Anda di halaman 1dari 21

DEKRIT (Jurnal Magister Ilmu Hukum)

https://jurnal.fhubhara.com/index.php/dekrit
Vol. 13 No. 1, (2023)
https://doi.org/10.56943/dekrit.v13n1.137
ISSN (1978-6336)

DINAMIKA OVERLAPPING KEWENANGAN DPR DAN


PRESIDEN DALAM PEMBENTUKAN KEBIJAKAN NEGARA

Elva Imeldatur Rohmah


UIN Sunan Ampel Surabaya
elva.imeldatur.rohmah@uinsby.ac.id

ABSTRAK

Beberapa lembaga negara di Indonesia memiliki kewenangan yang tumpang tindih satu
sama lain, seperti DPR dan Presiden dalam hal pembentukan kebijakan negara. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dinamika overlapping kewenangan DPR dan Presiden
dalam pembentukan kebijakan negara. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
hukum normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan dan konseptual.
DPR dan Presiden memiliki peran yang sangat penting dalam pembuatan kebijakan
negara. Namun, kewenangan keduanya dalam pembuatan kebijakan negara sering kali
tumpang tindih. Menurut teori pemisahan kekuasaan, masing-masing cabang kekuasaan
harus memiliki fungsi dan tugas yang jelas dan terpisah.Sedangkan Indonesia menganut
prinsip distribution of power yang mengakibatkan adanya overlapping kewenangan antar
lembaga negara. Penerapan konsep check and balances dan prinsip akuntabilitas juga
dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi adanya overlapping kewenangan antara
DPR dan Presiden dalam membuat kebijakan negara. Konsep check and balances
memiliki tujuan untuk memastikan bahwa kekuasaan antara cabang kekuasaan tidak
saling menyalahgunakan atau tumpang tindih sehingga mampu mengatasi adanya
overlapping kewenangan antara DPR dan Presiden dalam membuat kebijakan negara.
Prinsip akuntabilitas juga dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi overlapping
kewenangan antara DPR dan Presiden dalam membuat kebijakan negara. Prinsip ini
mengacu pada kewajiban lembaga negara untuk bertanggung jawab atas keputusan dan
tindakan yang dilakukannya, baik terhadap publik maupun lembaga lain.

Kata Kunci: Overlapping, DPR, Presiden, Kebijakan Negara


Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

ABSTRACT
Several state institutions in Indonesia have overlapping authority, such as the DPR and
the President in terms of forming state policies. This study aims to analyze the dynamics
of the overlapping powers of the DPR and the President in forming state policies using
normative legal research that utilizes statutory and conceptual approaches. The DPR and
the President play important roles in making state policies, but their authorities often
overlap. According to the theory of separation of powers, each branch of power should
have clear and separate functions and duties. However, Indonesia adheres to the principle
of distribution of power, resulting in overlapping authorities between state institutions.
To overcome this overlap, the concepts of checks and balances and the principle of
accountability can be applied. Checks and balances ensure that power between branches
of government is not abused or overlapped. Meanwhile, accountability refers to the
obligation of state institutions to be responsible for their decisions and actions, both
towards the public and other institutions.

Keywords: Overlapping, DPR, President, State Policy

Pendahuluan masing lembaga, serta memunculkan


Di Indonesia terdapat banyak persaingan dan konflik antar lembaga.
lembaga negara yang memiliki kewenangan Selain itu, tumpang tindihnya kewenangan
yang tumpang tindih satu sama lain. ini juga dapat menimbulkan tidak jelasan
Kondisi ini bisa menimbulkan berbagai dan kebingungan dalam hal siapa yang
masalah, terutama dalam hal pengambilan bertanggung jawab atas suatu keputusan
keputusan dan pelaksanaan kebijakan. atau tindakan.1
Beberapa contoh lembaga negara yang DPR dan Presiden adalah dua
memiliki kewenangan tumpang tindih lembaga negara yang memiliki peran dan
adalah DPR dan Presiden, Mahkamah fungsi penting dalam sistem
Konstitusi dan Mahkamah Agung, Komisi pemerintahan Indonesia.2 DPR (Dewan
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Perwakilan Rakyat) adalah lembaga
kepolisian, serta BPK dan Badan Pengawas legislatif yang memiliki tugas dan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). wewenang untuk membuat undang-
Tumpang tindihnya kewenangan ini bisa undang, mengesahkan anggaran negara,
menyebabkan kurang efektifnya serta melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi masing- pelaksanaan kebijakan pemerintah.

1
Dani Muhtada and Dan Ayon Diniyanto, “Penataan Legislatif Menurut Undang-Undang Dasar Negara
Regulasi Di Indonesia Melalui Lembaga Independen,” Republik Indonesia 1945,” Limbago: Journal of
Pandecta 16, no. 2 (2021): 279, Constitutional Law 1, no. 1 (2021): 154, https://online-
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta. journal.unja.ac.id/Limbago/article/view/8643.
2 Erik Santio and Bahder Johan Nasution, “Analisis

Kewenangan Presiden Republik Indonesia Di Bidang


49
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

Sebagai perwakilan rakyat, DPR bertugas kebijakan dan tujuan pembangunan


untuk memperjuangkan kepentingan negara. DPR sebagai lembaga legislatif
rakyat dan mengawal jalannya demokrasi memiliki kewenangan untuk menetapkan
di Indonesia.3 Presiden adalah kepala undang-undang. Dalam proses legislasi,
negara dan pemerintahan yang memiliki DPR berperan sebagai inisiator
tugas dan wewenang untuk menjalankan pembentukan undang-undang dan juga
roda pemerintahan, menjaga keamanan bertanggung jawab untuk membahas dan
dan ketertiban masyarakat, serta menetapkan rancangan undang-undang
membawa kemajuan dan kesejahteraan tersebut.5 Namun, Presiden juga memiliki
bagi rakyat Indonesia. Dalam peran penting dalam proses legislasi
pelaksanaan tugasnya, Presiden bekerja karena memiliki hak veto yang dapat
sama dengan menteri-menteri yang digunakan untuk menolak undang-
membentuk kabinet pemerintahan. undang yang telah disetujui oleh DPR.
Menteri-menteri ini ditunjuk oleh Ketika DPR dan Presiden memiliki
Presiden dan bertanggung jawab kepentingan yang berbeda dalam proses
langsung kepada Presiden.4 legislasi, hal ini bisa mengakibatkan
Dalam praktiknya, terjadi dinamika konflik antara kedua institusi tersebut.
kekuasaan antara DPR dan Presiden yang Misalnya, DPR dapat mengajukan
tumpang tindih. Hal ini bisa terjadi rancangan undang-undang yang
karena adanya perbedaan pandangan atau bertentangan dengan kebijakan yang
tujuan antara kedua lembaga tersebut ingin dijalankan oleh pemerintah atau
dalam mengambil keputusan atau kepentingan politik tertentu. Sebaliknya,
kebijakan tertentu. Terkait dengan proses Presiden dapat menggunakan hak veto
legislasi, DPR dan Presiden sering kali untuk menolak undang-undang yang
memiliki kepentingan yang berbeda telah disetujui oleh DPR jika dianggap
dalam menetapkan suatu undang-undang. bertentangan dengan kebijakan
Hal ini disebabkan oleh perbedaan pemerintah.6
pandangan dan prioritas dalam hal

3
Meigel Rio M Lombo, “Fungsi Dewan Perwakilan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Setelah
Rakyat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Setelah Amandemen,” Ensiklopedia of Journal 3, no. 5 (2021):
Amandemen Uud 1945,” Lex Et Societatis IV, no. 2 75–76.
(2016): 50. 6
I Gede Yusa dan Bagus Hermanto, “Gagasan
4 Oleh Dhanang and Alim Maksum, “Tugas Dan Fungsi Rancangan Undang-Undang Lembaga Kepresidenan :
Wakil Presiden Di Indonesia,” Lex Crimen 4, no. 1 Cerminan Penegasan Dan Penguatan Sistem
(2015): 125. Presidensiil Indonesia,” Jurnal Legislasi Indonesia 14,
5 Basrial Zuhri, “Peranan Dewan Perwakilan Rakyat no. 2 (2017): 319,
Dalam Pembentukan Undang-Undang Menurut https://doi.org/10.54629/jli.v14i3.119.
50
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

DPR sebagai lembaga yang institusi tersebut. Sebagai contoh, DPR


memiliki kewenangan anggaran harus bisa saja menolak rancangan anggaran
menyetujui rencana anggaran yang yang diajukan oleh pemerintah karena
diajukan oleh pemerintah.7 Namun, dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan
Presiden sebagai kepala pemerintahan masyarakat atau tidak transparan.
memiliki kewenangan untuk menetapkan Sementara itu, Presiden bisa saja
kebijakan dan program prioritas melakukan veto terhadap undang-undang
pemerintah yang membutuhkan alokasi yang telah disetujui oleh DPR jika dirasa
anggaran yang besar.8 Sering kali terjadi bertentangan dengan kebijakan
konflik antara DPR dan Presiden dalam pemerintah.10
menetapkan anggaran dan kebijakan Metode Penelitian
tertentu di Indonesia. Konflik tersebut Penelitian ini termasuk dalam jenis
terjadi karena kedua institusi tersebut penelitian hukum normatif yang
memiliki peran dan kewenangan yang menggunakan pendekatan perundang-
berbeda dalam sistem pemerintahan undangan dan konseptual. Penelitian
Indonesia. DPR sebagai lembaga hukum normatif adalah penelitian yang
legislatif memiliki kewenangan untuk fokus pada analisis terhadap peraturan
menetapkan undang-undang dan hukum yang berlaku atau yang
mengawasi kinerja pemerintah, termasuk seharusnya berlaku.11 Dalam penelitian
dalam hal pengelolaan anggaran negara.9 ini, peneliti akan melakukan analisis
Sementara itu, Presiden sebagai kepala terhadap peraturan hukum yang mengatur
eksekutif memiliki kewenangan untuk tentang kewenangan DPR dan Presiden
mengeksekusi kebijakan-kebijakan yang dalam pembentukan kebijakan negara.
telah ditetapkan oleh DPR. Ketika DPR Selain itu, penelitian hukum normatif
dan Presiden memiliki pandangan yang juga mencakup analisis terhadap konsep-
berbeda dalam menetapkan anggaran dan konsep hukum dan teori-teori hukum
kebijakan tertentu, hal ini bisa yang terkait dengan topik penelitian.
mengakibatkan konflik antara kedua

7
Elva Imeldatur Rohmah, “Fungsi Legislasi Dpr Dan Memperkuat Sistem Presidensial Di Indonesia,”
Dpd Perspektif Maslahah Mursalah (Implikasi Putusan Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum 4, no. 2 (2020):
Mahkamah Konstitusi Nomor 92/Puu-X/2012),” 220, https://doi.org/10.24246/jrh.2020.v4.i2.p217-238.
Ummul Quro XI, no. 1 (2018): 18. 10
Faharudin, “Prinsip Checks and Balances Ditinjau
8 Yutirsa Yunus and Reza Faraby, “Reduksi Fungsi Dari Sisi Dan Praktik,” Jurnal Hukum Volkgeist 1, no.
Anggaran DPR Dalam Kerangka Checks and 2 (2017): 125–26.
Balances,” Jurnal Yudisial 7, no. 2 (2014): 194. 11 S. Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu
9 Putu Eva Ditayani Antari, “Implementasi Fungsi Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 36.
Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Upaya
51
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

Pendekatan perundang-undangan dengan pemisahan kekuasaan dalam


digunakan dalam penelitian ini untuk pembentukan kebijakan negara.13 Dalam
menganalisis peraturan-peraturan hukum penelitian ini, peneliti akan menggunakan
yang berlaku terkait dengan kewenangan pendekatan perundang-undangan dan
DPR dan Presiden dalam pembentukan konseptual untuk mengevaluasi tumpang
kebijakan negara. Selanjutnya dilakukan tindih kekuasaan antara DPR dan
evaluasi terkait sejauh mana kebijakan Presiden dalam pembentukan kebijakan
negara yang dibentuk oleh DPR dan negara dan menentukan solusi yang tepat
Presiden sudah sesuai dengan prinsip untuk menyelesaikan masalah tersebut.
pemisahan kekuasaan dalam sistem Kewenangan DPR Dalam Sistem
pemerintahan demokratis. Oleh karena Ketatanegaraan Indonesia
itu, penelitian ini akan menganalisis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
peraturan perundang-undangan terkait merupakan lembaga legislatif di
dengan tugas dan tanggung jawab DPR Indonesia yang mewakili kepentingan
dan Presiden, serta mengkaji konsep- rakyat dalam proses pembuatan kebijakan
konsep teoritis seperti pemisahan negara.14 Sejarah keberadaan DPR di
kekuasaan, checks and balances, dan Indonesia cukup panjang dan melalui
akuntabilitas. beberapa tahapan penting. Pada masa
Penelitian hukum normatif kolonial Belanda, Indonesia memiliki
bertujuan untuk mengembangkan atau Dewan Volksraad yang dibentuk pada
menegakkan hukum dengan menguji tahun 1918. Dewan ini merupakan badan
kecocokan suatu fenomena hukum perwakilan yang ditunjuk oleh
dengan nilai-nilai hukum yang berlaku.12 pemerintah Belanda untuk mewakili
Pendekatan perundang-undangan kepentingan rakyat Hindia Belanda.
digunakan untuk mempelajari dan Namun, anggota dewan ini hanya terdiri
menganalisis peraturan-peraturan hukum dari kalangan elit dan tidak mewakili
yang terkait dengan pembentukan seluruh lapisan masyarakat.15
kebijakan negara, sementara pendekatan Setelah Indonesia merdeka pada
konseptual digunakan untuk mengkaji tahun 1945, maka dibentuklah Majelis
konsep-konsep teoritis yang terkait Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai

12 Soekanto, 36. 15Maftuhin, Sumarjono, and Nurul Umamah, “The


13 Soekanto, 51. Movement Of Sarekat Islam’s Politics In Struggling
14 Taufik Hidayat, “Penerapan Sistem Soft Bikameral National Independence In 1918-1945,” Jurnal
Dalam Parlemen Di Indonesia,” JOM Fakultas Hukum Historica 1, no. 2 (2017): 244.
2, no. 2 (2015): 2.
52
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

lembaga tertinggi negara. MPR yang pemerintah.17 Hal ini dituangkan dalam
dibentuk berdasarkan Undang-Undang amendemen UUD 1945. Saat ini, DPR
Dasar 1945 (UUD 1945) bertugas sebagai terdiri dari 575 anggota yang terpilih
lembaga perwakilan rakyat dan lembaga melalui pemilihan umum setiap lima
pembuat undang-undang. Pada awal tahun sekali. Kewenangan dan kekuasaan
pembentukannya, MPR terdiri dari dua yang dimiliki oleh DPR di Indonesia
kamar, yaitu Dewan Konstituante dan diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). (UUD 1945) dan berbagai peraturan
Namun, setelah terjadi kontroversi dalam perundang-undangan yang terkait.
pembuatan konstitusi pada tahun 1959, Peraturan perundang-undangan terkait
maka DPR dan Dewan Konstituante kewenangan DPR diatur dalam beberapa
dibubarkan. Kemudian, pada tahun 1960, undang-undang, antara lain:
DPR diganti namanya menjadi Majelis 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
Permusyawaratan Rakyat Sementara 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan
(MPRS) yang bertugas sebagai lembaga DPRD (UU MD3). UU ini mengatur
negara tertinggi selama masa transisi ke mengenai fungsi, tugas, kewenangan,
arah demokrasi yang lebih sempurna. dan kelembagaan DPR serta tentang
Pada tahun 1966, MPRS kembali menjadi tata tertib DPR.18
DPR dengan kembali berfungsi sebagai 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
lembaga perwakilan rakyat dan lembaga 2011 tentang Pembentukan Peraturan
pembuat undang-undang seperti yang Perundang-Undangan (UU PPP). UU
tercantum dalam UUD 1945.16 ini mengatur mengenai proses
Pada era reformasi tahun 1998, pembentukan peraturan perundang-
DPR diubah menjadi lembaga perwakilan undangan, termasuk proses
rakyat yang bersifat multi partai dan pembentukan undang-undang oleh
bersifat independen dengan memperkuat DPR.19
sistem check and balances terhadap

16 Widayati Widayati, “Sistem Parlemen Berdasarkan Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Konstitusi Indonesia,” Masalah-Masalah Hukum 44, Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
no. 4 (2015): 420, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
https://doi.org/10.14710/mmh.44.4.2015.415-424. Rakyat Daerah.
17
Arief Hidayat, “Perkembangan Partai Politik Pada 19
Diubah dengan UU No. 13 Tahun
Masa Orde Baru (1966-1998),” Jurnal Ilmiah Mimbar 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Demokrasi 17, no. 2 (2018): 163, Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
https://doi.org/10.21009/jimd.v17i2.9090. Perundang-Undangan.
18 Diubah dengan UU No. 13 Tahun
2019 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
53
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun umum DPR memiliki kewenangan dan


2014 tentang Pemerintahan Daerah kekuasaan dalam tiga aspek utama, yaitu
(UU Pemda). UU ini mengatur legislasi, anggaran, dan pengawasan.
mengenai kewenangan DPRD dan Dalam menjalankan fungsi legislasi, DPR
DPR terkait dengan pembentukan dan memiliki kewenangan untuk membuat
pengesahan peraturan daerah.20 dan mengesahkan undang-undang.
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun Undang-undang yang dihasilkan oleh
2003 tentang Keuangan Negara (UU DPR ini nantinya akan menjadi dasar
Keuangan Negara). UU ini mengatur hukum yang mengatur berbagai aspek
mengenai kewenangan DPR dalam kehidupan masyarakat, seperti ekonomi,
menetapkan anggaran negara. politik, sosial, dan budaya.22 DPR
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun memiliki kewenangan untuk menetapkan
2014 tentang Aparatur Sipil Negara anggaran negara, yaitu Rencana
(UU ASN). UU ini mengatur Anggaran Pendapatan dan Belanja
mengenai tugas dan fungsi DPR Negara (RAPBN) serta menetapkan
terkait dengan pengawasan terhadap peraturan perpajakan.23 Selanjutnya,
kebijakan pemerintah dan pelayanan DPR memiliki kewenangan untuk
publik. melakukan pengawasan terhadap kinerja
Selain itu, DPR juga harus pemerintah. Hal ini dilakukan dengan
mematuhi aturan lainnya yang terkait cara melakukan hak interpelasi, hak
dengan tata kelola parlemen yang baik, angket, hak penyelidikan, dan hak
seperti Peraturan DPR dan Tata Tertib menyetujui atau menolak
DPR. Peraturan-peraturan tersebut pertanggungjawaban pemerintah atas
mengatur tentang mekanisme pelaksanaan APBN. Dalam
pembentukan, tata cara pengambilan melaksanakan kewenangan dan
keputusan, dan tata cara penyelenggaraan kekuasaannya, DPR juga tunduk pada
rapat-rapat di DPR.21 Sebagaimana berbagai batasan dan kendala hukum.24
tercantum dalam UUD 1945, secara Misalnya, DPR tidak boleh membuat

20
Diubah dengan UU No. 9 Tahun 23
Lombo, “Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Dalam
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Penyelenggaraan Pemerintahan Setelah Amandemen
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Uud 1945,” 51.
21
Lombo, “Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Dalam 24
Antari, “Implementasi Fungsi Pengawasan Dewan
Penyelenggaraan Pemerintahan Setelah Amandemen Perwakilan Rakyat Dalam Upaya Memperkuat Sistem
Uud 1945,” 51–52. Presidensial Di Indonesia,” 226.
22 Rohmah, “Fungsi Legislasi Dpr Dan Dpd Perspektif

Maslahah Mursalah (Implikasi Putusan Mahkamah


Konstitusi Nomor 92/Puu-X/2012),” 24.
54
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

undang-undang yang bertentangan sidang parlemen atau melalui pernyataan


dengan UUD 1945. Selain itu, DPR juga publik. Selain itu, presiden juga
tidak boleh melakukan tindakan-tindakan menetapkan kebijakan melalui
yang merugikan kepentingan negara dan keputusan-keputusan tertulis dan
masyarakat. Selain itu, DPR juga tunduk instruksi-instruksi yang dikeluarkan
pada berbagai aturan terkait dengan etika kepada menteri-menteri dan lembaga-
dan tata kelola parlemen yang baik. lembaga pemerintah yang terkait.
Kewenangan Presiden Dalam Sistem Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
Ketatanegaraan Indonesia oleh presiden harus sesuai dengan arah
Presiden adalah kepala negara dan kebijakan yang telah disepakati oleh
pemerintahan di Indonesia. Kewenangan pemerintah dan juga harus
dan keberadaan presiden di Indonesia mempertimbangkan kondisi dan
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 kebutuhan masyarakat serta aspek
(UUD 1945) dan peraturan perundang- keamanan dan stabilitas nasional.
undangan terkait lainnya. Sebagaimana Kebijakan-kebijakan tersebut juga harus
diatur dalam UUD 1945, presiden selaras dengan Undang-Undang dan
memiliki kewenangan dalam bidang peraturan perundang-undangan yang
eksekutif, yaitu sebagai pemegang berlaku di Indonesia. Dalam hal ekonomi,
kekuasaan tertinggi dalam presiden memiliki kewenangan untuk
penyelenggaraan pemerintahan negara. menetapkan kebijakan yang dapat
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang- memajukan perekonomian nasional,
Undang Dasar 1945 (UUD 1945), menciptakan lapangan kerja, dan
Presiden memiliki kewenangan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
menetapkan kebijakan umum Sedangkan dalam bidang politik,
pemerintahan negara, termasuk kebijakan presiden memiliki kewenangan untuk
dalam bidang ekonomi, politik, sosial, menetapkan kebijakan yang dapat
dan budaya.25 memperkuat sistem demokrasi dan
Dalam praktiknya, presiden kelembagaan negara, serta mendorong
biasanya menetapkan kebijakan- partisipasi aktif masyarakat dalam proses
kebijakan strategis melalui pidato politik. Dalam bidang sosial dan budaya,
kenegaraan pada setiap pembukaan presiden memiliki kewenangan untuk

25 Septiana Rizco Nurfaizi, “Kepala Negara Dalam 2 (2020): 234–35,


Sistem Ketatanegaraan Indonesia Perspektif Siyasah https://doi.org/10.35905/diktum.v18i2.1409.
Islam,” DIKTUM: Jurnal Syariah Dan Hukum 18, no.
55
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

menetapkan kebijakan yang dapat persetujuan. Namun, jika di kemudian


meningkatkan kesejahteraan sosial dan hari seorang menteri dianggap tidak
memajukan kebudayaan nasional. sesuai dengan kebijakan pemerintah atau
Misalnya, dengan memperkuat program- melanggar hukum, presiden memiliki
program peningkatan kesehatan, kewenangan untuk memberhentikannya.
pendidikan, dan kesejahteraan sosial, Hal ini diatur dalam Pasal 17C ayat (2)
serta mempromosikan kebudayaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa
Indonesia di tingkat nasional maupun "Presiden memegang kekuasaan untuk
internasional.26 memberhentikan menteri-menteri."
Presiden memiliki kewenangan Pemberhentian menteri biasanya
untuk menunjuk dan memberhentikan dilakukan melalui Surat Keputusan
menteri-menteri yang akan membantu Presiden yang diumumkan secara resmi
dalam penyelenggaraan pemerintahan kepada publik. Jika ada menteri yang
negara. Dalam UUD 1945, kewenangan diberhentikan, presiden dapat
presiden untuk menunjuk menteri- menggantikannya dengan menteri baru
menteri tersebut diatur dalam Pasal 17C atau menugaskan salah satu menteri yang
ayat (1) yang menyatakan bahwa masih menjabat untuk mengambil alih
"Presiden memegang kekuasaan untuk tugas dan tanggung jawab menteri yang
membentuk kabinet dan menunjuk telah diberhentikan tersebut.28
menteri-menteri."27 Dalam praktiknya, Presiden memiliki kewenangan
presiden biasanya membentuk kabinet untuk mengeluarkan Peraturan
melalui proses seleksi dan penjaringan Pemerintah (PP) yang mengatur
calon-calon menteri yang dilakukan pelaksanaan Undang-Undang (UU).
secara teliti dan transparan. Setelah itu, Kewenangan ini diatur dalam Pasal 17
presiden akan menunjuk menteri-menteri UUD 1945 yang menyatakan bahwa
tersebut melalui Surat Keputusan "Presiden dengan persetujuan DPR dapat
Presiden (SKP) yang kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah
diserahkan ke DPR untuk mendapat untuk menjalankan UUD." PP adalah

26 Lutfil Ansori, “Haluan Negara Sebagai Pedoman Ilmiah Hukum 20, no. 1 (2017): 33,
Kebijakan Dasar Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan https://doi.org/10.33096/aijih.v20i1.5.
Indonesia: Sebuah Tinjauan Filsafat Kenegaraan,” 28
Muhammad Adi Yusrizal Syaputra, “Koalisi Partai
Justicia Islamica 16, no. 1 (2019): 83–84, Politik Di Kabinet: Antara Penguatan Lembaga
https://doi.org/10.21154/justicia.v16i1.1613. Kepresidenan Atau Politik Balas Budi,” Jurnal
27 Muslimin Budiman, “Kekuasaan Presiden Dalam Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law
Sistem Pemerintahan Presidensil,” Al-Ishlah : Jurnal Journal) 9, no. 1 (2020): 115,
https://doi.org/10.24843/jmhu.2020.v09.i01.p08.
56
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

peraturan yang diterbitkan oleh presiden Selain itu, Pasal 12 ayat (1) UU No. 24
untuk mengatur pelaksanaan UU, yang Tahun 2007 tentang Penanggulangan
biasanya diatur dalam undang-undang Bencana juga menyatakan bahwa
secara umum. Dalam pembuatannya, presiden dapat menetapkan keadaan
presiden harus bekerja sama dengan DPR darurat bencana. Dalam pelaksanaannya,
dan memperhatikan saran dari Dewan penentuan keadaan darurat dilakukan
Perwakilan Daerah (DPD). Setelah melalui Surat Keputusan Presiden (SKP)
disetujui oleh DPR, PP harus yang kemudian diumumkan secara resmi
diundangkan secara resmi dan menjadi kepada publik. Dalam keadaan darurat,
landasan hukum bagi penyelenggaraan presiden memiliki kewenangan untuk
pemerintahan negara. PP memiliki mengambil tindakan-tindakan yang
kekuatan hukum yang sama dengan UU dianggap perlu untuk mengatasi situasi
dan berlaku secara nasional. Dalam darurat tersebut, termasuk mengambil
pelaksanaannya, PP harus sejalan dengan alih kendali dan penggunaan sumber daya
UUD 1945 dan tidak bertentangan yang ada. Namun, dalam menetapkan
dengan UU lainnya. Jika ada keadaan darurat, presiden harus
ketidaksesuaian antara PP dan UU, maka memperhatikan prinsip-prinsip
UU yang berlaku yang menjadi acuan demokrasi dan hak asasi manusia serta
dalam pelaksanaan pemerintahan melakukan koordinasi dan konsultasi
negara.29 dengan DPR dan Dewan Perwakilan
Presiden memiliki kewenangan Daerah (DPD). Selain itu, penegakan
untuk menetapkan keadaan darurat baik hukum harus tetap dilakukan dan tidak
dalam bentuk perang maupun dalam boleh dilanggar dalam keadaan apapun.30
keadaan yang mengancam keselamatan Presiden memiliki kewenangan
dan ketertiban masyarakat. Kewenangan untuk mengatur hubungan luar negeri
ini diatur dalam Pasal 7 UU No. 23 Tahun Indonesia dengan negara-negara lain dan
2019 tentang Pengelolaan Keuangan organisasi internasional. Kewenangan ini
Negara yang menyatakan bahwa presiden diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UUD 1945
berwenang menetapkan keadaan darurat. yang menyatakan bahwa presiden adalah

29
Muhammad Syarif Nuh Syarif Nuh, “Hakekat 30
Bagir Manan and Susi Dwi Harijanti, “Artikel
Keadaan Darurat Negara (State of Emergency) Sebagai Kehormatan: Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Dasar Pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Dalam Perspektif Ajaran Konstitusi Dan
Undang-Undang,” Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 18, Prinsip Negara Hukum,” PADJADJARAN Jurnal Ilmu
no. 2 (2011): 233–34, Hukum (Journal of Law) 4, no. 2 (2017): 233–35,
https://doi.org/10.20885/iustum.vol18.iss2.art5. https://doi.org/10.22304/pjih.v4n2.a1.
57
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

pemegang kekuasaan tertinggi dalam Presiden juga memiliki


menjalankan hubungan luar negeri dan kewenangan untuk menentukan
perdagangan internasional. Selain itu, kebijakan luar negeri Indonesia dalam
Pasal 4 ayat (2) UU No. 37 Tahun 1999 forum-forum internasional, seperti
tentang Hubungan Luar Negeri juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
mengamanatkan bahwa presiden adalah ASEAN, dan lain-lain.32 Hal ini
pemegang kekuasaan tertinggi dalam dilakukan untuk mempromosikan
penyelenggaraan hubungan luar negeri kepentingan nasional Indonesia dan
Indonesia. Dalam pelaksanaannya, memperjuangkan isu-isu yang dianggap
presiden bertanggung jawab atas penting bagi Indonesia dan dunia
pembuatan kebijakan dan strategi dalam internasional secara umum. Selain
menjalankan hubungan luar negeri kewenangan tersebut, presiden juga
Indonesia dengan negara-negara lain dan tunduk pada aturan-aturan dan kendala
organisasi internasional. Presiden juga hukum yang mengatur posisinya.
memiliki kewenangan untuk menunjuk Misalnya, presiden tidak boleh bertindak
duta besar dan pejabat tinggi lainnya yang di luar batas kewenangannya dan tidak
mewakili Indonesia di luar negeri, serta boleh bertentangan dengan UUD 1945
menerima duta besar dan pejabat tinggi dan peraturan perundang-undangan
negara lain yang berkunjung ke lainnya. Selain itu, presiden juga tunduk
Indonesia. Selain itu, presiden juga pada mekanisme pengawasan yang
memiliki kewenangan untuk dilakukan oleh lembaga-lembaga negara
menandatangani perjanjian internasional seperti DPR, Badan Pemeriksa Keuangan
dan membuat kesepakatan bilateral atau (BPK), dan Komisi Pemberantasan
multilateral dengan negara-negara lain. Korupsi (KPK).
Namun, dalam melakukan hal ini, Dalam konteks konstitusi
presiden harus memperhatikan Indonesia, DPR (Dewan Perwakilan
kepentingan nasional dan memastikan Rakyat) dan Presiden memiliki peran dan
bahwa kebijakan yang diambil tidak kewenangan yang berbeda dalam
bertentangan dengan UUD 1945 dan pembuatan kebijakan negara. DPR adalah
peraturan perundang-undangan lainnya.31 lembaga legislatif yang bertugas
membuat undang-undang dan mengawasi

31 Budiman, “Kekuasaan Presiden Dalam Sistem 32Elva Imeldatur Rohmah, “Perbandingan Sistem
Pemerintahan Presidensil,” 42. Pemerintahan Indonesia, Iran, Dan Perancis,” Jurnal
Ummul Qura XIII, no. 1 (2019): 128.
58
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

jalannya pemerintahan.33 DPR memiliki sosial. Dalam menjalankan tugas dan


kewenangan untuk membahas dan kewenangannya, DPR dan Presiden harus
menyetujui rancangan undang-undang bekerja sama secara efektif dan saling
yang diajukan oleh pemerintah atau menghormati. Keduanya memiliki peran
anggota DPR.34 Selain itu, DPR juga penting dalam memastikan pembuatan
memiliki kewenangan untuk memberikan kebijakan negara yang baik dan
persetujuan terhadap pengangkatan bermanfaat bagi seluruh rakyat
hakim Mahkamah Konstitusi dan Komisi Indonesia. Kewenangan antara Dewan
Yudisial.35 Presiden adalah kepala negara Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden
dan kepala pemerintahan, yang memiliki dalam pengambilan keputusan terkait
kewenangan eksekutif. Presiden kebijakan negara. Meskipun DPR
bertanggung jawab atas kebijakan dan memiliki kewenangan untuk
pengambilan keputusan penting dalam mengesahkan atau menolak rancangan
pemerintahan, termasuk dalam bidang undang-undang, namun Presiden
politik, ekonomi, dan keamanan. memiliki kewenangan untuk
Presiden juga memiliki kewenangan mengeluarkan peraturan pemerintah yang
untuk membentuk kabinet, mengangkat dapat memiliki kekuatan yang sama
dan memberhentikan menteri, serta dengan undang-undang.
mengeluarkan peraturan pemerintah Konstruksi hukum terkait
untuk melaksanakan undang-undang.36 kewenangan DPR dan Presiden dalam
DPR dan Presiden tidak beroperasi pembuatan kebijakan negara diatur dalam
secara independen dalam pembuatan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
kebijakan negara. Keduanya harus 1945) dan peraturan perundang-
mengacu pada konstitusi dan mekanisme undangan lainnya yang terkait. Pasal 20
demokrasi yang berlaku di Indonesia.37 dan Pasal 21 UUD 1945 mengatur
Kebijakan yang dihasilkan harus tentang kewenangan DPR dalam
menghormati hak asasi manusia, membuat undang-undang. DPR
demokrasi, dan prinsip-prinsip keadilan mempunyai kewenangan untuk

33
Santio and Nasution, “Analisis Kewenangan Presiden 27/PUU-XI/2013,” Lex Administratum VIII, no. 7
Republik Indonesia Di Bidang Legislatif Menurut (2019): 123.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 36
Santio and Nasution, “Analisis Kewenangan Presiden
1945,” 156. Republik Indonesia Di Bidang Legislatif Menurut
34 Lombo, “Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Penyelenggaraan Pemerintahan Setelah Amandemen 1945,” 153–54.
Uud 1945,” 48. 37 Budiman, “Kekuasaan Presiden Dalam Sistem
35 Sindi Marita Tora, “Kewenangan DPR Dalam Pemerintahan Presidensil,” 38.
Rekrutmen Hakim Agung Pasca Putusan MK No.
59
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

mengubah atau menetapkan undang- Peraturan Perundang-Undangan dan


undang sesuai dengan kebutuhan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
masyarakat dan bangsa Indonesia. Pasal tentang Keuangan Negara.39
20 ayat (1) menyebutkan bahwa DPR Dalam prakteknya, DPR dan
mempunyai kewenangan membahas dan Presiden juga memiliki mekanisme
menetapkan rancangan undang-undang internal dan prosedur yang ditetapkan
bersama dengan Presiden. Sedangkan oleh masing-masing lembaga. DPR
Pasal 20 ayat (2) menyebutkan bahwa memiliki mekanisme internal seperti
setiap undang-undang harus disetujui Komisi dan Badan Legislasi untuk
oleh DPR dan ditandatangani oleh membahas rancangan undang-undang,
Presiden untuk diundangkan.38 sedangkan Presiden memiliki mekanisme
Selain itu, Pasal 22 UUD 1945 internal seperti Kabinet untuk membahas
mengatur tentang kewenangan Presiden kebijakan dan peraturan pemerintah.
dalam melakukan tugas pemerintahan. Secara keseluruhan, konstruksi hukum
Presiden mempunyai kewenangan terkait kewenangan DPR dan Presiden
eksekutif yang meliputi pengangkatan dalam pembuatan kebijakan negara diatur
dan pemberhentian menteri, membentuk dalam UUD 1945 dan peraturan
kabinet, dan mengeluarkan peraturan perundang-undangan lainnya yang
pemerintah. Namun, Pasal 22 ayat (4) terkait, serta diatur oleh mekanisme
juga mengatur bahwa peraturan internal dan prosedur masing-masing
pemerintah yang dikeluarkan oleh lembaga. Keduanya harus bekerja sama
Presiden tidak boleh bertentangan dengan dan saling menghormati kewenangan
undang-undang yang lebih tinggi. Selain masing-masing untuk memastikan
UUD 1945, terdapat peraturan pembuatan kebijakan negara yang baik
perundang-undangan lainnya yang dan bermanfaat bagi seluruh rakyat
mengatur tentang kewenangan DPR dan Indonesia.40
Presiden dalam pembuatan kebijakan Overlapping Kewenangan DPR dan
negara, seperti Undang-Undang Nomor Presiden dalam Pembuatan Kebijakan
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Negara

38
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara 40
Sapri, Lauddin Marsuni, and Askari Razak, “Hakikat
Pasca Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kencana, Tenaga Ahli Dewan Perwakilan Rakyat Republik
2020), 216–17. Indonesia Dalam Pembentukan Undang-Undang,”
39 A. Rosyid Al Atok, “Penguatan Kedudukan Dan Journal of Lex Generalis (JLS) 3, no. 3 (2022): 1446–
Pembatasan Kekuasaan Presiden Dalam Perubahan 47.
UUD 1945,” Jarnal Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan 24, no. 1 (2011): 4.
60
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

Dalam pembuatan kebijakan dengan UU yang lebih tinggi, dan DPR


negara, DPR dan Presiden memiliki dapat mengawasi dan mengevaluasi
dinamika kewenangan yang dapat pelaksanaan PP tersebut.42
mempengaruhi proses dan hasil Dalam dinamika kewenangan ini,
pembuatan kebijakan. Salah satu aspek terdapat beberapa potensi konflik antara
penting dalam hal ini adalah pengesahan DPR dan Presiden. DPR dapat merasa
undang-undang (UU) dan kekuatan tidak puas jika UU yang disahkan tidak
peraturan pemerintah (PP). Dalam hal dilaksanakan secara efektif oleh
pengesahan UU, DPR memiliki peran pemerintah, atau jika PP yang
penting sebagai lembaga legislatif yang dikeluarkan oleh Presiden tidak sesuai
memiliki kewenangan untuk membuat dengan UU yang telah disahkan. Di sisi
dan menyetujui rancangan UU. DPR lain, Presiden dapat merasa terbatas
membahas dan memutuskan rancangan dalam melakukan kebijakan jika tidak
UU tersebut melalui beberapa tahapan, memiliki dukungan dari DPR dalam hal
termasuk pembahasan di Komisi dan pengesahan UU yang dibutuhkan. Oleh
Sidang Paripurna. Setelah disetujui oleh karena itu, penting bagi DPR dan
DPR, UU dikirim ke Presiden untuk Presiden untuk saling bekerja sama dan
ditandatangani dan disahkan. Setelah menghargai kewenangan masing-masing
disahkan, UU memiliki kekuatan hukum dalam pembuatan kebijakan negara.
yang mengikat semua pihak, termasuk Keduanya harus memastikan bahwa
pemerintah dan masyarakat.41 Namun, kebijakan yang dihasilkan menghormati
dalam hal peraturan pemerintah (PP), konstitusi dan prinsip-prinsip demokrasi,
Presiden memiliki kewenangan yang serta bermanfaat bagi seluruh rakyat
lebih besar dibandingkan DPR. Presiden Indonesia.
dapat mengeluarkan PP untuk DPR dan Presiden memiliki peran
melaksanakan UU dan mengatur tata cara yang sangat penting dalam pembuatan
pelaksanaannya. PP memiliki kekuatan kebijakan negara.43 Namun, kewenangan
hukum yang sama dengan UU, tetapi keduanya dalam pembuatan kebijakan
tidak memerlukan persetujuan DPR. negara sering kali tumpang tindih atau
Namun, PP tidak boleh bertentangan saling overlapping. Dinamika

41 Faharudin, “Prinsip Checks and Balances Ditinjau 43 Wawan Risnawan, “Peran Dan Fungsi Infrastruktur
Dari Sisi Dan Praktik,” 126. Politik Dalam Pembentukan Kebijakan Publik,”
42 Niken Wahyuning Retno Mumpuni, “Sistem Kinerja Dinamika Administrasi Publik 4, no. 3 (2017): 513,
Lembaga Legislatif Dalam Proses Policy-Making,” https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/dinamika/article/v
Literasi Hukum 3, no. 2 (2019): 21. iew/1952/1588.
61
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

kewenangan ini merupakan isu yang eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Teori
kompleks dan harus ditangani secara ini merupakan salah satu prinsip dasar
bijaksana agar kebijakan negara dapat dalam sistem pemerintahan demokratis.
dihasilkan secara efektif dan efisien. Menurut teori pemisahan kekuasaan,
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, masing-masing cabang kekuasaan harus
DPR dan Presiden memiliki kewenangan memiliki fungsi dan tugas yang jelas dan
yang berbeda dalam pembuatan terpisah, serta harus saling mengawasi
kebijakan negara. DPR memiliki dan seimbang dalam melaksanakan
kewenangan dalam membuat undang- tugasnya. Dalam hal ini, kekuasaan
undang, mengesahkan anggaran, dan legislatif (yang diwakili oleh DPR)
melakukan pengawasan terhadap kinerja bertanggung jawab untuk membuat
pemerintah.44 Sedangkan Presiden undang-undang, sementara kekuasaan
memiliki kewenangan dalam menetapkan eksekutif (yang diwakili oleh Presiden)
kebijakan, mengajukan RUU, dan bertanggung jawab untuk menjalankan
melakukan pelaksanaan kebijakan yang undang-undang tersebut. Kedua
telah disetujui oleh DPR.45 Namun, kekuasaan ini harus bekerja sama dan
dalam praktiknya, kewenangan kedua saling mengawasi dalam rangka
lembaga sering kali tumpang tindih. mencapai tujuan bersama, yaitu
Misalnya, DPR memiliki kewenangan mewujudkan kepentingan rakyat.46
untuk mengusulkan RUU, sementara Namun, dalam praktiknya, sering kali
Presiden memiliki kewenangan untuk terjadi overlapping kekuasaan antara
mengajukan RUU ke DPR. Hal ini dapat DPR dan Presiden dalam pembentukan
menyebabkan terjadinya persaingan kebijakan negara. Hal ini dapat terjadi
antara kedua lembaga dalam akibat kurangnya mekanisme koordinasi
mempengaruhi arah kebijakan negara. dan pengawasan antara kedua kekuasaan
Berdasarkan teori pemisahan tersebut, sehingga sering terjadi tumpang
kekuasaan (separation of powers) tindih dalam pelaksanaan tugas dan
kekuasaan negara harus dibagi menjadi tanggung jawab masing-masing. Dalam
tiga cabang yang independen yakni hal ini, teori pemisahan kekuasaan dapat

44
Sugiman, “Fungsi Legislasi DPR Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
UUD NKRI 1945,” Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara 1945,” 156.
10, no. 2 (2020): 173, 46 Widayati, “Sistem Parlemen Berdasarkan Konstitusi

https://doi.org/10.35968/jh.v10i2.468. Indonesia,” 415.


45 Santio and Nasution, “Analisis Kewenangan Presiden

Republik Indonesia Di Bidang Legislatif Menurut


62
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi Penerapan konsep check and


sejauh mana DPR dan Presiden mampu balances dapat menjadi salah satu cara
memisahkan tugas dan tanggung jawab untuk mengatasi adanya overlapping
masing-masing, serta apakah terdapat kewenangan antara DPR dan Presiden
tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas dalam membuat kebijakan negara.
dan tanggung jawab yang dapat Konsep ini memiliki tujuan untuk
menghambat efektivitas pembentukan memastikan bahwa kekuasaan antara
kebijakan negara. cabang kekuasaan tidak saling
Dalam kenyataannya, Indonesia menyalahgunakan atau tumpang tindih.
menganut prinsip distribution of power Dalam penerapannya, konsep check and
yang mengakibatkan adanya overlapping balances mengacu pada mekanisme
kewenangan antar lembaga negara.47 Hal saling pengawasan dan koreksi antar
ini berbeda dengan prinsip dasar sistem lembaga negara.49 Misalnya, DPR dapat
pemerintahan demokratis yang melakukan fungsi pengawasan terhadap
mengedepankan prinsip pemisahan kebijakan yang dibuat oleh Presiden
kekuasaan. Dalam prinsip distribution of melalui mekanisme interpelasi, hak
power, kekuasaan negara tidak dibagi angket, atau hak anggota DPR untuk
secara tegas antara tiga cabang mengajukan pertanyaan. Di sisi lain,
kekuasaan, melainkan lebih Presiden juga memiliki kekuasaan untuk
mengutamakan pengaturan tugas dan menolak atau memveto keputusan DPR
kewenangan masing-masing lembaga dalam pembentukan undang-undang
secara terperinci dalam konstitusi dan melalui hak veto yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.48 konstitusi. Dalam hal ini, peran lembaga
Akibatnya, terkadang kewenangan antara yudikatif juga sangat penting untuk
lembaga-lembaga tersebut tidak jelas dan menjamin efektivitas konsep check and
dapat tumpang tindih. Hal ini dapat balances. Lembaga yudikatif berfungsi
mengakibatkan adanya konflik untuk memutuskan dan menyelesaikan
kepentingan dan memperlambat proses konflik antara DPR dan Presiden jika
pembentukan kebijakan negara. terjadi perselisihan yang sulit
diselesaikan. Dengan penerapan konsep

47 Hermanto, “Gagasan Rancangan Undang-Undang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Lembaga Kepresidenan : Cerminan Penegasan Dan 1945,” 153.
Penguatan Sistem Presidensiil Indonesia,” 314. 49 Rony Jaya Bustamin, “Urgensi Check and Balances
48 Santio and Nasution, “Analisis Kewenangan Presiden Ketatanegaraan Indonesia Dan Islam,” Jurnal Ilmiah
Republik Indonesia Di Bidang Legislatif Menurut Syari’ah 13, no. 2 (2019): 222.
63
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

check and balances yang efektif, itu, perlu adanya mekanisme yang jelas
diharapkan adanya overlapping dan transparan dalam pembuatan
kewenangan antara DPR dan Presiden kebijakan negara, serta komitmen dari
dalam membuat kebijakan negara dapat kedua lembaga untuk menjalankan sistem
diatasi dengan baik dan tercipta ketatanegaraan yang baik dan
keseimbangan kekuasaan antar lembaga memprioritaskan kepentingan negara.
negara. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi
DPR dan Presiden harus saling yang baik antar lembaga untuk
memahami kewenangan masing-masing mengurangi dampak negatif dari tumpang
dan menjalankan tugas sesuai dengan tindihnya kewenangan. Koordinasi
tugas dan kewenangannya. Selain itu, tersebut dapat dilakukan melalui dialog,
perlu adanya mekanisme yang jelas dan kerja sama, dan pembagian tugas yang
transparan dalam pembuatan kebijakan jelas antar lembaga. Selain itu, diperlukan
negara, sehingga tidak terjadi juga perbaikan sistem dan regulasi yang
overlapping kewenangan dan persaingan lebih baik, serta pengawasan yang lebih
yang merugikan kepentingan negara. ketat terhadap pelaksanaan tugas dan
Selain itu, perlu adanya komitmen dari fungsi masing-masing lembaga. Dengan
kedua lembaga untuk menjalankan sistem cara ini, diharapkan dapat meningkatkan
ketatanegaraan yang baik dan efektivitas dan efisiensi kinerja lembaga
memprioritaskan kepentingan negara di negara, serta menjaga stabilitas dan
atas kepentingan pribadi atau kelompok. keutuhan sistem demokrasi di Indonesia.
Dalam hal ini, efektivitas hukum juga DPR dan Presiden adalah dua lembaga
dapat berperan penting dalam menjaga negara yang memiliki peran dan fungsi
keseimbangan kekuasaan antar lembaga yang berbeda, namun sama-sama penting
negara dan memastikan pembuatan dalam menjalankan roda pemerintahan
kebijakan negara yang berkeadilan dan dan mengawal jalannya demokrasi di
sesuai dengan prinsip-prinsip Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya,
konstitusional. keduanya harus bekerja sama dan saling
Dinamika kewenangan DPR dan menghormati agar tercipta sistem
Presiden dalam pembuatan kebijakan pemerintahan yang efektif, efisien, dan
negara harus ditangani secara bijaksana berkeadilan.
dengan adanya koordinasi dan kolaborasi Prinsip akuntabilitas juga dapat
yang baik antara kedua lembaga. Selain menjadi salah satu cara untuk mengatasi

64
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

overlapping kewenangan antara DPR dan untuk perbaikan kebijakan yang lebih
Presiden dalam membuat kebijakan baik. Di sisi lain, Presiden juga harus
negara. Prinsip ini mengacu pada dapat melaksanakan tugas dan
kewajiban lembaga negara untuk kewenangannya secara transparan dan
bertanggung jawab atas keputusan dan akuntabel, serta bersedia menerima kritik
tindakan yang dilakukannya, baik dan masukan dari publik dan lembaga
terhadap publik maupun lembaga lain. lain dalam proses pembuatan kebijakan.
Dalam hal ini, DPR dan Presiden harus Dengan penerapan prinsip akuntabilitas
dapat bertanggung jawab atas keputusan- yang baik, diharapkan overlapping
keputusan dan tindakan-tindakan yang kewenangan antara DPR dan Presiden
dilakukan dalam proses pembuatan dalam membuat kebijakan negara dapat
kebijakan negara. Mereka harus dapat diminimalkan dan tercipta tata kelola
memberikan penjelasan yang jelas dan negara yang baik dan efektif.
transparan kepada publik mengenai Kesimpulan
proses pembuatan kebijakan dan DPR dan Presiden mengalami
keputusan-keputusan yang diambil. dinamika kekuasaan yang tumpang tindih
Selain itu, prinsip akuntabilitas juga dalam pembuatan kebijakan negara. DPR
mengharuskan DPR dan Presiden untuk sebagai lembaga legislatif memiliki
melaksanakan tugas dan kewenangannya kewenangan untuk menetapkan undang-
secara profesional, efektif, dan efisien. undang. Dalam proses legislasi, DPR
Hal ini dapat membantu mengurangi berperan sebagai inisiator pembentukan
risiko adanya overlapping kewenangan undang-undang dan juga bertanggung
antar lembaga negara.50 jawab untuk membahas dan menetapkan
Dalam penerapannya, prinsip rancangan undang-undang tersebut.
akuntabilitas juga dapat diwujudkan Namun, Presiden juga memiliki peran
melalui mekanisme pengawasan dan penting dalam proses legislasi karena
evaluasi terhadap kebijakan dan kinerja memiliki hak veto yang dapat digunakan
lembaga negara. Misalnya, DPR dapat untuk menolak undang-undang yang
melakukan evaluasi terhadap kebijakan telah disetujui oleh DPR. Ketika DPR dan
yang telah diambil oleh Presiden dan Presiden memiliki kepentingan yang
memberikan saran atau rekomendasi berbeda dalam proses legislasi, hal ini

50Juanda Nawaw, “Membangun Kepercayaan Dalam


Mewujudkan Good Governance,” Jurnal Ilmiah Ilmu
Pemerintahan 1, no. 3 (2017): 27.
65
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

bisa mengakibatkan konflik antara kedua tindakan yang dilakukannya, baik


institusi tersebut. Pada dasarnya, terhadap publik maupun lembaga lain.
Indonesia menganut prinsip distribution Dalam hal ini, DPR dan Presiden harus
of power sehingga sering mengakibatkan dapat bertanggung jawab atas keputusan-
adanya overlapping kewenangan antar keputusan dan tindakan-tindakan yang
lembaga negara. Untuk mengatasi adanya dilakukan dalam proses pembuatan
overlapping kewenangan antara DPR dan kebijakan negara. Mereka harus dapat
Presiden, dapat diterapkan prinsip check memberikan penjelasan yang jelas dan
and balances dan akuntabilitas. Prinsip transparan kepada publik mengenai
check and balances mengacu pada proses pembuatan kebijakan dan
mekanisme saling pengawasan dan keputusan-keputusan yang diambil.
koreksi antar lembaga negara. sedangkan Selain itu, prinsip akuntabilitas juga
prinsip akuntabilitas ini mengacu pada mengharuskan DPR dan Presiden untuk
kewajiban lembaga negara untuk melaksanakan tugas dan kewenangannya
bertanggung jawab atas keputusan dan secara profesional, efektif, dan efisien.
Daftar Pustaka Pemerintahan Presidensil.” Al-
Ansori, Lutfil. “Haluan Negara Sebagai Ishlah : Jurnal Ilmiah Hukum 20,
Pedoman Kebijakan Dasar Negara no. 1 (2017): 29–47.
Dalam Sistem Ketatanegaraan https://doi.org/10.33096/aijih.v20i1
Indonesia: Sebuah Tinjauan Filsafat .5.
Kenegaraan.” Justicia Islamica 16, Bustamin, Rony Jaya. “Urgensi Check
no. 1 (2019): 79–102. and Balances Ketatanegaraan
https://doi.org/10.21154/justicia.v1 Indonesia Dan Islam.” Jurnal
6i1.1613. Ilmiah Syari’ah 13, no. 2 (2019).
Antari, Putu Eva Ditayani. Dhanang, Oleh, and Alim Maksum.
“Implementasi Fungsi Pengawasan “Tugas Dan Fungsi Wakil Presiden
Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Di Indonesia.” Lex Crimen 4, no. 1
Upaya Memperkuat Sistem (2015): 123–33.
Presidensial Di Indonesia.” Refleksi Faharudin. “Prinsip Checks and
Hukum: Jurnal Ilmu Hukum 4, no. Balances Ditinjau Dari Sisi Dan
2 (2020): 217–38. Praktik.” Jurnal Hukum Volkgeist 1,
https://doi.org/10.24246/jrh.2020.v no. 2 (2017): 115–28.
4.i2.p217-238. Hermanto, I Gede Yusa dan Bagus.
Atok, A. Rosyid Al. “Penguatan “Gagasan Rancangan Undang-
Kedudukan Dan Pembatasan Undang Lembaga Kepresidenan :
Kekuasaan Presiden Dalam Cerminan Penegasan Dan
Perubahan UUD 1945.” Jarnal Penguatan Sistem Presidensiil
Pendidikan Pancasila Dan Indonesia.” Jurnal Legislasi
Kewarganegaraan 24, no. 1 (2011): Indonesia 14, no. 2 (2017): 301–12.
1–12. https://doi.org/10.54629/jli.v14i3.1
Budiman, Muslimin. “Kekuasaan 19.
Presiden Dalam Sistem Hidayat, Arief. “Perkembangan Partai

66
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

Politik Pada Masa Orde Baru “Hakekat Keadaan Darurat Negara


(1966-1998).” Jurnal Ilmiah (State of Emergency) Sebagai
Mimbar Demokrasi 17, no. 2 Dasar Pembentukan Peraturan
(2018): 155–64. Pemerintah Pengganti Undang-
https://doi.org/10.21009/jimd.v17i Undang.” Jurnal Hukum Ius Quia
2.9090. Iustum 18, no. 2 (2011): 229–46.
Hidayat, Taufik. “Penerapan Sistem Soft https://doi.org/10.20885/iustum.vol
Bikameral Dalam Parlemen Di 18.iss2.art5.
Indonesia.” JOM Fakultas Hukum Nurfaizi, Septiana Rizco. “Kepala
2, no. 2 (2015): 1–14. Negara Dalam Sistem
Lombo, Meigel Rio M. “Fungsi Dewan Ketatanegaraan Indonesia
Perwakilan Rakyat Dalam Perspektif Siyasah Islam.”
Penyelenggaraan Pemerintahan DIKTUM: Jurnal Syariah Dan
Setelah Amandemen Uud 1945.” Hukum 18, no. 2 (2020): 233–47.
Lex Et Societatis IV, no. 2 (2016): https://doi.org/10.35905/diktum.v1
47–54. 8i2.1409.
Maftuhin, Sumarjono, and Nurul Risnawan, Wawan. “Peran Dan Fungsi
Umamah. “The Movement Of Infrastruktur Politik Dalam
Sarekat Islam’s Politics In Pembentukan Kebijakan Publik.”
Struggling National Independence Dinamika Administrasi Publik 4,
In 1918-1945.” Jurnal Historica 1, no. 3 (2017): 511–18.
no. 2 (2017): 239–54. https://jurnal.unigal.ac.id/index.ph
Manan, Bagir, and Susi Dwi Harijanti. p/dinamika/article/view/1952/1588
“Artikel Kehormatan: Peraturan .
Pemerintah Pengganti Undang- Rohmah, Elva Imeldatur. “Fungsi
Undang Dalam Perspektif Ajaran Legislasi Dpr Dan Dpd Perspektif
Konstitusi Dan Prinsip Negara Maslahah Mursalah (Implikasi
Hukum.” PADJADJARAN Jurnal Putusan Mahkamah Konstitusi
Ilmu Hukum (Journal of Law) 4, no. Nomor 92/Puu-X/2012).” Ummul
2 (2017): 222–43. Quro XI, no. 1 (2018): 16–33.
https://doi.org/10.22304/pjih.v4n2. ———. “Perbandingan Sistem
a1. Pemerintahan Indonesia, Iran, Dan
Muhtada, Dani, and Dan Ayon Perancis.” Jurnal Ummul Qura
Diniyanto. “Penataan Regulasi Di XIII, no. 1 (2019): 117–34.
Indonesia Melalui Lembaga Santio, Erik, and Bahder Johan Nasution.
Independen.” Pandecta 16, no. 2 “Analisis Kewenangan Presiden
(2021): 278–90. Republik Indonesia Di Bidang
http://journal.unnes.ac.id/nju/index Legislatif Menurut Undang-
.php/pandecta. Undang Dasar Negara Republik
Mumpuni, Niken Wahyuning Retno. Indonesia 1945.” Limbago: Journal
“Sistem Kinerja Lembaga of Constitutional Law 1, no. 1
Legislatif Dalam Proses Policy- (2021): 152–69. https://online-
Making.” Literasi Hukum 3, no. 2 journal.unja.ac.id/Limbago/article/
(2019): 18–37. view/8643.
Nawaw, Juanda. “Membangun Sapri, Lauddin Marsuni, and Askari
Kepercayaan Dalam Mewujudkan Razak. “Hakikat Tenaga Ahli
Good Governance.” Jurnal Ilmiah Dewan Perwakilan Rakyat
Ilmu Pemerintahan 1, no. 3 (2017): Republik Indonesia Dalam
125–30. Pembentukan Undang-Undang.”
Nuh, Muhammad Syarif Nuh Syarif. Journal of Lex Generalis (JLS) 3,
67
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023

no. 3 (2022): 404–17. no. 7 (2019): 65–72.


Soekanto, S. Penelitian Hukum Tutik, Titik Triwulan. Konstruksi Hukum
Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Tata Negara Pasca Amandemen
Jakarta: Rajawali Press, 2015. UUD 1945. Jakarta: Kencana,
Sugiman. “Fungsi Legislasi DPR Pasca 2020.
Amandemen UUD NKRI 1945.” Widayati, Widayati. “Sistem Parlemen
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara Berdasarkan Konstitusi Indonesia.”
10, no. 2 (2020): 173–82. Masalah-Masalah Hukum 44, no. 4
https://doi.org/10.35968/jh.v10i2.4 (2015): 415.
68. https://doi.org/10.14710/mmh.44.4.
Syaputra, Muhammad Adi Yusrizal. 2015.415-424.
“Koalisi Partai Politik Di Kabinet: Yunus, Yutirsa, and Reza Faraby.
Antara Penguatan Lembaga “Reduksi Fungsi Anggaran DPR
Kepresidenan Atau Politik Balas Dalam Kerangka Checks and
Budi.” Jurnal Magister Hukum Balances.” Jurnal Yudisial 7, no. 2
Udayana (Udayana Master Law (2014): 197–212.
Journal) 9, no. 1 (2020): 111. Zuhri, Basrial. “Peranan Dewan
https://doi.org/10.24843/jmhu.2020 Perwakilan Rakyat Dalam
.v09.i01.p08. Pembentukan Undang-Undang
Tora, Sindi Marita. “Kewenangan DPR Menurut Undang-Undang Dasar
Dalam Rekrutmen Hakim Agung Negara RI Tahun 1945 Setelah
Pasca Putusan MK No. 27/PUU- Amandemen.” Ensiklopedia of
XI/2013.” Lex Administratum VIII, Journal 3, no. 5 (2021): 73–83.

68

Anda mungkin juga menyukai