Anda di halaman 1dari 20

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR & SEMEN


Disusun Oleh:

Nama : Juanda Rafi Yoga

NPM : 2203011

Kelas : TEP 3.A

Prodi : Teknik Eksplorasi Produksi Migas

Disetujui,
Dosen Pengajar

Azka Roby Antari, S.T.,M.T


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah praktikum Lumpur & Semen. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bahan apa saja yang dipakai dalam
lumpur pemboran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Azka


Robby Antari, S.T., M.T, selaku Dosen Praktikum Lumpur & Semen yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan
demi kesempurnaan laporan ini.

Palembang, 12 Januari 2024

Juanda Rafi Yoga


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
1.1. Pengertian Lumpur

Lumpur Pemboran merupakan Semua jenis FIuida ( cairan – cairan


berbusa, gas bertekanan ) yang dipergunakan untuk membantu operasi
Pemboran dengan membersihkan dasar lubang dariserpih bor dan
mengangkatnya ke permukaan, sehingga Pemboran dapat bejalan dengan
lancar.

Dari serpihan- serpihan batuan yang diangkat oleh lumpur sirkulasi dari
bawah Permukaan ke permukaan. Umumnya terdapat kandungan melalui
Pembentuk Formasi batuan yang telah di tembus oleh bit , dimana ukurannya
sangat beragam , mulai dari sit hingga kerikil, namun umumnya adalah Pasir

1.2. Fungsi Lumpur


Berikut adalah beberapa fungsi utama lumpur pemboran:
 Pengendalian Tekanan Formasi:
Salah satu fungsi utama lumpur pemboran adalah mengendalikan
tekanan formasi di dalam sumur. Tekanan formasi yang tidak terkendali
dapat menyebabkan blowout, yaitu keluarnya gas atau cairan dari sumur
secara tidak terkontrol. Lumpur pemboran memberikan tekanan hidrostatik
yang dapat menyeimbangkan tekanan formasi, mencegah blowout, dan
memastikan keamanan operasi pengeboran.
 Pelumasan dan Pendinginan:
Lumpur pemboran berfungsi sebagai pelumas untuk peralatan
pengeboran, termasuk bit dan pipa bor. Pelumas ini membantu mengurangi
gesekan dan panas yang dihasilkan selama proses pengeboran. Lumpur
juga membantu mendinginkan bit pengeboran, yang dapat menjadi panas
karena gesekan dengan batuan di dasar sumur.
 Pemindahan Serpih (Cuttings):
Selama proses pengeboran, lumpur membawa serpih atau potongan
batuan yang dihasilkan dari dasar sumur ke permukaan. Ini membantu
menjaga kebersihan sumur dan mencegah serpih menumpuk di dasar
sumur, yang dapat menghambat operasi pengeboran.
 Kontrol Stabilitas Sumur:
Lumpur pemboran membantu menjaga kestabilan dinding sumur
dengan memberikan tekanan hidrostatik yang cukup. Ini mencegah
keruntuhan dinding sumur yang dapat terjadi karena tekanan formasi yang
tinggi atau kehadiran formasi yang tidak stabil.
 Penyampaian Daya Hidrolik:
Lumpur membantu dalam pemecahan batuan di dasar sumur dengan
membawa dan menyampaikan daya hidrolik ke bit pengeboran. Ini
memfasilitasi proses pengeboran dengan merobohkan batuan dan
memudahkan pengangkatan serpih.
 Pengendalian Gas:
Lumpur pemboran membantu mengendalikan gas yang mungkin
muncul selama proses pengeboran. Pengendalian gas ini meminimalkan
risiko ledakan atau kecelakaan lainnya yang dapat terjadi jika gas tidak
diatasi dengan baik.
 Penyampaian Bahan Tambahan:
Lumpur dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan bahan
tambahan ke dalam sumur, seperti bahan peningkat viskositas atau bahan
pengendap. Ini memungkinkan operator pengeboran untuk
mengoptimalkan sifat lumpur sesuai dengan kondisi pengeboran tertentu.

1.3. APD
Jas laboratorium, sarung tangan karet, pelindung penglihatan, masker.
1.4. Tujuan
Mengetahui densitas dari lumpur pemboran.
BAB II

DASAR TEORI

1. Mud Balance

Gambar 1. Mud Balance Atmosferic & Preassurized fluid density

Mud Balance adalah alat pengukur densitas untuk lumpur pemboran. Mud
balance biasanya digunakan dalampengukuran densitas lumpur pemboran , fluida
komplesi ataupun killing fluids yang berfungsi saat melakukan killing well.
Adapun prosedur kerja mud balance ini akan saya jelaskan dengan detail berikut
dengan bagian bagian penyusun dari alat Mud Balance ini.

Alat ini terdiri atas komponen komponen penyusunya yaitu :

1. Lengan kesetimbangan atau balance arm : Balance arm adalah bagian alat
dari mud balance untuk membuat kesetimbangan saat pengukuran
berlangsung. Skala pengukuran tertera pada komponen tersebut. Dimana
terdapat angka 8.33 pounds/gallon (ppg) yang tertulis pada skala alat ini
yang merupakan nilai pengukuran referensi/acuan untuk fresh water/air
tawar. Hal ini menjadi nilai standar dari densitas air yaitu besarnnya
senilai 8.33 ppg. Nilai ini dibuat oleh manufaktur mud balance. Nilai 8.33
ppg setara dengan 1 gram/cc.
2. Tabung sampel atau Cup : Cup adalah tempat yang digunakan untuk
meletakan sampel fluida yang densitasnya akan diukur. Pada cup ini
terdapat tutup yang memiliki lubang kecil pada posisi ditengah. Pada
waktu cup tersebut diisi dengan sampel, harus dipastikan bahwa cup terisi
penuh dengan sampel, sehingga saat dilakukan penutupan akan terlihat
sejumlah sampel fluida yang keluar dari lubang kecil tersebut. Hal ini
harus dilakukan karena sampel fluida yang keluar dari lubang kecil
tersebut akan mendorong sejumlah udara yang mungkin masih
terperangkap berada di dalam cup.
3. Water pass : Water pass adalah indikator untuk posisi kesetimbangan dari
mud balance. Harus dipastikan bahwa bubble yang terlihat pada water
pass posisinya berada persis di tengah garis kesetimbangan saat anda
hendak membaca nilai densitas dari suatu sampel fluida.
4. Bola-bola timbal : Bola bola timbal adalah bola-bola yang berukuran mini
terbuat dari timbal yang posisinya berada didalam lid pada ujung balance
arm. Harus dilakukan pengkalibrasian mud balance saat alat ini akan
digunakan untuk pertama kali. Pengkalibrasian dilakukan dengan cara
mengisi mud balance dengan fresh water dan menggerakan indikator
penunjuk skala ke teraan 8.33 ppg sesuai dengan nilai densitas dari fresh
water tersebut. Jika diperoleh ketidaksetimbangan, maka harus membuka
lid (dapat menggunakan obeng) agar bisa mengatur jumlah bola timbal
didalamnya sehingga kita peroleh angka bacaan 8,33 ppg nya, dengan cara
mengurangi atau menambah bola-bola timbal ini.

1.1. Prosedur Percobaan

1. Siapkan sejumlah sampel lumpur.


2. Letakkan base atau carrying case pada permukaan yang datar dan rata.
Jangan diletakkan pada permukaan yang miring atau bergelombang.
3. Ukur dan catat temperatur sampel, lalu pindahkan sampel dari wadah ke
cup, isi hingga antara ¼ sampai dengan 1/8 inci dari bibir cup.
4. Ketuk-ketuk sisi luar cup beberapa kali untuk mengeluarkan udara yang
masih terkandung.
5. Letakkan lid pada cup dengan check valve mengarah kebawah atau posisi
terbuka. Catatan ; sedikit sampel mungkin akan tumpah keluar melalui
check valve.
6. Basuh kotoran yang masih melekat pada mud balance dengan air ataupun
solven, kemudian lap hingga bersih dan kering. Pastikan tidak ada
air/kotoran yang ikur tertimbang.
7. Putar threade housing dengan erat dan kuat hingga lid benar-benar
tertutup rapat.
8. Isi / sedot sejumlah sampel dengan menggunakan pressurization pump.
9. Pasang dan tekan ujung dari pressurization pump kedalam pressure port.
10. Pompakan sampel lumpur dari pressurization pump ke dalam cup.
Lakukan beberapa kali hingga tidak dapat lagi dipompakan atau hingga
sejumlah sampel keluar dari pressure port.
11. Setelah itu, lepaskan pressurization pump. Catatan ; tekanan yang
diberikan umumnya sebesar 50 – 70 lbsf. Bila tekanan didalam cup telah
mencukupi, check valve akan bergerak kearah atas atau posisi tertutup.
12. Bersihkan seluruh kotoran yang masih menempel pada mud balance
dengan lap/ tisu.
13. Letakkan lengan timbangan dengan memposisikan knife edge tepat pada
fulcrum, setimbangkan mud balance dengan menggerakgerakan rider
sepanjang lengan ukur. Indikasi seimbang ditunjukkan oleh gelembung
udara pada level glass terletak di tengah.
14. Catat nilai densitas lumpur yang ditunjukkan oleh bagian rider yang
terdekat dengan cup (tanda panah). Laporkan hasilnya hingga ketelitian 0,
lb/gal, 1 lb/ft3, SG, 0,01 g/cm3, atau 10, 0 lb/in 2/1000 ft.
15. Pasang rangkaian pengablas tekanan pada housing, ablas tekanan dari
dalam cup.
16. Lepaskan lid secara hati-hati, jangan sampai sampel berceceran,
kembalikan atau buang sampel ke tempat yang disediakan, bersihkan mud
balance sebersihbersihnya dan simpan dengan rapi hingga siap digunakan
kembali untuk pengukuran berikutnya.
1.2. Data Hasil Percobaan

No. Parameter Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

1. Atm mud balance 8,7 lbs/gal 9,2 lbs/gal 8,7 lbs/gal


Press mud balance 8,5 lbs/gal 9,2 lbs/gal 8,6 lbs/gal

2. Marsh Funnel
Marsh Funnel adalah alat pengukur viskositas lumpur pemboran dalam
industri minyak dan gas. Alat ini digunakan untuk menentukan viskositas
lumpur, yang merupakan parameter penting dalam operasi pengeboran.
Marsh Funnel terdiri dari corong dan wadah pengumpul, dan pengukuran
dilakukan dengan mengukur waktu yang diperlukan bagi sejumlah lumpur
untuk mengalir melalui lubang kecil di dasar corong.
2.1. Prosedur prtcobaan
1. Siapkan sampel fluida pemboran.
2. Isi cup dengan sampel hingga batas garis 1 quart.
3. Masukkan seluruh sampel dari cup ke funnel melalui saringan. Jangan
lupa untuk menutup lubang outlet dengan jari.
4. Nyalakan stopwatch bersamaan dengan dilepaskannya jari.
Catatan ; untuk hasil yang baik, pastikan material kasar tidak ikut dalam
sampel dan hindari terjadinya kebocoran dari outlet sebelum jari
dilepas.
5. Matikan stopwatch setelah sampel benar-benar habis, catat waktu yang
direkam oleh stopwatch.
6. Selesai, periksa apakah terjadi kerusakan atau hilangnya komponen.
Kembalikan atau buang sampel yang sudah diukur ke tempat yang
disediakan, bersihkan marsh funnel sebersih-bersihnya dan simpan
dengan
rapi sehingga siap digunakan kembali untuk pengukuran berikutnya.

2.2. Data Hasil

No. Parameter Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

1 Funnel Viscosity 33,13 detik 43,29 detik 1 menit

3. Percobaan 1 Pembuatan Lumpur Dasar


A. APD :
Jas laboratorium, sarung tangan karet, pelindung penglihatan, masker.
B. TUJUAN :
1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi
utamanya,
termasuk didalamnya aditif pengontrol densitas.
2. Membiasakan praktikan melakukan penyiapaan sampel lumpur
pemboran.
C. TEORI :
Lihat Bab Tentang Lumpur diatas.
D. UNIT :
Lumpur pemboran menggunakan satuan volume pound (lb), quart,
mililiter (ml), liter (l), gallon (gal) dan barrel (bbl). Sedangkan bahan
mentahnya dalam bentuk bubuk/bulk dalam satuan gram (gr), kilogram
(kg), pound (lb) dan sack.
Volume sampel lumpur = 1050 ML
Berat bentonite = 67,5 G
E. Alat dan Bahan

Alat Bahan

 Hamilton Beach Mixer  Air


 Cup  Bentonite
 Timbangan  Adiktif lainnya
 Thermometer  Barite
 Wadah sampel  CaCO3

 Kertas penampung bahan  Kcl

bubuk  Phpa

 Sendok/sepatula
 Tisu/lap pembersih

Gambar. 2 Hmilton Beach Mixer and Cup


3.1. Sampel
Sampel 1: Lumpur dasar

1. Air : 350 ml X 3 = 1050 ml

2. Bentonit :22,5 X 3 = 67,5 gr

Sampel 2: Lumpur high viskositas

Lumpur dasar 1.Air 350 ml

1. Bentonit 22,5 gr

2. Barite 34 gram

3. viscosifier 5 gram starch xamthan gum

Sampel 3: Lumpur High Pcp

1. Air 350 ml

2. Bentonit 22,5 gr

3. Kcl 5 gr

4. PHPA 5 gr

4. Liquid & Solid Retort

UNIT :

Kandungan liquid dan solid content diukur dan dilaporkan dalam % volume.

Contoh :

Liquid content % volume = 80 %

Ada perhitungan yang dipergunakan dalam pengukuran ini.

Data yang harus diperoleh pada percobaan ini adalah :

A. SG lumpur dan Mud weight (dalam gr/cm3 atau ppg).

B. Berat retort (termasuk steel wool dan cup/mud chamber) .

C. Berat retort berisi seluruh lumpur.

D. Berat retort berisi hanya padatan.


Alat dan Bahan

Alat Bahan

 Liquid and Solid Retort  Sampel lumpur dasar


 Volumetric receiver atau  Adiktif pilihan
graduated Larutan aerosol atau wetting
 Cylinder (gelas ukur) agent
 Fine steel wool (wol besi
halus)
 Pelumas suhu tinggi
 Pembersih pipa atau sikat dot
bayi
 Pisau/skrap dempul atau
spatula
 Analytical balance akurasi
0,01 gram
 Lap/tisu pembersih
 Mud balance (jika perlu)

LIQUID AND SOLID RETORT KIT

Alat ini terdiri digunakan untuk mengukur kandungan cairan (minyak dan
air) dan padatan dari lumpur. Satu unit lengkapnya disebut Liquid and Solid
Retort Kit, namun beberapa institusi juga menyebutnya sebagai “Oil/Water Retort
Kit”. Dipasaran, alat ini tersedia dalam ukuran kapasitas 10, 20 dan 50 ml.
Terdapat juga dua tipe, yaitu internal-probe heater retort dengan alat pemanas
internal dan oven-type retort. Oventype lebih lebih banyak digunakan karena
efisien dan relatif lebih aman. Selain itu, retort juga dijual dengan dua jenis
spesifikasi tegangan yaitu

110 volt dan 220 volt.

Kerja alat ini pada dasarnya adalah proses destilasi, dimana terdapat
pemanasan sampel dan pengembunan uap air. Retort Kit terdiri dari beberapa
komponen, yaitu unit utama Retort berupa unit retort cup (cangkir retort) dalam
mud chamber (wadah lumpur) yang berada didalam blok insulator, condenser
sebagai sarana pengembunan uap, volumetric receiver atau graduated cylinder
(gelas ukur) sebagai tempat pengumpul cairan, fine steel wool (wol besi halus)
sebagai sarana pengembunan, pelumas suhu tinggi untuk melumasi beberapa
bagian alat, pembersih pipa dan pisau/skrap dempul atau spatula sebagai alat
pembersih.

Gambar 3. Liquid dan Solid Retort Kit

Kalibrasi

Kalibrasi alat ini memerlukan konsultasi dengan agen resmi atau pabrik produsen.

Perawatan alat
Setelah melakukan satu pekerjaan retort dan sebelum

pekerjaan berikutnya :

1. Gunakan pengerik dempul atau spatula untuk menyekrap lumpur yang


mengering pada mud chamber, cup dan penutupnya untuk memastikan
volume ukurnya tepat.
2. Keluarkan, bersihkan, atau ganti steel wool yang penuh kerak lumpur.
3. Bersihkan gelas ukur dan saluran keluar dari condenser dengan pembersih
pipa. Ingat bahwa, hanya alat dalam kondisi yang baik yang akan
memberikan hasil pengukuran yang baik pula.

Prosedur (termasuk perhitungan)

1. Siapkan sampel lumpur, jika lumpur dalam keadaan panas, turunkan


suhunya hingga 80 OF (27 OC) (suhu ruang).
2. Angkat rangkaian retort keluar dari blok insulator. Dengan sebuah spatula
sebagai pembuka, pindahkan mud chamber dari retort.
3. Sempal bagian atas chamber dengan fine steel wool. Lantas timbang berat
kosong chamber (termasuk steel wool, belum termasuk sampel lumpur)
dalam gram.
4. Lumuri ulir pada cup dan condenser dengan lapisan tipis pelumas/
compound yang tahan suhu tinggi.
5. Isi mud chamber dengan lumpur hingga batas, lalu tutup dengan memutar
penutup perlahan-lahan, pastikan penutupan ini memungkinkan kelebihan
lumpur untuk tumpah keluar.

Catatan ; Hati-hati, sering terjadi kesalahan. Pastikan tidak ada udara


yang terperangkap didalam chamber agar tidak terjadi kesalahan
pembacaan Mud chamber harus benar-benar penuh terisi lumpur.

6. Lap lumpur yang berlebih lalu kencangkan mud chamber ke chamber atas.
Lalu timbang berat retort yang telah terisi lumpur tersebut dalam gram.
7. Letakkan retort kembali ke insulator blok (wadah pemanas chamber), lalu
tutup blok insulator tersebut.
8. Letakkan volumetric receiver dibawah saluran keluar condenser.

Catatan ; Ada standar prosedur yang dikeluarkan sejumlah institusi,


menambahkan langkah penambahan 1 tetes wetting agent atau larutan
aerosol kedalam volumetric receiver untuk memudahkan pemisahan air
dengan minyak.

9. Panaskan sampel lumpur sampai cairan (minyak dan atau air) berhenti
mengalir dari condenser, atau jika ada pengatur thermostat, tunggu sampai
pilot light (lampu indikator) mati.

Catatan; Lama pemanasan juga tergantung pada karakteristik komponen


penyusun lumpur dan juga tegangan listrik saat operasi.
Praktikan harus memperhatikan dengan seksama proses ini hingga akhir
agar tidak mengulangi percobaan, pemanasan dapat mencapai 25 hingga
60 menit. Pada oil-based mud dengan bahan dasar diesel, thermostat
disetel 15 hingga 20 menit, recovery/perolehan dapat mencapai 100%.
Bila berbahan dasar crude oil, waktu pemanasan yang dibutuhkan akan
lebih lama namun perolehan dapat mencapai hanya 60%.

10. Setelah itu, ambil volumetric receiver dan catat berapa volume cairan yang
terkumpul.

Jika Maka

Di dalam cairan Artinya pemanasan lumpur terlalu lama


ditemui padatan (terlampau kering), percobaan harus di ulang
sedapat mungkin praktikan menghindari hal
ini.

Muncul emulsi atau Hangatkan volumetric receiver perlahan-


busa lahan hingga 120 ℉ (49 ℃)

11. Dinginkan cairan dalam volumetric receiver hingga 80 ℉ (27 ℃).


12. Setelah proses pendinginan, retort yang sudah dingin dan berisi padatan
kemudian ditimbang, catat dalam gram.

Catatan ; jika hanya menghitung fraksi padat, tanpa mencari tahu lebih
jauh hitungan fraksi cair, maka formulasi berikut dapat digunakan
langsung untuk mencari % solid, lihat penjelasan sub bab D

13. Jika OBM dan atau sintetis turut digunakan, baca dan catat hasil volume
minyak, sintetis dan air yang terkumpul dalam volumetric receiver. Jika
hanya menggunakan WBM, lewati langkah ini dan langkahlangkah
selanjutnya yang terkait OBM dan sintetis (SBM).
14. Hitung % volume dari cairan dan padatan yang diperoleh dengan
formulasi:

a. % volume water = mL air x 10


b. % volume oil/synthetic = mL oil/synthetic x 10
c. % volume total solids = 100 - % volume air - % volume
oil/synthetic.

15. Hitung oil : water ratio (OWR) (perbandingan antara minyak dan air) atau
sintetic : water ratio (SWR).
16. Hitung % volume undissolved solids (padatan tak larut)
5. Sand Content

APD :

Sarung tangan karet, pelindung penglihatan.

TUJUAN :

Mengukur berapa banyak pasir yang terkandung dalam lumpur.

TEORI :

Pada cutting atau serpihan-serpihan batuan yang diangkut oleh lumpur


sirkulasi dari bawah permukaan ke permukaan, pada umumnya mengandung
material pembentuk formasi batuan yang telah ditembus bit, ukuran butir material
tersebut beragam, mulai dari silt hingga kerikil, namun digeneralisir secara umum
sebagai “pasir”.

Pasir yang dimaksud sesungguhnya merupakan partikel-partikel padat


yang diameternya > 74 micron, atau dengan kata lain, tidak lolos saringan 200
mesh. Keberadaan pasir mempengaruhi karakteristik lumpur yang digunakan
dalam operasi pemboran, meningkatkan densitas lumpur adalah salah satunya.

UNIT :

Kandungan pasir dalam lumpur pemboran dinyatakan dalam persen volume

(by volume).

Contoh : Kandungan pasir = 20 % by volume.


Adapun nilainya diperoleh dari ;

vS
n= x 100 %
νm

dimana :

n = persentase kandungan pasir

Vs = volume pasir dalam lumpur

Vm = volume lumpur

ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

 Sand Content Kit  Sampel lumpur


 Ember  Air bersih

SAND CONTENT KIT

Sand content kit adalah perangkat sederhana yang berguna untuk


memisahkan pasir yang terkandung dalam lumpur. Terdiri dari sebuah wadah
penampung sampel berdiameter 2 ½“ yang pada bagian tengahnya dilengkapi
dengan sieve atau sand filter(saringan pasir) berukuran 200 mesh (74 micron)
yang berfungsi untuk menyaring pasir pada proses pencucian lumpur, gelas
plastik dengan belalai semprot yang berfungsi sebagai penampung dan
penyemprot air ke wadah, dan sebuah measuring cylinder (gelas ukur) yang
dilengkapi dengan solids scale atau tube mark (penunjuk skala) yang berguna
sebagai tanda ukur banyaknya pasir yang terkandung dalam satuan mililiter (ml).
Gambar 4. Sand Content Kit

Kalibrasi

Tidak ada kalibrasi yang direkomendasikan untuk alat ini.

Prosedur

1. Siapkan sampel lumpur dasar. Bila menggunakan lumpur yang sama


dengan pengukuran densitas, aduk lumpur yang telah digunakan dengan
mixer selamat ± 5 menit sebelum digunakan pada pengukuran sand
content.
2. Isi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran sampai tanda batas yang
ditentukan. Tambahkan air hingga batas berikutnya.
3. Tutup dengan jari bagian outletnya, lalu goncang-goncang gelas yang
berisi lumpur dengan tangan.
4. Tuangkan campuran tersebut ke saringan. Biarkan cairan mengalir keluar
melalui saringan. Tambahkan air ke dalam tabung, kocok dan tuangkan
kembali ke saringan. Ulangi hingga tabung menjadi bersih. Cuci pasir
yang tersaring. Ulangi hingga tabung menjadi bersih. Cuci pasir yang
tersaring pada saringan untuk melepaskannya dari sisa-sisa lumpur yang
melekat.
5. Pasang funnel pada sisi atas dari sieve. Dengan perlahanlahan, balik
rangkaian sand content kit dan masukkan ujung funnel ke dalam gelas
ukur. Hanyutkan pasir ke dalam tabung dengan menyemprotkan air
melalui saringan hingga semua pasir tertampung dalam gelas ukur.
Biarkan pasir mengendap. Dari skala yang ada pada tabung, baca persen
volume dari pasir yang mengendap.
6. Catat sand content dari lumpur dalam persen volume.
7. Bersihkan peralatan sebersih-bersihnya dan simpan dengan rapi hingga
siap digunakan kembali untuk pembuatan lumpur berikutnya.

Data Hasil

No. Parameter Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

1 Sand content 280 380 0,0

PH 8 7 7

Anda mungkin juga menyukai