Anda di halaman 1dari 5

Industrialisasi Tembe Nggoli (Sarung Khas Bima, NTB) Sebagai Upaya Meningkatkan

Ekonomi Masyarakat Dengan Target Penjualan Pasar Internasional Bagi UMKM

Seiring berkembanganya teknologi masyarakat indonesia yang notabene adalah bangsa


dengan sejuta kearifan lokal harus mampu memanfaatkannya dengan optimal. Di era
industrialisasi yang dimulai pada abad ke 18 di Inggris menjadi awal bagi hadirnya
perdagangan berskala internasional, dengan berbagai macam produk yang diperdagangkan.
Hal ini menjadi kesempatan besar bagi masyarakat di suatu wilayah atau negara untuk ikut
andil dalam memenuhi barang barang produksi yang dibutuhkan di pasar. Keunggulan suatu
produk menjadi daya tarik yang sangat bagus untuk konsumen. Namun dibalik semua itu
masyarakat merindukan sesuatu yang natural dan masih mengandung nilai kearifan lokal
yang semakin kesini semakin terbatas.
Salah satunya datang dari daerah Nusa Tenggara Barat, yaitu suku mbojo (Kabupaten Bima)
dengan sarung khas daerahnya. Dimana produk yang satu ini unik dari segi motifnya maupun
manfaat yang bisa dirasakan oleh penggunanya, apalagi masyarakat di daerah musim tropis
sampai musim sedang. Dimana sarung ini dikenal karena memberikan kehangatan di daerah
yang dingin, dan memberikan kesejukan di daerah yang panas. Jadi akan sangat pantas
dikenakan oleh masyarakat luas.

Tembe Nggoli merupakan sarung tenun yang terbuat dari benang kapas dan katun. Sarung
yang satu ini memiliki berbagai macam warna yang cerah, berbahan halus, dan tidak mudah
sobek. Untuk melaksanakan ke tahap industrialisasi dibutuhkan kerjasama antara pemerintah
dan penenun sarung, yang dimana pemerintah menyiapkan bahan baku yang dengan mudah
bisa didapatkan penenun, sedangkan penenun membutuhkan pengetahuan yang kreatif untuk
menenun kain tersebut untuk barang yang lain selain tembe nggoli itu sendiri, supaya dapat
menunjang permintaan pasar. Setelah itu diperlukan strategi marketing agar permintaan
barang di pasar meningkat. Dalam hal ini dibutuhkan seseorang atau lembaga yang memiliki
portofolio yang baik di bidang eksportir sehingga mampu meyakinkan buyer untuk membeli
barang barang tersebut.
Teori Rostow mengatakan bahwa suatu negara akan melewati lima tahap dalam pertumbuhan
ekonomi yang meliputi tahap tradisional, pra lepas landas, lepas landas, tahap kedewasaan,
dan tahap konsumsi massal. Di berbagai negara dengan memiliki keunikan tersendiri, dengan
demikian menggunakan strategi marketing polisentris menjadi salah satu langkah terbaik
untuk menunjang penjualan di pasar internasional. Meskipun tidak ada catatan tertulis yang
secara khusus menjelaskan sejarah pasti ungkapan ini, "tembe nggoli" menjadi bagian
integral dari warisan budaya lisan yang telah ditransmisikan secara turun-temurun dalam
masyarakat Mbojo. Ungkapan ini terus hidup dan digunakan sebagai sumber motivasi dan
semangat dalam menghadapi perjalanan hidup serta mengembangkan potensi diri.
Suku Mbojo adalah salah satu suku yang mendiami wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB), Indonesia. Suku Mbojo memiliki budaya dan tradisi yang kaya serta sejarah yang
panjang. Berikut adalah beberapa poin penting tentang Suku Mbojo di NTB.
Suku Mbojo memiliki sejarah yang kaya dan berasal dari masa lampau. Mereka merupakan
bagian dari kelompok etnis Sasak, yang mendiami wilayah Lombok dan sekitarnya sebelum
penyebaran Islam. Suku Mbojo terutama bermukim di Kabupaten Bima, yang terletak di
bagian timur Provinsi NTB. Mereka juga dapat ditemui di wilayah-wilayah lain seperti
Kabupaten Dompu dan Sumbawa. Bahasa Mbojo merupakan bahasa yang digunakan oleh
suku Mbojo. Meskipun bahasa ini memiliki dialek yang berbeda-beda, umumnya masih dapat
dimengerti oleh anggota suku Mbojo dari daerah lain. Agama dan Kepercayaan Mayoritas
suku Mbojo menganut agama Islam. Namun, ada juga beberapa anggota suku Mbojo yang
masih memegang kepercayaan tradisional dan sistem kepercayaan animisme. Kesenian dan
Budaya Suku Mbojo memiliki beragam kesenian dan budaya yang unik. Mereka terkenal
dengan seni tari tradisional seperti tari Sajojo dan tari Angguk. Musik tradisional seperti
gendang, gong, dan sasando juga merupakan bagian penting dari budaya mereka.
Mata pencaharian utama suku Mbojo adalah pertanian, peternakan, dan perikanan. Mereka
juga terampil dalam kerajinan tangan, seperti pembuatan anyaman dan barang-barang dari
bambu. Adat Istiadat Suku Mbojo memiliki sistem adat istiadat yang kuat dan dijunjung
tinggi. Mereka memiliki tradisi-tradisi dalam pernikahan, upacara adat, dan acara
keagamaan.
Pendidikan dan Perkembangan: Dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan di kalangan suku
Mbojo telah mengalami perkembangan positif. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah
berusaha meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di wilayah ini. Suku Mbojo merupakan
bagian integral dari kekayaan budaya di Provinsi NTB. Dengan keunikan budaya, adat
istiadat, dan sejarahnya, suku Mbojo berperan dalam melestarikan keanekaragaman Indonesia
dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas masyarakat NTB.
Kearifan lokal di Suku Mbojo mencakup berbagai aspek kehidupan tradisional dan nilai-nilai
yang diwariskan secara turun-temurun. Berikut adalah beberapa contoh kearifan lokal yang
ada di Suku Mbojo.
Suku Mbojo memiliki sistem kekerabatan yang sangat kuat dan dihormati. Hubungan
keluarga, termasuk hubungan antara generasi yang lebih tua dan lebih muda, sangat dijunjung
tinggi. Penghormatan kepada orang tua dan leluhur merupakan nilai yang penting dalam
kehidupan sehari-hari.
Semangat gotong royong sangat dihayati dalam kehidupan masyarakat Mbojo. Mereka sering
bekerja bersama dalam kegiatan pertanian, pembangunan rumah, atau upacara adat. Gotong
royong menjadi cara untuk saling membantu dan memperkuat ikatan sosial antaranggota
masyarakat.
Suku Mbojo memiliki pemahaman yang mendalam tentang keseimbangan alam dan
keberlanjutan lingkungan. Mereka memiliki aturan-aturan adat terkait pengelolaan sumber
daya alam seperti hutan, air, dan lahan pertanian. Penggunaan yang bijaksana dan
perlindungan terhadap lingkungan adalah nilai penting dalam budaya mereka.
Kearifan Dalam Pertanian yaitu Pertanian menjadi mata pencaharian utama suku Mbojo.
Mereka memiliki pengetahuan dan praktik-praktik tradisional yang terkait dengan pemilihan
waktu tanam, pola tanam, penggunaan pupuk organik, serta pemanfaatan tanaman lokal.
Mereka juga mengamati tanda-tanda alam untuk mengatur kegiatan pertanian.

Kearifan Spiritual Suku Mbojo memiliki kearifan yang kuat. Mereka memegang keyakinan
adat dan sering melakukan upacara-upacara keagamaan yang melibatkan persembahan
kepada leluhur dan roh nenek moyang. Upacara-upacara ini menjadi wadah untuk
memelihara hubungan antara dunia manusia dan dunia spiritual.
Seni dan kesenian juga merupakan bagian dari kearifan lokal suku Mbojo. Mereka
melestarikan seni tari, musik, dan seni anyaman sebagai bagian penting dari warisan budaya
mereka. Seni menjadi sarana ekspresi dan pembelajaran nilai-nilai tradisional serta identitas
suku.
Kearifan lokal di Suku Mbojo adalah warisan budaya yang berharga dan terus dijaga. Nilai-
nilai kearifan lokal ini mengandung kebijaksanaan yang bermanfaat dalam menjaga harmoni
sosial, keberlanjutan lingkungan, dan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Mbojo.
"Tembe nggoli" adalah ungkapan dalam bahasa Mbojo yang dapat diterjemahkan secara
kasar sebagai "semangat atau terus maju". Ungkapan ini mencerminkan semangat dan
dorongan untuk terus berjuang, berkembang, dan meraih kemajuan dalam kehidupan. Dalam
konteks budaya Suku Mbojo, "tembe nggoli" mewakili semangat kerja keras, ketekunan, dan
pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan mencapai tujuan.
Sejarah "tembe nggoli" tidak dapat dipetakan secara spesifik karena ungkapan ini berasal dari
bahasa Mbojo yang merupakan bagian dari budaya lisan dan tradisi yang telah berlangsung
selama berabad-abad. "Tembe nggoli" adalah frasa yang mencerminkan semangat dan
dorongan untuk terus maju, berkembang, dan berjuang dalam kehidupan.
Ungkapan semacam ini sering digunakan dalam konteks budaya dan tradisi masyarakat
Mbojo di wilayah Bima dan sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. "Tembe
nggoli" memiliki makna yang mendalam dan erat kaitannya dengan semangat kerja keras,
ketekunan, dan pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan
dalam hidup.
Dalam konteks ekonomi kreatif, konsep Tembang Nggoli dapat memberikan landasan untuk
mempromosikan dan mengembangkan sektor ekonomi kreatif yang beragam dan inovatif.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang ekonomi kreatif Tembang Nggoli:

Inovasi dan Kreativitas


Ekonomi kreatif Tembang Nggoli mendorong inovasi dan kreativitas dalam menciptakan
produk dan layanan yang unik dan menarik. Ini melibatkan penggabungan antara budaya,
seni, desain, teknologi, dan pengetahuan lokal untuk menciptakan nilai tambah.

Industri Kreatif
Tembe Nggoli mendorong pertumbuhan dan pengembangan industri kreatif seperti seni,
musik, tari, desain, mode, kerajinan, film, kuliner, dan sektor kreatif lainnya. Pengembangan
industri ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga
mempromosikan identitas budaya dan warisan lokal.

Pemasaran dan Promosi


Ekonomi kreatif Tembang Nggoli mendorong penggunaan strategi pemasaran dan promosi
yang inovatif untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya tarik produk dan layanan.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, media sosial, dan platform digital dapat
menjadi alat yang efektif dalam mempromosikan karya kreatif kepada audiens yang lebih
luas.
Kolaborasi dan Jaringan
Tembang Nggoli mendorong kolaborasi antara para pelaku industri kreatif, baik lokal
maupun internasional. Kolaborasi ini dapat mencakup pertukaran pengetahuan, keahlian, dan
sumber daya, serta memperluas jaringan dan peluang bisnis.

Pengembangan Keterampilan dan Pendidikan


Penting untuk mengembangkan keterampilan dan pendidikan dalam sektor ekonomi kreatif
Tembang Nggoli. Program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan bakat dapat membantu
meningkatkan keahlian dan pengetahuan para pelaku industri kreatif, sehingga meningkatkan
kualitas produk dan layanan yang dihasilkan.

Keberlanjutan dan Nilai Sosial


Ekonomi kreatif Tembang Nggoli juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan dampak
sosial. Prinsip-prinsip seperti penggunaan bahan baku ramah lingkungan, produksi yang
berkelanjutan, serta keadilan dan inklusi sosial dapat diintegrasikan dalam praktik bisnis
ekonomi kreatif.

Melalui semangat Tembang Nggoli, ekonomi kreatif dapat menjadi motor penggerak
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat
identitas budaya. Dengan kombinasi inovasi, kolaborasi, dan pendidikan, ekonomi kreatif
Tembang Nggoli dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pembangunan ekonomi.

Apalagi Tembe Nggoli bisa dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang sengaja berkunjung ke
Bima maupun wisatawan yang berlayar dengan dari Bali atau Lombok ke Pulau Komodo.
Sehingga mampu mendobrak pariwisata bima dan ekonomi kreatif Kabupaten Bima yang
sekarang masih menjadi daerah transisi wisatawan.
Dalam menjalankan program ini diperlukan strategi yang efektif supaya bisa mencapai target
yang diinginkan, meliputi.
1.Penelitian Pasar
Lakukan penelitian yang mendalam tentang pasar internasional yang akan dituju. Identifikasi
kebutuhan, preferensi, dan kebiasaan konsumen di pasar tersebut. Juga, pelajari persaingan
yang ada dan evaluasi apakah barang lokal memiliki keunggulan kompetitif.
2.Adaptasi Produk
Sesuaikan produk lokal dengan kebutuhan dan preferensi pasar internasional. Pertimbangkan
perubahan pada kemasan, desain, ukuran, atau bahan untuk meningkatkan daya tarik produk
di pasar tersebut. Jaga agar tetap konsisten dengan kualitas dan citra merek yang sudah ada.
3.Pemasaran dan Promosi
Kembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk menjangkau target pasar internasional.
Gunakan kombinasi dari media tradisional dan digital yang relevan, seperti iklan cetak,
televisi, situs web, media sosial, dan kampanye pemasaran online. Juga, libatkan influencer
lokal yang memiliki basis pengikut yang luas di pasar yang dituju.
4. Jaringan dan Kemitraan
Bangun jaringan dan kemitraan dengan distributor, agen, atau mitra lokal di pasar
internasional. Mereka dapat membantu dalam distribusi, promosi, dan mengatasi hambatan
budaya atau hukum yang mungkin ada. Pastikan untuk menjalin hubungan yang saling
menguntungkan dengan pihak-pihak ini.
5.Sertifikasi dan Perizinan
Produk harus memenuhi persyaratan sertifikasi dan perizinan yang berlaku di pasar
internasional. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan mempermudah masuk
ke pasar tersebut. Jika diperlukan, dapatkan bantuan dari konsultan atau lembaga yang
berpengalaman dalam hal ini.
6.Manajemen Logistik
Perhatikan aspek logistik seperti pengemasan, pengiriman, dan penanganan barang. Pastikan
efisiensi dan keandalan dalam rantai pasok untuk menghindari kendala atau penundaan yang
dapat merugikan reputasi merek.
7.Layanan Pelanggan
Berikan layanan pelanggan yang baik dan responsif. Ini mencakup dukungan pra-penjualan,
purna-jual, dan penanganan keluhan atau pertanyaan pelanggan dengan cepat. Jaga hubungan
jangka panjang dengan pelanggan internasional agar mereka merasa dihargai dan tetap setia.
8. Evaluasi dan Penyesuaian
Terus pantau kinerja penjualan dan penerimaan pasar internasional. Evaluasi strategi yang
digunakan dan lakukan penyesuaian jika diperlukan. Pelajari peluang dan tantangan baru
yang muncul di pasar tersebut dan rencanakan strategi berkelanjutan untuk meningkatkan
pangsa pasar dan keuntungan.
Memperluas penjualan barang lokal ke pasar internasional adalah upaya yang menantang,
namun dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, hal ini dapat menjadi peluang
yang menguntungkan bagi ekonomi masyarakat.

Pemasaran produk lokal sarung khas Bima ke pasar internasional sangat bermanfaat bagi
masyarakat lokal maupun untuk negara, dimana dengan adanya industrialisasi sarung khas ini
akan mampu mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang merupakan
perpaduan antara dunia pariwisata dengan ekonomi kreatif itu sendiri, mengingat bahwa
Tembe Nggoli memiliki ciri khas hangat di daerah dingin, dan sejuk di daerah panas.

Anda mungkin juga menyukai