2021
1.6 HOTSPOT DAN MANTEL PLUME
Hotspot adalah area anomaly vulkanisme yang tidak berkaitan dengan proses dan aktivitas
lempeng tektonik. Banyak hotspot terletak di dalam bagian dari lempeng tektonik, sebagai contih di
Kepulauan Hawaii dan contoh lainnya di dekat punggunan laut yaitu aktivitas vulkanisme yang
membentuk Islandia. Di banyak kasus, hotspot terletak di ujung rangkaian bariasan gunung api, hal ini
disebut hotspot tracks. Di kepulauan Hawaii rangkaian rantai gunung berapi membentang sepanjang
kurang lebih 4000 km, dan semakin jauh rantai pegunungan dari gunung aktif maka semakin tua umur
gunung tersebut. Rantai pegunungan terbentuk akibat adanya pergerakan litosfer diatas sumber mantel
plume, material mantel plume yang berhasil menembus lapisan litosfer menyebabkan terjadinya gunung
berapi di permukaan.
Jason morgan (1971) mengaitkan aktivitas vulkanisme hotspot dengan rangakan global mantel
plume (mantle plumes) yang dalam. Mantle plumes adalah proses upwelling (naiknya) material batuan
mantel yang panas. Material plume umumnya berasal dari lapisan mantel panas yang berada di dasar
mantel bumi (batas antara mantel dan inti luar bumi). Batuan meleleh yang naik tersebut menghasilkan
vulkanisme basaltic yang berkaitan dengan hotspot atau bisa dikatakan hotspot merupakan manifestasi
mantel plume di permukaan.
Tidak hanya di kepulauan Hawaii dan islandia saja, ternyata hotspot juga terdapat di beberapa
wilayah lain, setidaknya ada 30 hotspot yang dapat terlihat jelas, dan 20 diantaranya menampakkan
jalur hotspot yang jelas (gambar 1.14). Kemudian ada sekitar 120 titik hotspot yang merupakan
kompilasi dari beberapa wilayah, namun dari 120 titik tersebut ada beberapa diantaranya yang subjektif
pendefinisiannya dikarenakan letaknya yang dekat dengan batas lempeng, artinya bisa saja itu
merupakan hotspot, atau bisa saja itu merupakan hasil dari proses tektonisme.
Selain membentuk rantai kepulauan gunung api seperti di Hawaii, hotspot juga berkaitan
dengan penambahan tinggit topografi di litosfer yang disebut Hotspot Swell. Penambahan tinggi
topografi regional dengan lebar sekitar 1000 km dan tinggi 3 km ini dikaitkan dengan adanya manifestasi
material plume di lapisan bawah litosfer sehingga mendorong lapisan litosfer ke atas.
Batuan kerak benua lebih silikat dibandingkan batuan kerak samudera yang lebih basalt, oleh
karenanya batuan kerak benua densitasnya lebih kecil dan lebih ringan daripada kerak samudera. Rata-
rata ketebalan kerak benua adalah 40 km, jauh lebih tebal dari pada kerak samudera. Rata-rata kerak
benua hampir 10 kali lebih tua dari kerak samudera. Karena lebih tebal kerak benua lebih stabil secara
gravitasi, sehingga mencegah kerak benua mengalami subduksi.
Meskipun kerak benua tidak dapat dihancurkan dengan subduksi, ia dapat didaur ulang secara
tidak langsung melalui delaminasi. Proses delaminasi terjadi Ketika bagian bawah litosfer samudera
mengelupas dan tenggelam ke dalam mantel bawah. delaminasi terjadi di zona tumbukan benua seperti
Himalaya dan Alpen.
Penentuan usia relatif batuan kontinen menjadi aspek penting dalam perkembangan sejarah
geologi. Penentuan awal umur batuan didasarkan pada fosil yang ditemukan pada batuan sedimen.
Dengan mempelajari evolusi spesies fosil tersebut, dan posisi relatif kita dapat menentukan waktu fosil
tersebut berasal. Selai itu, Pengukuran kuantitatif dari konsentrasi isotop radioaktif dan produk
turunannya di batuan juga dapat digunakan untuk mengetahui umur batuan. Ilmu penetuan umur
batuan dengan teknik radioisotop dikenal sebagai geokronologi.
Erosi dan sedimentasi memainkan peran penting dalam membentuk permukaan benua.
Pegunungan yang terbentuk akibat proses lempeng tektonik terkikis hingga mendekati permukaan laut
dalam beberapa juta tahun. Setiap wilayah di benua yang tertekan sampai di bawah permukaan laut
kemudian teirsi pleh sedimen ini untuk membentuk cekungan sedimen. Dasar dari cekungan sedimen
disebut sebagai basement. Wilayah benua di mana batuan metamorf dan batuan beku Prekambrium
terlihat dipermukaan dikenal sebagai perisai benua (Continental shields). Studi rinci tentang masa
Prakambrium menunjukkan bahwa proses lempeng tektonik yang terjadi saat ini telah berlangsung
setidaknya selama 3 miliar tahun.
Hipotesis pembentukan kerak benua terdiri dari tiga langkah: (1) Vulkanisme basaltik dari
mantel yang terkait dengan vulkanik busur pulau, retakan benua, dan hotspot bertanggung jawab atas
pembentukan kerak benua. (2) Peleburan intrakrustal dan metamorfosis suhu tinggi bertanggung jawab
atas diferensiasi kerak benua sehingga kerak bagian atas lebih silikat dan kerak bagian bawah lebih
basalt. Magma basaltik dari mantel yang masuk ke dalam kerak benua basaltik yang mengandung air
dapat menghasilkan batuan granit yang berasosiasi dengan kerak benua. (3) Delaminasi sejumlah besar
litosfer benua termasuk mantel dan kerak bagian bawah mengembalikan sebagian kecil kerak bagian
bawah ke mantel. Sisadari proses tersebut ialah kerak bagian atas, yang lebih silikat dan membentuk
kerak benua saat ini.
1.8 PALEOMAGNETISME DAN GERAKAN LEMPENG
Paleomagnetisme adalah studi tentang medan magnet masa lampau bumi dari rekaman
magnetisme yang tersimpan di dalam batuan magnet. Mineral silikat yang menyusun sebagian besar
batuan bersifat paramagnetik (magnetisme lemah) atau diamagnetik (tidak bersifat magenis) dan tidak
mampu memperoleh magnetisasi permanen. Namun, batuan yang mengandung mineral feromagnetik
(magnetisme kuat), dapat memperoleh magnet permanen yang lemah saat terbentuk. Magnetisme fosil
dalam batuan disebut sebagai magnet remanen alami (natural remanent magnetism disingkat NRM).
1. Thermoremanent magnetism (TRM), Saat mineral dipanaskan di atas suhu Curie (851 K), semua
magnet hilang. Ketika batuan yang mengandung mineral feromagnetik mendingin hingga suhu
di bawah suhu Curie, (blocking temperature), di dalam suatu medan magnet, maka batuan
tersebut dapat memperoleh magnet remanen (arah magnetism batuan mengikuti arah medan
magnet).
2. Chemical remanent magnetism (CRM), mineral magnetik dibentuk oleh proses kimiawi pada
suhu rendah. Saat sebutir mineral feromagnetik bertumbuh secara kimiawi, ia mencapai ukuran
di mana ia menjadi stabil secara magnetis. Orientasi magnetnya juga mengikuti medan magnet
pada proses pembentukannya.
3. Depositional remanen magnetism (DRM), Batuan sedimen juga dapat memperoleh magnet
remanen selama pembentukannya. Saat partikel kecil mineral feromagnetik jatuh melalui air di
dalam medan magnet, medan magnetik mereka menjadi sejajar sebagian dengan medan
magnet sekitar, Hasilnya adalah batuan sedimen yang terbentuk dengan partikel-partikel ini
memiliki deposisi remanen magnet.
Orientasi atau arah bidang remanen biasanya dinyatakan dalam deklinasi D atau azimut magnet,
yang merupakan sudut antara utara geografis dan arah medan magnet yang diukur searah jarum jam
positif (0 hingga 360◦), dan Inklinasi I, yang merupakan sudut antara horizontal dan arah medan magnet
diukur positif ke bawah (90 sampai + 90◦). Medan magnet bumi akan vertical di kutub magnet bumi
(inkilnasi + 90◦).
Dimana :
Bθ dan Br Komponen horizontal dan vertical medan magnet
dipol Bumi
a adalah jari-jari bumi
μ0 adalah permeabilitas ruang bebas (μ0 = 4π × 107 TmA− 1)
m adalah momen dipol (A m 2)
θm adalah colatitude magnetik (lintang magnet φm = π/2 -
θm)
Medan magnet bumi hanya terdiri dari 1 dipol (yaitu kutub utara dan kutub selatan). Lokasi dari
kutub maget saat ini adalah 73◦N, 100◦W dan 68◦S, 143◦E. dan jika kutub dipol dianggap simetris, maka
letaknya adalah 79◦N, 70◦W dan 79◦S, 110◦E, sumbu dipol simetris tersebut membentuk sudut sekitar
11◦ dengan sumbu rotasi bumi. Momen medan dipol adalah m = 7,94 × 10 22 2 A m2, dan medan
magnet di ekuator magnet adalah Bθ = 3,07 × 10-5 T.
Pengukuran paleomagnetik dapat menunjukkan posisi kutub magnet sebagai fungsi waktu untuk
batuan dari berbagai usia. Ternyata diketahui bahwa medan magnet bumi telah mengalami pembalikan
berkala di mana kutub magnet utara menjadi kutub magnet selatan dan sebaliknya. Orientasi ini dapat
terlihat dari magnetism batuan dari berbagai usia di tempat yang sama. Pengukuran menunjukkan
bahwa dalam 720.000 tahun terakhir medan magnet berada dalam orientasi sekarang (normal) yang
disebut periode Brunhes. Dan di antara 0,72 dan 2,45 Ma, ada periode yang dikenal sebagai zaman
Matuyama di mana orientasi bidang sebagian besar terbalik.
Medan magnet bumi dihasilkan oleh pergerakan besi cair di inti luar bumi yang menghasilkan
arus listrtrik yang sangat besar sehingga menghasilkan medan magnet. Sedangkan untuk menjelaskan
bagaimana medan magnet bisa mengalami perubahan orientasi tidak bisa dijelaskan secara terperinci,
kemungkinan hal tersebut diakibatkan oleh dinamika pergerakan besi cair di inti luar bumi.
Besarnya medan magnet di permukaan bumi bervariasi baik dalam ruang maupun waktu. Variasi
spasial dikenal sebagai anomali magnetik. Di benua, wilayah medan magnet tinggi, yaitu anomali
magnet positif, biasanya dikaitkan dengan konsentrasi mineral magnet di kerak bumi. Di lautan anomali
menunjukkan pola magnetik bergaris, yaitu, zona anomali magnet positif yang terus menerus
memanjang selebar beberapa puluh kilometer yang dipisahkan satu sama lain oleh zona anomali
magnet negative. Zona anomali magnetik bergaris umumnya terletak sejajar dan simetris dengan
punggungan samudera Samudra.
Saat batuan vulkanik dari kerak samudera mendingin di dekat punggungan samudra, magnet
remanen batuan mengikuti ke arah medan magnet bumi. Magnetisasi kerak samudera ini menghasilkan
anomali magnet sebagai konsekuensi dari pembalikan episodik di medan magnet bumi. Karena tanggal
pembalikan medan diketahui secara independen dari studi geokronologi, lebar strip magnetik dapat
digunakan untuk menentukan kecepatan penyebaran lantai samudera.
(a) Tahap pertama dari siklus Wilson adalah pecahnya benua, yang terjadi di zona retakan benua.
Tahap pertama proses pemisahan benua adalah terbentuknya lembah retakan (rift valey). Rift
valey terjadi akibat adanya tekanan tensional dari bawah. Blok tengah rift valey yang dikenal
graben mengalami turun (mengalami subsidence) dan bagian tepinya terangkat menimbulkan
terjadinya sesar normal disekitar blok tengah rift valey. Contoh tahap pertama siklus Wilson ada
di sistem retakan Afrika Timur dan retakan Rio Grande.
(b) Tahap kedua dari pembelahan benua adalah pembentukan pusat penyebaran dasar laut
(seafloor spreading center), atau punggungan Samudra. Sesar normal yang diasosiasikan dengan
tepian rift valey sekarang membentuk tepi samudra baru. Batuan mantel panas yang meleleh
mengalami proses upwelling kemudian membentuk kerak samudra baru dan tahap pertama
punggungan samudra. Contoh lautan pada tahap awal perkembangan ini adalah Laut Merah.
(c) Tahap ketiga adalah terbentuknya samudera. Saat dasar laut menyebar terus di pusat
penyebaran, samudera terbentuk. Karena pembentukan dasar laut baru di punggungan samudra
merupakan proses simetris, punggungan samudra membagi dua samudra yang baru tercipta. Ini
diilustrasikan pada gambar diatas bagian (c). Contohnya adalah Samudera Atlantik
(d) Tahap keempat, Seiring dengan bertambahnya usia dasar laut di batas benua, litosfer menjadi
lebih tebal dan lebih padat. Akhirnya litosfer menjadi cukup tidak stabil sehingga terbentuklah
palung samudra dan terus berkembang hingga subduksi dimulai.
(e) Tahap kelima, Jika kecepatan subduksi lebih besar dari kecepatan penyebaran dasar laut, maka
ukuran samudera akan berkurang. Akhirnya punggungan samudra itu sendiri akan tersubduksi.
Sebagai contoh subduksi punggung samudera terjadi di sepanjang pantai barat Amerika Utara.
Dalam kasus ini, punggungan samudra yang tersubduksi menyebabkan transformasi batas
lempeng konvergen antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Juan de Fuca (juga dikenal
sebagai lempeng Farallon) menjadi batas patahan transform saat ini antara lempeng Amerika
Utara dan Pasifik.
(f) Tahap keenam, Setelah punggungan samudra tersubduksi, sisa lempeng samudera juga akan
tersubduksi dan dan akhirnya benua akan bertabrakan.
Sebagian kerak benua atas dari lempeng Eurasia telah menimpa kerak benua lempeng Afrika.
Gaya-gaya yang terkait dengan subduksi lempeng Eurasia ke selatan telah mendorong kerak Eurasia
bagian atas ke atas kerak Afrika. Kerak Eurasia bagian bawah telah mengalami delaminasi dan
disubduksi ke dalam mantel dengan litosfer Eurasia.
Gambar 8. Penampang melintang zona orogeni pegunungan Alpen.
Tabrakan benua antara lempeng Eurasia dan lempeng India telah menghasilkan zona orogenik
yang jauh lebih luas besar Tiongkok. Tabrakan tersebut mengakibatkan terbentuknya Himalaya,
pegunungan tertinggi dan terluas di dunia. Batas antara lempeng india dan lempeng Eurasia adalah
Indus suture. Dataran tinggi Tibet adalah wilayah luas dengan topografi tinggi dengan patahan yang luas
sedikit sekali aktivias vulkanisme disana. Di daratan tinggi Tibet, Kerak benua India dan litosfer telah
didorong ke bawah kerak Eurasia di seluruh dataran tinggi Tibet Sesar meluas di sebagian besar wilayah
Tiongkok. beberapa gempa bumi terbesar dalam sejarah telah terjadi pada sesar-sesar ini, dan dalam
banyak kasus jumlah korban jiwa sangat tinggi. Seperti gempabumi Tangshan 28 juli 1975 dilaporkan
655.000 jiwa meninggal, dan gempabumi Shensi 23 Januari 1556, dimana 800.000 orang meninggal
dunia.
Tabrakan benua dapat menghasilkan tegangan horizontal dalam jumlah besar. Diperkirakan
bahwa kerak benua asli di Himalaya telah memendek hingga 300 km atau lebih. Kerak bagian atas yang
rapuh dapat dikompresi dan dmenebal diakibatkan oleh perpindahan serangkaian sesar naik (thrust
faults) yang membentuk sabuk naik (thrust belt) masing-masing blok upthrust membentuk pegunungan.
Cekungan sedimen sering terbentuk di atas blok downthrust. Di sabuk naik Wyoming (Wyoming thrust
belt), terdpat cekungan sedimen dimana situs ladang minyak utama berada.
Gambar 9. Penampang melintang zona orogeni pegunungan
Himalaya.
Pada benua yang saling bertabrakan, terjadi efek isostasy, dimana bagian lempeng yang
bertambah tinggi membentuk pegunungan diimbagi dengan penambahan kedalaman lapisan litosfer ke
dalam, hal ini terjadi karena adanya kesetimbangan berat litosfer.
Meskipun sebagian besar aktivitas vulkanisme bumi dapat dikaitkan langsung dengan batas
lempeng, terdapat banyak pengecualian. Contoh paling jelas adalah vulkanisme di Kepulauan Hawaii.
Vulkanisme intraplate ini terjadi di dekat bagian tengah lempeng Pasifik akibat adanya hotspot. Ada 2
jenis hotspot, yaitu hotspot intraplate dan hotspot yang terletak di atau dekat pegunungan samudra.
Salah satu contoh hotspot di punggungan samudra adalah Islandia, di mana tingkat vulkanisme yang
sangat tinggi telah menghasilkan kerak samudera yang sangat tebal.
Selain contoh diatas, hotspot vulkanik juga terjadi di Afrika dan Amerika Utara bagian barat.
Vulkanisme aktif terjadi di sebagian besar Afrika. Sistem retakan Afrika Timur adalah fitur yang
membentuk barisan yang membentang ke barat daya beberapa ribu kilometer dari Batasan lempeng
dengan Laut Merah dan Teluk Aden.Retakan tersebut ditandai dengan tektonik tensional dan ekstensi
horizontal. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, keretakan mungkin merupakan tahap pertama dari
retakan kontinen.
Retakan di Afrika Timur juga dicirikan
oleh daerah topografi naik yang berbentuk
seperti lingkaran yang disebut sebagai swell.
Hubungan fitur-fitur ini dengan proses rifting
tidak pasti. Mereka mungkin terkait dengan
konveksi plume mantel. Plume mantel
mendorong lapisan litosfer di atasnya dan
menyebabkan tegangan tensional di litosfer.
Tekanan tensional menyebabkan litosfer
benua pecah, menyebabkan vulkanisme dan
pengangkatan.
Gambar 13.Distribusi gempabumi tektonik M > 5.1 periode 1964-95 (data dari
engdahl)
Gempa bumi dikaitkan dengan displacement pada sesar atau fault. Displacement dalam gempa
bumi yang sangat besar adalah 10 m. Jika kecepatan relatif melintasi batas lempeng adalah 50 mm yr -1,
diperlukan 200 tahun untuk mengakumulasi perpindahan ini. Gempa bumi besar di zona subduksi dan
patahan transformasi besar seperti San Andreas terulang kembali di sekitar periode ini.
Bentuk sesar utama di permukaan adalah zona luas dari batuan retak dengan lebar satu
kilometer atau lebih. Sesar yang lebih kecil memiliki zona patahan sesar dengan lebar beberapa
sentimeter atau kurang. Sebaliknua, Total offset di sesar besar mungkin ratusan kilometer. Zona sesar
adalah zona lemah. Ketika tingkat stress regional cukup besar, patahan menjadi pecah dan gempa bumi
terjadi. Ada bukti geologis bahwa sesar yang dulunya tidak aktif menjadi aktif Kembali akibat adanya
stress yang sangat besar.
Jika suatu daerah berada dalam keadaan tegangan tensional, maka akan terjadi sesar normal.
Jika suatu daerah berada dalam keadaan tegangan tekan maka akan terjadi sesar naik. Jika suatu daerah
dalam keadaan geser, akan terjadi sesar strike slip
gaya yang menggerakkan lempeng bumi adalah adanya gaya apung negative akibat tarikan
gravitasi di subduksi pada lempeng yang turun, dan juga gravitasional sliding dari punggungan
samudera. Dan juga ada gaya-gaya lainnya yang menyebabkan akumulasi tegangan di batas interaksi
lempeng sehingga banyak gempabumi terjadi di batas lempeng.
Panas dapat diubah menjadi gerakan terarah dengan konveksi termal. Fluida akan naik secara
horizontal akibat pemanasan di dasar, naiknya fluida karena proses pemanasan menyebabkan material
lebih ringan, sedangkan material diatasnya yang lebih dingin dan lebih berat akan bergerak turun dan
tenggelam.
Batas lapisan termal tipis yang lebih dingin terletak diatas batas lapisana atas yang panas. Satu
sisi Bagian Batas lapisan termal tipis yang lebih dingin menyatu dengan sisi lainnya menciptakan plume
dingin yang bergerak menurun. Lapisan batas termal tipis yang dingin dianalogikan dengan litosfer.
Plume dingin yang menurun dianalogikan dengan subduksi. Gaya apung negative pada plume dingin
yang dingin dianalogikan dengan gaya bodi pada litosfer yang turun. Sebaliknya, mantel plume yang naik
juga dapat dikaitkan dengan konveksi termal. Diperkirakan akan ada lapisan batas termal panas di dasar
mantel konveksi. Gaya apung pada batuan mantel berdensitas rendah menyebabkan plume panas naik
dari dasar mantel. Mekanisme inilah yang bertanggung jawab atas bergeraknya lapisan litosfer di kerak
bumi
Gambar 14. Model lapisan batas untuk konveksi termal dua dimensi dalam lapisan
fluida yang dipanaskan dari dalam dan didinginkan dari atas.
1. Bumi. Bulan dan Merkurius memiliki litosfer kontinu yang permukaannya sebagian besar
dibentuk oleh tubrukan kan (material angkasa luar yang menabrak) dan proses vulkanik dan
tektonik.
2. Mars Juga memiliki kawah tubrukan dan aktivitas tektonisme dan vulkanisme, permukaan Mars
dipengaruhi oleh atmosfernya, aliran air cair, dan pergerakan debu.
3. Venus merupakan planet yang tertutup awan, meskipun begitu, permukaannya dapat diketahui
oleh radar pesawat luar angkasa dan radar di stasiun Bumi. Kawah dan vulkanisme mendominasi
permukaan venus secara luas, tetapi tidak ada bukti langsung dari fitur lempeng tektonik seperti
punggung bukit atau palung terlihat disana.
4. Jupiter memiliki beberapa system satelit, dimana system satelit utamanya bermana Galileo yang
terdiri dari beberapa satelit yaitu:
a. Io, satelit Jupiter yang memiliki fitur sangat beragam termasuk aktivitas vulkanisme yang
sangat aktif. Permukaan Io dibentuk oleh gaya vulkanisme yang tampaknya unik. Io adalah
satu-satunya benda di tata surya selain Bumi, yang dapat diamati aktivitas vulkanismenya
karena sangat aktif.
b. Ganymede, permukaannya memiliki kawah tumbukan dan struktur tektonik yang dihasilkan
dari proses dinamis di litosfer yang didominasi es. Ganymede adalah satu-satunya bulan di
tata surya yang memiliki medan magnet.
c. Callisto, memiliki permukaan kawah tumbukan yang sangat besar dan ukuran Callisto sama
dengan Ganymede, tetapi tidak ada tanda bahwa permukaannya berubah dikarenakan
aktivitas internal.
d. Europa, adalah satelit jupiter yang permukaannya berbatu, agak lebih kecil dari Bulan,
dengan kulit terluar yang relatif tipis berupa es di permukaan tetapi mungkin cair di
kedalaman.
5. Saturnus juga memiliki beberapa satelit yang terungkap sebagai objek unik dengan kompleksitas
dan aktivitas yang mengejutkan diantaranya:
a. Enceladus, satelit yang sangat kecil, radiusnya hanya sekitar 250 km, memuntahkan
gumpalan air dari wilayah kutub selatan jauh ke luar angkasa, mengisi cincin Saturnus E
dengan partikel dari interior satelit.
b. Titan, satelit yang tertutup awan dan ukurannya sama dengan Ganymede dan Callisto,
memiliki atmosfer nitrogen yang tebal dengan awan metana yang menghujani permukaanya
yang terdapat sungai dan danau hidrokarbon cair.
c. Vesta, asteroid terbesar kedua, seukuran Enceladus. Vesta memiliki inti besi dan mantel
silikat. Permukaannya terdiri dari medan yang sangat berkawah dan area gelap yang
kemungkinan besar merupakan aliran basaltic.
Benda-benda angkasa seperti Merkurius, Bulan, Callisto, satelit Mars, asteroid Vesta, dan bulan Saturnus
(Mimas, Rhea, Iapetus) menyimpan catatan evolusi awal mereka di area permukaan yang banyak
kawahnya dan dengan demikian memberikan informasi tentang permulaan tata surya.
1.16 BULAN
Salah satu penemuan utama misi Apollo adalah bahwa Bulan terdiri dari berbagai jenis
batuan beku yang sangat berbeda dalam komposisi kimia dan mineralnya. Perbedaan utama
antara maria bulan dan dataran tinggi, dataran tinggi sebagian besar terdiri dari plagioklas,
mineral yang relatif ringan, ini mewakili fluktuasi kristal di bagian atas lautan magma yang
dalam. Kerak "samudra magma" kaya plagioklas, sementara mineral yang lebih padat seperti
olivin dan piroksen tenggelam. Saat Bulan terbentuk, bagian luarnya terdiri dari lapisan magma
silikat cair di mana plagioklas terapung dan terakumulasi ke dalam kerak bulan pertama yang
stabil.
Studi seismik yang dilakukan pada misi Apollo menunjukkan bahwa kerak bulan memiliki
ketebalan antara 60 dan 100 km. Namun, berdasarkan kesimpulan dari data gravitasi dan
topografi resolusi tinggi, tebal kerak bulan adalah antara 34 dan 43 km. Kecepatan seismik dan
kepadatan rata-rata Bulan menunjukkan bahwa mantel bulan terdiri dari peridotit yang mirip
dengan mantel Bumi. Diduga bahwa kerak bulan mewakili sekitar 20% fraksi leleh sebagian dari
mantel bulan primitif dengan komposisi yang mirip dengan pirolit. Diperkirakan terdapat lapisan
batuan mantel di bawah kerak bulan memiliki tebal sekitar 300–500 km.
Permukaan bulan setelah kedua proses pembentukan diatas hingga sekarang relative
tetap dan hapir tidak berubah.
Meskipun batuan bulan mirip dengan batuan beku di Bumi, ada perbedaan yang signifikan antara
keduanya. Berbeda dengan Bumi, Bulan tidak memiliki inti besi yang besar, tetapi mungkin memiliki inti
besi yang kecil. Jari-jari inti bulan memiliki nilai kurang dari 350 km. Analisis ulang data seismik dari
program Apollo mengklaim telah mendeteksi inti kaya besi dengan radius sekitar 330 km dan inti dalam
padat dengan radius sekitar 240 km (Weber et al., 2011).
Bulan pada dasarnya tidak memiliki air. Namun, analisis terbaru tentang inklusi pencairan bulan
mengungkapkan bahwa setidaknya beberapa bagian interior bulan mengandung air. Selain itu,
penemuan es di kawah yang teduh secara permanen di kutub selatan bulan mendukung evaluasi ulang
terhadap pandangan Bulan sebagai tempat yang kering. Misi LCROSS (Lunar Crater Observation and
Sensing Satellite) di wilayah kutub selatan Bulan dan menemukan jumlah air yang signifikan di gumpalan
ejecta dari benturan. Radiometer di LRO mengukur suhu di dasar beberapa kawah kutub selatan lebih
dingin daripada suhu di permukaan bulan bagian luar.
Pengukuran medan magnet dilakukan oleh satelit kecil yang tinggal di orbit bulan oleh misi Apollo 15
dan 16. Meskipun daerah lokal dari batuan magnet terdeteksi oleh subsatelit, tidak ada medan magnet
bulan global yang dapat diukur. Momen dipol magnet bulan hampir tujuh kali lipat lebih kecil dari
momen dipol Bumi. Tidak adanya medan magnet bulan global saat ini diduga karena tidak adanya
dinamo aktif di Bulan. Inti bulan yang kecil mungkin telah cukup dingin, atau sebagian dipadatkan,
sehingga gerakan konvektif di dalamnya tidak lagi memungkinkan. Pengukuran magnetisasi terbaru
dalam sampel basal mare menunjukkan bahwa dinamo bulan bertahan setidaknya hingga 3,7 miliar
tahun yang lalu (Shea et al., 2012).
Teori asal mula Bulan telah diperdebatkan selama lebih dari satu abad. Teori klasik menyatakan (1)
bahwa Bulan dibentuk sebagai planet terpisah dan ditangkap oleh Bumi, (2) bahwa Bulan pada awalnya
adalah bagian dari Bumi dan Bumi pecah menjadi dua bagian, dan (3) Bumi dan bulan terbentuk sebagai
planet biner (masing-masing adalah planet yang terpisah). Teori lain mengusulkan bahwa Bulan
terbentuk memadatnya cakram ejecta (material yang terlepas ke angkasa akibat tumbukan) yang
mengorbit Bumi setelah tumbukan benda seukuran Mars dengan Bumi. Asal usul tumbukan raksasa
Bulan telah mendapatkan dukungan luas karena tidak melanggar batasan pengamatan utama apa pun
tentang asal bulan. Salah satu konsekuensi utama hipotesis tumbukan raksasa tentang asal-usul bulan
adalah Bulan yang panas, sebagian mencair (atau mungkin sepenuhnya meleleh) setelah bertambahnya
dari cakram ejecta sirkumterestrial.
1.17 MERKURIUS
Meskipun merupakan planet terestrial terkecil, Merkurius adalah yang planet terpadat. Merkurius
memiliki 60% hingga 70% Fe. Dengan besi terkonsentrasi di inti pusat, Merkurius dapat digambarkan
sebagai bola besi yang dikelilingi oleh cangkang silikat tipis.
Pengukuran medan magnet oleh Mariner 10 menunjukkan bahwa Merkurius memiliki medan
magnet global. Jumlah data yang terbatas dari Mariner 10 menyebabkan ketidakpastian yang besar
dalam penentuan nilai momen dipol magnet Merkurius. Perkiraan berdasarkan data Mariner 10 terletak
pada kisaran 2 sampai 5 × 10 19 Am2, atau sekitar 5 × 10-4 kekuatan medan magnet bumi. Berdasarkan
data Mariner 10 saja, magnet yang berasal dari kerak tidak dapat dikesampingkan sebagai sumber
medan magnet, tetapi kemungkinan besar medan magnet tersebut berasal dari aksi dinamo di bagian
cair inti Merkurius. Berdasarkan Model distribusi kepadatan radial, Merkurius tersusun oleh kerak silikat
padat dan mantel berbatu yang menutupi inti luar cairan kaya zat besi. Merkurius memiliki inti dalam
yang kokoh. Ada beberapa anomali gravitasi besar di belahan bumi utara. Medan magnet global
merkurius merupakan dipol magnet dengan offset kemiringan kurang dari 3◦ dari sumbu rotasi. Ada
juga bukti magnetisasi remanen kerak pada Merkurius.
VULKANISME DI MERKURIUS
AIR DI MERKURIUS
Spektrometer Neutron dan instrumen Laser Altimeter di pesawat ruang angkasa Messenger
telah menemukan bukti air es dan endapan lainnya di kawah bayangan permanen di kutub utara
Merkurius. Spektrometer Neutron mengukur peningkatan konsentrasi hidrogen, baik di permukaan
dalam kawah bayangan permanen dan terkadang terkubur di bawah endapan lain, konsisten dengan es
air murni. Jadi, Merkurius dan Bulan telah mengawetkan es air di kutubnya.
1.18 MARS
Gambar 17. komposit dari dua belahan Mars. Kiri
atas adalah belahan "timur". Perbedaan antara
dataran utara yang muda, mulus, dataran rendah
dan dataran tinggi selatan yang banyak kawah dan
tua diilustrasikan dengan jelas. Kegelapan
Cekungan Hellas melingkar di selatan adalah
struktur benturan. Kanan bawah adalah belahan
"barat". Tiga perisai raksasa gunung berapi yang
membentuk rantai Pegunungan Tharsis terletak di
dekat ekuator. Olympus Mons, gunung tertinggi di
tata surya, terletak di sana barat laut rantai ini. Di
sebelah timur terlihat sistem ngarai Valles Marineris
(Gambar NASA PIA02040).
Ciri global yang paling mencolok dari permukaan Mars adalah asimetri belahannya. Sebagian
besar belahan selatan Mars tertutup oleh dataran tinggi berkawah padat, sedangkan sebagian besar
belahan bumi utara terdiri dari dataran berkawah ringan. Daerah yang memiliki banyak kawah di
belahan bumi selatan mungkin merupakan sisa dari permukaan pasca-akresi planet ini, dan dataran
utara yang lebih muda kemungkinan berasal dari vulkanik.
Dataran tinggi selatan menutupi lebih dari 60% permukaan Mars yang terdiri dari batuan kuno
dengan banyak kawah yang terbentuk pada awal sejarah planet ketika tingkat tumbukan tinggi.
Cekungan Argyre dan Hellas yang besar dan melingkar terletak di belahan bumi selatan dan secara
umum diyakini sebagai cekungan benturan yang mirip dengan cekungan maria di Bulan. Cekungan Hellas
memiliki diameter lingkar 2300 km dan merupakan salah satu struktur tubrukan terbesar di tata surya,
sedangkan Cekungan Argyre memiliki diameter lebih dari 1500 km.
Salah satu fitur vulkanotektonik utama di Mars adalah wilayah Tharsis, yang merupakan wilayah
dataran tinggi yang terdiri dari gunung berapi yang relatif muda. Dengan lebar sekitar 3000 km dan
ketinggiannya sekitar 10 km di atas ketinggian permukaan rata-rata. Seluruh pengangkatan Tharsis
tampaknya merupakan hasil dari vulkanisme ekstensif.
Tiga perisai vulkanik (gunung api jenis perisai) yang sangat besar (Arsia, Pavonis, dan Ascraeus
Montes) membentuk Tharsis Montes, rantai linier gunung berapi yang membentang ke timur laut
melintasi wilayah Tharsis. Ketiga perisai vulkanik ini memiliki kemiringan landai beberapa derajat (lereng
atas biasanya lebih curam daripada lereng bawah) dan kaldera lebar. Perisai vulkanin tersebut
tampaknya merupakan hasil aliran basaltik dan mirip dengan gunung berapi perisai intraplate di
Kepulauan Hawaii. Gunung berapi perisai Mars menjulang 10 hingga 18 km di atas Tharsis.
Olympus Mons adalah gunung berapi perisai dengan diameter hampir 600 km dan tinggi lebih
dari 26 km, gunung ini merupakan gunung tertinggi di tata surya. Ketinggian ekstrim gunung berapi Mars
dapat dikaitkan dengan gravitasi permukaan yang rendah dan kurangnya gerakan relatif antara litosfer
dan sumber magma. Kehadiran gunung berapi perisai di Mars dan ketidakhadirannya di Bulan dapat
dikaitkan dengan perbedaan viskositas lava yang meletus. Anomali gravitasi yang signifikan dikaitkan
dengan pengangkatan / peninggian wilayah Tharsis. Anomali gravitasi ini bisa jadi menjelaskan jika
konstruksi vulkanik sebagian didukung oleh litosfer elastis di Mars.
Fitur tektonik utama lainnya di Mars adalah sistem ngarai yang sangat besar, Valles Marineris,
membentang ke arah timur dari Tharsis sekitar 4.500 km. Ngarai tersebut memiliki lebar hingga 200 km
dan kedalaman beberapa kilometer. Di bagian tengah (Gambar 1.77), sistem ini memiliki lebar sekitar
600 km dan kedalaman lebih dari 7 km. Sistem Valles Marineris mungkin merupakan rangkaian rekahan
kompleks di kerak Mars yang disebabkan oleh tonjolan topografi besar di wilayah vulkanik Tharsis.
Banyak saluran tersebar luas di permukaan Mars. Mereka menampilkan berbagai bentuk
morfologi, termasuk jalinan dan pulau-pulau yang beralur, yang sangat mungkin terbentuk oleh air yang
mengalir (Gambar 1.78). Jika air benar-benar mengalir di permukaan Mars di masa lalu, air tersebut
mungkin berasal dari mencairnya es di bawah permukaan. Hal ini didukung oleh bentuk permukaan
(terrain) mars yang tidak beraturan: area blok besar dan tidak beraturan yang mungkin dibentuk oleh
keruntuhan dan hilangnya material bawah permukaan seperti es di tanah. Permukaan (terrain) mars
yang tidak beraturan di ujung timur sistem Vallis Marineris.
Air yang pernah berada di permukaan Mars sekarang dapat ditemukan di lapisan es kutub, di es
tanah di bawah permukaan, dan mungkin di kantong air tanah pada kedalaman tertentu. Phoenix
mendarat di dalam lingkaran Arktik Mars dan lengan robotiknya menemukan es dangkal di kedalaman
sekitar 10 cm di bawah permukaan. Spektrometer sinar gamma di Odyssey menentukan distribusi global
es dekat permukaan dengan mengukur kandungan hidrogen menggunakan neutron dan sinar gamma
dan mengasumsikan bahwa hidrogen sebagian besar hadir dalam bentuk es air.
Meskipun proses yang terkait dengan aliran cairan mungkin hanya aktif di masa lalu, permukaan
Mars saat ini secara aktif dimodifikasi oleh erosi dan pengendapan atmosfer. Tidaklah mengherankan,
mengingat badai debu abadi yang menyelimuti planet ini, pasir yang tertiup angin secara efektif
mengubah permukaan Mars saat ini. Angin adalah sarana yang efektif untuk mengangkut material di
atas permukaan Mars; terdapat endapan berlapis di daerah kutub yang diyakini sebagai akumulasi
material yang dibawa oleh atmosfer dari daerah lain di planet ini.
Massa jenis rata-rata 3950 kg m -3 dan momen inersia Mars yang relatif kecil (0,365) adalah bukti
bahwa Mars memiliki inti logam. Meskipun Mars memiliki inti logam, ia tidak memiliki medan magnet
intrinsik global. Pengukuran medan magnet awal dari pesawat ruang angkasa Mars 2, 3, dan 5
menunjukkan Mars memiliki medan magnet kecil dengan momen dipol 3 × 10 -4 kali momen dipol
magnet Bumi. Data dari Mars Global Surveyor telah menjawab pertanyaan tentang keberadaan medan
magnet global Mars tidak ada, tetapi kerak Mars memiliki konsentrasi magnet remanent yang kuat yang
menyiratkan bahwa Mars memiliki medan magnet global di masa lalu. Magnetisasi kerak di Mars
terutama terbatas pada dataran tinggi kuno di belahan bumi selatan dan membentuk fitur linier berarah
timur-barat dengan polaritas bolak-balik yang membentang hingga jarak sejauh 2000 km. Fitur
magnetisasi mengingatkan pada garis magnetik di dasar laut bumi, dan menunjukkan kemungkinan
lempeng tektonik menyebar di awal sejarah Mars. Tidak adanya magnet kerak di dekat cekungan
benturan besar seperti Hellas dan Argyre telah digunakan untuk menyatakan bahwa dinamo Mars awal
berhenti beroperasi sebelum sekitar 4 Miliar tahun.
Bukti utama Mars yang awalnya panas adalah adanya material Mars yang terdapat di meteorit
SNC (Shergottites, Nekhlites, Chassignites). SNC adalah meteorit yang ditemukan di Bumi yang
tampaknya lolos dari medan gravitasi Mars setelah satu atau lebih tumbukan besar. Usia radiometrik
untuk meteorit SNC adalah sekitar 4,6 miliar tahun.
Phobos dan Deimos menampilkan wajah yang sama ke arah Mars saat mereka mengorbit
planet. Phobos mengorbit Mars lebih cepat dari rotasi planet dan akibatnya gaya pasang surut
menyebabkan bulan bergerak ke dalam menuju planet. Akhirnya Phobos akan pecah di bawah pengaruh
gravitasi Mars. Deimos, bagaimanapun, berevolusi keluar dari Mars, mirip dengan evolusi Bulan Bumi.
Gambar 18. Foto Phobos. Phobos berukuran Gambar 19. Foto Demios. Demios berukuran
sekitar 27 x 22 x 18 km sekitar 15 x 12 x 11 km
1.20 VESTA
Pesawat ruang angkasa NASA Dawn mengorbit asteroid Vesta selama sekitar satu tahun dan
membawa informasi berharga tentang permukaan dan interiornya. Vesta, secara resmi dikenal sebagai 4
Vesta, adalah asteroid terbesar kedua di tata surya. Radius rata-rata adalah 262,7 km, tetapi dimensi
triaksialnya adalah 286,3, 278,6, dan 223,2 km (Russell et al., 2012).
Massa dan densitas rata-rata Vesta masing-masing adalah 2.59 × 10 20 kg dan 3456 kg m−3
(Russell et al., 2012). Berdasarkan densitas rata-rata Vesta, dikombinasikan dengan momen gravitasi
derajat dua yang diukur bahwa Vesta memiliki inti besi dalam model dua lapis, menghasilkan nilai radius
inti dan fraksi massa inti masing-masing sekitar 110 km dan 18%, konsisten dengan perkiraan dari
analisis meteorit HED (Russell et al., 2012). Mineralogi permukaan Vesta mirip dengan komposisi
meteorit HED, yang menegaskan bahwa kerak Vesta terbentuk dengan lelehan induk Vesta.
Terdapat cekungan tumbukan raksasa yang bernama Rheasilvia di kutub selatannya. Diameter
cekungan sekitar 500 km dan kedalaman sekitar 19 kms. Rheasilivia melenyapkan sekitar setengah dari
cekungan kutub selatan 400 km yang lebih tua yang sebelumnya sudah ada bernama Veneneia (Schenk
et al., 2012). Kedua cekungan tersebut berusia muda secara geologis, sekitar 1 hingga 2 miliar tahun.
Volume material yang terlepas oleh tumbukan ini cukup besar dan menghasilkan keluarga asteroid
Vesta (Vestoid atau asteroid dengan orbit dan spektrum pantulan yang mirip dengan Vesta) dan
meteorit HED. Perkembangan awal inti besi Vesta kemungkinan besar disebabkan oleh pemanasan
isotop radioaktif Al dan Fe yang berumur pendek. Penemuan magnetisasi remanen dalam meteorit ALH
81001 (Fu et al., 2012) menunjukkan adanya dinamo awal pada tubuh induknya 4 Vesta.
Turcotte (1993) mengusulkan bahwa Venus kehilangan panas melalui subduksi global episodik
yang terkait dengan lempeng tektonik, seluruh litosfer planet di Venus mengalami subduksi sekitar 10
Juta tahun. Litosfer awal digantikan oleh mantel panas naik dengan cara yang mirip dengan busur
belakang yang menyebar di Bumi. Setelah pelapisan kembali vulkanik, pembentukan litosfer termal baru
yang menebal. Ketika litosfer global ini menjadi cukup tidak stabil secara gravitasi, peristiwa subduksi
global baru terbentuk.
Salah satu penjelasan atas kurangnya lempeng tektonik di Venus adalah tidak adanya kerak
benua, sedimen dan air memainkan peran penting dalam menghasilkan kerak silikat. Tanpa lautan dan
erosi, kerak benua tidak akan terbentuk. Campbell dan Taylor (1983) menerbitkan sebuah makalah
berjudul, "Tanpa air, tanpa granit - tidak ada samudra, tidak ada benua." Seperti yang ditunjukkan di
Bagian 1.2, zona deformasi di kerak benua mengakomodasi ketidaksesuaian geometri yang terkait
dengan lempeng tektonik. Litosfer global yang kuat di Venus menghasilkan peristiwa subduksi episodik
global daripada subduksi mendekati kondisi tetap yang terkait dengan lempeng tektonik.
Voyagers 1 dan 2 masing-masing pada tanggal 5 Maret 1979 dan 9 Juli 1979, dan misi Galileo
(1995-2000) memberikan pengetahuan lebih lanjut mengenai Satelit Galilea ini. Satelit-satelit ini sangat
berbeda satu sama lain dan dari planet terestrial; banyak proses fisik yang terjadi di interior dan
permukaannya yang unik dan berbeda.
IO
Io berukuran sedikit lebih besar dan lebih masif dari Bulan. misi
Voyager dan Galileo menunjukkan Io sebagai benda vulkanik paling aktif
di tata surya. Voyager dan Galileo, mengamati banyak vulkanik aktif yang
meluas dan memiliki ketinggian ratusan kilometer di atas permukaan.
Vulkanisme Io sebagian besar berbasis silikat seperti di planet Bumi. Fitur
melingkar di Io adalah cekungan yang mirip kaldera dan memiliki
diameter hingga 200 km. Permukaan Io secara geologis sangat muda, lava
silikat dan belerang baru saja muncul di planet ini.
Keberadaan astenosfer yang Sebagian cair di Io telah dikonfirmasi oleh observasi medan magnet
di sekitar satelit yang dilakukan oleh pesawat ruang angkasa Galileo. Medan magnet Yupiter
mendinduksi Io menyebabkan arus listrik di interior satelit. Jika ada wilayah dengan konduktivitas listrik
yang cukup tinggi di satelit, arusnya cukup besar untuk menghasilkan medan magnet yang dapat
diamati.
Selain itu, Pengukuran medan magnet mensyaratkan bahwa Io memiliki lapisan magma bawah
permukaan global dengan ketebalan lebih dari 50 km. Pengukuran medan magnetis maksimal sekitar
110 nT pada kutub dipol dinamo yang dihasilkan di dalam Io.
EUROPA
Europa hanya sedikit lebih kecil dan kurang masif dari Bulan.
Voyager 2 Europa yang menunjukkan permukaan terdiri dari dua jenis
bentuk daratan (terrain). (1) daerah cerah yang dilintasi oleh banyak
tanda linier gelap (punggung bukit dan patahan dengan panang ribuan
kilometer dan lebar 100 km) dan (2) medan berbintik-bintik agak lebih
gelap. Permukanaan Europa sedikit kawah tubrukan yang menunjukkan
europa masih muda secara geologis.
Berdasarkan densitas dan momen inersia Europa dominan terdiri dari silikat, dan mengandung
20% air. Air berada di lapisan permukaan setebal sekitar 100 km yang mengelilingi mantel silikat dan inti
logam. Lapisan air membeku di permukaan dan cair di bawahnya. Ketebalan kulit es terluar tidak
diketahui; diperkirakan bisa setipis beberapa kilometer atau setebal puluhan kilometer, hal ini
dibuktikan oleh Gambar yang diambil pesawat Galileo
.
1.23 SATELIT SATURNUS
Pesawat ruang angkasa Cassini menjelajahi sistem Saturnus dan mengungkapkan kelompok
satelit yang beragam dan unik, terutama Enceladus yang sangat kecil dan Titan yang sangat besar.
ENCELADUS
TITAN