Anda di halaman 1dari 14

4

BAB II
PENGUKURAN POROSITAS

2.1.

TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui porositas satuan batuan reservoir berdasarkan volume bulk

batuan dan volume pori batuan.


2.2.

DASAR TEORI
Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam

batuan. Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
bentuk butiran, cara susunannya, lingkungan pengendapan, dan lain-lain. Menurut
proses geologinya (pembentukannya), porositas diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu :
1. Porositas Primer
adalah porositas yang terjadi bersamaan dengan proses pengendapan
batuan.
2. Porositas Sekunder
adalah porositas yang terjadi setelah proses pengendapan batuan,
seperti :

Porositas larutan
Larutnya sebagai batuan yang mudah larut ke dalam air

yang berkarbon dan berasam organik.


Porositas rekahan, celah, dan kekar
Rekahan yang terjadi selama proses perlipatan (folds) atau

patahan (faults).
Porositas dolomitasi
Terjadinya proses transformasi dari limestone (CaCO3)
menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) yang menurut reaksi kimia
: 2 CaCO3 + MgCl2 CaMg(CO3)2 + CaCl2.

Sedangkan ditinjau dari sudut teknik reservoir porositas dibagi menjadi :


1. Porositas Absolut

didefinisikan sebagai perbandingan antara volume seluruh pori dengan


volume total batuan (bulk volume) atau ditulis :
abs

Vp
Vb - Vg
100 % dan abs
100 %
Vb
Vb

di mana : Vp = Volume pori-pori batuan, cm3


Vb = Volume total batuan, cm3
Vg = Volume butiran, cm3
2. Porositas Efektif
adalah perbandingan volume pori yang berhubungan dengan volume
total batuan atau ditulis :
eff

Vp yang berhubungan
100 %
Vb

Oleh karena minyak hanya dapat mengalir melalui pori yang saling
berhubungan maka hal penting dalam industri perminyakan dan yang diukur
dalam percobaan ini adalah porositas efektif.
Kegunaan dari pengukuran porositas dalam perminyakan terutama dalam
eksplorasi adalah untuk menentukan cadangan atau IOIP (Initial Oil In Place),
sedangkan dalam eksploitasi digunakan untuk komplesi sumur (well completion)
dan secondary recovery.
Porositas pada umumnya berkisar antara 5% - 30%. Dan porositas batuan
karbonat lebih besar. Porositas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

0 % - 5 %

Porositas sangat buruk dan dapat diabaikan

5 % - 10 %

Porositas buruk (Poor)

10 % - 15 %

Porositas cukup (Fair)

15 % - 20 %

Porositas baik (Good)

20 % - 25 %

Porositas baik sekali (Very Good)

lebih dari 25%

Porositas istimewa (Excellent)

Pada batuan berpori, porositas berkurang karena adanya kompaksi yang


besar, jadi pada sedimen yang terkubur dalam, akan menghasilkan porositas yang
lebih besar daripada sedimen yang tidak terkubur dalam.

2.3.

ALAT DAN BAHAN


2.3.1. Alat
1. Timbangan dan anak timbangan
2. Vacuum pump dengan vacuum desikator
3. Beker gelas ceper
4. Porometer
5. Jepitan
2.3.2. Bahan
1. Sampel core
2. Kerosin
3. Mercury

2
3

1
5
6

Keterangan :
1. Pressure Gauge
2. Mercury
3. Picnometer
4. Handle Wheel
5. Silinder
6. Pump Scale

Gambar 2.1. Rangkaian Peralatan Porometer

Keterangan :
7. Vacuum Desikator
8. Vacuum pump

Gambar 2.2 Vacuum Desikator

Gambar 2.3. Timbangan Digital

10

Gambar 2.4. Timbangan (Manual) dan Anak Timbangan

11

2.4

PROSEDUR PERCOBAAN
Untuk menentukan besarnya porositas, maka yang perlu ditentukan adalah

volume total batuan (Vb), volume pori (Vp), dan volume butiran (Vg). Adapun
pengukurannya dengan dua cara, yaitu :
2.4.1 Pengukuran porositas dengan cara menimbang
Prosedur :
1. Core (inti batuan) yang telah diekstraksikan dengan soxhlet
dan didiamkan selama 24 jam, kemudian dikeluarkan dari
tabung reaksi dan didinginkan beberapa menit, kemudian
dikeringkan dalam oven bersuhu 105 C 115 C.
2. Menimbang core kering dalam mangkuk, misalnya berat
core kering = W1 gram.
3. Memasukkan core kering tersebut ke dalam vacuum
desikator untuk dihampaudarakan 1 jam dan disaturasikan
dengan kerosin.
4. Mengambil core yang telah dijenuhi kerosin, kemudian
ditimbang dalam kerosin, misal beratnya = W2 gram.
5. Mengambil core tersebut (yang masih jenuh dengan
kerosin), kemudian timbang di udara, misal beratnya = W3
gram.
6. Perhitungan :

12

2.4.2

Pengukuran dengan cara mercury injection


Ketentuan penggunaan porometer :
1. Menghampaudarakan

plunger

atau

silinder

sebelum

memulai pekerjaan.
2. Memutar handwheel berlawanan arah dengan jarum jam
sejauh mungkin.
3. Memastikan penutup dan valve picnometer dalam keadaan
tertutup dan fill valve dalam keadaan terbuka.
4. Menghidupkan vacuum pump (lihat prosedur)

dan

melakukan sampai ruangan silinder habis, selanjutnya


menutup fill valve dan terakhir mematikan vacuum pump
(lihat gambar).
5. Jika langkah 4 terpenuhi, memasukkan Hg dalam flask ke
dalam silinder sampai habis, selanjutnya menutup fill valve
dan terakhir menutup vacuum pump (lihat prosedur).
6. Memutar handwheel searah jarum jam, sampai pressure
gauge menunjukkan suatu harga tertentu.
7. Memutar lagi handwheel berlawanan arah jarum jam,
sampai jarum pada pressure gauge menunjukkan angka nol
pertama kali.
8. Membuka valve dan penutup picnometer, lalu melihat
kedudukan mercury, jika kedudukan mercury ada pada
silinder maka ulangi langkah 2 sampai 8. Jika kedudukan
mercury pada ruang picnometer, maka menurunkan
permukaan mercury sampai pada batas bawah picnometer
(jika ada yang menempel pada dinding harus dibersihkan)
dengan memutar handwheel berlawanan arah dengan jarum
jam.

13

Prosedural penentuan porositas :


1. Memastikan permukaan Hg pada bagian bawah picnometer.
2. Menutup penutup picnometer dan membuka valve
picnometer.
3. Mengatur volume skala pada harga tertentu.
4. Memutar handwheel searah jarum jam sampai mercury
pertama kali muncul pada valve picnometer.
5. Menghentikan pemutaran handwheel dan membaca volume
skala dan men-dial handwheel (miring kanan).
6. Menghitung volume picnometer.
7. Mengembalikan kedudukan mercury pada keadaan semula
dengan memutar handwheel berlawanan arah dengan jarum
jam.
8. Membuka penutup picnometer dan memasukkan sampel
core, kemudian menutup lagi penutup picnometer (valve
picnometer tetap terbuka).
9. Memutar handwheel sampai mercury untuk pertama kalinya
muncul pada valve picnometer, mencatat volume skala dan
men-dial handwheel (miring kanan).
10. Menghitung volume picnometer yang terisi sampel core.
11. Menghitung volume bulk dari sampel core.
12. Melanjutkan percobaan untuk menentukan volume pori
(Vp), yaitu dengan menutup valve picnometer. Kemudian
mengatur pore space scale pada angka nol. Untuk langkah
ini, pada saat meletakkan pore space scale pada angka nol,
kedudukan dial handwheel tidak harus pada angka nol, akan
tetapi perlu dicatat besarnya angka yang ditunjukkan dial
handwheel (miring kiri) setelah pengukuran Vb. Harga
tersebut perlu diperhitungkan pada saat mengukur volume
pori (Vp).
13. Memutar handwheel searah jarum jam sampai tekanan pada
pressure gauge menunjukkan angka 750 psi.
14. Mencatat perubahan volume pada pore space scale dan
handwheel dial (miring kiri) sebagai volume pori (Vp).
15. Menghitung besarnya porositas.

14

2.5.

HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


2.5.1. Dengan Mercury Injection Pump
2.5.1.1. Hasil Percobaan

Penentuan Volume Picnometer


Skala awal
=
Skala akhir
=
Volume picnometer kosong =
Penentuan Bulk Volume (Vb)
Skala awal
=
Skala akhir
=
Volume picnometer + core
=
Volume bulk (Vb)
=
Penentuan Volume Pori (Vp)
Skala awal
=
Skala akhir
=
Volume pori (Vp)
=

50,55 cc
6
cc
44,65 cc
50,65
12,5
38,15
6,5

cc
cc
cc
cc

1
1,5
0,5

cc
cc
cc

2.5.1.2. Perhitungan

0,5

= 6,5 x 100% = 7,69 %


2.5.2. Dengan Penimbangan
2.5.2.1. Hasil Percobaan
Berat core kering di udara (W1)
=
Berat core jenuh dalam kerosin (W2) =
Berat core jenuh di udara (W3)
=
Densitas kerosin
=
Volume bulk (Vb)
=
Volume grain (Vg)
=
Volume pori (Vp)
=
2.5.2.2. Perhitungan
1. Volume total batuan (Vb)

31,9 gr
19
gr
40
gr
0,8
gr/cc
26,25 cm3
16,125 cm3
10,125 cm3

=
=

40 19
0,8

= 26,25 cm
2. Volume butiran (Vg)

15

31,9 19
0,8

= 16,13 cm
3. Volume pori-pori (Vp)

=
40 31,9
0,8
=

= 10,13 cm
4. Porositas efektif (eff)

=
=

10,13
x 100%
26,25

= 38,2 %

2.6.

PEMBAHASAN
Percobaan penentuan porositas berdasarkan Mercury Injection
Pump dan Metode Penimbangan akan menghasilkan harga porositas yang
berbeda, meskipun sampel core yang diambil berasal dari satu reservoir.
Hal ini disebabkan oleh adanya kelemahan pada saat penjenuhan atau
saturasi kerosin kurang sempurna, artinya volume pori belum kosong dari
udara pada saat praktikan praktikum dilaboratorium, sebab core yang
digunakan memang berbeda untuk percobaan dengan cara Merkuri
Injection Pump dan metode Penimbangan. Sehingga tidak dapat melihat
kekeliruan antara kedua metode penetuan porositas yang dipraktikan.

16

Nilai porositas yang diperoleh adalah 7,69% untuk percobaan


dengan Mercury Injection Pump dan 38,20% untuk percobaan dengan
metode Penimbangan.
Pada metode Mwrcuty Injection Pump dengan menggunakan
porometer digunakan merkuri (Hg) sebagai liquid untuk menentukan
porositas, dikarenakan merkuri dapat menerobos pori-pori batuan dengan
baik namun tidak bersifat membasahi permukaan yang dilaluinya sehingga
dapat menjaga keakuratan data pori batuan. Sifat tidak membasahi merkuri
ini sempat dibuktikan oleh praktikan dengan mencoba memecah kumpulan
merkuri yang berada diatas meja dengan ballpoint.
Pada metode Penimbangan media jenuh yang digunakan bukan
crude oil melainkan kerosin. Karena kerosin jernih sehingga saat diproses
penjenuhan core dapat dilihat apakah core sudah benar-benar jenuh dengan
lebih mudah. Saperti dilihat praktikan pada saat praktikum, core benarbenar jelas mengeluarkan gelembung yang menandakan ada pori-pori yang
terisi oleh kerosin.

17

2.7.

KESIMPULAN
1. Didapat 2 nilai porositas dari percobaan yang berbeda :
a) Metoda Mercury Injection Pomp = 7,69 %
b) Metoda Penimbangan
= 38,20 %
2. Dimana tingkat porositasnya merupakan porositas yang buruk untuk
percobaan dengan Mercury Injection Pump dan baik sekali untuk
percobaan dengan Metode Penimbangan.
3. Porositas yang didapat dari percobaan yang dilakukan adalah porositas
efektif batuan.

Anda mungkin juga menyukai