T1 - 802010083 - Full Text
T1 - 802010083 - Full Text
OLEH
802010083
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
PERBEDAAN SELF REGULATION LEARNING ANTARA MAHASISWA
YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN MAHASISWA YANG TIDAK
TINGGAL DENGAN ORANG TUA (KOST)
Monique Sepang
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
Abstract
The purpose of this research is to examine the differences in Self-Regulation Learning between
Satya Wacana Christian University Students who live with parents and do not live with parents
(boarding house). There are 429 subjects in this quantitative research. A self-regulation learning
variable is measured with a Motivational Strategies for Learning Questionnare (MSLQ) scale
adapted from Pintrich & Groot (1990) based on three components of self-regulation learning,
which are metacognition, motivation, and behavior (Zimmerman, 1989). The differences in self-
regulation learning between students who live with parents and do not live with parents
(boarding house) are examined using an independent sample test. The results reveal that the t-
test value is 3.084 with a significance of 0.002 or p < 0.05, so that it can be concluded that there
are differences in Self-Regulation Learning between Satya Wacana Christian University Students
who live with parents and do not live with parents (boarding house).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Self-Regulation Learning antara mahasiswa
yang tinggal dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) di
Universitas Kristen Satya Wacana. Subjek dalam penelitian kuantitatif ini sebanyak 429 subjek.
Variabel Self Regulation Learning diukur dengan skala Motivational Strategies for Learning
Questionnaire (MSLQ) yang diadaptasi dari Pintrich & Groot (1990) yang disusun berdasarkan
Zimmerman, 1989). Perbedaan Self-Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan
orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) diuji menggunakan
Independent Sample Test dan diperoleh hasil bahwa nilai t-Test sebesar 3.084 dengan
signifikansi 0,002 atau p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Self-
Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan tahap perkembangan dalam mencari jati diri (identitas).
Remaja akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sangat banyak dan memutuskan
segala sesuatu tentang kehidupan mereka (Erikson dalam Santrock, 2007). Byrnes;
Galotti & Kozberg (dalam Santrock, 2007) menambahkan masa remaja adalah waktu
harus dipilih, melanjutkan keperguruan tinggi atau tidak, orang yang akan diajak
berkencan, melakukan hubungan seksual atau tidak, dll. Menurut Santrock (2007) masa
remaja adalah usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Pada
rentang usia ini, terutama usia remaja akhir, remaja telah menyelesaikan studi di sekolah
menengah atas. Selanjutnya remaja akan menghadapi berbagai pilihan, salah satunya
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak (Erikson, dalam Santrock, 2007)
menghadapi iklim yang berbeda dengan sekolah. Masa transisi dari dunia sekolah
lingkungan yang baru, seperti teman yang lebih beragam latar belakang geografis dan
etnisnya, struktur sekolah yang lebih besar, kegiatan belajar-mengajar yang berbeda,
serta bertambahnya takanan mencapai prestasi, dan nilai-nilai ujian yang baik (dalam
Santrock, 2003).
dihadapkan oleh pilihan, yaitu melanjutkan ke perguruan tinggi di daerah asal atau
pengalaman meninggalkan rumah untuk memasuki perguruan tinggi pada masa remaja
akhir dapat dikonseptualisasikan sebagai bentuk natural dari “Strange Situation” yang
2
menggambarkan remaja harus dapat menggali dan menguasai sebuah lingkungan baru.
Mereka tidak akan tinggal dengan orang tua lagi, mereka akan berteman dengan teman-
teman yang memiliki latar belakang yang berbeda, dan mereka akan mengikuti gaya
Setiap individu yang memasuki dunia perguruan tinggi, dituntut agar melakukan
cara belajar yang lebih mandiri (Deasyanti & Anna, 2007). Situasi perkuliahan
menuntut mahasiswa untuk dapat mandiri dan memikul tanggung jawab pribadi dalam
juga mengatakan mahasiswa yang pada umumnya berumur 18-22 tahun merupakan
peserta didik di perguruan tinggi yang dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung
dalam mengatur dirinya. Proses mengatur diri dalam belajar ini dikenal dengan istilah
self-regulation learning.
kegiatan belajar yang diatur oleh diri sendiri, yang didalamnya individu mengaktifkan
pikiran, motivasi dan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan belajarnya. Winne (dalam
memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai
suatu tujuan. Santrock (2009) juga mengatakan pembelajaran dengan pengaturan diri
(self-regulatory learning) terdiri atas pembangkitan diri dan pemantauan diri atas
pikiran, perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mencapai suatu sasaran. Sasaran-
sasaran ini dapat berupa sasaran akademik dan sasaran sosioemosional (Santrock,
2009).
3
Proses mengatur diri ini dilakukan agar mahasiswa dapat mencapai tujuan yang
diharapkannya (Ajikusumo, 1996). Papalia dan Olds (1995) yang mengatakan bahwa
tujuan dari mahasiswa kuliah adalah sukses dalam perkuliahan dimana ditentukan
dalam prestasi.
dalam belajar dimiliki oleh mahasiswa karena berkorelasi dengan usaha belajar yang
efektif dan efisien (Deasyanti dan Anna, 2007). Anak-anak yang berprestasi tinggi
sering kali merupakan pelajar yang mengatur diri sendiri (Zimmerman & Schunk dalam
Zimmerman; Wigfield, Byrnes dan Ercles (dalam Santrock 2009) menemukan bahwa
anak yang berprestasi tinggi merupakan pembelajar dengan pengaturan diri atau regulasi
dengan pengaturan diri (Alexander; Boekaerts & Corno; Cooper, Horn & Strahan;
Schunk & Zimmerman; dan Wigfield, Byrnes & Ercles, dalam Santrock, 2009).
Menurut Gunarsa (1991), anak membutuhkan rasa aman dan terlindungi yang
dalam mengatur dirinya. Jadi lingkungan rumah bersama orang tuanya sangat
Zimmerman (dalam Santrock, 2009) mengatakan orang tua dapat membantu anak
4
menjadi pelajar dengan pengaturan diri. Self-regulated learning juga telah dikaji
learning anak melalui dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada anak ( r = 0,418
dapat dilihat dari banyaknya kontak sosial yang terjadi atau yang dilakukan individu
dalam menjalin hubungan dengan keluarga. Dukungan ini berupa dukungan emosional,
yaitu individu akan merasa mendapat dorongan tinggi, seperti motivasi dari keluarga,
dukungan instrumental yaitu fasilitas yang memadai dari keluarga, seperti uang jajan
dan makan, kemudian dukungan informatif berupa perhatian, nasihat, pengetahuan dari
orang tua, dan dukungan penghargaan, seperti memberikan hadiah kepada anak saat
orang tua yang seperti ini meningkatkan self-regulation learning anak (Adicondro dan
Purnamasari, 2010). Dukungan yang diberikan orang tua berupa motivasi kepada anak,
merupakan salah satu aspek dari self-regulated learning (dalam Pintrich dan Groot,
1990)
Selain itu, penelitian lain yang telah dilakukan oleh Asizah dan Hendrati (2013)
pada remaja yang tidak tinggal dengan orang tua, yaitu pada pelajar yang tinggal di
pesantren mengenai hubungan pengaturan diri pelajar pesantren dengan orang tua yang
dikaji berdasarkan intensitas komunikasi orang tua-anak, hasil yang didapatkan adanya
hubungan yang positif antara intensitas komunikasi orang tua-anak dengan pengaturan
diri pelajar yang tinggal di pesantren. Asizah dan Hendrati (2013) mengatakan peran
5
orang tua sangat penting dalam melakukan pengawasan dan pengarahan terhadap
perilaku dan pengelolaan diri remaja dengan sering berkunjung ke pesantren, karena
dengan adanya intensitas pertemuan intensif antara remaja dengan orang tua, maka akan
motivasi belajar yang merupakan aspek dari self-regulation learning. Pada mahasiswa
yang tidak tinggal dengan orang tua (kost), mereka memiliki intensitas pertemuan yang
rendah dengan orang tua, sehingga komunikasi antara anak dan orang tua pun menjadi
kurang efektif karena mereka tidak berkomunikasi tatap muka seperti yang dilakukan
dapat dikaitkan dengan orang tua, yang merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
anak dalam melakukan pengaturan diri. Namun dalam melanjutkan kuliah, mahasiswa
sendiri tidak selalu tinggal dengan orang tua, mereka yang memilih kuliah di luar daerah
tidak akan tinggal dengan orang tua lagi, dan akan memasuki lingkungan baru (dalam
Kenny, 1987) bersama teman-teman yang memiliki latar belakang berbeda (dalam
Santrock, 2003), sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan self-
regulated learning pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan mahasiswa yang
Rumusan Masalah
adalah, “Apakah ada perbedaan yang signifikan Self Regulation Learning antara
6
mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal dengan orang tua
(kost)?”
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan yang
signifikan self-regulation learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
TINJAUAN PUSTAKA
Self-regulation learning
dengan istilah self-regulation learning, yaitu suatu kegiatan belajar yang diatur oleh diri
sendiri, yang didalamnya individu mengaktifkan pikiran, motivasi dan tingkah lakunya
pengaturan dan pencapaian tujuan dengan mengacu pada metakognisi dan tindakan
yang aktif dalam belajar mandiri. Pembelajaran dengan pengaturan diri terdiri atas
metakognisi, motivasi, dan tindakan terencana yang secara siklus diadaptasikan untuk
mencapai tujuan pribadi (Zimmerman & Pons, 1990). Berdasarkan definisi dari
a. Metakognisi
Zimmerman & Pons, dalam Pintrich & Groot, 1990). Zimmerman (2004) juga
b. Motivasi
nilai merujuk pada sasaran pelajar (goal) dan keyakinan (beliefs) pelajar atas
sebuah tugas, seperti kecemasan saat tes (test anxiety) (Pintrich dan Groot,
1990). Motivasi merupakan salah satu aspek penting dalam proses self-regulated
learning. Self-regulated learning tidak akan berjalan tanpa disertai motivasi diri
c. Tindakan terencana
lingkungan agar lebih optimal dalam belajar (Zimmerman, 2004). Jadi aspek ini
(regulating time and study environment) serta mencari bantuan (help seeking)
(Pintrich, 2004).
8
Menurut Bandura (1997) perilaku terjadi karena ada tiga determinan yang saling
berkaitan yakni diri (self), perilaku (behavior), dan lingkungan (environment). Teori
personal, dan faktor perilaku, memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
individu. Zimmerman (1990) juga mengatakan dalam teori sosial kognitif terdapat tiga
pelajar untuk memonitor mereka dalam belajar. Tujuan dan pemakaian proses
mengacu kepada kemampuan mengatasi emosi yang timbul dalam diri meliputi
kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola pikir dalam mencapai
tujuan.
pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan tujuan yang ingin
dicapai (goal setting and planning), mencatat hal-hal penting (keeping record
and memorizing).
b. Faktor Perilaku
kelanjutan dari hasil umpan balik. Perilaku pelajar dalam berperilaku yang
Bandura (1997) menyebutkan dalam perilaku ini, ada 3 tahap yang berkaitan
reaction.
1986). Komponen tersebut terdiri dari perilaku yang dapat diamati, dilatih dan
saling mempengaruhi.
c. Faktor Lingkungan
memiliki peran terhadap pengelolaan diri dalam belajar, yaitu sebagai tempat
lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Status
atau struktur lainnya yang digunakan sebagai tempat manusia tinggal berteduh
akan menjadi variabel yang diteliti dibedakan menjadi dua macam, yaitu tempat tinggal
bersama dengan orang tua dan tempat tinggal tidak bersama dengan orang tua (kost).
Orang tua artinya ayah dan ibu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau
tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan
ibu. Menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak
kehidupan. Artinya tempat tinggal dengan orang tua adalah tinggal serumah,
1978). Dalam bahasa Inggris, kata kost diterjemahkan sebagai boarding house,
12
yaitu “a private house where people can pay for accomodation and meals”
rumah pribadi dimana orang lain dapat membayar untuk akomodasi dan
akomodasi.
Mahasiswa
mendaftar dan diterima di universitas. Pada usia sekitar 18 tahun, seseorang mulai
memasuki dunia mahasiswa. Mahasiswa adalah individu yang berusia 18 tahun atau
lebih yang menempuh pendidikan didalam lingkungan universitas atau perguruan tinggi
(dalam Papalia & Olds, 2008). Menurut Santrock (2007) masa remaja adalah periode
peralihan perkembangan dari kanak-kanak ke masa dewasa awal, memasuki masa ini
sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun, sehingga
Perbedaan SRL Antara Anak Yang Tinggal Dengan Orang Tua dan Yang Kost
Menurut Gunarsa (1991), anak membutuhkan rasa aman dan terlindungi yang
dalam mengatur dirinya. Woolfolk (2008) juga mengatakan anak-anak mulai belajar
regulasi diri di rumah. Orang tua dapat mengajarkan dan mendukung self-regulating
setting, penggunaan strategi yang baik, dan proses-proses lain (Martinez-Pons dalam
Woolfolk, 2008). Boekaerts; Schunk & Zimmerman (dalam Santrock, 2009) juga
13
mengatakan orang tua dapat membantu anak menjadi pelajar dengan pengaturan diri.
Jadi orang tua memiliki peran dalam membantu anak menjadi pelajar dengan
luar, mereka tidak tinggal dengan orang tua (kost), sehingga mereka memiliki intensitas
pertemuan yang rendah dengan orang tua, komunikasi antara anak dan orang tua pun
menjadi kurang efektif karena mereka tidak berkomunikasi tatap muka seperti yang
dilakukan oleh mahasiswa yang tinggal dengan orang tua, sehingga nampak pada
penulis bahwa self-regulated learning dapat dikaitkan dengan orang tua, yang
merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi anak dalam melakukan pengaturan diri.
Selain itu, mereka juga akan memasuki lingkungan baru (dalam Kenny, 1987)
bersama teman-teman yang memiliki latar belakang berbeda (dalam Santrock, 2003)
dan mereka akan dituntut lebih mandiri (Deasyanti & Anna, 2007) dan memikul
bahwa orang tua memiliki pengaruh terhadap pengaturan diri belajar anak, sehingga
nampak pada peneliti self-regulated learning dapat dikaitkan dengan keberadaan orang
tua, yang merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi anak dalam melakukan
pengaturan diri. Peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan self-regulated
learning pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak
Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang
signifikan self-regulated learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian komparasi atau uji perbedaan
untuk membandingkan hasil penelitian antara dua kelompok penelitian atau lebih.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya
Wacana dengan kriteria subjek, yaitu usia 18 hingga 22 tahun, pada angkatan tahun
2011 hingga angkatan tahun 2013. Mahasiswa ada yang tinggal bersama orang tua, dan
ada yang tidak tinggal dengan orang tua dan memilih tinggal di kost. Penentuan sampel
yang representative pada penelitian ini menggunakan rumus Yamane (Supramono dan
Haryanto, 2005):
n=
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = ukuran populasi
n =
= 379,328
= 379
sebesar 379 sampel. Menurut Kumar (dalam Wardhani, 2009) dalam penelitian
kuantitatif, jumlah sampel yang lebih banyak dianggap akan menghasilkan perhitungan
15
statistik yang lebih akurat daripada sampel dalam jumlah yang sedikit, sehingga sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 450 subjek. Namun setelah ditinjau
kembali, sebanyak 21 subjek yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena subjek
tidak memenuhi kriteria menjadi sampel serta kurang berpartisipasi dengan baik dalam
penelitian ini. Subjek hanya mengisi beberapa item pernyataan dalam angket dan tidak
mengisi data yang lengkap pada identitas diri, seperti usia, angkatan, dan keterangan
tinggal bersama orang tua atau tidak (kost), sehingga diperoleh subjek yang menjadi
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam
Awalnya dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dua orang ini belum merasa lengkap
terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih
tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya (Sugiono,
2010).
dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh mahasiswa Universitas Kristen
Satya Wacana yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal dengan orang tua
(kost). Kuesioner yang akan diberikan merupakan modifikasi dari skala Motivational
Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang diadaptasi dari Pintrich & Groot
Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner tertutup,
tujuannya adalah agar responden lebih fokus terhadap penelitian karena jawaban sudah
tersedia. Skala self-regulation learning dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
angket. Item-item dalam skala ini dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan
unfavorable dengan respon yang digunakan pada angket ini menggunakan angka 1
hingga 7. Skor yang diberikan pada setiap variasi jawaban berbeda dan bergantung pada
jenis item. Pada respon-respon positif terhadap item favorable akan diberi bobot yang
lebih tinggi daripada respon negatif sedangkan untuk item unfavorable, respon positif
akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah daripada respon negatif (Azwar, 2012).
kepada 6 responden yaitu 3 responden mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan 3
responden mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost). Responden ini
memiliki kriteria yang sama dengan subjek penelitian ini. Setelah dilakukan uji coba
bahasa, peneliti memperbaiki beberapa kalimat pada item pernyataan skala psikologi
yang akan digunakan sesuai dengan saran dari responden dan pembimbing.
Pengujian validitas alat ukur dilakukan sebanyak tiga putaran, didapatkan hasil
akhir koefisien seleksi item yaitu yang bergerak antara 0,273 sampai dengan 0,659.
Dalam penelitian ini ada 12 item yang tidak valid, sehingga tersisa 40 item valid.
Pengujian reliabilitas alat ukur setelah 12 item yang gugur dihilangkan, diperoleh hasil
adalah α > 0,90, maka reliabilitas sempurna, sehingga reliabilitas alat ukur dalam
penelitian ini adalah sempurna. Semakin mendekati angka 1,00 berarti pengukuran
17
(Azwar, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala self-regulation learning yang
HASIL PENELITIAN
learning digunakan 5 kategori, yaitu dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan
jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori (Hadi, 2000).
Berdasarkan perhitungan data penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil analisis
maksimum 280. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 203,90 dan standar deviasi
TABEL 1
Kategori Skor Self Regulation Learning
Standar
No. Interval Kategori Frekuensi % Mean
Deviasi
Sangat
5. 40 ≤ x < 88 0 0
Rendah
18
dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost)
TABEL 2
Kategori Skor Self Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan
orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost)
Sangat
1. 232 ≤ x ≤ 280 53 22,65 31 15,90
Tinggi
Sangat
5. 40 ≤ x < 88 0 0 0 0
Rendah
Tahap selanjutnya adalah melakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas yang
bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada
TABEL 3
Hasil Uji Normalitas
K O
N 234 195
a
Normal Parameters Mean 208.27 198.64
Smirnov Test sebesar 1,103 dan 1,261 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar
0,175 dan 0,083 pada masing-masing kelompok sampel dengan demikian variabel self-
regulation learning memiliki distribusi data yang normal karena p > 0,05.
penelitian berasal dari populasi yang sama. Data dapat dikatakan homogen apabila
TABEL 4
Hasil Uji Homogenitas
SRL
Dari hasil uji homogenitas pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisien
Levene Test sebesar 3,120 dengan signifikansi sebesar 0,078. Oleh karena nilai
signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, tahap selanjutnya adalah
dengan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua. Setelah dilakukan analisis data, maka
TABEL 5
Hasil Uji-T
Group Statistics
TABEL 5.1
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
SRL Equal
variances 3.120 .078 3.084 427 .002 9.632 3.124 3.493 15.772
assumed
Equal
variances
3.040 383.103 .003 9.632 3.169 3.402 15.863
not
assumed
21
bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan antara mahasiswa yang tinggal di kost dan
mahasiswa yang tinggal dengan orang tua memiliki nilai nilai t-test sebesar 3.084
dengan signifikansi 0.002 atau p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
pada self-regulation learning antara mahasiswa yang tinggal di kost dan mahasiswa
yang tinggal dengan orang tua. Selain itu hasil perhitungan juga menunjukkan mean self
regulation learning pada anak yang tinggal dengan orang tua sebesar 198,64 dan mean
self regulation learning pada anak yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) sebesar
208,27.
PEMBAHASAN
diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar p = 0,002 (p<0.05), artinya Ho ditolak dan H1
diterima, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima bahwa terdapat perbedaan
self-regulation learning yang signifikan antara mahasiswa yang tinggal dengan orang
tua dengan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost). Selanjutnya hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa mean self-regulation learning pada mahasiswa
yang tinggal dengan orang tua sebesar 198,64 dan mean self-regulation learning pada
mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) sebesar 208,27, artinya
mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) memiliki tingkat self-regulation
learning yang lebih tinggi dari mahasiswa yang tinggal bersama orang tua.
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa self-
regulation learning pada anak meningkat karena adanya keterlibatan orang tua
(Martinez-Pons, 2009) dan orang tua yang membantu anak menjadi pelajar dengan
pengaturan diri (Boekarts, Schunk, dan Zimmerman dalam Santrock, 2009). Hasil
22
penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada
pelajar yang berusia remaja yang tidak tinggal dengan orang tua, yaitu tinggal di
pesantren. Pelajar memiliki tingkat pengaturan diri yang rendah akibat intensitas
pertemuan dengan orang tua yang tidak insentif, sehingga intensitas komunikasi orang
tua-anak menjadi kurang (Asizah dan Hendrati, 2013). Selain itu, hasil penelitian lain
yang tidak sesuai dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Adicondro dan Purnamasari (2011) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan
sosial orang tua yang diberikan kepada anak, semakin tinggi juga pengaturan diri anak
sebagai pelajar, hal ini dilihat dari banyaknya kontak sosial orang tua dengan anak,
sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung beberapa penelitian dan teori sebelumnya
bahwa lingkungan rumah bersama orang tua sangat mendukung anak dalam
mengapa mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost) memiliki kemampuan
self-regulation learning lebih tinggi daripada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua.
Mahasiswa merupakan usia remaja yang ingin memenuhi tugas perkembangan sebagai
seorang remaja yaitu mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab terhadap tujuannya
yaitu kuliah (Havigrust, 2014). Papalia, Olds & Feldman (2008) mengatakan di
Deasyanti & Anna (2007) juga menambahkan setiap individu yang memasuki dunia
perguruan tinggi, dituntut agar melakukan cara belajar yang lebih mandiri, artinya,
situasi perkuliahan menuntut mahasiswa untuk dapat mandiri dan memikul tanggung
2007), sehingga tanpa orang tua, mahasiswa harus mampu mandiri dalam berjuang
23
sebenarnya sudah mulai berlangsung pada saat anak mulai memasuki lingkungan
sekolah, namun diperlukan perhatian dari orang tua masing-masing untuk mulai
menerapkan disiplin sejak dini untuk mendukung perkembangan pengaturan diri anak.
Jadi, sejak awal orang tua sudah mempunyai peran untuk mengembangkan self-
regulation anak sejak dini, sehingga kemampuan ini tetap dimiliki anak, meskipun anak
sudah tidak bersama orang tuanya lagi. Jadi, ada juga faktor pola asuh orang tua yang
menyebabkan anak tetap bisa mengatur perilakunya meskipun berada jauh dari orang
tuanya.
(2013) mengatakan dengan adanya motivasi berprestasi, anak akan terdorong untuk
menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
harapan yang diinginkan, cita-cita yang mendasari, harga diri, sikap terhadap kehidupan
dan lingkungan. Faktor eksternal itu sendiri meliputi, dukungan dan harapan orang tua.
Jadi, selain dukungan dan harapan orang tua, mahasiswa juga mempunyai harapan, serta
berprestasi dalam lingkungan pendidikannya. Selain itu adanya faktor harga diri,
mahasiswa yang rela berpisah dengan orang tuanya untuk belajar disebuah perguruan
tinggi, tidak ingin kembali dengan sebuah kegagalan, mereka akan merasa malu apabila
memperoleh hasil belajar yang positif, dan juga sebaliknya, karena saat berpisah dengan
Masa transisi dari dunia sekolah menuju dunia perguruan tinggi menuntutnya
untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang baru, seperti teman yang lebih
beragam latar belakang geografis dan etnisnya, struktur sekolah yang lebih besar,
dan nilai-nilai ujian yang baik (dalam Santrock, 2003). Apabila mahasiswa menyikapi
kesulitan-kesulitan baru yang belum ia alami dengan positif, maka ia akan berhasil,
yang bisa membuatnya tenang dalam belajar, bersosialisasi dengan mereka yang bisa
dengan orang tua dan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua (kost), namun
mahasiswa UKSW yang tinggi disebabkan oleh beberapa kegiatan dan program
kemampuan intelektual yang tinggi, tetapi juga mampu mandiri dan memikul tanggung
dan Kegiatan Bakat Minat (KBM). Selain itu, masih ada kegiatan pengembangan dan
25
penalaran lain yang bertujuan memberikan kompetensi keilmuan pada mahasiswa untuk
mendukungnya dalam proses belajar, seperti seminar dan diskusi. UKSW juga telah
persoalan akademik dan non-akademik yang bisa menjadi hambatan dalam proses
dosen wali yang bertugas seperti orang tua yang membantu, membimbing dan
kegiatan dan program UKSW telah mendukung mahasiswa menjadi pelajar dengan
KESIMPULAN
antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tidak tinggal dengan orang
Ada perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang tinggal dengan orang
SARAN
ada selama proses penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu sebagai
berikut:
seharusnya sudah mampu mengatur dirinya dalam belajar, baik saat berada
26
bersama orang tua atau terpisah dengan orang tua, karena sesuai dengan tugas
proses belajar, karena mahasiswa merupakan remaja akhir yang memiliki tugas
tidak perlu menunggu perintah atau disuruh terlebih dahulu oleh orang tuanya
mahasiswa Bagi mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua, meskipun
berada jauh dari orang tua, mahasiswa harus menjaga hubungan jarak jauh
dengan orang tua, seperti selalu menjaga kelancaran komunikasi dengan orang
instrumental (fasilitas)
pengasuhannya terhadap anaknya. Bagi orang tua yang anaknya tidak tinggal
bersama dengan mereka (kost) atau akan berkuliah di daerah yang jauh
rumah dan berinteraksi dengan dunia diluar rumah. Orang tua perlu
menanamkan nilai-nilai yang baik, serta berperan menjadi model yang positif
bagi anak. Selain itu melatih anak menjadi seseorang yang mandiri dan
bertanggung jawab akan setiap keputusan yang diambil anak. Komunikasi yang
lancar dan dukungan dari orang tua, seperti nasihat dan sarana juga perlu untuk
memotivasi anak dalam melakukan proses belajar. Bagi orang tua yang anaknya
anak lebih mandiri dan terlatih untuk melakukan segala sesuatu sendiri dan tidak
bergantung pada orang tua meskipun mereka tinggal bersama orag tua mereka.
Orang tua harus lebih tegas dalam mendisiplinkan anak dan jangan
untuk menjadi mandiri. Orang tua perlu memantau dan menilai kegiatan-
yang harus mandiri dalam melakukan regulasi diri dan memberi masukan hal-
hal apa yang harusnya dilakukan oleh seorang mahasiswa yang membawanya
dalam kesuksesan dalam belajar, setelah itu membantu anak melihat apa yang di
peroleh dari usaha yang selama ini dilakukan apakah hasilnya memuaskan atau
sebaliknya, dengan begitu melalui orang tua anak belajar melakukan self-
faktor lain yang memengaruhi Self-Regulation Learning seperti pola atau gaya
DAFTAR PUSTAKA
Adicondro, N., & A, Purnamasari. (2011). Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga Dan
Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Kelas VIII. Jurnal Humanitas, 8, (1).
Amelia. (2011). Hubungan Self Regulation Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Skripsi. Salatiga: UKSW.
Asizah., & H, Fabiola. (2013). Intensitas Komunikasi Antara Anak Dengan Orang Tua
Dan Self Regulation Pada Remaja Pesantren. Jurnal Psikologi Indonesia, 2, (2),
90-98.
Gunarsa, S. B. (2004). Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK
Gunung Mulia
Kenny, M. E. (1987). The Extent And Function Of Parental Attachment Among First-
Year College Students. Journal Of Youth And Adolescence, 16, 17-29.
Mujidin. (2008). Perbedaan Self Regulated Learning Antara Siswa Underachievers Dan
pelajar Overachievers Pada Kelas 3 Smp Negeri 6 Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
29
Papalia, D. E., & Olds, S. W. (1995). Human Development 6th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2008). Human Development 11th
Edition. Boston: McGraw-Hill.
Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). Motivational And Self-Regulated Learning
Components Of Classroom Academic Performance. Journal of Educational
Psychology, 82, (1), 33-40.
Pintrich, P.R. (2004). A Conceptual Framework For Assesing Motivation And Self
Regulated Learning In College Students. Educational Psychology Review,16.
Diperoleh dari : http://www.springerlink.com/content/f5314035x325r60x/, 22
Agustus 2014.
Pons., & Martinez (2009). Test Of A Model Of Parental Inducement Of Academic Self
Regulation. The Journal Of Experimental Education, 64, (3), 213‐227.
Sarwono, Sarlito Wirawan (1978). Perbedaan Antara Pemimpin Dan Aktivis Dalam
Gerakan Protes Mahasiswa. Jakarta: Bulan Bintang
Woolfolk. (2008). Educational Psychology 10th Edition. Boston: Allyn & Bacon.
http://www.wikipedia.org/
http://www.uksw.edu/