com
MAKALAH
ILMIAH
STRATEGI SISTEM INFORMASI
DAN TEKNOLOGI INFORMASI
KORLANTAS POLRI PADA
PEMOLISIAN DI ERA DIGITAL
A
Oleh :
DANIEL ARTASASTA TAMBUNAN
NIM 32023007031
PASCASARJANA S-3 ILMU KEPOLISIAN ANGKATAN KE-9
Abstract
This paper discusses policing in the digital era, specifically in traffic and traffic
engineering. The scope of this paper lies in developing an IT strategy planning framework
based on the Information Systems Strategy planning methodology. This paper uses the
theoretical framework of Information Systems Strategy from Ward & Peppard and Police
Science Theory to produce policing in the digital era in the form of e-policing. The goal is
to produce a form of IS/I strategic planning for Korlantas in carrying out management in
the transportation sector to provide services based on digital technology that can provide
new expectations for the community.
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang pemolisian di era digital terutama di bidang lalulintas dan
rekayasanya (traffic enginering). Ruang lingkup dalam tulisan ini terletak pada
penyusunan suatu kerangka kerja perencanaan strategi SI/TI berdasarkan metodologi
perencanaan Strategi Sistem Informasi. Tulisan ini menggunakan kerangka teori Strategi
Sistem Informasi dari Ward & Peppard dan Ilmu Kepolisian untuk menghasilkan
pemolisian di era digital dalam bentuk e-policing. Tujuannya adalah menghasilkan suatu
bentuk perencanaan strategi SI/TI Korlantas dalam melakukan manajemen di bidang
transportasi sehingga dapat memberikan pelayanan yang berbasiskan teknologi digital
yang mampu memberikan harapan baru bagi masyarakat.
Kata Kunci : E-Policing, Sistem Informasi, Teknologi Informasi, Era digital.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................................................... II
BUKU .......................................................................................................................................... 17
PUBLIKASI ILMIAH........................................................................................................................ 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teknologi modern yang telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir
berdampak pada percepatan globalisasi. Hal ini telah membawa banyak perubahan
dalam cara kita hidup, bekerja, dan berkomunikasi. Pada tahun 2023, teknologi modern
diperkirakan akan terus berkembang dan memberikan dampak yang lebih besar lagi pada
kehidupan kita.
Perkembangan teknologi modern tentu saja memiliki dampak positif dan negatif.
Di sisi positif, teknologi modern dapat membuat hidup kita lebih mudah, lebih efisien, dan
lebih menyenangkan. Di sisi negatif, teknologi modern juga dapat menimbulkan masalah
baru, seperti kecanduan, privasi, dan keamanan. Globalisasi juga membawa dampak
pada berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pelayanan publik hingga
gangguan keamanan ataupun kejahatan yang terjadi dalam masyarakat akan semakin
kompleks dan semakin canggih, karena semakin sistematis, terorganisir secara
profesional dan memanfaatkan teknologi dan peralatan-peralatan modern yang dilakukan
oleh orang-orang yang ahli/ profesional.
Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana pemolisian di era digital terutama
di bidang lalulintas dan rekayasanya (traffic enginering). Penulis melihat bahwa aspek
kamseltibcar (keamanan keselamatan ketertiban dan kelancaran) Lalu lintas perlu
mendapatkan perhatian dengan menempatkan teknologi informasi sebagai triger yang
mempercepat.
Lalu Lintas dianalogikan seperti urat nadi manusia yang menyokong kehidupan
(Dwilaksana, 2009). Dalam proses berpindahnya manusia, kondisi lalu lintas di suatu
bangsa menjadi cerminan kebudayaan serta tingkat modernitas suatu bangsa. Sehingga
sebagai urat nadi dalam masyarakat, lalu lintas dapat mendukung produktifitas dalam
kehidupan masyarakat. Persyaratan utama seperti tersedianya rasa aman, keselamatan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas menjadi prasyarat utama dalam mencapai tujuan
kehidupan masyarakat.
1
Layaknya selang yang bila kapasitasnya melebihi kemampuan daya tampung
akan terjadi sumbatan, maka demikian pula layaknya arus lalu lintas yang harus dikelola
sedemikian rupa. Melihat applikasi Google Maps yang menyediakan fitur kondisi traffic
lalu lintas di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia pada saat rush hour maka kita
akan menemukan warna merah hampir di seluruh ruas jalur arteri dan jalur jalan tol,
artinya kondisi lalu lintas padat dan macet. Kondisi ini pernah mendapat perhatian dari
TomTom Traffic Index yang merilis data kemacetan di Ibu Kota Jakarta. Kemacetan parah
dalam data TomTom Traffic terjadi pada pagi (07.00-08.00 WIB) dan sore (17.00-18.00
WIB). Pagi hari kemacetan paling parah terjadi pada Senin. Setiap hari Senin, kemacetan
di jalanan Jakarta bertambah hingga 68%. Artinya, para pengemudi kendaraan yang
biasa pergi ke kantor selama satu jam (60 menit) harus membuang 40,8 menitnya di
untuk menua di jalan. INRIX Global Traffic Scorecard yang melakukan survey pada awal
tahun 2018 lalu pada 38 negara dan 1.360 kota besar, menempatkan Jakarta pada
urutan kedua belas kota dengan kondisi lalu lintas terburuk (worst traffic in the world). 1
Kemacetan tentu saja berdampak pada banyak hal. Tidak hanya pada
pengemudinya namun kondisi lingkungan juga akan terdampak pada peningkatan polusi
udara dan polusi suara (Nasution, 2015). Kemacetan lalu lintas memberikan dampak
negatif yang besar yang antara lainnya adalah kerugian waktu karena kecepatan
perjalanan yang rendah; pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi
bahan bakar lebih tinggi; keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama
untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang
lebih tinggi; meningkatnya polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi
lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal; meningkatkan stress
pengguna jalan; mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans,
pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya.
Permasalahan di bidang lalu lintas tidak sebatas pada kemacetan maupun angka
kecelakaan semata, ada masalah-masalah lain yang kerap timbul sebagai dampak
1
“Jakarta’s Traffic Ranked 12th Worst In The World According To New Survey”. Diunduh dari situs
https://coconuts.co/jakarta/news/jakartas-traffic-ranked-12th-worst-world-according-new-survey/
2
pertumbuhan jumlah kendaraan seperti permasalahan lingkungan, pengunaan bahan
bakar minyak, pertumbuhan area untuk lahan parkir (Nasution, 2015).
Konotasi negatif polisi lalu lintas di mata publik masih melihat polantas yang
sembunyi di balik pohon atau di balik pilar jalan layang yang muncul tiba-tiba begitu ada
pelanggaran. Padahal perlu diketahui bahwa terdapat peran serta dari para pemangku
kepentingan terutama dalam aspek infrastruktur di jalan raya. Oleh sebab itu, sudah
saatnya kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian terutama Polisi Lalu Lintas harus
ditingkatkan sehingga mencapai cita-cita dan harapan masyarakat terhadap Korps
Bhayangkara.
Polisi lalu lintas tidak berdiri sendiri dalam menangani dan mencari solusi
meskipun titik beratnya ada ditangan mereka. Namun dalam hal ini peran serta dari
institusi lain seperti Dinas Perhubungan, Bina Marga, Jasa Raharja dan lain sebagainya
sesuai dengan kapasitas masing-masing selayaknya bekerjasama untuk memberikan
pelayanan berkualitas kepada masyarakat pengguna jalan raya.
3
Pemolisian harus mengutamakan pemberdayaan potensi masyarakat, pemecahan
masalah dan mengutamakan pencegahan. Ini dapat diwujudkan dalam pemolisian
kontemporer.
Disamping itu, Polisi Lalu lintas yang dikomandoi oleh Korps Lalu Lintas
(Korlantas) Polri juga telah melakukan berbagai inovasi bidang pelayanan yang telah dan
sedang dikembangkan. Program E-tilang (ETLE/ Electronic Traffic Law Enforcement),
Sim On-Line, Samsat On-line, Program NTMC (National Traffic Management Centre)
sebagai Pusat Pengendali Lalu Lintas Nasional, bahkan program IRSMS (Integrated
Road Safety Management System)2 yang merupakan program hasil kerja sama dengan
Bank Dunia untuk mendapatkan informasi kejadian kecelakaan lalu lintas yang spesifik
dan akurat dari seluruh Indonesia. Kreasi dan inovasi tersebut diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat di era digital yang sudah
berpaling pada penggunaan teknologi IT.
Di zaman teknologi informasi yang berkembang sangat pesat ini, kegiatan suatu
organisasi tidak dapat dipisahkan dari peran Sistem Informasi (SI) dan Teknologi
Informasi (TI). SI merupakan sarana andalan untuk memenangkan persaingan dalam
industri, memudahkan organisasi dalam mewujudkan efisiensi proses back office,
meningkatkan service quality kepada konsumen, membantu dalam pengambilan
keputusan (Decision Support System /DSS), memperluas ekspansi pasar (dalam hal ini
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kepolisian), serta menjalin kerjasama dengan
para stake holders terkait (John Ward & Joe Peppard, 2002).
2
“Korlantas Punya Program Analisa Kecelakaan Berbasis Web”. Diunduh dari situs:
https://news.detik.com/berita/2375412/korlantas-punya-program-analisa-kecelakaan-berbasis-web
4
peluang yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam mencapai
tujuan organisasi (Maryani dan Suparto Darudianto, 2010). Pemanfaatan aplikasi dan
program berbasis TI saja tidak cukup untuk menyelesaikan sekelumit permasalahan di
bidang transportasi dan lalu lintas ini, perlu dilengkapi dengan Strategi SI/TI yang
tujuannya jelas. Yaitu untuk memanfaatkan secara optimum penggunaan TI sebagai
komponen utama Sistem Informasi dalam organisasi.
Perencanaan Strategi SI/TI ini menjadi penting sebab sumber daya manusia yang
dimiliki oleh Korlantas terbatas baik dari aspek kuantitas dan terutama kualitas. Selain
itu, perlu adanya peningkatan daya saing, sebab aspek lalu lintas ini bukanlah rahasia
umum lagi merupakan bidang yang harus dipertahankan oleh Polri bila tidak ingin diambil
alih oleh “kompetitornya” yaitu Dinas Perhubungan. Selain itu, dengan perencanaan
strategis SI/TI, Korlantas dapat memastikan bahwa asset teknologi informasi yang telah
dan sedang dikembangkan dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak
langsung yang membawa peningkatan kecepatan dan kualitas layanan serta mengurangi
dan meminimalisir biaya atau cost. Dan alasan terakhirnya adalah untuk mencegah
kelebihan investasi (over investment) atau kekurangan investasi (under investment) di
bidang teknologi informasi (John Ward & Joe Peppard, 2002).
Permasalahan
5
Ruang lingkup yang menjadi batasan permasalahan dalam tulisan ini antara lain
terletak pada menyusun suatu kerangka kerja perencanaan strategi SI/TI berdasarkan
metodologi perencanaan Strategi Sistem Informasi oleh Ward & Peppard (2002) dalam
identifikasi permasalahan, lingkungan internal organisasi Korlantas berdasarkan visi dan
misinya dengan melakukan analisis kebutuhan SI/TI untuk mencapai tujuan strategis.
Tujuan yang akan diperoleh dari tulisan ini adalah menghasilkan suatu bentuk
perencanaan strategi SI/TI Korlantas dalam melakukan manajemen di bidang
transportasi yang dapat mendukung strategi organisasi dalam mewujudkan visi dan misi
dari organisasi yang dapat mewujudkan pemolisian di era digital.
Sebagai kerangka konseptual dan teoritis, tulisan ini menggunakan kerangka teori
Strategi Sistem Informasi dari Ward & Peppard, selain itu penulis juga menempatkan Ilmu
Kepolisian sebagai salah satu perspektif dalam menakar persoalan dalam tulisan ini.
Melalui perspektif Ilmu Kepolisian, e-policing dapat dilihat sebagai salah satu model
pemolisian kontemporer yang membawa community policing pada sistem on line. Model
pemolisian di era digital ini diharapkan mampu menerobos sekat-sekat ruang dan waktu
sehingga pelayanan-pelayanan kepolisian terutama dalam mewujudkan kamseltibcar lalu
lintas dapat terselenggara dengan cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel informatf
dan mudah diakses oleh masyarakat.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Sepanjang tahun 2015 hingga tahun 2017 jumlah angka kecelakaan di seluruh
wilayah Indonesia cenderung mengalami tren kenaikan. Dari data yang dihimpun oleh
Subdit Tatib Ditgakkum Korlantas Polri, pada tahun 2015 jumlah kecelakaan sebanyak
96.234 kejadian. Sementara pada tahun 2016 meningkat menjadi 106.675 kejadian
meskipun pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 2.2% pada seluruh jenis
kecelakaan di wilayah Indonesia. Angka ini masih memungkinkan mengalami
peningkatan di tahun 2018 hingga tahun 2019 mengingat rendahnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya arti keselamatan berkendara (Potret Keselamatan Lalu
Lintas Indonesia 2018, 2018).
Kecelakaan tersebut paling tinggi melibatkan sepeda motor, diikuti mobil mini bus,
truk berat seperti tangki, tronton maupun gandeng hingga sepeda. Kecelakaan yang
melibatkan sepeda motor dengan mobil selalu menjadi penyumpang terbesar angka
kematian / fatalitas, sebab sepeda motor meskipun sudah menggunakan helm sebagai
pelindung kepala namun tidak cukup untuk berarti untuk menjaga dari benturan dan
resiko terlempar dari kendaraan.
7
Gambar.1 Faktor Penyebab Terbesar Kecelakaan Lalu Lintas
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (LLAJ) mengamanatkan untuk; pertama, mewujudkan dan memelihara keamanan,
keselamatan dan kelancaran serta ketertiban berlalu lintas (kamseltibcarlantas); kedua,
Meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunkan tingkat fatalitas korban kecelakaan
lalu lintas; ketiga, membangun budaya tertib berlalu lintas; keempat, Meningkatkan
kualitas pelayanan publik di bidang LLAJ.
8
kepolisian dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat serta penegakan hukum dan pembinaan keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Di era digital, manusia dan perangkat gawainya sudah tidak bisa lagi saling
berjauhan. Lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone bila akan
bepergian. Gadget dan segudang aplikasi teknologi di dalamnya sudah menjadi salah
satu kebutuhan pokok bagi manusia. Untuk menjawab tantangan zaman yang
berkembang begitu pesat, maka pemolisian juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat di era digital. Chryshnanda (2020, p. 156) mengusung model e-policing
sebagai pemolisian secara elektronik yang dapat diartikan sebagai pemolisian secara
online, sehingga hubungan antara polisi dengan masyarakat dapat terjalin dalam 24 jam
sehari dan 7 jam seminggu, tanpa batas ruang dan waktu untuk selalu dapat saling
berbagi informasi dan melakukan komunikasi.
9
merupakan jejaring secara elektronik dan manual yang harus terus menerus dibangun
atas kekuatan dari sistem-sistem pelayanan tersebut (Chrysnanda, 2018).
Big data berguna untuk mengembangkan fungsi aplikasi yang semakin cerdas
dalam menganalisa maupun menemukan solusi. Begitu pula produk yang dihasilkan
mampu memberikan petunjuk untuk prediksi, antisipasi dan solusi. Big Data akan diolah
pada back office sebagai otak pengepul data yang mampu menyajikan data yang sudah
masuk dan memprediksi serta mengantisipasi gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat (Chrysnanda, 2018). Dalam bidang lalu lintas dapat dipergunakan untuk
memprediksi area rawan kemacetan, rawan kecelakaan lalu lintas serta black spot.
10
mendukung pencapaian visi tersebut maka perlu pemahaman tentang strategi Korlantas.
Beberapa karakteristik dari perencanaan strategis SI/TI antara lain adalah adanya misi
utama, yaitu keunggulan strategis atau kompetitif dan kaitannya dengan strategi
organisasi; adanya arahan dari eksekutif atau manajemen senior dan pengguna; serta
pendekatan utama berupa inovasi dan kombinasi pengembangan bottom up dan analisa
top down (John Ward & Joe Peppard, 2002).
Tahapan masukan terdiri dari proses sebagai berikut, yang pertama, melakukan
analisis lingkungan organisasi internal, yang mencakup aspek-aspek strategi organisasi
saat ini, sasaran, sumber daya, proses, serta budaya dan nilail dari organisasi; kedua,
melakukan analisis lingkungan organisasi eksternal, yang mencakup aspek-aspek
ekonomi, industri, dan iklim bersaing organisasi; ketiga, Analisis lingkungan SI/TI
Internal, yang mencakup kondisi SI/TI organisasi dari perspektif kinerja Promoter POLRI
11
saat ini, bagaimana kematangannya (maturity), bagaimana kontribusi terhadap kemajuan
organisasi, keterampilan sumber daya manusia, sumber daya dan infrastruktur teknologi,
termasuk juga portofolio dari SI/TI saat ini; keempat, melakukan analisis lingkungan SI/TI
Eksternal, yang mencakup tren teknologi dan peluang pemanfaatannya, serta
penggunaan SI/TI oleh kompetitor, pelanggan dan pemasok.
Analisis Value Chain dari Ward and Peppard (2002) dilakukan untuk memetakan
seluruh proses kerja yang terjadi dalam organisasi menjadi dua kategori aktivitas, yaitu
aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Proses kerja ini mengacu pada dokumen
organisasi yang menyebutkan tugas dan fungsi setiap unit kerja berdasarkan
pengamatan yang dilakukan terhadap proses kerja yang terjadi di masing-masing unit
kerja (Maryani dan Suparto Darudianto, 2010). Analisis Value Chain dilakukan untuk
mengetahui proses kerja dari Korlantas Polri. Dengan melihat lingkungan organisasi
secara internal, mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang berfokus pada aktivitas utama
dan aktivitas pendukung.
12
Perencanaan Strategi SI/TI dalam Manajemen Transportasi pada Korlantas
Polri
Kegiatan ini bertujuan menginisialisasi perencanaan strategi SI/TI. Adapun hal yang
harus dipersiapkan adalah menetapkan tujuan, sasaran, ruang lingkup perencanaan
strategi SI/TI. Metodologi atau pendekatan yang digunakan dalam perencanaan strategi
SI/TI; identifikasi partisipan yang diperlukan selama proses, pembentukan tim, proses
pelatihan tim; penyusunan mekanisme manajemen dan pengarahan; perencanaan kerja,
waktu, tugas, peran dan tanggung jawab. Hal yang terpenting dalam tahap ini adalah
adanya dukungan dan komitmen dari top management.
Tujuan dari tahap ini untuk menghasilkan informasi yang menggambarkan keadaan
organisasi dan SI/TI terkini yang dipergunakan oleh Korlantas Polri, kebutuhan organisasi
di masa mendatang, dan peluang pemanfaatan SI/TI dalam organisasi. Agar kegiatan
tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka diperlukan masukan dari perencanaan SI/TI
melalui beberapa proses seperti identifikasi informasi organisasi, analisis lingkungan
eksternal organisasi, analisis lingkungan internal organisasi.
Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan peluang pemanfaatan SI/TI
yang terjadi dalam memenuhi kebutuhan strategi organisasi baik secara internal maupun
eksternal, menganalisis gap kebutuhan informasi, membuat landasan kebijakan strategi
SI/TI terhadap organisasi secara keseluruhan, membuat strategi SI/TI. Masukan yang
13
diperlukan pada tahap ini adalah identifikasi kebutuhan organisasi di masa mendatang,
identifikasi peluang pemanfaatan SI/TI dan pemenuhan kebutuhan SI/TI saat ini.
Tahap ini dimaksudkan untuk memilih target aplikasi yang akan dijadikan solusi strategis
SI/TI. Pemilihan tersebut dilakukan dengan memberi rangking atau peringkat terhadap
target aplikasi. Peringkat itu disusun berdasarkan kompilasi kriteria value bisnis, teknis
dan risiko. Target aplikasi dengan peringkat tertinggi akan dijadikan solusi strategi SI/TI.
Strategi yang dihasilkan adalah Strategi Manajemen dalam hal ini bisa berupa
Manajemen Transportasi, Strategi Organisasi dan Strategi SI/TI.
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari lima tahapan yang bertujuan untuk membuat
rencana dan jadwal kerja guna megimplementasikan solusi strategis SI/TI yaitu membuat
rencana pendukung strategi SI/TI bertujuan untuk mencari detail kegiatan dan kebutuhan
dari solusi strategis guna memasukkan data pembuatan jadwal dan rencana kerja.
Kegiatan ini dapat melengkapi jadwal kerja yang telah terbentuk dengan asumsi ideal
pelaksanaan proyek berupa keadaan lingkungan eksternal dan internal serta strategi
SI/TI organisasi Korlantas Polri, sumber daya yang dimiliki, biaya dan jadwal kerja
pendukung.
Melalui pembelajaran era industri 4.0. sebagai pola pembelajaran yang dapat
memperluas wawasan anggota Polri diperlukan beberapa kemampuan pendukung
seperti; Pertama, Kemampuan mengantisipasi (anticipate). Pembelajaran dilaksanakan
untuk menyiapkan personel Polri dapat mengantisipasi perkembangan teknologi yang
begitu cepat. Kedua, kemampuan dalam hal mengerti dan mengatasi situasi (scope).
14
Mengembangkan kemampuan dan sikap personel Polri untuk dapat menangani dan
berhadapan dengan situasi baru. Membuang jauh resistensi terhadap perubahan.
Dalam aspek inilah Ilmu Kepolisian sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji
fungsi kepolisian diwujudkan. Melalui seperangkat kegiatan operasional kepolisian yang
terwujud dari kegiatan operasional kepolisian yang dilakukan secara simultan. Kegiatan
tersebut tentunya harus ditata melalui sebuah mekanisme kerja yang sistematis, memiliki
keteraturan dan adanya kepastian (inward looking) (Dahniel & Dwilaksana, 2015).
15
BAB III
PENUTUP
Kemacetan merupakan suatu hal yang lazim ditemui di kota-kota besar di
Indonesia, seiring dengan kemajuan zaman maka dampaknya adalah perubahan
teknologi yang turut berdampak pada perubahan perilaku manusia. Kemacetan akan
tetap menjadi misteri yang sulit terpecahkan manakala pertumbuhan kendaraan yang
tidak terbendung sebagai dampak industrialisasi tidak sebanding dengan pertumbuhan
ruas jalan yang tidak bertambah secara signifikan. Polri tidak boleh abai terhadap
permasalahan lalu lintas ini, bersama dengan pemangku kepentingan terkait strategi
pemecahan masalah baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang
harus segera disusun. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan teknologi dalam
melakukan manajemen transportasi. Polri, dalam hal ini Korlantas Polri telah melakukan
berbagai langkah inovatif dan kreatif dalam bidang pelayanan dengan implementasi
teknologi kepolisian yang imparsial dan mendukung Back Office, Aplikasi, Network untuk
membangun Big Data yang melahirkan sistem One Gate Service.
Pemanfaatan aplikasi dan program berbasis Teknologi Informasi saja tidak cukup
untuk menyelesaikan sekelumit permasalahan di bidang transportasi dan lalu lintas ini,
perlu dilengkapi dengan Strategi SI/TI yang tujuannya jelas. Yaitu untuk memanfaatkan
secara optimum penggunaan TI sebagai komponen utama Sistem Informasi dalam
organisasi. Perencanaan Strategi SI/TI ini menjadi penting sebab sumber daya manusia
yang dimiliki oleh Korlantas terbatas baik dari aspek kuantitas dan terutama kualitas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Dahniel, R. A., & Dwilaksana, C. (2015). Ilmu Kepolisian. Jakarta: PTIK Press.
Eck, J., & La Vigne, N. (1994). Using Research: A Primer for Law Enforcement Managers.
Washington DC: Police Excecutive Research Forum.
John Ward & Joe Peppard. (2002). Strategic Planning for Information System 3rd Edition.
London: John Wiley & Sons Ltd.
Potret Keselamatan Lalu Lintas Indonesia 2018. (2018). Jakarta: DitGakkum Korlantas
Polri.
Publikasi Ilmiah
Boeriswati, E., Nurhattati, & Aziz Muslim, M. (2023). Urgensi Pengembangan Kurikulum
STIK untuk Menghasilkan SDM Polri yang Unggul dan Berkualitas. Jurnal Ilmu
Kepolisian, 17(1), 74–87.
Elphick, C. (2012). Building trust in digital policing: A scoping review of community policing
apps. Journal of Community Policing.