Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERTEMUAN 3

FACIAL AND EYE BEHAVIOR

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu membahas dan menafsirkan (C5) makna-makna setiap symbol perilaku non
verbal dalam melaksanakan (A3) obervasi dan wawancara

BAHAN PEMBELAJARAN
Facial and Eye Behavior
a. Importance of facial expression
b. Perspective on acquisition & development
c. Facial management & expression of emotion
d. Primary affect display & communication
e. Variation of facial expressions
f. Properties & function of eyes behaviour
g. Types of eyes behaviour
h. Eye behaviour & individual differences
i. Personality differences
j. Gender differences

METODE:
Kuliah, response, diskusi serta tanya jawab melalui forum dan/atau zoom

PENGALAMAN BELAJAR
Melalui materi yang dipaparkan secara interaktif , integratif dan saintifik, mahasiswa
mendiskusikan mengenai Facial and Eye Behavior

Estimasi Waktu
1x ( 2 x 50 menit (TM), 2 x 60 menit (BM) dan 2 x 60 menit (BT))

KRITERIA DAN INDIKATOR


KRITERIA
Ketepatan, kejelasan, keaktifan, kesesuaian, dan sistematika
Bentuk penilaian: Non tes

INDIKATOR
1. Ketepatan memaparkan mengenai Facial and Eye Behavior
2. Ketepatan sistematika dan mensarikan materi pertemuan 4

PENGANTAR
EYE BEHAVIOR

Oculesics merupakan study mengenai fungsi eye behavior, eye contact, dan eye
movement. Mata merupakan media komunikasi yang berperan sangat penting. Mata mampu
mengetahui kurang lebih 80% informasi berada di luar dan mampu merenspon kurang lebih
sebanyak 1,5 juta persen secara bersamaan dengan ukuran tidak lebih besar dari sebuah bola
ping pong (Morris, 1985, p,49). Morris menunjukan walaupun semua pembicaraan,
pendengaran, pergerakan, dan pegangan yang kita lakukan membutuhkan penglihatan. Ada
beberapa penulis mengklaim bahwa mata memberi sinyal-sinyal emosi, sikap dan hubungan
ketika isyarat-isyarat tubuh lain tidak ditemukan. Awal dari komunikasi yang terjalin diantara
manusia selalu dengan kontak mata. Jika kontak tidak menarik diantara keduanya, sangat
memungkinkan bahwa tidak aka nada kontak tambahan yang akan terjadi.

I. PROPERTIES AND FUNCTION OF EYE BEHAVIOR


Terdapat tiga sifat utama dari eye behavior, sifat pertama adalah salience. Karena
eye behavior ini merupakan tatapan langsung yang memiliki kemungkinan besar
untuk diperhatikan, yang merupakan interaksi yang jauh lebih menonjol dibandingkan
gerakan tubuh lainnya. Artinya, eye behavior ini memainkan peran uang penting
dalam mengelola interaksi kita, menarik perhatian orang lain, dan
mengkomunikasikan minat kita pada apa yang dikatakan oleh orang lain. Sifat penting
kedua dari eye behavior adalah extraordinary ability to stimulate arousal, karena
hampir tidak mungkin jika kita tidak mengalami tingkat gairah ketika melihat orang
lain. Gairah ini mungkin sedikit negative, contohnya seperti ketika kita melihat
seseorang yang tidak ingin kita ajak interaksi, namun juga bisa positif, conothnya
yaitu ketika dua pasangan saling memangdang di sebrang meja di restoran remang
dengan nyaman. Sifat yang terakhir dari eye behavior adalah involvement. Kontak
mata dengan orang lain hampir memerintahkan keterliban kita degan orang tersebut.

 Fungsi utama dari Eye Behavior


Kendon (1967) seorang penulis terkenal tentang gerak-gerik penglihatan,
pertama mendengarkan tentang fungsi. Kemudian penulis komunikasi nonverbal
mengembangkan dan meneliti arah penglihatan kita yang menganggu,menolong, atau
selain itu mempengaruhi interaksi. Fungsi dari eye behavior adalah:
1. Scanning
Secara umum bahwa mata memiliki fungsi utama sebagai scanning.
Mata kita mampu membaca sekilas, focus dan mengumpulkan banyak
informasi mengenai dunia luar. Nenek moyang kita menggunakan scanning
sebagai alat untuk memantau lingkungan dan melindungi diir dari bahaya.
Mata akan selalu memonitor (scan) lingkungan luar kita sehingga kita dapat
melanjutkan apakah yang kita lihat berbahaya atau membawa kita ke dalam
keamanan.
2. Establishing and defining relationship
Fungsi umum lainnya dalam eye behavior adalah etabilishing and
defining relationship (membangun dan menjelaskan hubungan). Kontak mata
merupakan tahap pertama dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada saat
tersebut, terjadi “pendefinisian” ketika awal kontak mata langsung. Jika defiisi
kita mengatakan bahwa kontak terbentuk, maka interaksi akan dapat
diteruskan. Tapi jika tidak terbentuk kemungkinan interaksi akan terhenti. Eye
behavior terkadang mewajibkan kita untuk saling mempengaruhi agar
terjadinya sebuah interaksi. Interaksi akan terbentuk apabila kontak mata
saling terjadi.
3. Express emotion
Fungsi lainnya ialah mengekspresikan emosi. Mata selalu menjadi
sumber informasi yang berguna untuk memberi tahu keadaan emosi seseorang.
Diantara banyak area wajahh yang dapat dikontrol, area mata menjadi salah
satu yang paling tidak bisa di kontrol. Akibatnya, mata selalu memberikan
data yang sangat akurat daripada yang ada di wajah. Mata memberikan
informasi tentang ketakutan, kesedihan, kemarahan, dan kerahasiaan.
Bagaimanapun penilaian terbaik kita di saat menilai emosi pada seseorang
ketika kita melihat wajah dihadapannya.
4. Control and regulate our interaction
Mata juga memiliki fungsi mengontrol dan mengatur interaksi kita.
Mata sama baiknya dengan gerakan nonverbal, itu sangat efektif mengatur
interaksi antara pembicara dan pendengar (guru, dan muridnya, manajer dan
karyawannya. Mata membantu dalam mensinkronkan ucapan, percakapan, dan
dialog. Mata berbicara ketika menuliskan pesan, ketika mempelajari arti kode
pesan dan ketika itu orang lain menjawabnya.
Memutus eye contact dan mempertahankan isyarat adalah indikasi
yang baik bahwa seseorang telah siap untuk mengakhiri interaksi. (contohnya
karyawan yang selesai wawancara melihat pewawancara mengisyartkan
matanya bahwa wawancara telah selesai).
Mengatur dan mengontrol interaksi dapat memberikan kekuatan
penyampaian. Menahan tatapan dapat memberikan hasil yang efektif dalam
kekuatan penglihatan. Eye contact dapat mengurangi jarak fisik antara orang-
orang, dengan satu pandangan yang tajam, seseorang dapat membawa orang
yang secara fisik jauh, terasa lebih dekat.
5. In Comunicantion
Fungsi terakhir adalah sebagai tanda bahwa kita berada di dalam interaksi.
Argyle dan Dean mengatakan, “tanpa kontak mata, orang tidak merasa bahwa
mereka sepenuhnya dalam komunikasi, “(1965,p.289)

II. TYPES OF EYE BEHAVIOR

Eye behavior ini didefinisikan dalam banyak cara, tergantung dari jenis
pandangan yang dipelajari. Terdapat beberapa jenis/tipe dari eye behavior yaitu :

1. Mutual gaze
Tatapan mata secara bersama berhubungan dengan dua orang yang sedang
memandang wajah satu sama lain. Kontak mata ditandai dengan tatapan timbal
balik yang terpusat pada mata.
2. One-side look
Tatapan mata terhadap wajah orang lain namun orang lain enggan merespon,
sehingga pandangan hanya dilakukan oleh seseorang.
3. Gaze aversion
Gaze Aversion ini dapat dikatakan sebagai bentuk keengganan tatapan secara
langsung yang disengaja. Ketidakmauan untuk menatap ini kemunkginan
menandakan bahwa seseorang tidak tertarik dengan apa yang dikatakan oleh orang
lain. Gaze aversion ini juga digunakan sebagai pengatur ketika ingin berhenti
untuk berkomunikasi lebih jauh. Untuk alasan apapun itu, gaze aversion ini
maksudnya adalah penghindaran. Gaze aversion seharusnya tidak perlu
dibingungkan dengan gaze omission, yaitu suatu situasi dimana satu orang tidak
melihat lawan bicara tetapi hal itu tidak disengaja menghindari kontak mata.
Kekeliruan antara aversion atau omission ini dapat meyebaabkan kesalahpahaman
antarpribadi. Meskipun mungkin sebenarnya perilaku ini hampir serupa, namun
pesan yang disampaikan ini berbeda dalam berkomunikasi.
4. Civil inattention
Civil inattention, merupakan tipe yang sering muncul dalam kehidupan sehari-
hari di lingkungan, menurut Goffman (1967), civil inattention ini adalah perilaku
dimana dua orang yang ada disaat yang bersamaan namun tidak terlibat kedalam
interaksi, mereka hanya bertukar pandangan sesaat, lalu kemudian mengalihkan
pandangan tersebut. Sederhananya, civil inattention ini merupakan pandangan
sekilas, dan tidak kurang-tidak lebih. Civil inattention ini biasanya sering terjadi
di jalan, lift, angkutan umum, dll.
Staring (menatap) adalah ketika seseorang focus terhadap orang lain dan
memberikan pandangan untuk waktu yang lama sehingga timbul perasaan yang
tidak nyaman.

III. CLEMs

Conjugate Lateral Eye Movements (CLEMs) atau Lateral Eye Movements (LEMs)
adalah berhubungan dengan eye movement. Eye movement ini adalah perubahan
laterial tanpa disengaja dari mata kanan atau mata kiri. CLEMs terkait erat dengan
pemerosesan kognitif. Artinya, kita akan melihat ke kiri atau ke kanan ketika kita
berpikir, dan melihat ke depan lagi ketika kita berhenti memproses sebuah informasi.
Pandangan mata ke arah kanan-atas, artinya mereka mencoba membayangkan
peristiwa yang belum pernah dilihat. Jika pandangan mata ke arah kiri-atas, artinya
merekqa mencoba mengingat suatu peristiwa. Eye contact ini diperlukan untuk
interaksi yang efektif, ketika seseorang pembicara tidak menyadari bahwa dia adalah
orang yang melihat ke kanan atau kiri, kemungkinan dia tikda akan pernah
sepenuhnya bisa berkomunikasi secara penuh dengan pendengar.

CLEMs biasanya benar-benar menonjol ketika seseorang sedang bekerja pada


tugas yang memerlukannya untuk berpikir atau merefleksikan. Ada beberapa
spekulasi bahwa ketika kita memperhatikan CLEMs seseorang dan meminta orang
lain untuk mengontrolnya, hal ini dapat membuat orang tersebut untuk berkonsentrasi
dan dapat mengalihkan perhatian dari proses kognitif.
- Pupil Dilation: seperti yang kita tahu selama berabad-abad bahwa pupil mayta itu
dapat membesar dan mengecil. Dikatakan bahwa pupil yang membesar atau mengecil
ini dapat mempengaruhi proses interaksi interpersonal, namun sebenarnya hal ini
masih tidak jelas. Karena, bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik lain seperti
pencahayaan yang dapat emmpengaruhi pupil seseorang. Faktor lain seperti
neurofisiologis dan stimulant kimia juga bisa memoengaruhi ukuran pupil. Namun,
peneliti telah memberikan beberapa temuan menarik mengenai efek rangsangan visual
tertentu yang dapat mempengaruhi ukuran pupil, yang mungkin memiliki implikasi
untuk interaksi sosial, mereka menemukan bahwa pupil mata pria/wanita akan
melebar ketika melihat poster lawan jenisnya. Namun, studi lain menyebutkan bahwa
pupil mata seseorang yang gay ini akan melebar jika melihat sesama jenis, dan pupil
mata wanita akan melebar jika diperlihatkan foto bayi.
Studi ini menunjukkan bahwa melebarnya pupil mungkin merupakan sebuah
indikasi yang baik dari gairah emosional positif dan minat pada apa yang sedang
mereka amati. Sebaliknya, penyempitan/mengecilnya pupil akan menujukkan
keengganan terhadap suatu hal atau seseorang. Jadi kita bisa berspekulasi bahwa
ketika kita berbicara dengan seseorang dan melihat pupil matanya melebar, hal itu
mungkin merupakan tanda bahwa orang tertarik dengan apa yang sedang kita
katakana atau bahkan tertarik pada kita.
Pria menganggap bahwa pupil mata wanita yang lebih lebar itu lebih menarik
dan mengaitkan hal tersebut dengan karakteristik yang positif, daripada mereka yang
memiliki pupil mata yang menyempit/mengecil. Hal ini berarti ketika seseorang
melihat pupil mata yang besar maka orang yang melihatnya cenderung akan
membesar juga pupilnya. Hal ini menunjukkan bahwa pupil yang membesar ini
meningkatkan tanggapan positif dan menciptakan persepsi tentang daya tarik.

- Deception and Eye Behavior: secara umum, kita dapat berasumsi bahwa ketika
seseorang tidak menatap mata kita ketika berinteraksi maka hal tersebut bisa menjadi
masalah yang kritis yaitu dia tidak tulus atau menipu. Sejak usia dini, kita diajari
(seringkali secara sadar atau tidak sadar dan sengaja atau tidak sengaja oleh orangtua,
guru, teman, dll) untuk menutupi kebohongan kita. Contohnya ketika membuat
kesalahan, orang akan cenderung berkata pada orang yang bersalah “tatap mataku dan
katakana bahwa kau tidak melakukan itu”. Sehingga, kita akan belajar untuk
menutupi dan menatap mata oranglain dan memberi tahu bahwa kita tidak melakukan
hal tersebut bahkan kita tidak melakukannya. Itulah sebabnya, saat berinteraksi kita
bergantung pada kontak mata untuk berkomunikasi, dan jika tidak menatap maka
akan dikatakan bahwa kita berbohong.
Fieldman menemukan bahwa dalam 121 pasangan mahasiswa yang tidak saling
mengenal dan melakukan perkenalan selama 10 menit, ternyata sebanayk 60% dari
mereka akan berbohong satu kali, wanita akan berbohong untuk membuat orang yang
mereka ajak bicara merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri, dan pria akan
berbohong untuk membuat diri mereka terlihat kebih baik. Baik pria dan wanita
berbohong pada tingkat yang sama.

IV. EYE BEHAVIOR AND INDIVIDUAL DIFFERENCES


Seorang peniliti mengatakan bahwa durasi tatapan normal antara interaksi dari
masing-masing orang berada diantara 28 sampai 70 persen. Laporan lain
menyebutkan bahwa variasi dalam melihat normal berada diantara 8 sampai 73
persen. Apa yang disarankan oleh penemuan ini adalah bahwa dianggap normal ini
tergangung dari perbedaan individu diantara individu yang lain. Yang harus kita ingat
adalah bahwa perilaku normal bagi sebagian orang mungkin dianggap tidak normal
bagi yang lain, tergantung pada jenis kelamin, karakteristik individu, etnik, dan latar
belakang budaya, atau sesuai dengan dimana interaksi itu timbul.

 Nature of Relationship
Jenis dan jumlah eye behavior dapat mengungkap hubungan secara alamiah.
Dua pemikiran yang berbeda dalam status biasanya bertemu di perbedaan cara
pandang satu dengan yang lainnya. Semakin tinggi status individu biasanya akan
mendapatkan lebih banyak tatapan mata dari orang yang berstatus lebih rendah. Baik
pria aataupun wanita terlihat lebih tidak memperhatikan terhadap individu yang
berada lebih randah dari pada mereka. Hubungan antara status dan eye behavior
menunjukkan dua arti. Pertama, mungkin menunjukkan bahwa individu yang
berstatus lebih rendah menunjukkan rasa hormat mereka dengan menatap mereka
yang statusnya lebih tinggi. Kedua, orang yang berstatus lebih tinggi mungkin hanya
merasa kurang perlu melihat orang yang berstus lebih rendah, sedangkan mereka yang
berstatus rendah merasa penting untuk melihat mereka yang berstatus tinggi.
Banyaknya pandangan yang dilakukan oleh kita meruppakan ungsi dari
seberapa besar kita tertarik pada mereka. Dalam berhubungan, interaksi pasangan
dalam tatapan timbal balik ini cenderung lebih menonjol. Kontak mata lebih banyak
dilakukan pada hubungan yang intim.
Menaikkan padangan ketika berbicara juga berfungsi untuk memberikan
isyarat bahwa kita memperhatikan dan tertarik dengan apa yang mereka katakana.

 Cultural Differences
Kebudayaan setiap orang merupakan konteks dimana mereka mempelajari
norma-norma sosial mengenai tingkah laku yang pantas atau tidak. Pengaruh
lingkungan etnis dan budaya seseorang pada eye behavior sudah banyak diamati.
Watson (1970) menemukan bahwa orang Amerika Latin, Eropa Selatan, dan Arab
cenderung memusatkan pandangan mereka langsung ke mata atau wajah lawan
bicaranya ketika mereka berbicara dan mendengarkan, namun, orang Eropa utara,
India-Pakistan, dan Asia cenderung lebih kea rah pandangan peripheral atau tanpa
tatapan sama sekali ketika berinteraksi.
Knapp dan Hall (1992) menyatakan bahwa banyaknya perbedaan budaya ini
paling baik jika dilihat dari durasi daripada frekuensi tatapan. Misalnya pada orang
Swedia, mereka lenih sering menatap untuk waktu yang lebih lama. Pada orang
Korea, mereka menekankan pada pengamatan mata dibandingkan yang lain. Artinya,
orang Korea ini menyadari eye behavior, karena mereka meyakini bahwa jawaban
atas pertanyaan yang mereka ajukan dapat terlihat disana, meskipun kata yang mereka
keluarkan mengatakan hal lain.

 Contextual Differences
Seringkali konteks atau topik suatu diskusi mempengaruhi kuantitas dan durasi
dari eye behavior selama berinteraksi. Pembicara yang kebih banyak menggunakan
eye contact dinilai oleh mmereka sebagai seseorang yang lebih persuasive, kredibel,
dan tulus. Ketika kita menemukan situasi yang nyaman, menarik, dan Bahagia, kita
cenderung lebih banyak menjalin eye contact dengan lawan bicara. Sebaliknya, eye
contact akan terlihat berkurang pada saat kita merasa malu, sedih, atau bersalah.
 Personality Differences
Karakteristik kepribadian individu terikat erat dengan kuantitas eye contact
selama percakapan/interaksi. Orang yang memiliki kebutuhan tinggi akan afilasi,
inklusi, atau kasih sayang akan menatap orang lain dengan lebih sering/terus menerus.
Orang yang dominan, berwibawa, dan ekstrovert juga seperti itu.
Meskipun hanya sedikit riset yang berubungan langsung dengan perbedaan
kepribadian, apa yang ada menunjukkan bahwa karakteristik seperti rasa malu,
ketakitan komunikasi, atau keengganan untuk berkomuniasi dapat mempengaruhi eye
behavior. Individu yang memiliki orientasi negative pada komunikasi akan cenderung
tidak banyak melakukan eye contact. Karena eye contact dalam budaya ini
mengaruskan kita terlibat dalam interaksi dengan orang lain, mereka yang
menngalami kecemasan untuk berkomunikasi dengan orang lain ini akan
menunjukkan perilaku gaze aversion atau gaze omission untuk menghindari interaksi
apabila memungkinkan.

 Gender Differences
Perbedaan gender dalam eyebehavior, menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, wanita lebih banyak terlibat dalam looking behavior dibandingkan pria.
Wanita tidak hanya lebih memperhatikan lawan bicara mereka saat mendengarkan,
tetapi juga lebih memperhatikan ketika berbicara. Namun, frekuensi eye contact yang
sebenarnya ini lebih besar pada pasangan se gender daripada yang berbeda gender.
Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita menggunakan pergeseran pandangan
saaat berbicara sebagai isyarat untuk menyukai, sedangkan pria umumnya
menggunakan tatapan untuk mendengarkan. Sebagian besar perbedaan dalam looking
behavior antara pria dan wanita mungin disebabkan oleh perbedaaan kepribadian. Di
beberapa penelitian, misalnya menunjukkan bahwa wanita mempunyai kebutuhan
yang lebih tinggi untukk inklusi, afiliasi dan kasih sayag selama proses interaksi dan
menggunakan lebih banyak mencari demi memenuhi kebutuhan tersebut. Juga
disebutkan bahwa wanita mungiin lebih bergantung pada rangsangan visual daripada
pria karena mereka lebih sesnitif pada dampak sosial dari eye behavor.
Kebutuhan wanita akan inklusi, afiliasi, dan kasih sayang ini merupakan
ebutuhan yang umumnya diakui secara budaya. Demikian pula, karaakteristik
dominasi dan ketegasan yang dianggap hanya cocok untuk pria pada ¼ aabad yang
lalu. Semakin banyak pria dan wanita menjadi androgini (setiap jenis kelamin
memiliki perilaku maskulin dan feminism). Oleh karena itu, wanita yang lebih
maskulin mungkin akan memiliki tatapan yang sama dengan pria, dan sebaliknya.

SUMBER:

Richmond, V. P., McCroskey, J. C., & Hickson, M. (2012). Nonverbal behavior in interpersonal
relations 7th Ed. Boston, MA: Pearson.

Anda mungkin juga menyukai