Anda di halaman 1dari 36

METODE OBSERVASI

SKILL DAN TEKNIK BAHASA TUBUH DALAM OBSERVASI


Dosen Pengampu: Dr. Rachmat Mulyono, S.Psi.,MM.,M.Si.,Psikolog

Disusun oleh:
Hijjah Purnama Sari Nst 11190700000029
Laila Sapira 11190700000054
Farah Amelia Handayani 11190700000064
Inayah Nur Khairunisa 11190700000067
Yusri Amrina 11190700000088
Nadya Insyirah 11190700000149
Saprina Putri Rosinta 11190700000160
Ayisha Amana Rahma 11190700000167

Kelompok 4
Kelas 5/D

FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam, dan sehatnya yang selalu
diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam pun tak lupa selalu kami panjatkan
kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih pun tak lupa kami sampaikan untuk Bapak Dr. Rachmat
Mulyono, S.Psi.,MM.,M.Si.,Psikolog selaku dosen mata kuliah Metode Observasi kami yang
telah memberi pengajaran yang sangat berharga untuk penyusunan tugas makalah ini, juga
kepada pihak-pihak lain yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan makalah.
Terima kasih juga kepada para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca
makalah ini.

Kami bersyukur telah menyelesaikan Tugas Makalah: Skill dan Teknik Bahasa Tubuh
ini dengan tepat waktu dan dengan sebaik mungkin. Tujuan penyusunan tugas ini adalah
untuk memenuhi penugasan kelompok Metode Observasi serta menambah wawasan kami
mengenai materi tersebut.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusunan makalah ini pun tak luput dari berbagai kesalahan dan kekurangan, maka segala
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.

   

Ciputat, 27 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. KONTAK MATA 3
B. EKSPRESI WAJAH 6
C. GERAKAN KEPALA 11
D. GESTURE 12
E. POSTURE 18
F. JARAK DAN ORIENTASI 21
G. KONTAK FISIK 24
H. PENAMPILAN DAN BENTUK TUBUH 26
BAB III 29
PENUTUP 29
A. KESIMPULAN 29
REFERENSI 31
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah mahluk sosial yang sangat bergantung pada orang lain. Kehidupan
seseorang sangat bergantung kepada pihak lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa kehadiran
orang dalam masyarakat (Mustakim, 1994). Sebagai mahluk sosial, manusia terdorong untuk
bergaul dengan manusia lain. Manusia memiliki kepentingan untuk menyampaikan
pikirannya, mengekspresikan dirinya, menyatakan pendapat, dan untuk memengaruhi orang
lain. Misalnya, ketika bahagia, mereka akan tersenyum; ketika mereka sedih atau marah
mereka mengerutkan kening atau cemberut; anggukan kepala yang hampir secara universal
digunakan untuk menunjukkan 'ya' atau penegasan. Menggelengkan kepala dari sisi ke sisi
untuk menunjukkan 'tidak' atau penolakan juga bersifat universal dan mungkin merupakan
isyarat yang dipelajari pada masa bayi. Ketika bayi sudah cukup ASI, ia memutar kepalanya
dari sisi ke sisi untuk menolak payudara ibunya dan masih banyak lagi gerakan lainnya yang
dapat diobservasi.

Observasi merupakan salah satu metode asesmen psikologi yang bertujuan, terancang,
dilaksanakan dengan sistematis dan harus dapat terukur. Sehubungan dengan menjalankan
peran sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk manusia.
Komunikasi dapat dilakukan secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi non-verbal
dilakukan ketika seseorang ingin mengekspresikan dirinya tanpa mengatakannya secara
langsung, salah satu contohnya adalah melalui bahasa tubuh. Dalam proses observasi, bahasa
tubuh observee merupakan salah satu hal yang wajib diamati. Dalam psikologi, objek
observasi banyak mengacu pada bahasa nonverbal dibandingkan dengan bahasa verbal. Pesan
dari bahasa nonverbal banyak mengandung makna-makna yang berkaitan dengan tujuan
observasi. Untuk mengetahui lebih jelasnya, makalah ini akan membahas secara lebih detail
mengenai skill dan teknik tubuh dalam observasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana skill dan teknik kontak mata dilakukan dalam observasi?


2. Bagaimana skill dan teknik ekspresi wajah dilakukan dalam observasi?
3. Bagaimana skill dan teknik gerakan kepala dilakukan dalam observasi?
4. Bagaimana skill dan teknik gesture dalam observasi?
5. Bagaimana skill dan posture dalam observasi?
6. Bagaimana skill dan teknik jarak dan orientasi dilakukan dalam observasi?
7. Bagaimana skill dan teknik kontak fisik dilakukan dalam observasi?
8. Bagaimana skill dan teknik penampilan dan bentuk tubuh dilakukan dalam observasi?

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang skill dan teknik
bahasa tubuh dalam metode observasi.
BAB II

PEMBAHASAN

Alat komunikasi non-verbal itu bervariasi, salah satunya adalah komunikasi dengan
bahasa/sistem isyarat. Bahasa isyarat ini menjadi bidang kajian kinesics (Alwasilah, 1985).
Kinesics membahasas, antara lain: gerakan mata, perubahan ekspresi muka, perubahan posisi
kaki, dan gerakan anggota tubuh yang melibatkan tangan dan bahu. Bahasa jenis inilah yang
dimaksud dengan bahasa tubuh, yaitu bahasa yang menggunakan gerakan anggota tubuh
sebagai sarana pengungkapan pikiran atau perasaan. Setiap gerakan anggota tubuh
mempunyai makna tersendiri. (Mileh, 2020)

Dari sudut pandang teknis, setiap kali kita menyebut tentang perspektif atau intuitif
seseorang, kita mengacu pada kemampuannya untuk membaca isyarat non-verbal orang lain
dan membandingkan isyarat ini dengan sinyal verbal. Dengan kata lain, ketika kita
mengatakan bahwa kita memiliki firasat bahwa seseorang telah berbohong kepada kita, yang
kita maksudkan adalah bahasa tubuh dan kata-kata yang diucapkannya tidak sesuai.

Perilaku non-verbal banyak berpengaruh dalam interaksi antar manusia (Argyle,


1994). Hall, Harrigan, dan Rosenthal (1995) menguraikan peran perilaku non-verbal dalam
interaksi klinis pasien. Mereka mengatakan tentang bagaimana interaksi antar pasien mereka
menggunakan ekspresi wajah, suara, dan gesturnya akan menimbulkan rasa suka atau tidak
suka pada pasiennya. Berikut adalah macam-macam skill dan teknik tubuh yang akan
dibahas:

A. KONTAK MATA

Hess berkata dalam bukunya yang berjudul The Tell-Tale Eyes bahwa, mata mungkin
merupakan gerak isyarat komunikasi manusia yang paling kelihatan dan akurat karena
merupakan titik fokus tubuh dan pupil mata bekerja secara tersendiri. Dalam keadaan
tertentu, pupil mata akan membesar atau berkontraksi karena sikap dan suasana hati orang
yang bersangkutan berubah dari positif ke negatif, dan sebaliknya. Bila seseorang bergairah,
pupilnya akan membesar hingga empat kali ukuran normal. Sebaliknya, pupil akan mengecil
sampai menjadi apa yang disebut dengan “mata menyerupai manik” atau “mata ular” di
suasana hati negatif atau kemarahan.
Sebuah pepatah klise kuno berbunyi, “Pandanglah mata orang yang tengah berbicara.”
ketika Anda tengah berkomunikasi atau berunding dengan orang lain, berlatihlah untuk
“memandang pupil mereka” dan biarkan pupil tersebut memberitahu anda perasaan mereka
yang sebenarnya.

Mata adalah salah satu alat indera yang dapat diperhatikan saat kita sedang
mengamati ekspresi wajah seseorang. Bentuk dan cara kontak mata seseorang dapat berbeda
dan memiliki makna serta arti tersendiri.

1. Tingkatan membuka mata

a. Mata terbuka lebar, artinya orang yang bertanya memberikan isyarat bahwa dia
sudah siap untuk menerima jawaban dari pertanyaan yang sudah ditanyakan.
b. Mata tertutup tanpa ketegangan, memiliki arti dalam beberapa kondisi yaitu: (1)
jika tertutup secara sempurna maka orang tersebut sedang dalam keadaan tidur,
(2) jika dalam keadaan sadar artinya orang tersebut sedang tidak tertarik dengan
kehidupan luar untuk sementara waktu, (3) jika dalam keadaan sedang
mendengarkan artinya orang tersebut sangat serius mendengarkan atau malah
sebaliknya, dan (4) jika disertai dengan kepala menengadah dan menatap lawan
bicara artinya orang tersebut merasa superior dibandingkan lawan bicaranya.
c. Kelopak mata yang menggantung, artinya orang tersebut terpaksa untuk
memperhatikan kehidupan luar yang sebenarnya sangat menjenuhkan.
d. Mata yang disipitkan, artinya secara primer orang tersebut melindungi mata dari
sesuatu yang mengganggunya dan secara sekunder orang tersebut memberikan
pernyataan tidak suka.
e. Mata berair, artinya secara primer orang tersebut tidak senang karena ada
gangguan di dalam matanya dan secara sekunder orang tersebut sedang merasa
tidak berdaya.

2. Arah pandangan

Arah pandangan seseorang rupanya dapat mengartikan emosi yang sedang dirasakan
oleh orang tersebut. Terkait arah pandangan itu sendiri beberapa ahli memiliki
pendapat yang berbeda. Arah pandangan mata dapat dibedakan menjadi :
a. Pandangan lurus, artinya pada anak dia memiliki minat serta sedang berpikir dan
pada dewasa dia menunjukkan kejujuran
b. Pandangan mengembara, artinya orang tersebut sedang meneliti atau juga sedang
merendahkan lawan bicara
c. Pandangan menyerong, memiliki arti dalam beberapa kondisi yaitu: (1) jika
sedang mengamati secara tersembunyi dan tidak ingin ketahuan, (2) jika pada
orang yang memiliki gangguan pendengaran artinya orang tersebut sedang
berusaha mencari arah sumber suara, dan (3) jika pada orang yang sedang takut
artinya dia sedang menghindari pandangan

Menurut para ahli neurologi, arah pandangan mata bisa diartikan sebagai berikut
(Barbara, 1990) :

a. Arah menyerong ke kanan atas, artinya orang tersebut sedang membayangkan


gambar
b. Arah horizontal kanan, artinya orang tersebut sedang membayangkan suara
c. Arah menyerong ke kanan bawah, artinya orang tersebut sedang merasakan
sentuhan, rasa, bau, dan perasaan.
d. Arah menyerong ke kiri atas, artinya orang tersebut sedang mengingat gambar
e. Arah horizontal kiri, artinya orang tersebut sedang mengingat suara
f. Arah menyerong ke kiri bawah, artinya orang tersebut sedang melakukan dialog
internal

Menurut Pease (1984), dalam hubungan interpersonal, arah tatapan mata dapat
dibedakan menjadi:

a. Tatapan bisnis, artinya tatapan diarahkan ke daerah antara mata dan dahi untuk
menciptakan suasana serius dalam bisnis
b. Tatapan social, artinya tatapan diarahkan ke daerah antara mata dan mulut
c. Tatapan intim, artinya tatapan melintasi daerah mata dan di bawah dagu ke bagian
tubuh lain.

Perilaku Menatap

Bila seseorang berlaku tidak jujur atau menyimpan suatu informasi, pandangannya
akan bertemu dengan kita kurang dari sepertiga waktu pertemuan. Bila bertemu pandang
sampai dua pertiga waktu pertemuan dapat berarti satu di antara dua hal: pertama, ia
menganggap Anda sangat menarik, dalam hal ini tatapannya disertai pembesaran pupil; yang
kedua, ia bersikap bermusuhan terhadap Anda dan mungkin mengajukan tantangan
non-verbal, dalam hal ini pupil mata akan menyempit.

Seperti halnya bahasa tubuh dan gerak isyarat yang lain, lamanya orang menatap
sering kali ditentukan oleh adat kebudayaan. Orang Eropa Selatan sering sekali menatap
sehingga mungkin terasa tidak sopan bagi orang lain. Orang Jepang lebih banyak memandang
ke arah leher daripada wajah sewaktu bercakap-cakap. Oleh karena itu, kita harus selalu
mempertimbangkan pengaruh kultural sebelum mengambil kesimpulan.

Gerak Isyarat Menutup Mata

Salah satu jenis orang yang paling menjengkelkan adalah orang yang memakai gerak
isyarat menutup mata sewaktu berbicara. Gerak isyarat ini terjadi tanpa disadari dan
merupakan usaha orang tersebut untuk menghilangkan diri Anda dari pandangannya karena
ia merasa bosan atau tidak tertarik pada Anda atau merasa lebih superior. Dibandingkan
dengan kecepatan kedipan yang normal sekitar enam sampai delapan kali permenit selama
percakapan, kelopak mata orang tersebut tertutup dan tetap tertutup selama satu detik atau
lebih sementara ia menghilangkan diri Anda dari benaknya untuk sementara. Isyarat menutup
mata yang paling akhir adalah terus menutup mata dan tertidur, tetapi ini jarang terjadi pada
pertemuan empat mata.

Jika seseorang merasa lebih superior daripada Anda, gerak isyarat menutup mata ini
disertai kepala menengadah dan menatap Anda berlama-lama, yang biasa dikenal dengan
“memandang ke bawah”. Seandainya Anda mendapat gerak isyarat menutup mata sewaktu
melakukan percakapan maka itu pertanda bahwa pendekatan yang Anda pakai memberi
reaksi negatif sehingga diperlukan cara pendekatan lain jika menginginkan komunikasi yang
efektif.

B. EKSPRESI WAJAH

Individu dalam menyalurkan emosinya dapat berupa perilaku verbal maupun perilaku
non-verbal. Salah satu dari perilaku non-verbal adalah dengan melihat ekspresi wajah
individu. Perbedaan ekspresi wajah karena emosi terjadi akibat adanya otot-otot pada wajah
yang secara spontan berkontraksi saat seseorang mengalami emosi tertentu (Adolphs, 2002).
Russel & Fernandez-Dols (1997) menyebutkan bahwa setiap emosi dasar memiliki
karakteristik ekspresi wajah yang berbeda dan bahwa keadaan emosi seseorang dapat
diketahui dengan pengukuran pada ekspresi wajahnya. Ekspresi wajah sebagai sarana
mengungkap emosi seseorang memiliki berbagai kelebihan, yaitu sulit dipalsukan
sebagaimana ekspresi non-verbal lainnya karena sifatnya spontan (Planalp, 1999).

Menurut Hartosujuno (2017), ekspresi wajah individu sangat mempengaruhi penilaian


interaksi sosial. Kemampuan individu dalam mengenali emosi individu lain melalui ekspresi
wajahnya merupakan keterampilan untuk pengembangan secara social. Ketika individu
memperhatikan wajah individu lain maka akan sangat banyak menemukan isyarat emosi yang
diperlihatkan secara non-verbal. Lebih spesifik lagi apabila memperhatikan alat-alat indera
yang terdapat di bagian wajah karena dapat mengartikan situasi internal yang sedang terjadi
di individu tersebut. Ketidakmampuan dalam proses mengenali ekspresi emosi wajah dapat
menyebabkan ketidakakuratan dalam menafsirkan emosi atau perasaan individu lain, yang
otomatis akan mengarahkan pada ambiguitas dan respon keputusan yang tidak akurat (Ekman
& Friesen, 2009).

Ada banyak penelitian tentang studi tentang isyarat wajah yang dijadikan ekspresi
emosi, salah satunya yang paling terkenal adalah penelitian yang dilakukan oleh Charles
Darwin. Darwin melakukan penelitian dengan meminta subjek untuk mengidentifikasi emosi
khusus yang tampak dari foto-foto wajah orang. Hasil yang Darwin dapatkan adalah tentang
isyarat wajah yang berhubungan dengan emosi tertentu bersifat universal. Dalam buku The
Expression of the Emotion in Man and Animals (1872), Darwin menyajikan beberapa
kesimpulan dan pemikiran tentang perilaku ekspresif. Menurut Darwin, sebagian besar
dari tindakan ekspresif manusia, seperti halnya binatang, merupakan perilaku yang
bersifat instinktif, bukan hasil belajar.

Namun, Ray Birdwhistell dan Weston La Barre memiliki pandangan yang berlawanan
dengan Darwin mengenai isyarat wajah yang universal. Mereka meyakini bahwa
isyarat-isyarat wajah tersebut merupakan ciri khas budaya. Meskipun, ada berbagai pendapat
terkait isyarat wajah pada dasarnya ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh manusia adalah
enam emosi yaitu: senang, sedih, terkejut, marah, takut, dan jijik. Emosi yang ditampilkan
melalui ekspresi wajah dapat diamati oleh bagian-bagian yang terdapat di wajah seperti:
mata, alis, mulut, dahi, hidung, pipi, dan mulut.
1. Dahi

Dalam beberapa perubahan gerak yang dilakukan oleh dahi sangat berkaitan erat
dengan pernyataan mata dan memiliki makna tersendiri di setiap geraknya. Beberapa
gerak isyarat yang ditunjukkan oleh dahi sebagai berikut:

a. Kerut-kerut horizontal
Kerut horizontal terjadi ketika mata sedang dibuka lebar sehingga kulit dahi
terangkat. Biasanya kerut horizontal ditemukan pada ekspresi takut, terkejut,
kagum, kurang mengerti, dan bahkan dalam keadaan lelah namun berusaha
terjaga
b. Kerut-kerut vertikal
Kerut vertikal ini dapat terlihat di dahi di atas pangkal hidung yang biasanya
muncul ketika sedang berusaha konsentrasi atau sedang memikirkan keputusan
yang akan diambil. Kerutan ini juga terkadang muncul pada orang yang sedang
kecewa atau keras kepala
c. Kerut-kerut bahaya
Kerut bahaya adalah gabungan dari kerut horizontal dan kerut vertical yang
mengartika orang tersebut sedang dalam kesulitan dan merasa terbebani

2. Mulut

a. Reaksi mengecap
- Reaksi pahit
Jika seseorang sedang merasa kepahitan maka dia akan menunjukkan
Gerakan sudut mulut turun, bibir dibulatkan, dan lidah ditarik ke belakang.
Namun, Gerakan ini juga memiliki arti bahwa orang tersebut sedang
membutuhkan bantuan karena sedang merasa sedih atau kecewa dan juga
memiliki arti sebaliknya yaitu merendahkan atau menghina orang lain.
- Reaksi asam
Jika seseorang sedang merasa keasaman maka dia akan menunjukkan
Gerakan bibir ditarik ke samping sehingga tertutup rapat, gigi
dikatupkan erat-erat. Namun, Gerakan ini juga memiliki arti bahwa orang
tersebut sedang berusaha untuk melakukan suatu hal yang tidak dia sukai.
- Reaksi manis
Jika seseorang sedang merasa kemanisan maka dia akan menunjukkan
Gerakan bibir agak ditekan, ada sedikit ketegangan yaitu mulut terkatup
rapat, lidah diletakkan pada deretan gigi, sudut mulut naik, seringkali
disertai suara-suara pernyataan rasa puas dan enak. Rasa manis juga
terkadang dapat ditunjukkan dengan senyuman.

b. Variasi mulut terbuka


- Mulut menganga lebar, artinya orang tersebut sedang bingung atau takut
tetapi harus dilihat juga dari matanya
- Mulut monyong, artinya orang tersebut sedang memperhatikan sesuatu
dengan seksama atau juga dalam bentuk penolakan.

c. Cara menutup mulut


- Mulut tertutup biasa tanpa ketegangan, artinya tidak menunjukkan makna
apapun
- Mulut tertutup dengan tekanan, artinya orang tersebut tidak memiliki
keinginan untuk memiliki hubungan dengan orang lain.
- Mulut tertutup rapat, artinya orang tersebut sedang merasa sangat tertekan

d. Rahang dan gigi


- Gigi yang dikatupkan, artinya orang tersebut sedang merasa marah atau takut
- Menggigit bibir, artinya orang tersebut sedang berpikir dan berusaha
menguasai diri

e. Tertawa
- Tertawa “a” (hahaha...), artinya orang tersebut sedang merasa terbuka, bebas,
berani, menyatu dengan lingkungan.
- Tertawa “i” (hihihi...), artinya orang tersebut sedang tertawa dalam diri,
menertawakan sesuatu, tapi tidak ditujukan luar.
- Tertawa “e” (hehehe...), artinya orang tersebut sedang menghina atau
merendahkan orang lain.
- Tertawa “o” (hohoho...), artinya orang tersebut sedang merendahkan atau
menghina orang lain.
3. Hidung

a. Cuping Hidung Mengembang, artinya orang tersebut sedang merasa marah atau
merasa bangga.
b. Menaikkan Hidung, artinya orang tersebut menunjukkan hal yang tidak
menyenangkan. Namun memaknai gerak isyarat menaikkan hidung ini harus
dihubungkan dengan gerak isyarat lain.

4. Emosi dan Gerak Isyarat Wajah

Menurut (Kumar, 2004) ekspresi emosi yang tampak dari bagian-bagian wajah
sebagai berikut:

a. Bahagia
Jika seseorang sedang merasa Bahagia, isyarat wajah yang ditunjukkan seperti
mata di bagian bawah kelopak agak terangkat, terlihat ada kerutan, dan mata
menyipit. Lalu pipi terlihat memerah dan membesar serta bibir dan mulut melebar
dan terkadang gigi terlihat
b. Sedih
Jika seseorang sedang merasa sedih, isyarat wajah yang ditunjukkan seperti ujung
dalam alis terangkat, dahi berkerut dan sudut mulut tertarik ke bawah serta bibir
gemetar
c. Terkejut
Jika seseorang sedang merasa terkejut, isyarat wajah yang ditunjukkan seperti
seluruh alis terangkat serta mata membesar dan rahang menurun serta mulut
terbuka perlahan
d. Takut
Jika seseorang sedang merasa takut, isyarat wajah yang ditunjukkan seperti
Kelopak mata bagian atas terangkat, bagian putih mata terlihat jelas, kelopak
mata bagian bawah menegang dan terangkat. Lalu, dahi terlihat berkerut dan bibir
ditarik
e. Marah
Jika seseorang sedang merasa marah, isyarat wajah yang ditunjukkan seperti alis
ditarik ke dalam serta mata menyipit, beberapa orang mengembangkan
hidungnya, dan bibir tertutup rapat.
f. Muak
Jika seseorang sedang merasa muak, isyarat wajah yang ditunjukkan seperti
kelopak mata bagian bawah terangkat dan berkerut, hidung berkerut, dan bibir
merapat atau kedua bibir cemberut

C. GERAKAN KEPALA

Selain kontak mata dan ekspresi wajah yang dapat mempunyai bahasa nonverbal
untuk berkomunikasi dengan lawan bicara, ataupun orang sekitar, kepala juga memiliki
bahasa atau gerakan yang dapat ditangkap oleh alam bawah sadar kita dan kita maknai.
Bagian tubuh kepala biasa digunakan untuk mengekspresikan ataupun menegaskan sesuatu
terhadap lawan bicara. Baik itu mengangguk (untuk menegaskan sesuatu hal), mengeleng
(menolak), pola pola gerakan lain kepala juga bisa digunakan untuk menunjukkan minat atau
ketertarikan pada sesuatu yang sedang dibicarakan orang lain. Gerakan kepala tersebut
sebagai berikut:

1. Menarik dagu ke dalam


Di leher ada pembuluh darah yang sangat penting di sepanjang saluran pernapasan.
Dengan menarik dagu ke dalam berarti leher terlindungi. Postur tubuh ini
menunjukkan makna tentang rasa takut, tidak berdaya karena ada sesuatu yang
dirasakan mengancam.

2. Menegakkan kepala
Dengan menegakkan kepala berarti leher tidak terlindungi. Ini menunjukkan adanya
rasa aman dan yakin pada diri sendiri serta siap memperhatikan lingkungan dan
bertindak. Namun, menegakkan kepala secara berlebihan bisa diartikan sombong.

3. Melemparkan/ menggelengkan/ memutar kepala dengan cepat ke arah belakang


a. Bila sikap ini disertai dengan pandangan kesediaan menghadapi sesuatu, bisa
diartikan menantang.
b. Bila sikap ini dilakukan dengan tenang, maka muncul kesan otoritas, berwibawa,
dan berkuasa.

4. Kepala dengan lemas dikebelakangkan


Sikap ini menunjukkan sikap pasif, lamban, senang melamun, lemah tapi senang
menikmati sesuatu.
5. Menundukkan kepala
Kepala yang ditundukkan beberapa kali menunjukkan makna persetujuan.
a. Bila kepala ditundukkan sambil mata melihat ke bawah, maka artinya
seseorang ingin menghindari pandangan atau menyembunyikan sesuatu karena
mempunyai kesalahan yang biasanya ia sadari.
b. Bila kepala ditundukkan, urat-urat leher lemas, dan mata terbuka penuh, maka
artinya orang tersebut sedang memikirkan sesuatu.

6. Menjulurkan kepala
Artinya berminat terhadap dunia luar, ingin tahu apa yang terjadi di sekitarnya.

7. Memutar kepala sehingga menghadap penuh


Bermakna pengakuan pada orang lain, kesediaan untuk bertindak, percaya pada diri
sendiri.

8. Memutar kepala sehingga tidak menghadap penuh


Jika disertai pandangan mata dari sudut mata, berarti curiga.

9. Memutar kepala ke arah berlawanan (membuang muka)


Bisa memiliki arti: ingin mengusir pikiran yang mengganggu, menolak sesuatu, atau
tidak mau mengakui orang lain.

10. Memiringkan kepala


Secara biologis bisa karena ingin melemaskan urat leher yang dirasa mengganggu.
Dalam hubungan sosial bermakna: bersedia diperintah/dipimpin, sedang
“menajamkan telinga” karena ingin mendengarkan baik-baik/memusatkan perhatian
ke arah suara (penasaran/ketertarikan).

D. GESTURE

Menurut Adam Kendon (dalam Jayanti & Setiawati, 2016) gestur adalah bentuk
komunikasi nonverbal dengan aksi tubuh yang mengkomunikasikan pesan-pesan tertentu,
baik digunakan sebagai pengganti maupun digunakan bersamaan dengan bahasa verbal.
Gestur yang dibuat merupakan gerakan anggota tubuh sebagai bentuk ekspresi yang
dilakukan seseorang secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan (Aditia,
2021). Menurut Francaviglia & Servidio (dalam Jayanti & Setiawati, 2016) gestur dapat
mendukung lisan, mengurangi ambiguitas, dan meningkatkan pemahaman konsep. Gestur
berbeda dengan komunikasi fisik nonverbal yang tidak mengkomunikasikan pesan tertentu.

Sebagaimana bahasa verbal, bahasa nonverbal juga dapat berbeda-beda antara suatu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya. Misalnya, pada kebanyakan negara di Eropa,
Asia, dan Amerika, gestur ‘O’ dari ibu jempol dan telunjuk diartikan sebagai setuju atau
meng-iya-kan sesuatu. Namun, pada negara Perancis misalnya, gestur ini berarti nol atau
tidak ada apa-apa, dan pada negara Jepang, gestur ini berarti uang (Pease, 1984).

Dalam menginterpretasikan gestur, observer tidak bisa menginterpretasikan satu


gestur tersendiri. Misalnya, ketika observee menggarukkan kepala, tidak bisa langsung
diartikan bahwa observee sedang berbohong. Namun harus diperhatikan juga gestur lain yang
terjadi pada saat yang sama. Sehingga, observer perlu melihat sekelompok gestur yang terjadi
untuk dapat menginterpretasikannya dengan benar.

Sinyal nonverbal memiliki pengaruh yang lebih besar daripada sinyal verbal (Pease,
1984). Ketika keduanya tidak selaras, orang biasanya akan lebih mengandalkan pesan
nonverbal, dan mengabaikan pesan verbalnya. Misalnya, ketika sedang berdiskusi, seseorang
menekuk lengannya sambil menopang dagu dengan mengerutkan alis. Lalu ia ditanyakan
pendapatnya tentang sesuatu yang baru dikatakan lawan bicaranya, dan ia menjawab bahwa
ia tidak setuju dengan pendapatnya. Dalam contoh ini, terdapat kesesuaian antara sinyal
verbal dan nonverbalnya, sehingga terdapat kecocokan dan konsistensi dari pesan yang
disampaikan. Namun, ketika ia menjawab bahwa ia setuju dan senang dengan pendapat lawan
bicaranya, maka perkataannya harus dipertimbangkan karena terdapat ketidaksesuaian antara
kata-kata dan gerak-geriknya. Sehingga, mengobservasi sekelompok gestur dan
kesesuaiannya dengan sinyal verbalnya merupakan hal yang sangat penting untuk dapat
menginterpretasikan gestur dengan akurat.

Selain memperhatikan sekelompok gestur dan kesesuaian antara ucapan dan gerakan
tubuh, semua gestur harus dipertimbangkan dalam konteks terjadinya. Misalnya, saat musim
hujan, seseorang yang sedang duduk di terminal bus dengan tangan dan kaki disilangkan dan
menurunkan dagu ke bawah tidak dapat dikatakan bahwa ia sedang defensif pada suatu
situasi, melainkan kemungkinan besar ia sedang kedinginan. Namun, ketika seseorang
menunjukkan gestur yang sama saat dihampiri seorang SPG yang menjual produk, maka
dapat ditafsirkan bahwa ia bersikap menolak dan defensif pada situasi tersebut. Sehingga,
wajib bagi observer untuk memperhatikan konsteks terjadinya gestur agar tidak salah
menginterpretasikannya.

Dalam mengobservasi, terdapat banyak gestur yang dapat muncul. Berdasarkan buku
Body Language karya Allan Pease (1984), berikut adalah beberapa pembahasan mengenai
macam-macam gestur:

1. Gestur Telapak Tangan

a. Telapak tangan terbuka: Telapak tangan terbuka dikaitkan dengan kebenaran,


kejujuran, kesetiaan, dan ketundukan. Misalnya, memberi sumpah atau kesaksian
yang dilambangkan dengan telapak tangan diangkat ke udara.
b. Telapak tangan disembunyikan: Menyembunyikan telapak tangan dikaitkan
dengan menutup-nutupi sesuatu dan berbohong. Misalnya, seorang anak yang
menyembunyikan telapak tangannya ketika membohongi orang tuanya.
c. Telapak tangan menghadap ke atas: Telapak tangan menghadap ke atas digunakan
sebagai sikap tunduk, memohon, dan tidak mengancam. Misalnya,
mempersilahkan seseorang dengan telapak tangan menghadap ke atas.
d. Telapak tangan menghadap ke bawah: Telapak tangan menghadap ke bawah
digunakan sebagai gambaran adanya otoritas. Misalnya, meminta seorang
bawahan untuk memindahkan kardus/box.
e. Telapak tangan dengan jari menunjuk: Telapak tangan dengan jari menunjuk
digunakan seperti telapak tangan menghadap ke bawah, namun sifatnya yang
lebih menjengkelkan.
f. Dominance handshakes: Dominasi pada jabatan tangan ini digambarkan dengan
memutar tangan sehingga telapak tangan menghadap ke bawah saat berjabat
tangan, dan memberikan kesan dominasi pada lawan bicara.
g. Submission handshakes: Kebalikan dari jabat tangan dominan, jabat tangan
submission digambarkan dengan menawarkan tangan dengan telapak tangan
menghadap ke atas, sehingga dapat memberi kendali kepada lawan bicara untuk
mengendalikan situasi.
h. Equality handshakes: Jabat tangan equal terjadi ketika dua orang dominan
berjabat tangan, dan hasilnya kedua telapak tangan tetap dalam posisi vertikal.
Jabat tangan ini dilakukan untuk mengirimkan rasa hormat.
i. The stiff-arm thrust: Teknik ini digunakan ketika berjabat tangan dengan lengan
lurus ke depan (tidak ditekuk). Biasanya digunakan untuk menjaga jarak dan
tidak memasuki ‘zona intim’ lawan bicara.
j. Pegangan ujung jari: Jabat tangan ini dilakukan dengan menjabat ujung jari
lawan bicara, biasanya dengan tujuan untuk menjaga pada jarak nyaman.
k. Tarik-lengan: Jabat tangan ini dilakukan dengan menjabat tangan lawan bicara
sambil menarik lengan ke arahnya. Teknik ini dapat berarti bahwa inisiator adalah
tipe yang hanya akan merasa aman dalam personal space-nya, atau inisiator
berasal dari budaya yang memang memiliki sedikit ‘zona intim’.
l. Glove handshakes: Jabat tangan ini dilakukan ketika inisiator menjabat tangan
lawan bicaranya dengan kedua telapak tangannya. Jabat tangan ini menunjukkan
amanah dan kejujuran. Namun, ketika teknik ini digunakan pada orang yang baru
ditemui, maka orang tersebut biasanya akan merasa curiga dengan niat dari
inisiator.
m. The wrist hold: Jabat tangan ini dilakukan dengan tangan kanan menjabat telapak
tangan lawan bicara, dan tangan kiri menggenggam pergelangan tangan lawan
bicara. Tangan kiri digunakan untuk mengomunikasikan perasaan ekstra yang
ingin ditransmisikan oleh inisiator kepada lawan bicara.
n. The elbow grasp: Jabat tangan ini mirip dengan the wrist hold, namun tangan kiri
menggenggam siku lawan bicara.
o. The upper arm grip: Jabat tangan ini mirip dengan the wrist hold, namun tangan
kiri menggenggam lengan atas lawan bicara.
p. The shoulder hold: Jabat tangan ini juga mirip dengan the wrist hold, namun
tangan kiri memegang pundak lawan bicara. Semakin jauh jangkauan tangan kiri
inisiator pada tangan lawan bicara, maka semakin menunjukkan bahwa inisiator
ingin mentransmisikan lebih banyak perasaan ke lawan bicara.

2. Gestur tangan dan lengan

a. Menggosok telapak tangan: Gestur ini menyatakan pengharapan positif.


Kecepatan menggosok telapak tangan menimbulkan perbedaan interpretasi.
Misalnya, seorang SPG menggosokkan telapak tangannya dengan cepat, dapat
berarti bahwa ia memberikan pengharapan positif pada produk yang ditawarkan
kepada customer-nya. Namun, ketika seorang SPG menggosokkan tangannya
dengan lambat, hal ini akan tampak licik, dan memberi perasaan bahwa hasilnya
akan menguntungkan dirinya, bukan customer-nya.
b. Menjalin jari-jari tangan: Gestur ini dilakukan dengan menyilangkan jari-jari
tangan, dan awalnya diartikan sebagai rasa percaya diri seseorang. Namun, gestur
ini kemudian juga diartikan sebagai sikap frustasi atau kebencian. Gestur ini
memiliki tiga posisi utama yaitu menjalin jari-jari di depan wajah, tangan
diletakkan di atas meja, dan di atas pangkuan (jika sedang duduk) atau di tubuh
(jika sedang berdiri).
c. Tangan membentuk menara: Gestur ini sering digunakan dalam interaksi antara
atasan dan bawahan, dan dapat diartikan sebagai sikap percaya diri atau sikap
‘maha tau’.
d. Mencengkram tangan ke belakang: Gestur ini dilakukan dengan kedua tangan
diposisikan ke tubuh bagian belakang, dan telapak tangan yang satu memegang
telapak tangan yang lain. Gestur ini dianggap mengisyaratkan rasa superior,
keberanian, atau percaya diri. Misalnya, seperti yang biasa ditunjukkan oleh
polisi atau tentara.
e. Mencengkram pergelangan tangan ke belakang: Gestur ini mirip dengan
mencengkram tangan ke belakang, namun telapak tangan yang satu
menggenggam pergelangan tangan satunya. Gestur ini diartikan sebagai frustasi
dan usaha untuk mengendalikan diri.
f. Mencengkram lengan ke belakang: Masih sama dengan dua gestur sebelumnya,
namun telapak tangan yang satu menggenggam siku. Gestur ini diartikan lebih
berusaha mengendalikan diri dan marah.
g. Menyilangkan lengan: Gestur ini menunjukkan sikap defensif, negatif, tidak
setuju, atau ketika merasa tidak pasti/tidak aman. Misalnya, saat seseorang berada
di antara orang asing pada pertemuan publik, antrian, lift, dll.
h. Partial arm barrier: Gestur ini dilakukan dengan telapak tangan yang satu
menggenggam siku pada lengan yang satunya. Gestur ini biasa terlihat ketika
seseorang merasa asing akan suatu kelompok atau merasa kurang percaya diri.

3. Gestur tangan ke wajah

a. Menutup mulut: Gestur ini biasanya terjadi tanpa sadar ketika seseorang
berbohong, atau ketika seseorang merasa orang lain sedang berbohong.
b. Menyentuh hidung: Salah satu penjelasan tentang asal mula gerakan menyentuh
hidung adalah saat pikiran negatif memasuki pikiran, alam bawah sadar
memerintahkan tangan untuk menutup mulut, tetapi agar menghindari telihat
terlalu jelas, maka tangan akan menarik diri dari wajah dan gestur sentuhan
hidung cepat adalah hasilnya.
c. Menggaruk mata: Gestur ini digambarkan sebagai upaya otak untuk memblokir
keraguan atau kebohongan yang dilihatnya, atau menghindari keharusan melihat
wajah orang yang dibohongi. Gestur ini biasanya diikuti dengan memalingkan
muka ke lantai, atau menghindari tatapan lawan bicara dengan melihat
langit-langit.
d. Menggosok telinga: Gestur ini diartikan sebagai sinyal bahwa seseorang telah
cukup mendengar atau mungkin ingin berbicara. Variasi gestur ini yaitu dengan
menggosok bagian belakang telinga, menggosok dalam telinga dengan ujung jari,
menarik daun telinga, atau menekuk seluruh telinga ke depan untuk menutupi
lubang telinga.
e. Menggaruk leher: Gestur ini dilakukan dengan menggaruk sisi leher atau bagian
bawah telinga. Gestur ini diartikan sebagai tanda keraguan atau ketidakpastian.
f. Mengigit jari: Gestur ini diartikan sebagai perasaan ketika seseorang berada di
bawah tekanan atau membutuhkan kepastian atau kepastian.
g. Menopang dagu: Gestur ini diartikan sebagai sinyal akan kebosanan. Tingkat
kebosanan pendengar berkaitan dengan sejauh mana lengan dan tangannya
menopang kepalanya. Kebosanan yang ekstrim dan kurangnya minat ditunjukkan
ketika kepala ditopang sepenuhnya oleh tangan. Mengetuk-ngetukkan jari dan
mengetuk-ngetukkan kaki sering disalahartikan sebagai sinyal kebosanan, namun
sebenarnya gestur itu menandakan ketidaksabaran.
h. Pain-in-the-neck: Gestur ini dilakukan dengan memukul bagian belakang leher
terlebih dahulu kemudian menggosok bagian belakang leher. Gestur ini diartikan
sebagai kebohongan (diikuti dengan melihat ke bawah), tanda frustrasi, atau
kemarahan.
i. Menepuk kepala: Gestur ini biasanya menunjukkan kelupaan. Ketika seseorang
menepuk dahinya, hal ini menandakan bahwa ia tidak terintimidasi oleh
kelupaannya, atau orang yang mengingatkan kelupaannya.
4. Gestur kaki

a. Menyilangkan kaki: Gestur ini biasanya digunakan untuk menunjukkan sikap


gugup atau sikap defensif. Namun, gestur ini biasanya menjadi gestur pendukung
yang terjadi dengan gestur negatif lainnya dan tidak boleh ditafsirkan secara
terpisah atau di luar konteks.
b. Figur 4 Leg Clamp: Gestur ini merupakan gestur menyilangkan kaki dengan satu
atau kedua tangan digunakan sebagai penjepit/penahan. Gestur ini diartikan
sebagai sikap keras, perdebatan, atau keras kepala.
c. Ankle-Lock: Gestur ini dilakukan dengan mengunci atau menyilangkan
pergelangan kaki. Gestur ini diartikan sebagai adalah salah satu bentuk menahan
sikap negatif, emosi, gugup atau takut.
d. Foot-Lock: Gestur ini hampir secara eksklusif digunakan oleh wanita. Gestur ini
dilakukan dengan bagian atas satu kaki mengunci kaki lainnya untuk memperkuat
sikap defensif. Gestur ini biasanya menggambarkan seseorang yang malu/pemalu.

E. POSTURE

Menurut KBBI, yang dimaksud dengan postur adalah bentuk atau keadaan tubuh;
perawakan. Sumber lain–studi eksperimen awal James pada 1932–menyatakan postur adalah:
1. bantalan, pose, atau sikap tubuh atau bagiannya: misalnya, postur berjongkok. 2.sebuah
tetap, posisi tubuh stasioner sebagai lawan dari gerakan tubuh cairan. (Givens, 2000) Sama
seperti ekspresi wajah, tatapan, nada bicara, dan gerakan kepala, postur juga dikategorikan
dalam komunikasi non-verbal. Gerakan tubuh – yang berdurasi selama lebih dari dua detik –
dapat dianggap sebagai postur.

Salah satu kelebihan dari postur tubuh yakni, postur dapat diobservasi dari jarak
tertentu secara akurat. Tidak seperti ekspresi wajah yang butuh jarak minimal agar dapat
diobservasi. Albert Mehrabian melakukan studi mengenai postur. Studinya mengenai postur
menunjukkan bahwa sikap dan status mencerminkan sikap yang kita ambil terhadap orang
lain, seperti:

1. Positif dan Negatif

Sikap positif kepada orang lain biasanya disertai dengan gerakan bersandar ke depan,
terutama saat posisi sedang duduk. Sikap negatif dapat ditandai dengan gerakan
bersandar ke belakang. Saat tangan dalam posisi menyilang menandakan bahwa orang
yang bersangkutan tidak peduli atau acuh, tidak suka, dan cenderung tidak dapat
diakses atau tidak ada celah untuk memulai interaksi. Jika seseorang lebih rileks atau
santai maka menandakan keterbukaan dan juga keinginan untuk berinteraksi.

2. Orang dalam dan Orang luar (insider and outsider)

Saat orang sedang berkerumun, mereka yang benar-benar orang dalam atau “in” di
dalam kelompok lebih sering menunjukkan pola postur yang berbeda-beda dibanding
mereka yang “out” di kelompok. Orang luar biasanya berdiri dengan satu kaki
menjadi tumpuannya, dimana orang dalam cenderung akan menyandar ke depan
dengan kepala yang juga menghadap depan.

3. Agresi dan Ancaman

Kedua hal ini dapat ditandai dengan postur tegak yang menantang. Dahi mungkin
terlihat menjorok di depan. Ancaman biasanya ditunjukkan dengan perilaku yang
dominan atau berlebihan – perilaku yang seakan-akan ingin mengatakan bahwa “saya
lebih baik dari Anda.”. Contoh ekstrem dari ancaman yakni mengepalkan tangan.
Seseorang yang sedang tegang cenderung lebih ditakuti daripada orang yang rileks.

4. Keren dan Sombong (cool and cocky)

Individu yang nyaman satu sama lain cenderung memiliki postur yang sama.
Misalnya, jika A berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku, maka B juga akan
mengikuti gerakan A. Namun, postur tubuh yang terlalu santai bisa menggambarkan
bahwa individu tersebut sombong. Postur tubuh yang terlalu rileks juga dapat
diartikan tidak menghormati pihak yang memiliki otoritas seperti polisi.

5. Tunduk dan Rendah Hati

Kedua hal ini digambarkan dengan postur menunduk dan meringkuk. Di sisi lain,
posisi tubuh yang tertutup mencerminkan status yang lebih rendah (lower status).
Apabila merasa lebih rendah dari orang lain, individu cenderung merendahkan
kepalanya – sebagai contoh, membungkukkan badan – dan mencari celah untuk
membuat diri mereka terlihat lebih rendah. Sebagai perbandingan, individu yang
menganggap dirinya memiliki status lebih tinggi seringkali mempunyai postur yang
lebih tegak dengan kepala terangkat di atas dan tangan tergenggam di belakang.
Selain itu, Mehrabian juga menyatakan terdapat 2 dimensi postur primer yakni
kedekatan dan juga relaksasi.

Citra Tubuh (body image)

Postur mencerminkan citra tubuh kita. Semakin percaya diri seorang individu, ia
semakin tegak ia terlihat, dan sebaliknya. Presentasi diri merupakan hal yang penting dimata
publik. Para aktor dan juga politisi dilatih sebelum membawa diri dengan efektif dan
terhormat di depan publik. Terdapat perbedaan antara akting dan bertindak melakukan
sesuatu. Terkadang, demi kejelasan dan penekanan yang dramatis, menunjukkan postur tubuh
dan gerakan yang berlebihan dapat membuahkan hasil. Namun, untuk melakukan hal ini.
Inidividu yang bersangkutan harus dapat dipercaya, jika gagal maka akan muncul kesan
negatif dari publik dan perilaku “berlebihan” tidak bisa menebus kinerja akting yang kurang
meyakinkan lagi.

Kepercayaan diri adalah hal yang dapat dideteksi oleh mata. Perempuan yang berjalan
sambil menatap tanah atau sepatunya, dengan lengan menyilang erat, menunjukkan bahwa ia
ingin tidak terlihat dan sebagai simbol pembelaan diri. Postur tubuh yang sedikit
membungkuk dan bahasa tubuh yang tertutup, memberikan kesan low self-esteem atau harga
diri rendah. Faktanya, cara kita memproyeksikan diri sendiri mengindikasikan perasaan kita
terhadap diri sendiri. Beberapa orang yang katanya “hadir” memancarkan kepercayaan diri
dan cenderung menunjukkan lebih sedikit perubahan postur dan gerakan tubuh. Ketenangan
ini sering kali dikaitkan dengan status dan prestise.

Postural Give-aways

Terdapat give-away tertentu yang berhubungan dengan postur citra diri, yakni:

1. Folded arms (lengan terlipat), menunjukkan pertahanan, perlindungan, penarikan diri,


dan penutupan.
2. Hunched shoulders (bahu membungkuk), bahu membungkuk ke atas dan telapak
tangan menghadap keluar menggambarkan ketidakpastiaan, merasa ada ancaman,
ketidakbedayaan, dan ketidakmampuan.
3. Arms Akimbo (bertolak pinggang), merupakan postur tubuh yang mencerminkan
superioritas dan dominasi.
4. Walking tall (berjalan menghadap kedepan), memberikan kesan kejujuran dan
kepercayaan diri. Cara ini dapat dilakukan jika ingin merasa lebih baik atas diri
sendiri dan untuk menunjukkan bahwa tidak takut.
5. Four-cross position (empat posisi silang), pergelangan kaki beristirahat di lutut lain,
tangan tergenggam di belakang, leher dan siku terentang, menunjukkan superioritas.
6. Postural conflict (konflik postiur), terjadi saat orang dengan sengaja mengikuti postur
tubuh yang berbeda dari yang diasumsikan oleh orang lain. Biasanya dilakukan untuk
menandai batas-batas interaksi atau tempat, atau jarak antarindividu. Lengan dan kaki
diposisikan sedemikian rupa agar menunjukkan bahwa penyusup atau prang lain tidak
disambut.
7. Postural echoing (postur menggema), seperti meggenggam dan melipat tangan,
menyilangkan kaki serempak dengan orang lain untuk menunjukkan tingginya tingkat
hubungan.

F. JARAK DAN ORIENTASI

1. Ruang Pribadi

Manusia memiliki “gelembung udara” portable yang dibawa dan ukurannya


tergantung pada kedapatan populasi di tempat ia dibesarkan. Oleh karena itu, jarak
ruang pribadi ini ditentukan secara budaya. Di beberapa budaya, seperti Jepang,
terbiasa berkerumun, yang lain lebih suka “ruang terbuka lebar” dan suka menjaga
jarak. Namun, kami terutama prihatin dengan perilaku territorial orang-orang yang
dibesarkan dalam budaya Barat. Status juga dapat berpengaruh pada jarak dimana
seseorang berdiri dalam hubungannya dengan orang lain.

2. Jarak Ruang

Salah satu implikasi dari norma yang diberikan oleh Hall adalah bahwa jika
saat berkomunikasi, komunikator melebihi jarak yang sesuai dengan keadaan situasi
sosial tertentu atau mempertahankan jarak yang lebih kecil dari yang seharusnya,
maka dapat menimbulkan kesalahpahaman dan menyebabkan kebingungan tentang
sikap yang disimpulkan oleh lawan bicaranya. Jarak atau ruang memiliki fungsi:
a. Safety, ketika ada jarak antara kita dan orang lain, kita akan merasa aman karena
kita yakin orang tersebut tidak akan menyerang atau menyakiti kita dengan
mengejutkan.
b. Communication, ketika orang-orang berdekatan dengan kita, kita akan dengan
mudah berkomunikasi dengan mereka.
c. Affection, ketika orang-orang dekat dengan kita, kita bisa saling menjalin
keakraban.
d. Threat, ancaman bisa dilakukan hal sebaliknya. kita dapat mempertimbangkan
dalam memperlakukan orang lain dengan melanggar ruang mereka.

Ruang atau jarak bukanlah bahasa tubuh, tetapi merupakan faktor yang sangat
penting. Ruang yang ada disekelilingnya dapat menunjukkan cukup akurat bagaimana
perasaan mereka. Ada empat jenis zona, yaitu:

a. Zona Intim (15 – 45cm atau 6 – 8inci)

Zona intim merupakan yang paling penting daripada zona lain karena inilah yang
dijaga seseorang seolah-olah itu adalah miliknya sendiri. Hanya mereka yang
secara emosional dekat dan dipercayai sepenuhnya dengan orang tersebut yang
diizinkan memasukinya. Contohnya kekasih, orang tua, pasangan, anak-anak,
teman dekat dan kerabat. Ada sub-zona yang memanjang hingga 15cm (6inci)
dari tubuh yang hanya dapat dimasuki selama kontak fisik, yang dinamakan
ruang intim dekat.

Ketika kita menemukan orang asing di zona ini, akan membuat kita tidak
nyaman. Inilah sebabnya mengapa di keramaian tempat-tempat kecil seperti lift,
kereta api, dll orang menghindari kontak mata. Untuk mengatakan, “Saya tidak
mau menyerang ruang pribadi Anda. Saya menghormati privasi Anda.”

b. Zona Pribadi (46cm – 1,22m atau 18 – 48inci)

Merupakan jarak ketika kita berinteraksi di tempat umum seperti pesta, restoran,
tempat kerja dan friendly gatherings.
c. Zona Sosial (1,22 – 3,6m atau 4 – 12kaki)

Kita berdiri pada jarak ini dari orang asing, tukang pipa air atau tukang yang
sedang memperbaiki sesuatu di rumah kita, tukang pos, kurir, karyawan baru di
kantor dan orang-orang yang tidak kita kenal dengan baik. Di zona ini juga
merupakan orang-orang yang tidak diizinkan untuk mengakses perasaan pribadi
kita. Namun, di zona ini ada tingkat keramahan dan kenyamanan.

d. Zona Publik (lebih dari 3,6m atau 12kaki)

Setiap kali kita berbicara pada sekelompok besar orang, ini adalah jarak nyaman
yang kita pilih untuk berdiri. Tidak mengancam dan tidak menyerang. Ini juga
merupakan salah satu dimana ada sedikit atau tidak ada komitmen antara
pembicara dan pendengar.

3. Aplikasi Praktis dari Jarak Ruang

Zona intim kita biasanya dimasuki oleh orang lain karena dua alasan. Pertama,
penyusup adalah kerabat dekat atau teman, atau dia mungkin membuat ‘pergerakan’
seksual. Kedua, penyusup bermusuhan dan mungkin akan menyerang. Sementara kita
akan menoleransi orang asing yang bergerak di dalam zona pribadi dan sosial kita,
gangguan orang asing ke dalam zona intim kita menyebabkan perubahan fisiologis
terjadi di dalam tubuh kita. Jantung memompa lebih cepat, adrenalin mengalir ke
aliran darah dan darah dipompa ke otak dan otot sebagai persiapan fisik untuk
kemungkinan situasi pertarungan atau pelarian.

Jika meletakkan tangan dengan cara yang ramah pada orang yang baru saja
kita temui dapat menyebabkan orang itu merasa negatif terhadap kita, meskipun dia
mungkin tersenyum dan tampak menikmatinya agar tidak menyinggung. Jika ingin
orang merasa nyaman di perusahaan, aturan emasnya adalah ‘jaga jarak’. Semakin
intim hubungan kita dengan orang lain, semakin dekat kita diizinkan untuk bergerak
di dalam zona mereka. Misalnya, seorang karyawan baru pada awalnya merasa bahwa
anggota staff lain bersikap dingin terhadapnya, tetapi mereka hanya menjaga jarak
zona sosial sampai mereka mengenalnya lebih baik. Saat ia menjadi lebih dikenal oleh
karyawan lain, jarak territorial antara dia dan mereka berkurang sampai akhirnya dia
diizinkan untuk bergerak di dalam zona pribadi mereka, dan dalam beberapa kasus
dapat masuk ke zona intim mereka.

4. Faktor Budaya yang Mempengaruhi Jarak Zona

Pasangan muda yang baru saja bermigrasi dari Denmark untuk tinggal di
Sydney diundang untuk bergabung dengan cabang lokal Jaycees. Beberapa minggu
mereka masuk ke klub, beberapa anggota wanita mengeluh bahwa pria Denmark
membuat ‘pergerakan mendekat’ ke arah mereka, sehingga mereka merasa tidak
nyaman dengan kehadirannya dan anggota pria dari lub merasa bahwa wanita
Denmark telah menunjukkan secara non-verbal bahwa dia akan bersedia secara
seksual bagi mereka.

Situasi tersebut menggambarkan fakta bahwa banyak orang Eropa memiliki


jarak intim hanya 20-30cm dan di beberapa budaya bahkan lebih kecil lagi. Pasangan
Denmark merasa cukup nyaman dan santai ketika berdiri pada jarak 25cm dari
Australia, sama sekali tidak menyadari gangguan mereka ke dalam zona intim 46cm.
Orang Denmark juga menggunakan tatapan mata lebih sering daripada orang
Australia, yang menimbulkan salah penilaian lebih lanjut terhadap mereka.

G. KONTAK FISIK

Kontak fisik atau sentuhan adalah salah satu kode dalam komunikasi nonverbal.
Sentuhan, walaupun kadang terkesan primitif namun memainkan peranan penting dalam
memberikan dorongan, pernyataan kehalusan budi, sokongan emosional dan bahkan lebih
memiliki kekuatan daripada sekadar kata-kata. Sentuhan juga dapat mengkomunikasikan
banyak pesan di antaranya menunjukkan rasa sosial dan kesopanan, kehangatan, dan kasih
sayang. Namun yang perlu diingat adalah nilai-nilai yang berlaku pada suatu masyarakat
harus menjadi perhatian ketika akan melakukan kontak dalam berkomunikasi dengan bentuk
sentuhan.

Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan
berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sejak kecil, manusia telah
terlazimkan untuk menerima sentuhan biasanya ungkapan keakraban dan kasih sayang. Alma
I. Smith, peneliti dari Cutaneous Communication Laboratory (Laboratorium Komunikasi
Kulit) di Princeton, telah meneliti kemampuan kulit untuk menyampaikan dan menerima
pesan. Smith melaporkan berbagai perasaan yang dapat disampaikan melalui sentuhan, tetapi
yang paling biasa dikomunikasikan sentuhan ada lima : tanpa perhatian (detached), kasih
sayang (mothering), takut (fearful), marah (angry), bercanda (flayful).

Studi mengenai sentuhan disebut sebagai haptics. Dalam studi ini menyatakan
semakin dekat seseorang maka akan semakin besar kemungkinan untuk melakukan kontak
fisik. Sentuhan adalah perilaku yang multi makna karena dapat menggantikan seribu kata,
serta bersifat tidak acak karena merupakan suatu strategi komunikasi. Bentuk-bentuk
sentuhan yaitu tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan,
jabat tangan, rabaan, dan sentuhan lembut sekilas. Banyak riset yang mengemukakan bahwa
orang yang berstatus lebih tinggi lebih sering menyentuh orang yang berstatus lebih rendah.
Seperti, orangtua menyentuh anak-anaknya, dan guru menyentuh siswa siswinya. Haptics
atau sentuhan atau kontak tubuh dikatakan oleh Emmert dan Donaghy sebagai cara terbaik
untuk mengkomunikasikan sikap pribadi, baik yang positif maupun yang negatif. Frekuensi
dan durasi sentuhan dapat menjadi indikator tentang persahabatan dan rasa suka di antara
orang yang melakukannya. Contohnya, berjabat tangan, berpelukan, menyentuh lengan atas
(persahabatan), menampar, memukul, mengelus kepala, mencium tangan, dan sebagainya.

Heslin dalam Mulyana (2009) menyatakan bahwa ada lima kategori sentuhan yang
merupakan rentang dari yang sangat impersonal hingga sangat personal. Kategori-kategori
tersebut, yaitu:

1. Fungsional-Profesional, Sentuhan bersifat dingin dan berorientasi bisnis, seperti


pelayan toko yang membantu pembeli memilih baju/ barang.
2. Sosial-Sopan, Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan,
aturan praktik sosial yang berlaku. Sentuhan ini menggambarkan adanya etika
kesopanan dalam suatu perilaku dalam kehidupan bermasyarakat melalui komunikasi
non-verbal, seperti berjabat tangan.
3. Persahabatan-Kehangatan, Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan
afeksi atau hubungan yang akrab. Dimana komunikasi jenis ini menggambarkan
adanya kedekatan dan kehangatan dalam mencerminkan suatu sikap persahabatan
antara komunikator dan komunikan (penyentuh dan yang disentuh), misalnya dua
orang yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah.
4. Cinta-Keintiman, Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan
emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan lembut, dan
memeluk orang lain.
5. Rangsangan Seksual, Kategori ini berkaitan erat dengan kategori cinta keintiman
hanya saja pada kategori ini motifnya bernuansa seksual. Dalam makna jenis ini
sentuhan yang dilakukan lebih mengarah kepada keinginan dalam menyampaikan
kebutuhan seksualnya.

Terdapat lima makna sentuhan yang telah diteliti oleh Stenley Jones dan Elanie Yabrough
(1985) yaitu sebagai berikut :

1. Afeksi Positif, merupakan sentuhan yang dapat mengkomunikasikan emosi positif


seseorang, hal ini terjadi pada pasangan intim dan sejenisnya yang mempunyai
hubungan yang relatif dekat, bila hubungan berkembang maka sentuhan juga akan
berkembang, Contoh Suami-Istri.
2. Bercanda, sentuhan ini menggambarkan keinginan kita untuk berkomunikasi dengan
canda-tawa. Dengan menggambarkan keceriaan antara komunikan dan komunikator.
Cara mengkomunikasikan agresi serta cara bercanda emosi dan mengisyaratkan orang
lain untuk tidak memandang serius terhadap sentuhan tersebut.
3. Mengarahkan/mengendalikan, sentuhan mungkin juga mengarahkan perilaku, sikap,
atau perasaan orang lain. Pengarahan demikian dapat mengomunikasikan jumlah
pesan. Dalam bentuk perintah, misalnya, kita menyentuh orang lain untuk
mengomunikasikan "pindahlah", "cepať", "tetaplah disini," dan "kerjakan". Dalam
menarik perhatian, kita menyentuh orang untuk menarik perhatiannya seolah-akan
"lihatlah saya" atau “ lihat ini'.
4. Ritual, sentuhan ritualistik terpusat pada salam pertemuan dan perpisahan. Menjabat
tangan untuk mengatakan “halo" atau “sampai jumpa" merupakan contoh yang jelas
dari sentuhan ritualistik. Sentuhan ritual juga meliputi pelukan, ciuman atau
meletakkan lengan di bahu orang lain ketika memberi salam atau mengucapkan
selamat berpisah.
5. Keterkaitan dengan tugas, sentuhan jenis ini dilakukan berdasarkan pelaksanaan
fungsi tertentu, dengan memberi makna bahwa terdapat adanya kesesuaian dalam
pelaksanaan sentuhan tersebut. Contoh, seorang atasan yang menyentuh bahu
karyawannya atas kepergian adiknya ( sentuhan yang bermakna berbela sungkawa),
menyentuh dahi seseorang untuk mengetahui apakah ia demam.

H. PENAMPILAN DAN BENTUK TUBUH

Ukuran tubuh kita, serta cara kita menutupi tubuh itu sendiri dengan berbagai macam
model pakaian jelas memberi pengaruh yang cukup besar terhadap bagaimana orang
memandang kita, dan berpengaruh terhadap seberapa besar perhatian orang terhadap kita.
Sekilas orang-orang akan memandang bahwa keadaan ini terkendali sepenuhnya. Tetapi
bukan masalah ini sesungguhnya. Memang ada beberapa hal yang dapat dikendalikan dengan
memanipulasi, yaitu dengan menyembunyikan beberapa hal dari kehidupan sehari-hari.
Beberapa aspek memang bisa kita kendalikan, tetapi harus diingat bahwa masih banyak juga
aspek yang tidak bisa dikendalikan (R. Gordon Wainwright, 2007).

Seseorang wanita bisa saja menggunakan korset dan memakai bra dengan tambahan
busa demi menunjang penampilannya. Belum lagi berdandan dengan berbagai peralatan tata
rias, mulai dari pensil alis, pemulas bibir, mascara, penegas garis mata, pemulas pipi, bulu
mata palsu, dan mungkin masih banyak lagi. Jelas sekali bahwa ternyata seseorang rela
melakukan hal yang merepotkan demi bisa tampil secara pantas menghadapi dunia luar (R.
Gordon Wainwright, 2007).

1. Kesan Pertama

Kontak pertama antara diri kita dengan orang lain adalah “mata ke tubuh”; maksudnya
adalah, bahwa kita akan melihat ke arah bagian tubuh lawan bicara kita terlebih
dahulu sebelum melakukan kontak mata. Hal ini berarti bahwa hal pertama yang
biasanya kita lihat adalah pakaian yang mereka kenakan, dari sini kita akan melihat
penilaian tertentu (R. Gordon Wainwright, 2007).
Fungsi dasar pakaian, pada suhu normal atau yang lebih dingin adalah sebagai
pelindung tubuh, atau dalam kebudayaan tertentu berfungsi sebagai penjaga
kesopanan, tetapi dalam fungsinya yang paling dasar ini pun pakaian tetap saja
memiliki nilai komunikatif. Pakaian dapat menjadi penilaian tentang penghasilan kita,
status kita, kedudukan kita, kepriadian kita, dan masih banyak lagi (R. Gordon
Wainwright, 2007).

Tentunya ada beberapa hal yahg harus diperhatikan dalam berpakaian, salah satu yang
paling mendasar adalah memilih setelan pakaian formal atau nonformal. Banyak
pilihan mengenai dua kategori pakaian tersebut namun dalam memilih harus
disesuaikan dengan keadaan.Pakaian formal dipakai pada lingkungan kerja sedangkan
pakaian nonformal dipakai saat bersantai.Selain itu hal penting yang tidak boleh
dilupakan adalah bentuk tubuh yang mengenakan pakaian itu.Kita sangat sering
mendengar saran berpakaian bagi orang gemuk. Hal ini menunjukkan bahwa harus
hati-hati dalam memilih pakaian karena dapat membangun kesan pertama seseorang
terhadap kita.

2. Anda Seharusnya Punya Gaya Sendiri

Pilihan kita dalam berpakaian memberitahukan pada orang lain siapa diri kita. Atau
setidaknya memberitahukan kepada orang lain bagaimana kita menilai diri kita
sendiri. Cara berpakaian juga bisa menjadi identitas terhadap keunikan yang kita
miliki, jika mengenakan seragam, maka kita akan tampak sama dengan yang lain. (R.
Gordon Wainwright, 2007). Tetapi harus diingat bahwa disamping komunikasi yang
ingin disampaikan melalui penampilan, kita juga harus memerhatikan pesan verbal
sesungguhnya yang ingin dikomunikasikannya, meskipun dalam praktiknya tidak
mudah.

3. Pisahkan Antara Laki-Laki Dan Perempuan

Dunia sekarang sudah memasuki zaman dimana kesetaraannya gender menjadi


perbincangan hangat. Bahkan dalam budaya tertentu perbedaan kelamin hanya akan
dianggap dalam perkawinan saja. Termasuk dalam memilih pakaian, sekarang banyak
laki-laki yang juga memakai alat-alat kosmetik dan perempuan yang menggunakan
pakaian-pakaian laki-laki. Walaupun demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa sejak
manusia itu ada, perbedaan antara laki-laki dan perempuan memengaruhi cara
merespons terhadap satu sama lain secara non verbal. (R. Gordon Wainwright, 2007).

4. Bentuk dan Ukuran Tubuh

Umumnya bentuk tubuh diklasifikasikan ke dalam ectomorph (kurus dan kerempeng),


mesomorph (berotot), atau endomorph (tubuh gemuk).Sering kita mendengar bahwa
memiliki tubuh lebih ramping meningkatkan rasa percaya diri dan lebih mapan.
Mereka yang menjadi gemuk pada usia paruh baya bisa jadi akan cukup tertekan
dengan perubahan tersebutm khususnya jika mereka sama sekali tidak melakukan
upaya apapun untuk mengubah keadaan. Sebaliknya mereka yang terlalu kurus
sampai mendekati anoreksia seringkali memiliki citra-diri yang rendah dan kadang
juga mengalami depresi. Tampaknya cara mengatasinya adalah dengan menentukan
ukuran dan bentuk tubuh seperti apa yang anda inginkan dan kira-kira mampu anda
raih. Kemudian menguatkan keinginan untuk meraihnya, dan selanjutnya menyusun
rencana untuk meraihnya dengan cara yang masuk akal. Harus diakui motivasi
memang faktor yang paling penting dalam menentukan perubahan seperti apa yang
dapat dilakukan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan (R. Gordon Wainwright,
2007).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Alat komunikasi non-verbal itu bervariasi, salah satunya adalah komunikasi dengan
bahasa/sistem isyarat. Bahasa isyarat ini membahas, antara lain: gerakan mata, perubahan
ekspresi muka, perubahan posisi kaki, dan gerakan anggota tubuh yang melibatkan tangan
dan bahu. Bahasa jenis inilah yang dimaksud dengan bahasa tubuh, yaitu bahasa yang
menggunakan gerakan anggota tubuh sebagai sarana pengungkapan pikiran atau perasaan.
Setiap gerakan anggota tubuh mempunyai makna tersendiri.

Mata merupakan salah satu alat indera yang dapat diperhatikan saat kita sedang
mengamati ekspresi wajah seseorang. Selama wawancara, kontak mata yang tegas dengan
sedikit gerakan akan menunjukkan bahwa Anda tertarik dengan apa yang dikatakan dan juga
menunjukkan kejujuran dan harga diri yang tinggi. Di sisi lain, jika mata Anda mengembara
ke mana-mana dan hanya sebentar melakukan kontak dengan mata orang yang diwawancarai,
dapat diindikasikan atau terlihat bahwa Anda memiliki harga diri yang rendah, atau
mengalami kebosanan. Menggosokan mata juga bisa diindikasikan sebagai tanda bahwa
Anda lelah atau bosan. Sebaiknya, perhatikan mata orang yang Anda wawancarai yang akan
memberitahu Anda banyak hal tentang wawancara.

Ekspresi wajah individu yang ditunjukkan dapat berbeda karena sesuai dengan emosi
yang sedang dirasakan oleh individu tersebut. Perbedaan ekspresi wajah terjadi akibat adanya
otot-otot pada wajah yang secara spontan berkonstraksi sesuai dengan emosi yang dirasakan.
Pada dasarnya emosi yang sering ditunjukkan oleh manusia yaitu Bahagia, sedih, terkejut,
takut, marah, dan muak. Emosi yang ditunjukkan dengan ekspresi wajah dapat diamati
melalui mata, dahi, mulut, dan hidung.

Selain kontak mata dan ekspresi wajah yang dapat mempunyai bahasa nonverbal
untuk berkomunikasi dengan lawan bicara, ataupun orang sekitar, kepala juga memiliki
bahasa atau gerakan yang dapat ditangkap oleh alam bawah sadar kita dan kita maknai.
Gerakan tersebut seperti : Menarik dagu ke dalam menunjukkan makna tentang rasa takut,
tidak berdaya karena ada sesuatu yang dirasakan mengancam. Menegakkan kepala
menunjukkan adanya rasa aman dan yakin pada diri sendiri serta siap memperhatikan
lingkungan dan bertindak. Namun, menegakkan kepala secara berlebihan bisa diartikan
sombong. Melemparkan/ menggelengkan/ memutar kepala dengan cepat ke arah belakang,
bisa diartikan menantang ataupun terdapat kesan otoritas, berwibawa, dan berkuasa. Kepala
dengan lemas dikebelakangkan menunjukkan sikap pasif, lamban, senang melamun, lemah
tapi senang menikmati sesuatu. Menundukkan kepala Kepala yang ditundukkan beberapa kali
menunjukkan makna persetujuan atau menyembunyikan sesuatu karena mempunyai
kesalahan ataupun sedang memikirkan sesuatu. Menjulurkan kepala artinya ingin tahu apa
yang terjadi di sekitarnya. Memutar kepala sehingga menghadap penuh Bermakna pengakuan
pada orang lain, kesediaan untuk bertindak, percaya pada diri sendiri. Memutar kepala
sehingga tidak menghadap penuh Jika disertai pandangan mata dari sudut mata, berarti
curiga. Memutar kepala ke arah berlawanan (membuang muka) bisa memiliki arti: ingin
mengusir pikiran yang mengganggu, menolak sesuatu, atau tidak mau mengakui orang lain.
Memiringkan kepala bersedia diperintah/dipimpin, sedang “menajamkan telinga” karena
ingin mendengarkan baik-baik/memusatkan perhatian ke arah suara (penasaran/ketertarikan).

Gestur adalah bentuk komunikasi nonverbal dengan aksi tubuh yang


mengkomunikasikan pesan-pesan tertentu, baik digunakan sebagai pengganti maupun
digunakan bersamaan dengan bahasa verbal. Dalam menginterpretasikan gestur, observer
perlu memperhatikan tiga hal yaitu membaca gestur dalam sekelompok gerakan, mencari
kesesuaian atau keselarasan, dan memperhatikan konteks terjadinya gestur tersebut. Beberapa
macam gestur yang biasa muncul misalnya gestur telapak tangan, lengan, tangan ke wajah,
dan kaki. Setiap gestur memiliki pesannya masing-masing dan harus dapat diinterpretasikan
dengan tepat.

Kontak fisik atau sentuhan adalah salah satu kode dalam komunikasi nonverbal.
Sentuhan adalah perilaku yang multimakna dan bersifat tidak acak karena merupakan suatu
strategi komunikasi. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan
membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Studi mengenai
sentuhan disebut sebagai haptics. Sentuhan juga merupakan saran penting dalam
mengkomunikasikan kehangatan dan kenyamana seseorang. Di dalam observasi kontak fisik
atau sentuhan yang biasa dilakukan yaitu berjabat tangan.

Postur dikategorikan dalam komunikasi non-verbal. Salah satu kelebihan postur yakni
postur dapat diobservasi dari jarak tertentu dengan akurat, tidak seperti ekspresi wajah yang
hanya dapat diobservasi dengan akurat dengan jarak dekat. Postur tubuh mencerminkan citra
tubuh kita.
Ruang atau jarak bukanlah bahasa tubuh, tetapi merupakan faktor yang sangat
penting. Ruang yang ada disekelilingnya dapat menunjukkan cukup akurat bagaimana
perasaan mereka. Zona dibagi menjadi 4 yaitu: zona intim, sosial, pribadi dan publik. Yang
mana jarak atau ruang tiap individu dapat berubah berdasarkan budaya masing-masing.

Penampilan dan bentuk tubuh, cara kita menutupi tubuh itu sendiri dengan berbagai
macam model pakaian jelas memberi pengaruh yang cukup besar terhadap bagaimana orang
memandang kita, dan berpengaruh terhadap seberapa besar perhatian orang terhadap kita.
Tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berpakaian, salah satu yang paling
mendasar adalah memilih setelan pakaian formal atau nonformal.

REFERENSI

Aditia, S. (2021). Analisis Makna Gestur Tangan dalam Film Ayah Maafin Dea. Berasa, 1(1),
10-20.

Astiningrum, N., & Prawitasari, J. E. (2007). Hubungan antara minat terhadap komik jepang
(manga) dengan kemampaun rekognisi emosi melalui ekspresi wajah. Jurnal Psikologi,
34(2), 130-150. https://doi.org/10.22146/jpsi.7093

Dawson, C. (2019). Introduction to Research Methods 5th Edition: A Practical Guide for
Anyone Undertaking a Research Project. Robinson.

De Vito, Joseph A. (1996). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.

Ekman, P., & Friesen, W., V. (2009). Buka dulu topengmu – panduan membaca emosi dari
ekspresi wajah. Pustaka Baca.

Givens, David B. 2006. The Nonverbal Dictionary. Washington: Center for Nonverbal
Studies.

Hartosujono. (2017). Eksplorasi kepekaan dewasa awal terhadap ekspresi wajah anak. Jurnal
Psikologi Insight 1(1), 14-24. https://doi.org/10.17509/insight.v1i1.8441

Herlina. (2009). Postur Tubuh Materi Kuliah Ilmu Pernyataan. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia

Jayanti, S. D., & Setiawati, S. (2016). Komunikasi Keluarga dengan Tidak Melakukan
Stereotip Gender terhadap Anak Remajanya. Prosiding Hubungan Masyarakat, 2(1),
363-370.
Jones, S., & Yarbrough, A. (1985). A Naturalistic Study of The Meanings of Touch.
Communication Monographs, 52(1), 19-56.

Mileh, I., N. (2020). Makna bahasa tubuh: suatu kajian lintas budaya. Kulturistik: Jurnal
Bahasa dan Budaya 4(2), 37-43. https://doi.org/10.22225/kulturistik.4.2.1885

Nofrion. (2018). Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi dalam
Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.

Pease, A. (1984). Body language. London: Sheldon Press

Wainwright, G. (2010). Understand Body Language: Teach Yourself. Teach Yourself.

Widjaja, H. (1997). Ilmu Pernyataan. Bandung: UPT Fakultas Psikologi UNPAD.

Anda mungkin juga menyukai