakkang yang sering terjadi adalah
pembagian hasil, hal tersebut dimaksudkan konflik kelas hal ini dapat ditemukan dalam
untuk menjalankan prinsip dari sistem bagi bentuk konflik antara kelas punggawa dan
hasil yang adil demi keuntungan bersama, kelas sawi dimana terkadang para buruh
namun hal tersebut tidak selalu sesuai sawi merasakan ketidak adilan dalam
dengan ketatapan tersebut, sehingga pembagian hasil karena punggawa
memicu konflik dalam sistem bagi hasil. mengambil dua bagian dari hasil pembagian
Penyebab konflik yang terjadi pada sistem hasil tersebut dengan alasan tertentu yang
bagi hasil yakni konflik antara punggawa tidak sesuai keinginana para sawi, dan
10

konflik yang terjadi yakni menganai konflik yang dilakukan setelah melakukan
orientasi atau sering disamakan dengan penangkapan ikan.
konflik horizontal karena terjadi bukan Bagi hasil merupakan usaha yang
berdasarkan kelas melainkan terjadi pada mulia apabila dalam pelaksanaannya selalu
kelas yang sama. megutamakan prisip keadilan, kejujuran,
Bentuk dari konflik yang tergambar dan tidak saling merugikan satu sama lain.
secara umum dalam Masyarakat nelayan Dimana pembagian hasil secara umumnya
pada wilayah desa Palalakkang di adalah masing-masing mendapatkan satu
golongkan pada konflik tertutup (latent) dan bagian dari tiap pendapatan dalam tiap
terbuka (manifest) Konflik laten terjadi setiap aktifitas, seperti pula yang dilakukan
pada satu kondisi yang memiliki potensi para nelayan di desa Palalakkang sendiri
untuk menghasilkan konflik, tetapi belum bahwa tiap pembagian hasil itu seperti hasil
disadari oleh pihak‐pihak yang terlibat. dari pendapatan menangkap ikan tersebut
Konflik laten dapat muncul ketika suatu sebelum melakukan bagi hasil dari
kelompok memutuskan untuk mengejar pendapatan itu dikeluarkan terlebih dahulu
suatu tujuan tertentu, tanpa menyadari modal perongkosan, dari hasil potongan
tujuan ini bertentangan dengan tujuan modal perongkosan tersebut baru dibagikan
kelompok yang lainnya. Konflik laten dapat pada tiap-tiap sawi (anak buah) dan
juga terjadi saat kebutuhan masyarakat punggawa (bos) serta alat-alat produksi,
diabaikan, tetapi mereka belum menyadari seperti mesin, perahu, dan perangkap ikan.
atau belum meminta perhatian tentang Di desa Palalakkang sendiri sistem
masalah kebutuhan ini. Dari proses konflik bagi hasil yang diterapakan bagi para
laten (latent conflict) melalui nelayan yaitu sistem bagi hasil terkadang
perkembangannya, konflik tersebut masuk dilakukan pembagian hasil tangkapan
pada tahap proses konflik manifest berupa ikan, adapula dengan pembagian
(manifest Conflict), yaiutu konflik yang setelah selesainya pemasaran hasil
dimanifestasikan, Konflik manifest tangkapan, adapula melakukan bagi
dikatakan sebagai konflik yang tampak hasilnya bukan melalui pembagian ikan
karena konflik ini merupkan perkembangan secara langsung melainkan pembagian hasil
dari konflik laten yang menjadi gejala. Pada setelah selesainya pemasaran dari hasil
tahap ini perilaku tertentu sebagai indikator tangkapan tersebut.
konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti Sistem bagi hasil bagi nelayan desa
adanya sabotaseagresi terbuka, konfrontasi, Palalakkang sendiri yakni pembagian hasil
rendahnya kinerja, dan sebagainya. Masalah dilakukan setelah selesainya per aktifitas
sosial manifest merupakan produk dari kebanyakan menentukan bahwa masing-
ketimpangan-ketimpangnan sosial yang masing mendapatkan satu bagian yakni
terjadi di masyarakat atau kelompok. dimulai dari alat produksi, satu bagian
Ketimpangan terjadi akibat dari ketidak untuk kapal, satu bagian untuk mesin, dan
sesuaian antara nilai dan norma yang ada, satu bagian punggawa serta masing-masing
sehingga anggota masyarakat atau sawi medapatkan satu bagian ,sehingga
kelompok melakukan penyimpangan sangat tergambar keadilan untuk
perilaku (deviant behavior). Masyarakat kepentingan bersama didalamnya.
atau kelompok tertentu umumnya tidak Namun dalam pembagian hasil tidak
menyukai perilaku tersebut dan berusaha selamanya sesuai prinsip keadilan seperti
untuk mengatasinya, dalam hal ini manifest tersebut diatas, seperti yang terjadi sistem
conflict (konflik manifes) dapat tergambar bagi hasil antara puggawa dan sawi dimana
dari konflik sistem bagi hasil karena ketidak terkadang ada sawi mengamuk geram
seuaian antara kesepakatan-kesepakatan karena adanya punggawa yang mengingkari
yang telah ditentukan dengan pembagian kesepakatan yang telah ditetapkan sebelum
melakukan penangkapan.
11

4. Upaya-Upaya yang di lakukan nelayan dengan punggawa (bos kapal) , masing-


dalam meminimalisir konflik masing mendapatkan satu bagian dari tiap
Adapun upaya-upaya yang dilakukan pembagian hasil, hal tersebut dimaksudkan
masyarakat nelayan dalam meminimalisir untuk menjalankan prinsip dari sistem bagi
konflik yang terjadi di desa Palalakkang, hasil yang adil demi keuntungan bersama,
Kecamatan Galesong, kabupaten Takar namun hal tersebut tidak selalu sesuai
yakni dengan cara mengalah dari salahsatu dengan ketatapan tersebut, sehingga
pihak, Adapula cara meminimalisir konflik memicu konflik dalam sistem bagi hasil.
yang dilakukan nelayan yakni dengan Sehingga penyebab konflik yang
pendekatan kompromi. Pendekatan ini lebih terjadi pada sistem bagi hasil yakni konflik
menekankan pada kesediaan masing- antara punggawa dan sawi terjadi karena
masing pihak untuk menurunkan perbedaan pendapat yang diakibatkan
tuntutannya dan mengambil jalan tengah perbedaan pedapat bagi hasil dimana
dari kepentingan kedua belah pihak, dan ketentuan yang telah ditentukan antara
menghadirkan orang ketiga sebagai puggawa dan sawi sebelum berangkat
penengah. melakukan tangkap ikan yakni masing-
Informasi ditas menegaskan bahwa, pernah masing satu bagian yang mana kemudian
terjadi konflik antar sawi dan nelayan di setelah penangkapan ikan dan pada saat
desa tersebut, diawali dari adu mulut hingga pembagian hasil kesepakatan tersebut
nyaris saling memukul karena emosi yang dirubah oleh punggawa dengan alasan
tidak dapat dibendung, sehingga tertentu, sehingga sawi merasa tidak
masyarakat setempat memilih untuk dihargai karena punggawa telah
menghadirkan orang ketiga yakni orang mengingkari kesepekatan.
yang dapat dipercaya dan dapat sebagai Beberapa informan telah
penengah yang bijak dalam konflik mengambarkan bahwa, ternyata adanya
tersebut, dan orang ketiga tersebut perselisihan atau pertentangan (konflik),
merupakan pemerintah setempat seperti dalam sistem bagi hasil disebabkan karena
kepala desa, yang dapat memberikan arahan perbedaan pendapat antara nelayan seorang
dan masukan untuk mendinginkan suasana. sawi dan punggawa, serta perlakuan
Pembahasan punggawa yang sepertinya menggambarkan
Konflik yang sering muncul dan bagaimana selalu ingin memegang peranan
menjadi fenomena dalam masyarakat yang sewenang- wenang akibat
nelayan, khususnya nelayan di desa ketidakjelasan antara penyampaian
Palalakkang, Kecamatan mengenai tentang asumsi dalam membagi
Galesong,Kabupaten Takalar yang sering hasil seperti dalam penafsiran kalimat “
terjadi adalah konflik kelas hal ini dapat masing-masing mendapatkan satu bagian”.
ditemukan dalam konflik antara kelas Selain dari penyebab konflik sistem
punggawa dan kelas sawi. bagi hasil seperti diatas adapun yang
Adapun yang menjadi penyebab termasuk konflik sistem bagi hasil, seperti
terjadinya konflik masyarakat nelayan di adanya pemberian bonus yang tidak merata
desa Palalakkang Kecamatan Galesong pada masing-masing sawi dari
Kabupaten Takalar yakni Konflik Sistem punggawanya , dalam sistem bagi hasil
Bagi Hasil, dalam bagi hasil bahwa sistem terkadang memberikan bonus kepada sawi
bagi hasil yang diterapkan dalam nelayan tertentu yang menurut seorang punggawa
yakni membagi setiap hasil yang dianggap lebih rajin, dan tekun dalam
didapatkan setiap selesai melakukan melaksanakan tugasnya sebagai seorang
penangkapan ikan, dimana sistem bagi hasil sawi sejak sebelum atau persiapan
yang dipergunakan yakni dimulai dari alat- berangkat untuk melakukan penangkapan
alat seperti mesin, kapal / perahu, anak sampai selesai dan kembali kedaratan.
buah kapal dan bos atau sering disebut Pemberian bonus tersebut dianggpa sebagai
12

pemberian penghargaan atau reward untuk konflik, tetapi belum disadari oleh
memotifasi para sawi-sawi (anak buah pihak‐pihak yang terlibat. Konflik laten
kapal). Namun ternyata pemberian bonus dapat muncul ketika suatu kelompok
tersebut menimbulkan rasa iri bagi sawi memutuskan untuk mengejar suatu tujuan
yang tidak mendapatkan walaupun tertentu, tanpa menyadari tujuan ini
terkadang pemberian bonus ada yang bertentangan dengan tujuan kelompok yang
merahasiakannya dari sawi yang lain. lainnya. Konflik laten dapat juga terjadi
Fenomena yang sering terjadi pada saat kebutuhan masyarakat diabaikan, tetapi
msyarakat nelayan di akibatkan olen mereka belum menyadari atau belum
nelayan sawi yang selalu dirugikan oleh meminta perhatian tentang masalah
punggawa. Nelayan sawi sebagian besar kebutuhan ini.
yang bekerja dengan intensistas waktu yang Dari proses konflik laten (latent
lama biasanya pembagian upahnya sama conflict) melalui perkembangannya, konflik
dengan nelayan sawi yang bekerja dengan tersebut masuk pada tahap proses konflik
intensitas waktu yang kurang. Sehingga manifest (manifest Conflict), yaiutu konflik
memicu protes terhadap punggawa (pemilik yang dimanifestasikan, Konflik manifest
kapal). dikatakan sebagai konflik yang tampak
Dari uraian diatas, jelas bahwa bagi karena konflik ini merupkan perkembangan
marx, kelas sosial itu adalah sekelompok dari konflik laten yang menjadi gejala. Pada
orang yang berada pada posisi yang sama tahap ini perilaku tertentu sebagai indikator
dalam hubungannya dengan penguasaan konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti
alat produksi, yakni kelas pemilik kapal adanya sabotase, agresi terbuka,
(punggawa) dan kelas bukan pemilik konfrontasi, rendahnya kinerja, dan
(sawi). Maka, dalam masyarakat kapitalis, sebagainya. Masalah sosial manifest
ada dua kelas utama yang di anggap paling merupakan produk dari ketimpangan-
penting yakni kelas kapitalis dan kelas ketimpangnan sosial yang terjadi di
sawi. Kelas adalah mereka yang memiliki masyarakat atau kelompok. Ketimpangan
alat produksi, dan kelas sawi adalah merka terjadi akibat dari ketidak sesuaian antara
adalah mereka yang tidak memiliki alat nilai dan norma yang ada, sehingga anggota
produksi dan karena itu harus menjual masyarakat atau kelompok melakukan
tenaganya untuk memperoleh upah. penyimpangan perilaku (deviant behavior).
Berdasarkan analisis dan iterpretasi Masyarakat atau kelompok tertentu
data terhadap bentuk konflik yang terjadi umumnya tidak menyukai perilaku tersebut
dalam masyarakat nelayan, khususnya dan berusaha untuk mengatasinya, dalam
Masyarakat nelayan di desa Palalakkang hal ini manifest conflict (konflik manifes)
yang sering terjadi adalah konflik kelas hal dapat tergambar dari konflik sistem bagi
ini dapat ditemukan dalam bentuk konflik hasil karena ketidak seuaian antara
antara kelas punggawa dan kelas sawi kesepakatan-kesepakatan yang telah
dimana terkadang para buruh sawi ditentukan dengan pembagian yang
merasakan ketidak adilan dalam pembagian dilakukan setelah melakukan penangkapan
hasil karena punggawa mengambil dua ikan.
bagian dari hasil pembagian hasil tersebut Jadi berdasarakan hasil wawancara
dengan alasan tertentu yang tidak sesuai dari beberapa sumber informan atau
keinginana para sawi, dan bentuk dari responden maka dapat dikatakan bahwa
konflik yang tergambar secara umum dalam konflik yang terjadi pada masyarakat
Masyarakat nelayan pada wilayah desa nelayan di desa Palalakkang kecamatan
Palalakkang di golongkan pada konflik Galesong kabupaten Takalar yakni konflik
tertutup (latent) dan terbuka (manifest) sistem bagi hasil punggawa (bos) dan sawi
Konflik laten terjadi pada satu kondisi yang (anak buah).
memiliki potensi untuk menghasilkan
13

Menyelesaikan konflik yang baik mencakup rentang yang amat luas: mulai
adalah mencari akar permaslahan dari dari ketidak setujuan yang samar‐samar
konflik tersebut sehingga dapat dicari titik sampai pada sesuatu yang menimbulkan
penyelesaiannya. Selanjutnya, hal yang penafsiran yang salah sehingga diharapkan
paling krusial untuk dilakukan adalah ketika terjadinya konflik maka dapat
bagaimana mengelola setiap kemunculan memperjelas sesuatu yang tidak jelas
konflik yang ada dalam kehidupan ataupun sesuatu yang samar- samar karena
masyarakat, demi tercapainya kedamaian adanya perbedaan pengertian dan pendapat.
dan keharmonisan di dalam melakukan
hubungan sosial antara masyarakat yang KESIMPULAN DAN SARAN
satu dengan masyarakat lainnya. Kesimpulan
Adapun upaya-upaya yang Dari hasil analisis penelitian dan
dilakukan masyarakat nelayan dalam pembahasan yang telah diuraikan pada bab
meminimalisir konflik yang terjadi yakni sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai
dengan cara mengalah dari salahsatu pihak , berikut:
Berdasarkan informasi yang didapatkan 1. Masalah konflik yang terjadi pada
bawa adanya kesadaran diri oleh seorang msyarakat nelayan di Desa
sawi, disaat terjadinya perselisihan antara Palalakkang Kecamatan Galesong
sawi dan punggawa sehingga sawi memilih Kabupaten Takalar yaitu konflik
untuk mengalah demi kebaikan bersama. dalam sistem bagi hasil anatara
Adapula dengan cara kompromi, punggawa dan sawi, disebakan
pendekatan ini lebih menekankan pada karena kesalah pahaman dan
kesediaan masing-masing pihak untuk perbedaan pendapat dalam pembagian
menurunkan tuntutannya dan mengambil hasil seperti adanya punggawa yang
jalan tengah dari kepentingan kedua belah mengingkari kesepakatan dalam
pihak. Selanjutnya nelayan mempunyai cara sistem bagi hasil yang telah di
untuk meminimalisir konflik yakni dengan sepakati sebelumnya. Adapun yang
cara bantuan pihak ketiga, disaat terjadi termasuk konflik sistem bagi hasil,
konflik antar nelayan sawi dan punggawa seperti adanya pemberian bonus yang
yang tidak bisa diselesaikan dengan baik tidak merata pada masing-masing
terkadang membutuhkan orang ketiga untuk sawi dari punggawanya , dalam
mengatasi konflik yang sedang terjadi, sistem bagi hasil terkadang
seseorang itu yang dianggap bijak dan bisa memberikan bonus kepada sawi
dipercaya. tertentu yang menurut seorang
Menurut Dehendorf (Maryati, Juju punggawa dianggap lebih rajin, dan
2007:55) masyarakat terdiri atas organisasi tekun dalam melaksanakan tugasnya
– organisasi yang di dasarkan pada sebagai seorang sawi. Namun ternyata
kekuasaan dan wewenang adalah dominasi pemberian bonus tersebut
yang diterima dan di akui oleh pihak yang menimbulkan rasa iri bagi sawi yang
di dominasi. Dehendorf menanamkan tidak mendapatkan walaupun
kondisi itu sebagai “imperative coordinate terkadang pemberian bonus ada yang
associations” (asosiasi yang di kordinasikan merahasiakannya dari sawi yang lain.
secara terpaksa). Sesuatu yang didasarkan 2. Bentuk–bentuk konflik sosial
pada wewenang ini pulalah yang Nelayan di desa Palalakkang
menimbulkan konflik dalam bagi hasil kecamatan Galesong kabupaten
antara seorang sawi dan punggawanya Galesong adalah , Bentuk dari konflik
seperti yang terjadi pada nelayan yang ada yang tergambar secara umum dalam
di kelurahan Labuang. Masyarakat nelayan pada wilayah
Dalam pengertian tersebut di atas desa Palalakkang di golongkan pada
menandakan bahwa wujud konflik konflik tertutup (latent) dan terbuka
14

(manifest) Konflik laten terjadi pada lebih sopan agar tercipta


satu kondisi yang memiliki potensi keharmonisan.
untuk menghasilkan konflik, tetapi 3. Kepada para punggawa untuk
belum disadari oleh pihak‐pihak yang memperjelas sistem bagi hasil yang
terlibat. Yang kedua yakni konflik diterapkan sebelum melaksanakan
manifest (manifest Conflict), yaitu kegiatan penangkapan ikan, dan
konflik yang tampak karena konflik pemberian bonus tidak hanya
ini merupkan perkembangan dari dilakukan untuk sawi tertentu saja
konflik laten yang menjadi gejala. sehingga tidak menimbulkan rasa iri
Pada tahap ini perilaku tertentu oleh sawi lainnya.
sebagai indikator konflik sudah mulai 4. Untuk semua nelayan jika terjadi
ditunjukkan, seperti adanya suatus perselisihan atau perbedaan
sabotaseagresi terbuka, konfrontasi, pendapat hendaknya diselesaikan
rendahnya kinerja, dan sebagainya. dengan melakukan musyawarah.
Masalah sosial manifest merupakan
produk dari ketimpangan-
ketimpangnan sosial yang terjadi di DAFTAR PUSTAKA
masyarakat atau kelompok. Alimuddin Muhammad Ridwan. 2013b.
Ketimpangan terjadi akibat dari Kabar Dari Laut. Yogyakarta:
ketidak sesuaian antara nilai dan Penerbit Ombak
norma yang ada, sehingga anggota Doyle Paul Jhonson.1986. Teosi Sosiologi
masyarakat atau kelompok melakukan Klasik dan Modern. Gramedia: Jakarta
penyimpangan perilaku (deviant Damayanti Deni. 2013. Panduan Lengkap
behavior). Menyusun. Yogyakarta: Araska.
3. Adapun Upaya-upaya masyarakat Ferry Agusta. 2009. Konflik, Nelayan,
nelayan untuk meminimalisir konflik Perikanan, Sumber Daya.
yang terjadi di Desa Palalakkang (Online). (http://skripsi
Kecamatan Galesong Kabupaten masyarakat nelayan cc. Ed. Di
Takalar yakni dengan cara Mengalah, akses 2017).
Berkompromi dan Menghadirkan G.Pruitt Dean, Jeffrey.2011. Teori Konflik
orang ketiga dalam menyelesaikan Sosial. Yogyakarta: Pustaka
maslah tersebut. Pelajar.
Saran Hadi. S. P. 2006. Resolusi Konflik
Hal- hal yang diajukan sebagai Lingkungan. Semarang: Badan
saran dalam penelitian ini yang melibatkan penerbit Universitas di Ponegoro.
semua pihak yang terkait dalam konflik Idham. 2010. Struktur ekonomi masyarakat
sosial nelayan di Desa Palalakkang nelayan. http:// sistem-pembagian-
Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar hasil-punggawa-sawi.html diakses
adalah sebagai berikut: 2017
1. Kepada para nelayan khususnya sawi Kusnadi dan Baharuddin. 1997. Anatomi
serta punggawa diharapkan dalam Konflik Sosial dalam Masyarakat
penangkapan ikan hendaknya jika Majemuk. Jakarta: Kompas
terjadi kesalah pahaman dan ketidak Gramedia
sengajaan dalam hal pembagian hasil Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan.
tangkapan hendaknya diselesaikan Yogyakarta : LkiS.
dengan kepala tenang.
2. Jika melakukan peneguran kepada Kusnadi. 2003. Teori dan Manajemen
teman – teman antara nelayan yang Konflik. Malang: Gramedia.
hendaknya ditegur dengan cara yang
15

Khusnul Sidik. Usman, Sabian. 2007. Anatomi Konflik dan


konflikSosial(http://www.siswapedi Solidaritas Masyarakat Nelayan.
a.com/#sthash.VS6HAyID.dpuf) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
diakses 2017 Wirawan, 2013. Konflik dan Manajemen
Maryati, Kun & Suryawati, Juju. 2000. Konflik: Teori, Aplikasi, dan
Sosiologi Suatu Kajian Msyarakat. Penelitian.Jakarta: Salemba
Jakarta: PT. Gelora Aksara Humanika
Pratama. Wirawan, I.B., 2013. Teori-teori Sosial
Maryanti Kun, Juju Suryati. 2001 Sosiologi dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana
SMA. Jakarta: PT Gelora Aksara Prenadamedia Group.
Pratama Alimuddin Muhammad Ridwan. 2013b.
Muin Razmal (2009), “Konflik Sosial Study Kabar Dari Laut. Yogyakarta:
Kasus antara Masyarakat Penerbit Ombak
Rongkong dan Masyarakat Doyle Paul Jhonson.1986. Teosi Sosiologi
Baebunta di Kabupaten Luwu Klasik dan Modern. Gramedia: Jakarta
Utara” Damayanti Deni. 2013. Panduan Lengkap
Niniek Sri Wahyuni dan Yusniati. Menyusun. Yogyakarta: Araska.
2007. Manusia dan Masyarakat, Ferry Agusta. 2009. Konflik, Nelayan,
Pelajaran Sosiologi untuk SMA Perikanan, Sumber Daya.
Kelas XI. Jakarta:Ganeca Exact. (Online). (http://skripsi
Program Pascasarjana UNM, 2012. masyarakat nelayan cc. Ed. Di
Pedoman Penyususnan Tesis dan akses 2017).
Disertasi, Makassar: Program G.Pruitt Dean, Jeffrey.2011. Teori Konflik
Pascasarjana Universitas Negeri Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Makassar. Pelajar.
Prof.dr.Sugiyono. 2013. Metodologi Hadi. S. P. 2006. Resolusi Konflik
Penelitian Kualitatif Kunatitatif Lingkungan. Semarang: Badan
dan R &D. Bandung: Alfabeta. penerbit Universitas di Ponegoro.
Ritzer George, Dounglas J Goodman. 2010. Idham. 2010. Struktur ekonomi masyarakat
Teori Sosiologi Modern. Jakarta: nelayan. http:// sistem-pembagian-
Kencana hasil-punggawa-sawi.html diakses
Soekanto Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu 2017
Pengantar. Jakarta: PT Raja Kusnadi dan Baharuddin. 1997. Anatomi
Grafindo Persada. Konflik Sosial dalam Masyarakat
Setiadi, M.E. & Kholif. 2011. Pengantar Majemuk. Jakarta: Kompas
Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gramedia
Gejala Permasalahan Sosial Teori Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan.
Aplikasi, dan Pemecahannya. Yogyakarta : LkiS.
Jakarta: Kencana Prenada dan Kusnadi. 2003. Teori dan Manajemen
Group. Konflik. Malang: Gramedia.
Sufira. 2002. Peran punggawa dan sawi. KhusnulSidik.
http://www.google.com/search?ie= konflikSosial(http://www.siswapedi
UTF-8&oe=UTF- a.com/#sthash.VS6HAyID.dpuf)
8&sourceid=navclient&gfns=1&q diakses 2017
=dr-andi-adri-arief-kelembagaan- Maryati, Kun & Suryawati, Juju. 2000.
masyarakat-pesisir. Diakses 2017. Sosiologi Suatu Kajian Msyarakat.
Susilo, Dwi, K. Rachmad. 2008. Dua Puluh Jakarta: PT. Gelora Aksara
Tokoh Sosiologi Modern. Pratama.
Jakarta:Rajawal
16

Maryanti Kun, Juju Suryati. 2001 Sosiologi Wirawan, I.B., 2013. Teori-teori Sosial
SMA. Jakarta: PT Gelora Aksara dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana
Pratama Prenadamedia Group.
Muin Razmal (2009), “Konflik Sosial Study
Kasus antara Masyarakat
Rongkong dan Masyarakat
Baebunta di Kabupaten Luwu
Utara”
Niniek Sri Wahyuni dan Yusniati.
2007. Manusia dan Masyarakat,
Pelajaran Sosiologi untuk SMA
Kelas XI. Jakarta:Ganeca Exact.
Program Pascasarjana UNM, 2012.
Pedoman Penyususnan Tesis dan
Disertasi, Makassar: Program
Pascasarjana Universitas Negeri
Makassar.
Prof.dr.Sugiyono. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif Kunatitatif
dan R &D. Bandung: Alfabeta.
Ritzer George, Dounglas J Goodman. 2010.
Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana
Soekanto Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Setiadi, M.E. & Kholif. 2011. Pengantar
Sosiologi: Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial Teori
Aplikasi, dan Pemecahannya.
Jakarta: Kencana Prenada dan
Group.
Sufira. 2002. Peran punggawa dan sawi.
http://www.google.com/search?ie=
UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q
=dr-andi-adri-arief-kelembagaan-
masyarakat-pesisir. Diakses 2017.
Susilo, Dwi, K. Rachmad. 2008. Dua Puluh
Tokoh Sosiologi Modern.
Jakarta:Rajawal
Usman, Sabian. 2007. Anatomi Konflik dan
Solidaritas Masyarakat Nelayan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wirawan, 2013. Konflik dan Manajemen
Konflik: Teori, Aplikasi, dan
Penelitian.Jakarta: Salemba
Humanika

Anda mungkin juga menyukai