https://jurnal.fhubhara.com/index.php/dekrit
Vol. 13 No. 1, (2023)
https://doi.org/10.56943/dekrit.v13n1.137
ISSN (1978-6336)
ABSTRAK
Beberapa lembaga negara di Indonesia memiliki kewenangan yang tumpang tindih satu
sama lain, seperti DPR dan Presiden dalam hal pembentukan kebijakan negara. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dinamika overlapping kewenangan DPR dan Presiden
dalam pembentukan kebijakan negara. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
hukum normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan dan konseptual.
DPR dan Presiden memiliki peran yang sangat penting dalam pembuatan kebijakan
negara. Namun, kewenangan keduanya dalam pembuatan kebijakan negara sering kali
tumpang tindih. Menurut teori pemisahan kekuasaan, masing-masing cabang kekuasaan
harus memiliki fungsi dan tugas yang jelas dan terpisah.Sedangkan Indonesia menganut
prinsip distribution of power yang mengakibatkan adanya overlapping kewenangan antar
lembaga negara. Penerapan konsep check and balances dan prinsip akuntabilitas juga
dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi adanya overlapping kewenangan antara
DPR dan Presiden dalam membuat kebijakan negara. Konsep check and balances
memiliki tujuan untuk memastikan bahwa kekuasaan antara cabang kekuasaan tidak
saling menyalahgunakan atau tumpang tindih sehingga mampu mengatasi adanya
overlapping kewenangan antara DPR dan Presiden dalam membuat kebijakan negara.
Prinsip akuntabilitas juga dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi overlapping
kewenangan antara DPR dan Presiden dalam membuat kebijakan negara. Prinsip ini
mengacu pada kewajiban lembaga negara untuk bertanggung jawab atas keputusan dan
tindakan yang dilakukannya, baik terhadap publik maupun lembaga lain.
ABSTRACT
Several state institutions in Indonesia have overlapping authority, such as the DPR and
the President in terms of forming state policies. This study aims to analyze the dynamics
of the overlapping powers of the DPR and the President in forming state policies using
normative legal research that utilizes statutory and conceptual approaches. The DPR and
the President play important roles in making state policies, but their authorities often
overlap. According to the theory of separation of powers, each branch of power should
have clear and separate functions and duties. However, Indonesia adheres to the principle
of distribution of power, resulting in overlapping authorities between state institutions.
To overcome this overlap, the concepts of checks and balances and the principle of
accountability can be applied. Checks and balances ensure that power between branches
of government is not abused or overlapped. Meanwhile, accountability refers to the
obligation of state institutions to be responsible for their decisions and actions, both
towards the public and other institutions.
1
Dani Muhtada and Dan Ayon Diniyanto, “Penataan Legislatif Menurut Undang-Undang Dasar Negara
Regulasi Di Indonesia Melalui Lembaga Independen,” Republik Indonesia 1945,” Limbago: Journal of
Pandecta 16, no. 2 (2021): 279, Constitutional Law 1, no. 1 (2021): 154, https://online-
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta. journal.unja.ac.id/Limbago/article/view/8643.
2 Erik Santio and Bahder Johan Nasution, “Analisis
3
Meigel Rio M Lombo, “Fungsi Dewan Perwakilan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Setelah
Rakyat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Setelah Amandemen,” Ensiklopedia of Journal 3, no. 5 (2021):
Amandemen Uud 1945,” Lex Et Societatis IV, no. 2 75–76.
(2016): 50. 6
I Gede Yusa dan Bagus Hermanto, “Gagasan
4 Oleh Dhanang and Alim Maksum, “Tugas Dan Fungsi Rancangan Undang-Undang Lembaga Kepresidenan :
Wakil Presiden Di Indonesia,” Lex Crimen 4, no. 1 Cerminan Penegasan Dan Penguatan Sistem
(2015): 125. Presidensiil Indonesia,” Jurnal Legislasi Indonesia 14,
5 Basrial Zuhri, “Peranan Dewan Perwakilan Rakyat no. 2 (2017): 319,
Dalam Pembentukan Undang-Undang Menurut https://doi.org/10.54629/jli.v14i3.119.
50
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
7
Elva Imeldatur Rohmah, “Fungsi Legislasi Dpr Dan Memperkuat Sistem Presidensial Di Indonesia,”
Dpd Perspektif Maslahah Mursalah (Implikasi Putusan Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum 4, no. 2 (2020):
Mahkamah Konstitusi Nomor 92/Puu-X/2012),” 220, https://doi.org/10.24246/jrh.2020.v4.i2.p217-238.
Ummul Quro XI, no. 1 (2018): 18. 10
Faharudin, “Prinsip Checks and Balances Ditinjau
8 Yutirsa Yunus and Reza Faraby, “Reduksi Fungsi Dari Sisi Dan Praktik,” Jurnal Hukum Volkgeist 1, no.
Anggaran DPR Dalam Kerangka Checks and 2 (2017): 125–26.
Balances,” Jurnal Yudisial 7, no. 2 (2014): 194. 11 S. Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu
9 Putu Eva Ditayani Antari, “Implementasi Fungsi Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 36.
Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Upaya
51
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
lembaga tertinggi negara. MPR yang pemerintah.17 Hal ini dituangkan dalam
dibentuk berdasarkan Undang-Undang amendemen UUD 1945. Saat ini, DPR
Dasar 1945 (UUD 1945) bertugas sebagai terdiri dari 575 anggota yang terpilih
lembaga perwakilan rakyat dan lembaga melalui pemilihan umum setiap lima
pembuat undang-undang. Pada awal tahun sekali. Kewenangan dan kekuasaan
pembentukannya, MPR terdiri dari dua yang dimiliki oleh DPR di Indonesia
kamar, yaitu Dewan Konstituante dan diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). (UUD 1945) dan berbagai peraturan
Namun, setelah terjadi kontroversi dalam perundang-undangan yang terkait.
pembuatan konstitusi pada tahun 1959, Peraturan perundang-undangan terkait
maka DPR dan Dewan Konstituante kewenangan DPR diatur dalam beberapa
dibubarkan. Kemudian, pada tahun 1960, undang-undang, antara lain:
DPR diganti namanya menjadi Majelis 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
Permusyawaratan Rakyat Sementara 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan
(MPRS) yang bertugas sebagai lembaga DPRD (UU MD3). UU ini mengatur
negara tertinggi selama masa transisi ke mengenai fungsi, tugas, kewenangan,
arah demokrasi yang lebih sempurna. dan kelembagaan DPR serta tentang
Pada tahun 1966, MPRS kembali menjadi tata tertib DPR.18
DPR dengan kembali berfungsi sebagai 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
lembaga perwakilan rakyat dan lembaga 2011 tentang Pembentukan Peraturan
pembuat undang-undang seperti yang Perundang-Undangan (UU PPP). UU
tercantum dalam UUD 1945.16 ini mengatur mengenai proses
Pada era reformasi tahun 1998, pembentukan peraturan perundang-
DPR diubah menjadi lembaga perwakilan undangan, termasuk proses
rakyat yang bersifat multi partai dan pembentukan undang-undang oleh
bersifat independen dengan memperkuat DPR.19
sistem check and balances terhadap
16 Widayati Widayati, “Sistem Parlemen Berdasarkan Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Konstitusi Indonesia,” Masalah-Masalah Hukum 44, Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
no. 4 (2015): 420, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
https://doi.org/10.14710/mmh.44.4.2015.415-424. Rakyat Daerah.
17
Arief Hidayat, “Perkembangan Partai Politik Pada 19
Diubah dengan UU No. 13 Tahun
Masa Orde Baru (1966-1998),” Jurnal Ilmiah Mimbar 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Demokrasi 17, no. 2 (2018): 163, Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
https://doi.org/10.21009/jimd.v17i2.9090. Perundang-Undangan.
18 Diubah dengan UU No. 13 Tahun
2019 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
53
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
20
Diubah dengan UU No. 9 Tahun 23
Lombo, “Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Dalam
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Penyelenggaraan Pemerintahan Setelah Amandemen
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Uud 1945,” 51.
21
Lombo, “Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Dalam 24
Antari, “Implementasi Fungsi Pengawasan Dewan
Penyelenggaraan Pemerintahan Setelah Amandemen Perwakilan Rakyat Dalam Upaya Memperkuat Sistem
Uud 1945,” 51–52. Presidensial Di Indonesia,” 226.
22 Rohmah, “Fungsi Legislasi Dpr Dan Dpd Perspektif
26 Lutfil Ansori, “Haluan Negara Sebagai Pedoman Ilmiah Hukum 20, no. 1 (2017): 33,
Kebijakan Dasar Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan https://doi.org/10.33096/aijih.v20i1.5.
Indonesia: Sebuah Tinjauan Filsafat Kenegaraan,” 28
Muhammad Adi Yusrizal Syaputra, “Koalisi Partai
Justicia Islamica 16, no. 1 (2019): 83–84, Politik Di Kabinet: Antara Penguatan Lembaga
https://doi.org/10.21154/justicia.v16i1.1613. Kepresidenan Atau Politik Balas Budi,” Jurnal
27 Muslimin Budiman, “Kekuasaan Presiden Dalam Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law
Sistem Pemerintahan Presidensil,” Al-Ishlah : Jurnal Journal) 9, no. 1 (2020): 115,
https://doi.org/10.24843/jmhu.2020.v09.i01.p08.
56
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
peraturan yang diterbitkan oleh presiden Selain itu, Pasal 12 ayat (1) UU No. 24
untuk mengatur pelaksanaan UU, yang Tahun 2007 tentang Penanggulangan
biasanya diatur dalam undang-undang Bencana juga menyatakan bahwa
secara umum. Dalam pembuatannya, presiden dapat menetapkan keadaan
presiden harus bekerja sama dengan DPR darurat bencana. Dalam pelaksanaannya,
dan memperhatikan saran dari Dewan penentuan keadaan darurat dilakukan
Perwakilan Daerah (DPD). Setelah melalui Surat Keputusan Presiden (SKP)
disetujui oleh DPR, PP harus yang kemudian diumumkan secara resmi
diundangkan secara resmi dan menjadi kepada publik. Dalam keadaan darurat,
landasan hukum bagi penyelenggaraan presiden memiliki kewenangan untuk
pemerintahan negara. PP memiliki mengambil tindakan-tindakan yang
kekuatan hukum yang sama dengan UU dianggap perlu untuk mengatasi situasi
dan berlaku secara nasional. Dalam darurat tersebut, termasuk mengambil
pelaksanaannya, PP harus sejalan dengan alih kendali dan penggunaan sumber daya
UUD 1945 dan tidak bertentangan yang ada. Namun, dalam menetapkan
dengan UU lainnya. Jika ada keadaan darurat, presiden harus
ketidaksesuaian antara PP dan UU, maka memperhatikan prinsip-prinsip
UU yang berlaku yang menjadi acuan demokrasi dan hak asasi manusia serta
dalam pelaksanaan pemerintahan melakukan koordinasi dan konsultasi
negara.29 dengan DPR dan Dewan Perwakilan
Presiden memiliki kewenangan Daerah (DPD). Selain itu, penegakan
untuk menetapkan keadaan darurat baik hukum harus tetap dilakukan dan tidak
dalam bentuk perang maupun dalam boleh dilanggar dalam keadaan apapun.30
keadaan yang mengancam keselamatan Presiden memiliki kewenangan
dan ketertiban masyarakat. Kewenangan untuk mengatur hubungan luar negeri
ini diatur dalam Pasal 7 UU No. 23 Tahun Indonesia dengan negara-negara lain dan
2019 tentang Pengelolaan Keuangan organisasi internasional. Kewenangan ini
Negara yang menyatakan bahwa presiden diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UUD 1945
berwenang menetapkan keadaan darurat. yang menyatakan bahwa presiden adalah
29
Muhammad Syarif Nuh Syarif Nuh, “Hakekat 30
Bagir Manan and Susi Dwi Harijanti, “Artikel
Keadaan Darurat Negara (State of Emergency) Sebagai Kehormatan: Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Dasar Pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Dalam Perspektif Ajaran Konstitusi Dan
Undang-Undang,” Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 18, Prinsip Negara Hukum,” PADJADJARAN Jurnal Ilmu
no. 2 (2011): 233–34, Hukum (Journal of Law) 4, no. 2 (2017): 233–35,
https://doi.org/10.20885/iustum.vol18.iss2.art5. https://doi.org/10.22304/pjih.v4n2.a1.
57
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
31 Budiman, “Kekuasaan Presiden Dalam Sistem 32Elva Imeldatur Rohmah, “Perbandingan Sistem
Pemerintahan Presidensil,” 42. Pemerintahan Indonesia, Iran, Dan Perancis,” Jurnal
Ummul Qura XIII, no. 1 (2019): 128.
58
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
33
Santio and Nasution, “Analisis Kewenangan Presiden 27/PUU-XI/2013,” Lex Administratum VIII, no. 7
Republik Indonesia Di Bidang Legislatif Menurut (2019): 123.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 36
Santio and Nasution, “Analisis Kewenangan Presiden
1945,” 156. Republik Indonesia Di Bidang Legislatif Menurut
34 Lombo, “Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Penyelenggaraan Pemerintahan Setelah Amandemen 1945,” 153–54.
Uud 1945,” 48. 37 Budiman, “Kekuasaan Presiden Dalam Sistem
35 Sindi Marita Tora, “Kewenangan DPR Dalam Pemerintahan Presidensil,” 38.
Rekrutmen Hakim Agung Pasca Putusan MK No.
59
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
38
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara 40
Sapri, Lauddin Marsuni, and Askari Razak, “Hakikat
Pasca Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kencana, Tenaga Ahli Dewan Perwakilan Rakyat Republik
2020), 216–17. Indonesia Dalam Pembentukan Undang-Undang,”
39 A. Rosyid Al Atok, “Penguatan Kedudukan Dan Journal of Lex Generalis (JLS) 3, no. 3 (2022): 1446–
Pembatasan Kekuasaan Presiden Dalam Perubahan 47.
UUD 1945,” Jarnal Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan 24, no. 1 (2011): 4.
60
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
41 Faharudin, “Prinsip Checks and Balances Ditinjau 43 Wawan Risnawan, “Peran Dan Fungsi Infrastruktur
Dari Sisi Dan Praktik,” 126. Politik Dalam Pembentukan Kebijakan Publik,”
42 Niken Wahyuning Retno Mumpuni, “Sistem Kinerja Dinamika Administrasi Publik 4, no. 3 (2017): 513,
Lembaga Legislatif Dalam Proses Policy-Making,” https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/dinamika/article/v
Literasi Hukum 3, no. 2 (2019): 21. iew/1952/1588.
61
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
kewenangan ini merupakan isu yang eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Teori
kompleks dan harus ditangani secara ini merupakan salah satu prinsip dasar
bijaksana agar kebijakan negara dapat dalam sistem pemerintahan demokratis.
dihasilkan secara efektif dan efisien. Menurut teori pemisahan kekuasaan,
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, masing-masing cabang kekuasaan harus
DPR dan Presiden memiliki kewenangan memiliki fungsi dan tugas yang jelas dan
yang berbeda dalam pembuatan terpisah, serta harus saling mengawasi
kebijakan negara. DPR memiliki dan seimbang dalam melaksanakan
kewenangan dalam membuat undang- tugasnya. Dalam hal ini, kekuasaan
undang, mengesahkan anggaran, dan legislatif (yang diwakili oleh DPR)
melakukan pengawasan terhadap kinerja bertanggung jawab untuk membuat
pemerintah.44 Sedangkan Presiden undang-undang, sementara kekuasaan
memiliki kewenangan dalam menetapkan eksekutif (yang diwakili oleh Presiden)
kebijakan, mengajukan RUU, dan bertanggung jawab untuk menjalankan
melakukan pelaksanaan kebijakan yang undang-undang tersebut. Kedua
telah disetujui oleh DPR.45 Namun, kekuasaan ini harus bekerja sama dan
dalam praktiknya, kewenangan kedua saling mengawasi dalam rangka
lembaga sering kali tumpang tindih. mencapai tujuan bersama, yaitu
Misalnya, DPR memiliki kewenangan mewujudkan kepentingan rakyat.46
untuk mengusulkan RUU, sementara Namun, dalam praktiknya, sering kali
Presiden memiliki kewenangan untuk terjadi overlapping kekuasaan antara
mengajukan RUU ke DPR. Hal ini dapat DPR dan Presiden dalam pembentukan
menyebabkan terjadinya persaingan kebijakan negara. Hal ini dapat terjadi
antara kedua lembaga dalam akibat kurangnya mekanisme koordinasi
mempengaruhi arah kebijakan negara. dan pengawasan antara kedua kekuasaan
Berdasarkan teori pemisahan tersebut, sehingga sering terjadi tumpang
kekuasaan (separation of powers) tindih dalam pelaksanaan tugas dan
kekuasaan negara harus dibagi menjadi tanggung jawab masing-masing. Dalam
tiga cabang yang independen yakni hal ini, teori pemisahan kekuasaan dapat
44
Sugiman, “Fungsi Legislasi DPR Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
UUD NKRI 1945,” Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara 1945,” 156.
10, no. 2 (2020): 173, 46 Widayati, “Sistem Parlemen Berdasarkan Konstitusi
check and balances yang efektif, itu, perlu adanya mekanisme yang jelas
diharapkan adanya overlapping dan transparan dalam pembuatan
kewenangan antara DPR dan Presiden kebijakan negara, serta komitmen dari
dalam membuat kebijakan negara dapat kedua lembaga untuk menjalankan sistem
diatasi dengan baik dan tercipta ketatanegaraan yang baik dan
keseimbangan kekuasaan antar lembaga memprioritaskan kepentingan negara.
negara. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi
DPR dan Presiden harus saling yang baik antar lembaga untuk
memahami kewenangan masing-masing mengurangi dampak negatif dari tumpang
dan menjalankan tugas sesuai dengan tindihnya kewenangan. Koordinasi
tugas dan kewenangannya. Selain itu, tersebut dapat dilakukan melalui dialog,
perlu adanya mekanisme yang jelas dan kerja sama, dan pembagian tugas yang
transparan dalam pembuatan kebijakan jelas antar lembaga. Selain itu, diperlukan
negara, sehingga tidak terjadi juga perbaikan sistem dan regulasi yang
overlapping kewenangan dan persaingan lebih baik, serta pengawasan yang lebih
yang merugikan kepentingan negara. ketat terhadap pelaksanaan tugas dan
Selain itu, perlu adanya komitmen dari fungsi masing-masing lembaga. Dengan
kedua lembaga untuk menjalankan sistem cara ini, diharapkan dapat meningkatkan
ketatanegaraan yang baik dan efektivitas dan efisiensi kinerja lembaga
memprioritaskan kepentingan negara di negara, serta menjaga stabilitas dan
atas kepentingan pribadi atau kelompok. keutuhan sistem demokrasi di Indonesia.
Dalam hal ini, efektivitas hukum juga DPR dan Presiden adalah dua lembaga
dapat berperan penting dalam menjaga negara yang memiliki peran dan fungsi
keseimbangan kekuasaan antar lembaga yang berbeda, namun sama-sama penting
negara dan memastikan pembuatan dalam menjalankan roda pemerintahan
kebijakan negara yang berkeadilan dan dan mengawal jalannya demokrasi di
sesuai dengan prinsip-prinsip Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya,
konstitusional. keduanya harus bekerja sama dan saling
Dinamika kewenangan DPR dan menghormati agar tercipta sistem
Presiden dalam pembuatan kebijakan pemerintahan yang efektif, efisien, dan
negara harus ditangani secara bijaksana berkeadilan.
dengan adanya koordinasi dan kolaborasi Prinsip akuntabilitas juga dapat
yang baik antara kedua lembaga. Selain menjadi salah satu cara untuk mengatasi
64
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
overlapping kewenangan antara DPR dan untuk perbaikan kebijakan yang lebih
Presiden dalam membuat kebijakan baik. Di sisi lain, Presiden juga harus
negara. Prinsip ini mengacu pada dapat melaksanakan tugas dan
kewajiban lembaga negara untuk kewenangannya secara transparan dan
bertanggung jawab atas keputusan dan akuntabel, serta bersedia menerima kritik
tindakan yang dilakukannya, baik dan masukan dari publik dan lembaga
terhadap publik maupun lembaga lain. lain dalam proses pembuatan kebijakan.
Dalam hal ini, DPR dan Presiden harus Dengan penerapan prinsip akuntabilitas
dapat bertanggung jawab atas keputusan- yang baik, diharapkan overlapping
keputusan dan tindakan-tindakan yang kewenangan antara DPR dan Presiden
dilakukan dalam proses pembuatan dalam membuat kebijakan negara dapat
kebijakan negara. Mereka harus dapat diminimalkan dan tercipta tata kelola
memberikan penjelasan yang jelas dan negara yang baik dan efektif.
transparan kepada publik mengenai Kesimpulan
proses pembuatan kebijakan dan DPR dan Presiden mengalami
keputusan-keputusan yang diambil. dinamika kekuasaan yang tumpang tindih
Selain itu, prinsip akuntabilitas juga dalam pembuatan kebijakan negara. DPR
mengharuskan DPR dan Presiden untuk sebagai lembaga legislatif memiliki
melaksanakan tugas dan kewenangannya kewenangan untuk menetapkan undang-
secara profesional, efektif, dan efisien. undang. Dalam proses legislasi, DPR
Hal ini dapat membantu mengurangi berperan sebagai inisiator pembentukan
risiko adanya overlapping kewenangan undang-undang dan juga bertanggung
antar lembaga negara.50 jawab untuk membahas dan menetapkan
Dalam penerapannya, prinsip rancangan undang-undang tersebut.
akuntabilitas juga dapat diwujudkan Namun, Presiden juga memiliki peran
melalui mekanisme pengawasan dan penting dalam proses legislasi karena
evaluasi terhadap kebijakan dan kinerja memiliki hak veto yang dapat digunakan
lembaga negara. Misalnya, DPR dapat untuk menolak undang-undang yang
melakukan evaluasi terhadap kebijakan telah disetujui oleh DPR. Ketika DPR dan
yang telah diambil oleh Presiden dan Presiden memiliki kepentingan yang
memberikan saran atau rekomendasi berbeda dalam proses legislasi, hal ini
66
Jurnal Magister Ilmu Hukum ‘DEKRIT’
ISSN: 1978-6336 | Vol. 13 No. 1, 2023
68