Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO), Tahun 2013 telah tercatat 7,8 juta dari 23 juta
balita mengalami stunting. Sementara, dari 35,6 % pengidap stunting di Indonesia
tersebut, sebanyak 18, 5 % balita masuk dalam kategori sangat pendek dan 17,1 %
masuk ke kategori pendek. Dari data WHO itu menunjukkan Indonesia tergolong dalam
negara yang status gizinya buruk.
Menurut WHO dalam Oktarina dan Sudiarti et.al (2013) pembagian klasifikasi
stunting dikatakan rendah atau “non public health problem” jika prevalensi stunting
balita <20%, klasifikasi sedang jika prevalensi stunting balita 20-29 %, tinggi jika
prevalensi stunting balita 30-39%, dan sangat tinggi jika prevalensi stunting balita ≥40%.
Jika dibandingkan dengan batasan “non public health problem” tersebut, maka hampir
seluruh negara di dunia mengalami masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan
permasalahan stunting pada anak-anak memiliki fokus yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut: hubungan usia terhadap stunting balita, hubungan berat badan lahir
rendah terhadap kejadian stunting, hubungan tinggi badan ibu terhadap stunting balita,
hubungan jumlah anggota keluarga yang terkena stunting, hubungan pendidikan orang
tua terhadap kejadian stunting balita, hubungan pekerjaan orang tua terhadap kejadian
stunting balita, hubungan pemberian asi terhadap kejadian stunting balita, hubungan
riwayat penyakit infeksi terhadap kejadian stunting balita, hubungan penolong
persalinan terhadap kejadian stunting balita, hubungan pemberian MP Asi terhadap
kejadian stunting balita serta pemberian kapsul vitamin A terhadap kejadian stunting
balita. Penyakit stunting jika sudah terkena pada balita maka sudah tidak dapat lagi
diperbaiki dengan mudah. Pemberian nutrisi yang baik pada balita yang terkena stunting
hanya menjaga agar balita tidak bertambah buruk pertumbuhannya.
Balita yang mengalami kejadian stunting merupakan salah satu permasalahan gizi
secara global. Menurut Shashidar (2009) lebih dari 2 juta kematian anak balita di dunia
berhubungan langsung dengan stunting dan wasting dan ditemukan satu dari tiga anak
balita atau sekitar 178 juta anak yang hidup di negara miskin dan berkembang

1
mengalami stunting yaitu 111,6 juta hidup di Asia dan 56,9 juta hidup di Afrika. Stevens
et al. (2012) telah melakukan analisis sistematik pada 141 negara berkembang untuk
melihat kecenderungan stunting dan kurang gizi pada anak-anak tahun 1990 dan 2011.
Pada akhir periode ini terlihat bahwa prevalensi stunting turun dari 47,2% menjadi
29,9% dan sebanyak 314 juta anak balita mengalami stunting. Peningkatan prevalensi
stunting terjadi di negara-negara Asia, sedangkan penurunan prevalensi stunting
terbesar yaitu di Amerika Selatan dan Amerika Latin. Angka kejadian stunting di Asia
sekitar 36% dengan prevalensi tertinggi di Kawasan Asia Selatan yaitu setengah dari
jumlah total balita mengalami stunting.
Indonesia termasuk diantara 36 negara di dunia yang memberi 90 persen
kontribusi masalah gizi dunia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2010,
prevalensi stunting pada balita yaitu 35,6%, terdiri dari sangat pendek 18,5% dan
pendek 17,1%. Angka prevalensi tersebut lebih tinggi dibandingkan angka prevalensi gizi
kurang (17,9%), gizi buruk (13,3%) serta gizi lebih (14%). (100 Kabupaten/Kota Prioritas
untuk intervensi Anak Kerdil (Stunting) 2017).
Untuk mengatasi permasalahan kesehatah dan gizi pemerintah sudah mengatur
dalam Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 2018, tentang setandar pelayanan minimal
(SPM) Pendidikan salah satu di dalamnya PAUD meliputi antara lain materi muatan SPM
itu, jenis pelanan dasar, mutu pelayanan dasar, penerima pelayanan dasar, standar
kualitas pendidik. SPM Kesehatan dalam pasal 6 ayat 3, butir d jenis pelayanan
menyebutkan bahwa balita merupakan salah satu termasuk dalam pelayanan dasar
kesehatan.
Indonesia memiliki data stunting, yaitu Provinsi Sulawesi Tengah menjadi daerah
yang mengalami stunting tertinggi, sekira 16,9 persen. Selain itu, ada pula Provinsi
Sumatera Utara yang hanya 7,2 persen saja balitanya yang mengalami stunting.
Sedangkan di Provinsi Sumatera Selatan Dinas Kesehatan mencatat penderita stunting
di wilayahnya bertambah selama dua tahun terakhir.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Lesty Nuraini mengatakan, data
pada 2016 di Sumatera Selatan tercatat sebagai provinsi kedua terendah jumlah

2
penderita stunting yakni 19,2 persen. Sumatera Selatan pada 2017, penderita stunting
bertambah menjadi 22,8 persen, sehingga tidak lagi termasuk peringkat terendah, tetapi
peringkatnya mengingkat. Penderita Stunting semakin banyak tercatat di Sumatera
Selatan.Ngoc Hien dan Sin Kam (2008) melakukan penelitian di Vietnam pada anak balita
menunjukkan bahwa faktor ibu, sosial ekonomi, dan lingkungan signifikan berhubungan
dengan kejadian kekurangan gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
wilayah miskin Bangladesh yang menunjukkan bahwa faktor orang tua, lingkungan dan
konsumsi makanan merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap kejadian
stunting balita sehingga intervensi pemerintah untuk menanggulangi stunting lebih
fokus pada penyebab langsung tersebut (Jesmin et al., 2011).
Gizi Buruk penting untuk diperbaiki karena Di Indonesia 7,6 Juta Anak Indonesia
sekitar 37 % tidak tumbuh dengan baik, dampak dari stunting bisa mengakibatkan
penyakit diabetes atau kencing manis dan penyakit jantung koroner diusia muda. (100
Kabupaten/Kota Prioritas untuk intervensi Anak Kerdil (Stunting) 2017).
Tinggi badan menurut usia merupakan indeks ukuran tubuh yang digunakan oleh
dunia untuk mengukur status pertumbuhan linier yang baik dan tingkat kesejahteraan
pada anak-anak. Pertumbuhan linier yang tidak sesuai umur (pendek/stunting)
merefleksikan masalah kurang gizi dan akan berdampak terhadap pertumbuhan,
perkembangan, kesehatan, dan mempengaruhi produktivitas (Rosha dkk., 2012).
Anak yang stunting merupakan dampak dari masalah gizi kronis sebagai akibat
karena makanan yang tidak berkualitas, ditambah dengan morbiditas, penyakit infeksi,
dan masalah lingkungan (Kusumawati dkk., 2015). Lebih lanjut, Yasmin et al. (2014)
menyebutkan bahwa stunting atau gangguan pertumbuhan linier adalah dampak jangka
panjang dari masalah gizi yang terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah karena hubungannya dengan peningkatan risiko
kematian selama masa kanak-kanak. Anak yang stunting cenderung akan sulit mencapai
potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun
psikomotorik (Dewey et al., 2011).

3
Solusi yang ada dapat berjalan dengan baik jika adanya sosialisasi secara berkala
dan sistematis dari pihak yang terkait pada calon ibu dan ibu yang memiliki balita,
sehingga stunting pada balita dapat dicegah sedini mungkin.
Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan satu dari seratus Kabupaten/Kota
prioritas penanggulangan gizi buruk di Indonesia. Terdapat 5 (lima) Kecamatan yaitu
kecamatan Tanjung Lubuk (Desa Tanjung Merindu, Sukarami, Tanjung Beringin dan
Jambu Ilir), Kecamatan Pedamaran (Desa Sukadamai). Kecamatan Pampangan (Desa
Menggeris) Kecamatan Lempuing Jaya (Desa Tanjung Sari) dan Kecamatan Teluk
Gelam (Desa Benawa, Desa Sugiwaras dan Muara Telang) Di Kabupaten Ogan Komering
Ilir Sumatera Selatan yang warganya mengalami stunting.
Pengembang mengambil sampel 3 (tiga) Desa tertinggi, sebagai lokasi identifikasi
masalah atau study eksplorasi, Dari hasil wawancara dengan bidan desa di Kecamatan
Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir diperoleh imformasi bahwa dari data Tim
Nasional Penanggulangan Kemiskinan terdapat 26 orang anak usia dini yang mengalami
Stunting/Tumbuh Kerdil/Penderita Gizi Buruk yang ada di Desa Tanjung Sari Kecamatan
Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang ternyata di desa ini juga sudah ada
Kader Posyandunya. Menurut keterangan Bidan Desa Mithasari, Am.Keb Hp
082261813634 dan Nuraini Hp.082181403301 sebagai petugas medis Puskesmas
setempat dan Ibu Eka selaku pengelola sekaligus sebagai Kepala Sekolah PAUD Tunas
Bangsa dan diperkuat Juga dengan keterangan Kepala Desanya Wartono, bahwa di Desa
Tanjung Sari Kecamatan Lempuing Jaya ini Tidak terdapat Anak Usia Dini yang
mengalami Stunting/Menderita Gizi Buruk. Didukung dengan tersedianya Pusat
Kesehatan Desa (Puskesdes) di desa ini sudah ada dari tahun 2002, Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) sudah ada dari tahun 2013, Masyarakat Desa Tanjung Sari
Kecamatan Lempuing Jaya sudah dinyatakan Makmur.
Dari data Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan terdapat 8 orang anak usia
dini yang mengalami Stunting/Tumbuh Kerdil/Penderita Gizi Buruk yang ada di Desa
Suka Damai Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang ternyata di desa
ini juga sudah ditelusuri/sudah turun ke Lapangan petugas untuk mencari anak yang

4
mengalami Stunting sensuai, data yang diterima, tetapi menurut Kepala Desa Suka
Damai Kecamatan Pedamaran Bapak Sukriyadi menyatakan tidak ada anak yang
mengalami Stunting/menderita gizi buruk di desanya. Senada juga dengan keterangan
Bidan Desa bernama Nirmala bahwa tidak ditemukan anak Stunting/Gizi buruk di desa
ini, akan tetapi terdapat 11 (sebelas) orang anak yang mengalami Berat Badan dibawah
Garis Merah (BGM) dan Tinggi Badan di Bawah Standar
Tak kalah pentingnya dari permasalahan BGM, muncul 1 orang Batas Garis Tengah (BGT)
di desa Tanjung Sari II kecamatan Lempuing Jaya Kababupaten Ogan Komering Ilir tetapi
sudah dinyatakan sembuh dan sudah bergabung sekolah di lembaga PAUD desa
tersebut. Selain itu data Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan terdapat 2 orang
sembuh Dan anak usia dini yang mengalami Stunting/Tumbuh Kerdil/Penderita Gizi
Buruk yang ada di Desa Sugi waras KecamatanTeluk Gelam, yang ternyata di desa ini
juga sudah ditelusuri/sudah turun ke lapangan petugas untuk mencari anak yang
mengalami Stunting sesuai, data yang diterima sebenarnya di desa ini juga sudah ada
Puskesmasnya. Menurut keterangan Petugas Medis Puskesmas setempat Ibu
Herawiyana dan Ibu Eviyen selaku ketua pengelola serta Ibu Ici Trisnawati, Spd
sekretaris pengelola PAUD dan diperkuat Juga dengan keterangan Kepala Desanya
Irwani, bahwa di Desa Sugiwaras Kecamatan Teluk Gelam ini Tidak terdapat Anak Usia
Dini yang mengalami stunting/menderita Gizi Buruk. Jadi dapat disimpulkan hanya
terdapat 11 (sebelas) orang Anak yang mengalami BGM dan BGT, kesemuanya berasal
dari Desa Suka Damai Kecamatan Pedamaran Ogan Komering Ilir.
Hal seperti tersebut di atas terjadi dapat dilihat permasalah seperti berikut;
1. Banyak masyarakat yang belum tau apa itu stunting/kesehatan dan gizi buruk
2. Belum maksimalnya kerjasama dengan Puskesmas dan Posyandu
3. Jumlah anggota keluarga pada umumnya banyak
4. Pengetahuan hidup sehat dan gizi yang optimal/baik dan Pendidikan orang tua
kurang atau rendah
5. Keadaaan ekonomi/kesejahteraan mereka kurang mencukupi, miskin
6. ASI diberikan tidak sampai 2 tahun

5
7. Banyak terjangkit penyakit infeksi
8. Persalinan tidak normal
9. Belum mengerti akan pentingnya makanan Pralakteal (MP+ASI)
10. Vitamin A belum menyeluruh diberikan pada warga masyarakat
11. Ibu-ibu tahun sebelum tahun 2010 banyak melahirkan lewat dukun, baru 2011
sampai sekarang dengan Bidan Desa.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun sebenarnya
kondisi kesehatan dan gizi di ketiga desa/daerah tersebut buruk.
Dari kedaan kesehatan dan gizi yang masih buruk itu dapat dicari penyebab-
penyebabnya yaitu :
1. Mereka belum mengerti stunting dan kesehatan dan gizi yang baik
2. Kemiskinan memang salah satunya, akan tetapi juga karena pola hidup yang sehat
dan bergizi belum mereka miliki
3. Pengetahuan mereka khususnya para orang tua tentang hidup sehat dan bergizi
optimal/baik kurang, apalagi kebanyakan pendidikan mereka rendah
4. Kerja sama dengan Puskesmas dan Posyandu untuk PMT dan obat-obatan, vitamin
memang ada tetapi masih terbatas, kurang periodik/berkala atau kontinyu dan
sebaiknya PMT dan obatan-obatan atau layanan kesehatannya lebih lengkap dan
lebih meningkat. Untuk itu alternatif pemecahan masalah sesuai dengan tusi BP
PAUD dan Dikmas dengan fokus pada bagaimana mempehatikan kesehatan dan gizi
yang optimal untuk mencegah stunting, meningkatkan kesehatan dan gizi yang
standar dengan menggunakan lembaga PAUD sebagai pusat pemecahan masalahnya,
maka dimunculkan makalah Pembelajaran Kesehatan dan Gizi Di PAUD

II. RUMUSAN MASALAH


A. Apa Pengertian Pembelajaran, Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini Yang
Standar/optimal , Pihak Terkait, dan Anak Usia Dini ?
B. Apa tujuan program ?
C. Bagaimana penyelenggaraan program ?
III. PEMBAHASAN

6
A. Pengertian
1. Pengertian Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran berasal dari Belajar. Slameto, 2003. Pengertian “Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interkaksi dengan lingkungannya”. Pembelajaran adalah Kegiatan agar
seseorang mau dan mampu melakukan proses usaha untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman dalam
interaksi dengan lingkungan.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling
bertukar informasi. Menurut Wikipedia, pengertian pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi
sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam kontek pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai suatu objektif yang ditentukan (Aspek Kognitif) juga dapat mempengaruhi
perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang
peserta didik, namun proses pengajaran ini memberikan kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja, sedangkan pembelajaran
menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
2. Pengertian Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini Yang Standar/Optimal
Kesehatan menurut Wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosialdan ekonomis.
Sedangkan pengertian kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun

7
1948 menyebutkan bahwa kesehatan adalah sebagai“ suatu keadaan fisik, mental dan
social kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.
Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk promosi kesehatan, mengatakan
bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan
tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya social dan
pribadi, serta kemampuan fisik”.
Secara etimologi “Gizi” berasal dari bahasa Arab”ghidza”, yang berarti “Makanan”.
Menurut dialek Mesir “ghidza” dibaca“ ghizi“.
Gizi adalah proses mahluk hidup menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses di gesti (penyerapan), absorpsi, tranportasi, penyimpanan,
metabolism, dan pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan.
Pengertian Kesehatan dan Gizi Yang Optimal Atau Standar adalah suatu yang
mendatangkan sehat atau kebaikan yang standard atau seimbang dengan diberikan
zat makanan atau gizi yang dibutuhkan tubuh. Makanan tersebut bisa makanan utama
dan atau pelengkap.
3. Pengertian Pihak Terkait
Pengertian pihak terkait adalah kerjasama lintas program, yang merupakan kerjasama
yang dilakukan antara beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai
tujuan yang sama. Kerja sama lintas program yang terapkan di Puskesmas berarti
melibatkan beberapa program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja
sama lintas program adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya
menggalang kerja sama lintas sektoral.
Kerjasama lintas program melibatkan dinas intansi yang memiliki
hubungan ,kepentingan terhadap sasaran program yang ditetapkan. Kerja sama tidak
hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut serta mendefinisikan masalah,
prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta mengevaluasi.
Lintas sektor kesehatan merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian
bagian dari sektor yang berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu

8
masalah agar hasil yang tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau
efisien dibanding sektor kesehatan bertindak sendiri.
4. Anak Usia Dini
Anak Usia Dini adalah anak atau peserta didik pada PAUD. Jadi Pengertian Peningkatan
Pembelajaran Kesehatan Dan Gizi Anak Usia Dini Melalui Kerjasama Pihak Terkait Di
Lembaga PAUD Kenanga Desa Suka Damai Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan
Komering Ilir Sumatera Selatan adalah Pola Kegiatan agar seseorang/kelompok mau
dan mampu meningkatkan perubahan perilaku sehat yang standar atau seimbang
dengan zat makanan atau gizi bagi anak usia dinii melalui kerjasama dengan pihak yang
memiliki hubungan atau kepentingan atas kondisi yang sehat.
B. Tujuan Program
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum Program adalah meningkatkan pembelajaran pertumbuhan kesehatan
dan gizi Anak Usia Dini yang seimbang guna mencegah masalah gizi, kondisi kesehatan
dan gizi buruk melalui kerjasama dengan beberapa pihak yang mimiliki hubungan atau
kepentingan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus yang hendak dicapai adalah:
a. Pengelola PAUD dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran guna membantu
tercapainya keadaan kesehatan dan gizi AUD yang seimbang. Pengelola juga
mengusahakan PMT bagi AUD di lembaganya. Pengelola PAUD meningkatkan
kerjasama dengan Posyandu, Puskesmas agar anak di Lembaga PAUD mendapat
perawatan kesehatan dan gizi dan atau PMT yang periodik atau berkelanjutan.
b. Pendidik/Guru PAUD meningkatkan pembelajaran teori dan praktek kesehatan
dan gizi yang seimbang kepada anak didik PAUD
c. Pertemuan/kelas orang tua bagi Orang Tua dan Guru. Orang Tua diharapkan dapat
mengerti tentang Kesehatan dan gizi anak yang standard/seimbang dan dapat
menyediakan makanan bagi anaknya yang memenuhi kesehatan dan gizi yang
seimbang di rumahnya dan mengawasi jajanan anak

9
Guru PAUD dapat mengerti tentang kesehatan dan gizi yang standard bagi AUD
sehingga dapat meningkatkan pembelajaran pada anak-anak PAUD yang pada
gilirannya anak memiliki kesehatan dan gizi yang baik/optimal/ seimbang
d. Dokter, Puskesmas, Posyandu, kader gizi diharapkan dapat memprogramkan dan
mengadakan kunjungan ke Lembaga PAUD secara periodik atau berkelanjutan
sesuai jadwalnya guna meningkatkan layanan kesehatan dan gizi anak yang
seimbang dan memberikan PMT, BOK dan obat-obatan yang periodik atau
berkala, berkelanjutan guna membantu pencapaian kesehatan dan gizi yang
optimal bagi anak-anak usia dini.
e. Keluarga dapat mandiri dalam hal makanan/pangan bagi anaknya (Kemandirian
Pangan) melalui program-program Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas
Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan, dan sebagainya supaya meningkatkan
program kegiatannya masing-masing dengan memperhatikan ketercapainya
kemandirian pangan keluarga, terutama keluarga yang memiliki Anak Usia Dini.
f. Pemda melalui Bapeda melakukan perencanaan holistik dan integratif tentang
kesehatan dan gizi anak usia dini melalui pensinergian antara Dinas Pendidikan
dan Dinas Kesehatan, serta didukung oleh, DKPTPH, Dinas Bunnak, Dinas
Perikanan, Dinas Sosial, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DPPKB).
C. PENYELENGGARAAN PROGRAM
a. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Standar kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang
didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan
dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini.
Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Moral dan nilai-nilai agama
2. Sosial, emosional dan kemandirian
3. Bahasa

10
4. Kognitif
5. Fisik/Motorik
6. Seni
b. Kurikulum 2013
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Prinsip-prinsip Pengembangan
1. Bersifat komperhensif
Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan
anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan.
2. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap.
Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan
pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Program menyediakan berbagai
sarana dan bahan untuk anak dengan berbagai kemampuan.
3. Melibatkan orang tua
Keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Oleh karena itu peran
orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan.
4. Melayani kebutuhan individu anak.
Kurikulum dapat mewadahi kemampuan, kebutuhan, minat setiap anak.
5. Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
Kurikulum harus memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga
dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.
6. Mengembangkan standar kompetensi anak
Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak.
Standar Kompetensi seabagai acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak.
7. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya memperhatikan semua anak termasuk

11
anak-anak yang berkebutuhan khususus.
8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
Kurikulum hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinergi dengan
Keluarga dan masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
9. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
Kurikulum yang dibangun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan
kesehatan anak saat anak berada di sekolah
10. Menjabarkan prosedur pengelolaan Lembaga
Kurikulum hendaknya dapat menjabarkan dengan jelas prosedur manajemen
/pengelolaan lembaga kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabiitas.
11. Manajemen Sumber Daya Manusia
Kurikulum hendaknya dapat menggambarkan proses manajemen pembinaan
sumber daya manusia yang terlibat di lembaga
12. Penyediaan Sarana dan Prasarana.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 PAUD (Permendikbud RI Nomor 146
tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini).
Kompetensi Inti KI-3. Kompetensi Inti Pengetahuan yakni Mengenali diri, keluarga,
teman, pendidik, lingkungan sekitar, agama, seni, dan budaya di rumah, tempat
bermain dan satuan PAUD dengan cara : mengamati dengan indera (melihat,
mendengar, menghirup, merasa, meraba); menanya; mengumpulkan informasi;
menalar; dan mengkomunikasikan melalui kegiatan bermain. Kompetensi Dasar 3.4.
Cara Hidup Sehat.
Kompetensi Inti KI-4. Kompetensi Inti Keterampilan yakni Menunjukkan yang diketahui,
dirasakan, dibutuhkan dan dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan dan karya
secara produktif dan kreatif serta mencerminkan perilaku anak yang berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar 4.4. Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat.
Indikator Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini 2-3 tahun dari Kompetensi Dasar
3.4 Mengetahui Cara Hidup Sehat dan Kompetensi Dasar 4.4. Mampu Menolong Diri
Sendiri:

12
1. Meniru perilaku hidup sehat
2. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu memilih makanan dan
minuman yang bersih, sehat dan bergizi dengan bantuan orang tua
3. Meminta tolong jika perlu BAK dan BAB
Indikator Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini 3-4 tahun:
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan bantuan
2. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu membedakan makanan dan
minuman yang bersih, sehat dan bergizi dengan bantuan orang tua
3. Menggunakan toilet dengan bantuan
Indikator Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini 4-5 dari Kompetensi Dasar 3.4
Mengetahui Cara Hidup Sehat dan Kompetensi Dasar 4.4. Mampu Menolong Diri
Sendiri tahun:
1. Mulai terbiasa melakukan hidup bersih dan sehat
2. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenali bagian tubuh
yang harus dilindungi dan cara melindungi dari kekerasan termasuk kekerasan
seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan oleh guru dan teman lain
3. Mulai terbiasa mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersih, sehat dan
bergizi
4. Menggunakan toilet tanpa bantuan
Indikator Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini 5-6 tahun dari Kompetensi
Dasar 3.4 Mengetahui Cara Hidup Sehat dan Kompetensi Dasar 4.4. Mampu
Menolong Diri Sendiri adalah:
1. Melakukan Layanan Kesehatan, Gizi dan Perawatan
2. Melakukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK).
3. Melakukan Layanan Kesehatan, Gizi dan Perawatan dapat meliputi :
a. Penimbangan berat badan
b. Pengukuran tinggi badan
c. Kebiasaan/pembiasaan hidup bersih dan sehat
d. Mengontrol kondisi pisik secara sederhana

13
e. Mampu melindungi diri dari tindak/percobaan kekerasan
f. Menjaga keamanan diri dari benda-benda berbahaya
g. Pembiasaan Makanan dan minuman sehat dan seimbang atau pemberian
PMT secara berkelanjutan
h. Pengenalan makan gizi seimbang dengan melibatkan orang tua dalam
menyiapkan bekal menu untuk anak sehari-hari
i. Memantau asupan makanan yang dibawa anak setiap hari termasuk jajanan
j. Penyediaan alat P3K
4. Melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak yakni mendeteksi tumbuh
kembang anak usia dini, Perbaikan gizi (pemberian vitamin), imunisasi,
pemeriksaan kesehatan mata, hidung, telinga, mulut dan sebagainya.

c. Pembelajaran
Penyelenggaraan dan peningkatan pembelajaran kesehatan dan gizi anak yang optimal/
seimbang/baik seperti dalam uraian berikut:
1. Pertemuan /Kelas Orang Tua
a. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru mengenai
kesehatan dan gizi yang seimbang,
2. Orang tua dapat menerapkan pengetahuan kesehatan dan gizi yang
diperolehnya untuk meningkatkan kesehatan anak-anaknya
b. Sasaran/peserta didik adalah Guru dan Wali Anak PAUD
c. Kesehatan dan Gizi yang terkait dengan dan oleh dinas Kesehatan, Puskesmas,
Posyandu dan orang tua wali murid yang mampu mentransfer ilmunya. Adapun
materinya:
1). Pengetahuan Pertumbuhan Anak dengan penimbangan berat badan, tinggi
badan, melalui KMS yang dilakukan kerja sama dengan tenaga
medis; puskesmas, posyandu dsb

14
2). Pembelajaran Hidup Bersih dan Sehat
a). Mandi 2 kali sehari, serta keramas dan mencuci rambut
b). Cuci Tangan sesuai aturan SOP nya
c). Memakai Baju bersih dan rapi
d). Membersihkan tempat bermain dan alat main
e). Mencegah kebiasaan kesehatan yang buruk seperti minum yang terlalu
manis, minuman bersoda, serta tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung MSG
f). Tidak membuang sampah sembarangan
g). Mengajarkan perbedaan tempat kotak sampah, organik dan an organik
organik seperti: daun, kulit buah-buahan, sayur-sayuran yang sudah busuk
dan gampang terurai, an organic seperti sampah plastik, kerta-kertas
bungkus makanan dan lain-lain.
3). Mengontrol Kondisi Fisik secara sederhana; mengontrol kondisi suhu tubuh,
luka
4). Perlindungan tindak/percobaan kekerasan; tindak/percobaan kekerasan
seksual, Kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan pendidik/guru terhadap
anak
5). Menjaga keamanan dari benda-benda berbahaya seperti benda-benda tajam,
listrik, pembasmi serangga
6). Pembiasaan makanan dan minuman yang sehat dan seimbang.
Makanan dan minuman yang sehat seimbang adalah makan yang memenuhi 4
Sehat 5 Sempurna yang terdiri dari karbohidrat/energi, protein hewani dan
nabati, buah dan sayur, kalsium dan fosfor, seng, zat besi, fluor, lemak dan
mineral. Sumber Energi/Karbohidrat; nasi/beras, bekatul, gandum, sagu, umbi–
umbian, jagung, gandum.
Sumber Protein Hewani berasal dari unggas, kambing, sapi, ikan, telur. Nabati
seperti kacang-kacangan, tahu, tempe, susu kedelai

15
Sumber Buah dan sayur seperti buah papaya, nangka, apel, durian, jeruk,
semangka. Sayur; bayam, kangkung,brokoli, touge, dan lain-lain.
Sumber kalsium dan fosfor seperti garam dapur/garam beryudium. Fosfor susu.
Sumber Seng terdapat pada unsur daging merah,Sumber Zat Besi seperti daun
bayam, daun singkong, daun katu,Sumber Fluor, Sumber Lemak seperti lemak
ikan, lemak daging
7). Pengenalan makanan dan minuman sehat dan seimbang melibatkan orang tua;
Makanan sehat dan seimbang seperti di atas; Orang Tua menyusun menu
makanan yang sehat seimbang untuk anak sehari - hari. Sumber makanan dan
minuman sehat dan seimbang
8). Pemantauan Asupan Makanan
9). P3K (tujuan, fungsi, alat)
10). Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, materi tumbuh kembang anak usia dini
Yang meliputi deteksi dini, perbaikan gizi, imunisasi, pemeriksaan kesehatan
Mata telinga hidung mulut.
11). Penggunaan toilet
a. Untuk materi Kesehatan dan gizi yang terkait, didukung oleh Dinas DKPTPH,
Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Perikanan, Dinas Sosial adapun
materinya disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing.
b. Pendidik/Nara sumber
Pendidik/Narasumber berasal dari unsur Dinas Kesehatan dan Dinas
Pendidikan. Dari Dinas Kesehatan seperti Dokter, Puskesmas, Perawat atau
SKM dengan Kualifikasi pendidikan S1 dibidang kesehatan atau setingkat
SLTA, tapi mampu dan mengerti permasalahan kesehatan dan gizi yang
optimal bagi Anak Usia Dini. Sedangkan dari Dinas Pendidikan.
2. Pembelajaran Anak PAUD
Pengertiannya adalah pembelajaran yang dilakukan guru kepada anak PAUD
Materi pembelajaran :

16
Nomor 2,3,4,5,6,9,10. guru mengajar berdasarkan tema-tema yang ada dikaitkan
dengan kesehatan dan gizi dengan pendekatan Saintifik; mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan.
Kualifikasi pendidik PAUD minimal S1 PAUD atau SMTA sederajat yang sudah
mengikuti pelatihan Guru PAUD tingkat dasar dan bersertifikat, memahami model,
lama pembelajaran 1 semester, dengan menggunakan sarana gambar, foster, papan
tulis, dengan menerapkan metode peragaan, simulasi, belajar sambil bermain, metode
tugas. Adapun pokok materi tersebut:
a. Pembelajaran hidup bersih dan sehat
b. Mengontrol kondisi fisik yang sederhana
c. Perlindungan dari tindak atau percobaan kekerasan
d. Menjaga keamanan dari benda-benda berbahaya
e. Pembiasaan makanan dan minuman yang sehat dan seimbang
f. P3K
g. Diteksi dini tumbuh kembang anak
h. Penggunaan toilet
3. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga diarahkan untuk ketahanan pangan keluarga dan
kesejahteraan keluarga, pengelola supaya selalu berkoordinasi dengan intansi terkait
seperti Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura (DKPTPH), Dinas
Pekebunan Dan Peternakan (Disbunnak) dan Dinas Perikanan sehingga kesehatan dan
gizi dapat terjaga dengan baik.
a. Sasaran atau peserta didik adalah Orang Tua/Keluarga-keluarga dari anak PAUD
b. Tujuan agar keluarga dapat menyediakan sendiri makanan dan minuman yang
sehat dan seimbang, mandiri dalam pangan, tidak tergantung bantuan.
c. Materi
1). Bercocok tanam sayuran dan buah-buahan di sekitar rumah atau memanfaatkan
pekarangan, kebun
2). Beternak ayam, ikan, kambing, sapi untuk memenuhi konsumsi keluarga

17
3). Pemberian bantuan bibit atau pupuk
4). Wirausaha sebagaian produksi
5). Pembinaan secara berkala
d. Pendidik/Nara Sumber
1). Nara Sumber dari Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura
(DKPTPH) khususnya untuk bercocok tanam sayuran dan buah-buahan. Untuk
beternak ayam, itik, kambing dan sebagainya, sebaiknya dari dinas/petugas
Disbunak.
2). Kualifikasi Pendidik
a). Tingkat pendidikan minimal SMTA
b). Memiliki pengalaman dalam bidang pekerjaannya
c). Memahami model
4. Penyelenggaraan Dinas Kesehatan, kader gizi
Dinas Kesehatan, meningkatkan pemberian makanan tambahan (kualitas dan
kuantitas) berupa PMT dan BOK serta pelatihan kepada kader Posyandu, Kader Gizi
untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan dan gizi, Dinas Kesehatan perlu
melalakukan survey pemantauan status gizi balita dan peningkatan sarana dan
prasarana fasilitas kesehatan misalnya alat ukur untuk tumbuh kembang anak,
peningkatan kesehatan dan gizi anak, pengukuran berat, tinggi, lingkar kepala.
Kemudian Dinas Kesehatan diharapkan dapat meningkatkan jumlah tenaga medis
untuk Puskesmas, Posyandu dan Bidan Desa. Dinas Kesehatan agar memprogramkan
dan menganggarkan program kesehatan dan gizi bagi anak-anak dilembaga PAUD
dalam bentuk 1. peningkatan layanan kesehatan dan gizi 2. Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) secara lebih lengkap dan berkualitas sesuai dengan ketentuan
kesehatan dan gizi anak yang optimal/seimbang. Jika dinas pendidikan atau lembaga
PAUD menyelenggarakan pertemuan/kelas orang tua dan peningkatan kualitas PAUD
maka dinas kesehatan diharapkan kerjasamanya dalam bentuk menjadi narasumber
dan sebagainya. Puskesmas supaya lebih meningkatkan pemberian layanan kesehatan

18
dan PMT secara lebih lengkap dan berkualitas kepada anak-anak di Lembaga PAUD dan
dilakukan secara kontinyu.
a. Materi
1). Meliputi pengukuran tinggi badan, berat, lingkar kepala melalui KMS dan
DTKB (diteksi dini tumbuh kembang balita)
2). Pemberian makanan tambahan (PMT) dan Obat-obatan, Vitamin
b. Pendidik/Narasumber
1). Unsur dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, Posyandu, dokter, kader gizi
2). Kualifikasi
a). Pendidikan diutamakan S1 di bidang Kesehatan dan gizi
b). Memiliki pengalaman bekerja di bidang kesehatan atau gizi
c). Memahami model
5. Penyelenggaraan Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan memprogramkan peningkatan kualitas PAUD baik kualitas
guru, pengelola, kurikulum, sarana dan prasarana dan sebagainya. Untuk itu dinas
Pendidikan memiliki data lembaga PAUD, guru, pengelola, sarana dan prasarana
pembelajaran yang dibutuhkan dan berkualitas dan peningkatan kualitas dan
kesejahteraan SDM, baik dalam hal sosialisasi pencegahan stunting dan peningkatan
gizi anak usia dini. Kegiatan ini supaya diintegrasikan dengan Dinas Kesehatan. Dinas
Pendidikan harus membuat prioritas kebijakan untuk peningkat kualitas PAUD. Dinas
Pendidikan juga diharapkan supaya melengkapi dan meningkatan sarana dan
prasarana pembelajaran PAUD, termasuk juga yang menunjang kesehatan dan gizi
anak.
Dinas Pendidikan menyelenggarakan peningkatan penguatan kualitas PAUD
yang terdapat satu desa satu PAUD dan baik untuk guru, pengelola, sarana dan
prasarana pembelajaran dalam hal peningkatan kualitas PAUD baik untuk guru
maupun pengelola, sedangkan peningkatan pengetahuan kesehatan dan gizi
difasilitasi dan dilakukan Dinas Kesehatan.

19
d. Pengelolaan
Pengelolaan yang mengacu pada model ini adalah pengelolaan program
pembelajaran kesehatan dan gizi AUD yang optimal/standard. Disamping itu menekankan
pada program pemberdayaan yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait untuk membantu
terwujudnya kemandirian ketahanan pangan keluarga. Dalam hal ini Bappeda
merencanakan dinas instansi yang terkait dengan perwujudan kesehatan dan gizi anak
yang optimal/standard/seimbang, dalam hal ini BP PAUD dan Dikmas Sumatera Selatan,
Dinas Pendidikan Kabupaten OKI, Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman
Pangan dan Holtikultura (DKPTPH), Dinas Pekebunan Dan Peternakan (Disbunnak) dan
Dinas Perikanan supaya memperhatikan dan mengarahkan progrannya untuk keluarga-
keluarga yang ada di Lembaga PAUD (Pengelola, Guru, Anak Didik, Orang Tua anak).
Dalam program prioritasnya Bappeda akan mensinergikan Dinas Pendidikan dan Dinas
Kesehatan untuk mewujudkan kesehatan dan gizi anak-anak di PAUD dan di masyarakat.
e. Sarana Prasarana
Sarana Prasarana perlu diadakan atau disediakan yang memadai agar pelaksanaan dan
tujuan pengembangan PAUD tercapai.
Sarana pengembangan model yakni :
a. Pembelajaran Kesehatan dan Gizi Di PAUD Kenanga Dalam Menanggulagi Stunting
b. Pedoman Penyelenggaraan/Pembelajaran Pertemuan/kelas orang tua
c. Pedoman Pembelajaran anak-anak di lembaga PAUD
Untuk melengkapi modelnya maka akan disusun contoh program semester, rencana
pelaksanaan program mingguan, rencana pelaksanaan program harian sebagai
detailnya untuk lebih lanjut guru PAUD dapat membuat sendiri.
f. Pembiayaan
Pembiayaan yang dibutuhkan untuk tercapainya Kondisi AUD atau Ana-anak PAUD Yang
memiliki Kesehatan dan Gizi Yang Optimal/Standard dan untuk pencegahan gizi buruk
dinas instansi harus menganggarkan dana sendiri untuk mewujudkan dan merealisasikan
program kegiatannya.
g. Penilaian

20
1. Pembelajaran Pada PAUD
Penilaian dalam pengembangan ini yang pokok diantaranya dalam hal keterlaksanaan
penyelenggaraan model durasi waktu 6 bulan walaupun untuk ujicoba hanya sekitar
2 bulan. Instrumen ujicoba konseptual dan instrument ujicoba operasional dengan
konseptual dengan angket sedang operasional dengan menggunakan angket dan
atau wawancara. Penilaian lain dilakukan sesuai ketentuan pada pembelajaran PAUD,
baik periode penilaian maupun instrumen yang dipergunakan, akan tetapi harus
mengacu pada Standar Pencapaian Tingkat Perkembangan Anak pembelajaran
Peningkatan Kesehatan Dan Gizi Anak Usia Dini. Aspek Penilaian adalah aspek
kesehatan dan gizi pada bagian perkembangan fisik motorik.
2. Pertemuan /Kelas Orang Tua
Penilaian pada pertemuan/kelas orang tua menyangkut juga keterlaksanaan kegiatan
itu. Instrumen CheckLis atau angket. Juga perlu penilaian untuk mengukur
peningkatan pengetahuan/pemahaman mereka, dengan materi seperti yang tertera
pada kegiatan pembelajaran pertemuan/kelas orang tua. Instrumen yang
dipergunakan dengan Tes. Dan lebih lanjut pada penilaian penerapan dari hasil
mengikuti pertemuan/kelas orang tua. Instrumen yang digunakan wawancara atau
observasi. Penilaian Pembelajaran Dinas Kesehatan Penilaian pada pembelajaran
oleh dinas kesehatan yang pokok adalah soal keterlaksanaan programnya;
keterlaksanaan layanan kesehatan dan PMT. Instrumen checklist, wawancara. Perlu
juga penilaian mengenai materi PMTnya apakah PMT, Obat-Obatan dan Vitamin yang
diberikan itu meningkatPenilaian lain adalah hasil atau peningkatan setelah
mendapat layanan kesehatan dan PMT oleh dinas kesehatan, puskesmas,posyandu.
Instrumen yang dipergunakan adalah dokumentasi kartu KMS atau tes dan bisa
observasi keadaan anak (Apakah berat badan, tinggi badan lingkat kepala
bertambah/meningkat, apakah kondisi pisiknya bertambah sehat setelah
memperoleh makanan obat obatan, vitamin)
3. Penilaian dengan intansi terkait dengan melihat laporan kinerja lembaga tersebut.

21
1) Anak usia dini bila dibandingkan dengan Pengelola PAUD Kenanga II dan PAUD
Melati.
2) Guru PAUD Kenanga I memberikan penilainya dapat/terlaksana/baik terhadap
peningkatan pembelajaran kesehatan dan gizi anak usia dini hampir sama defenisi
operasional dengan Pengelola PAUD Kenanga II dan PAUD Melati.
3) Orangtua PAUD Kenanga I memberikan penilaiannya paham/ dilaksanakan/
menerapkan terhadap peningkatan pembelajaran kesehatan dan gizi anak usia
dini bila dibandingkan dengan orangtua PAUD Pengelola II dan PAUD Melati
4) Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Puskesmas, Bappeda, Pengelola, Tenaga
Pendidik, dan orang tua memberikan penilainya menarik/
tepat/sesuai/dipahami/bermanfaat/lengkap/baik terhadap peningkatan
pembelajaran kesehatan dan gizi anak usia dini
IV. PENUTUP
a. Kesimpulan
Harapan agar semua pihak atau komponen yang terlibat dalam memahami subtansi, isi
makalah ini. Masing-masing pihak merealisasikan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
pengembangan dan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dipedomani dan
dilaksanakan.
Harapan adalah Agar dengan makalah ini Anak-Anak PAUD atau AUD dapat
meningkatkan kesehatan dan gizinya yang optimal atau baik, dapat tercegah adanya stunting
atau kesehatan yang buruk dan dapat mengantisipasi atas kesehatan yang buruk yang
kemungkinan datang atau ada. Makalah ini menjadi sarana bagi pihak pemerintah setempat
dan jajarannya untuk investasi bagi kemajuan pembangunan di daerah melalui investasi
kepada anak-anak PAUD atau AUD karena merekalah generasi yang baik, generasi emas
yang harus dibina, dididik, dibentuk sehingga dapat menjadi SDM yang berkualitas dan
menjadi SDM pembangunan yang berkualitas serta membawa hasil pembangunan yang
berkualitas dan sejahtera.
Harapan lain adalah agar makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh para
pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan sehingga daerah ini menjadi

22
sumber dan contoh pembangunan sumberdaya manusia usia dini khususnya dibidang
kesehatan dan gizi yang berkualitas dan menjadi sumber informasi nasional tentang
pembangunan pendidikan yang terintegrasi dengan kesehatan dan gizi sehingga menjadi
daerah yang berhasil dalam penanggulangan stunting bagi anak usia dini.
b. Saran
1. Beberapa hal yang masih menjadi kelemahan supaya diperhatikan bagi pengembang
model untuk secara maksimal diperbaiki
2. Beberapa hal yang belum tegas supaya menjadi bahan diskusi pengembang dan
pelaksana ujicoba serta pihak terkait supaya lebih baik
3. Makalah dapat dilanjutkan dengan harapan nantinya menjadi makalah pembelajaran
kesehatan dan gizi anak usia dini dalam penanggulangan stunting baik dan layak
untuk dipergunakan atau aplikasikan.
4. Masing-masing pihak mempunyai kemauan yang sungguh-sungsuh untuk
mewujudkan tingkat pencapaian kesehatan dan gizi anak yang seimbang.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

23
Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 02 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis
Pengembangaan Model Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat 2016.
Direktorat Jendral PAUD dan Dikmas.
100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk intervensi Anak Kerdil (Stunting) tahun, Cetakan
Pertama, Agustus 2017
www, pengertianmenurutparaahli.com, tanggal 17 Mei 2018
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini,
Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal Dan Informal Departemen Pendidikan
Nasional 2008
Model Penyelenggaraan Program Pos PADU (Padu Terintegrasi BKB/Posyandu) hand out,
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Dan
Pemuda Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2014
http://paud-azaria.blogspot.com/p/standar-kompetensi-anak-usia-dini.html

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nomor 146 tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Nutrisi Sang Buah Hati Bukti Cinta Ibu Cerdas, Yohanes Andy Rias. S.Kep,,Ns M.Kep 2014
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Holistik Integratif di Satuan Pendidikan, Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015
Peraturan Pemerintah Nomor 2/2018, Standar Pelayanan Minimal

24
18

Anda mungkin juga menyukai