RESOLUSI KONFLIK
SEMESTER III
ILMU POLITIK
2103040006
2022
KELAS DAN POTENSI KONFLIK NELAYAN DI KOTA KUPANG (STUDI KASUS
NELAYAN DI KECAMATAN KELAPA LIMA, KOTA KUPANG, NUSA
TENGGARA TIMUR)
1. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari Bahasa Latin yaitu “con” dan “figere”. Dimana kata “con”
mempunyai arti bersama, sedangkan “figere” mempunyai arti memukul. Di dalam KBBI,
“konflik” diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Sehingga bisa
kota simpulkan bahwa konflik merupakan suatu kondisi ketika ada dua ataupun lebih
pandangan, kepercayaan, keinginan, kepentingan, kebutuhan yang berbeda, nilai, tidak
selaras, berseberangan, dan tidak sejalan. Umumnya, konflik akan timbul dari adanya
perbedaan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya perbedaan budaya, fisik,
kepentingan, nilai, kebutuhan, emosi, dan pola-pola perilaku antar individu maupun
kelompok yang ada di dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa memuncak
menjadi sebuah konflik sosial ketika sistem sosial masyarakatnya tidak bisa
mengakomodasi perbedaan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Seperti yang
biasanya terjadi di sekeliling kita, konflik memang tidak bisa dihindari dari dinamika
kehidupan sosial. Dalam teori konflik tersebut, kondisi masyarakat yang bersifat plural
memang akan terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan atau authority. Sehingga
akan selalu ada kelompok sosial yang saling berkompetisi dalam merebut pengaruh yang
ada di dalam suatu masyarakat. Dari adanya persaingan tersebut, lalu akan muncul
kelompok yang paling berkuasa atas kelompok lainnya. Biasanya, kelompok yang merasa
paling berkuasa adalah kelompok elit. Sehingga bisa membuat sebuah peraturan yang
bersifat membela kepentingan kelompoknya sendiri.
Konflik nelayan termasuk dalam konflik sosial, konflik ini sering terjadi karena
perebutan sumber daya ikan yang jumlahnya terbatas dan karena karakteristik sumber daya
perikanan yang bersifat “open acces” artinya siapapun dapat melakukan penangkapan dan
kapanpun. Konflik antar nelayan juga terjadi karena perbedaan etnis, konflik sosial nelayan
juga disebabkan karena perbedaan alat tangkap dan daerah penangkapan antar nelayan
besar dan nelayan kecil. Dalam kaitannya dengan proses produksi, kapasitas penangkapan
yang digunakan nelayan sangat bervariasi. Perbedaan kelas yang ada sering
memperlihatkan hubungan produksi yang dapat merugikan nelayan lain dimana nelayan
kecil dirugikan oleh nelayan besar karena menangkap tidak sesuai aturan yang sudah
ditetapkan pemerintah; akibatnya sering menabrak pukat nelayan kecil sehingga mendapat
protes. Kekecewaan lain yang berpotensi konflik adalah karena nelayan lain menggunakan
alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, seperti bom ikan
Konflik ini dipicu oleh hubungan produksi antara pemilik perahu dengan nelayan
buruh. konflik yang dipicu oleh cara produksi dan penggunaan alat penangkapan antara
bagan apung dengan bagan tanam. konflik yang dipicu oleh tumpang tindih wilayah
penangkapan antara nelayan purse seine dengan nelayan pukat. pengelolaan konflik
dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki otoritas sebagai mediator seperti pemerintah,
tokoh agama dan pemilik perahu.