Topik : Insomnia
Disusun oleh:
Susi 2260351035
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan h
idayah-Nya sehingga laporan pendahuluan dapat penulis susun dengan baik. Susu
aktik klinik stase KB & Premonopouse program studi pendidikan profesi bidan. D
iharapkan dengan penyusunan laporan ini, pemahaman kami tentang asuhan kebid
Mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini terdapat kesalahan, dan
penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi terwuj
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
a. Latar Belakang.....................................................................................................1
b. Tujuan...................................................................................................................3
c. Manfaat.................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................4
KONSEP TEORI...................................................................................................4
1. Premenopause.......................................................................................................4
a. Pengertian Premenopause...............................................................................4
b. Perubahan Psikologi Wanita Premenopause.................................................5
c. Tanda dan Gejala.............................................................................................6
d. Cara Mengatasi Keluhan Wanita Premenopause........................................11
2. Insomnia..............................................................................................................20
a. Pengertian insomnia.......................................................................................20
b. Penyebab Insomnia........................................................................................20
c. Patofisiologi Insomnia pada Perimenopause................................................21
d. Jenis Insomnia................................................................................................22
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur.....................................................23
f. Gejala dan dampak insomnia........................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
memasuki proses penuaan (aging) (Proverawati, 2010). Gejala yang timbul dan m
enyertai syndrome premenopause meliputi hot flushes, night sweat, dryness vagin
al, penurunan daya ingat, insomnia, depresi, fatigue, penurunan libido, drypareuni
a dan incontinence urinary (Proverawati, 2010). Gangguan psikis pada sindrom kli
an insomnia atau sulit tidur (Purwoastuti & Walyani, 2015). Syndrome premenopa
use dialami oleh seluruh wanita hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Er
opa, 60% Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indone
sia (Proverawati, 2010). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk
wanita pada kelompok umur 40-50 tahun berjumlah 18.505 juta jiwa pada tahun 2
019 dan akan terus bertambah setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik , 2019).
Penurunan kadar estrogen ini dapat terjadi dalam jangka pendek atau panja
ng. Diantara manifestasi awal yang paling penting adalah gejala vasomotor, insom
nia, mudah marah, kecemasan, depresi dan kehilangan memori. Perubahan hormo
(Hachul , Bezerra, & Andersen, 2016). Dampak premenopause yang sering terjadi
nsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, mudah tersinggung, stress bahkan depresi
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh zat-zat yang dapat mencegah sintesi
s serotonin atau rusaknya nukleus ramus dorsalis di batang otak, dimana terdapat s
ebagian besar badan sel serotonergik, dapat mengurangi banyak waktu tidur. Serot
onin adalah neurotransmiter yang berpengaruh pada mood, pola makan, dan tidur.
Kadar serotonin ditemukan menurun pada saat fase luteal, hal ini dapat disebabka
adar level serotonin yang menurun maka akan terjadi gangguan tidur terutama ins
gguan tidur yang berhubungan dengan sikus menstruasi dapat dibedakan menjadi
Insomnia salah satunya dapat disebabkan oleh gangguan hormon, salah sat
neal di pusat otak. Malam hari hormon ini diproduksi untuk mengatur siklus tidur.
Saat bertambah usia kadar hormon melatonin akan berkurang. Saat terjadi ganggu
mbesaran prostat, depresi, kelelahan, siklus haid tidak teratur (Iswari & Wahyuni,
2015). Di Indonesia setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa mel
aporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang
serius. Terdapat 1,6% populasi di bawah usia 20 tahun yang menderita insomnia d
3
an 11,9% pada populasi usia 30-40 tahun. Pada kelompok usia di atas 40 tahun, in
sidensi meningkat lebih cepat pada wanita, sebanyak 40% wanita usia 40- 54 tahu
n mengeluh insomnia dibandingkan dengan 20% pria pada kelompok usia yang sa
ma. Kesulitan tidur mencapai puncaknya pada kelompok usia 65-69 tahun, yaitu t
i insomnia dibandingkan pria, 57% wanita mengalami tanda gejala insomnia bebe
rapa kali dalam satu mingggu. Insomnia lebih banyak terjadi pada wanita karena f
ase tertentu dalam kehidupannya seperti siklus menstruasi, kehamilan, dan menop
ause. Umur seseorang berbanding lurus dengan meningkatnya gangguan tidur yan
esehatan/ kualitas hidup dan menyebabkan rasa frustasi bagi yang mengalaminya.
Dampak lain dari insomnia seperti kelelahan, sulit untuk berkonsentrasi, mengant
uk saat beraktivitas disiang hari, penurunan motivasi dan performa social, mudah t
b. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
pada perimenopause
4
c. Manfaat
BAB II
KONSEP TEORI
1. Premenopause
a. Pengertian Premenopause
an gejala awal perubahan dari system tubuh ketika siklus menstruasi mulai tidak
teratur. Premenopause dapat terjadi pada awal usia 30 tahun dan berakhir 1 tahu
n setelah siklus menstruasi berakhir. Rata-rata terjadi pada usia 47-51 tahun. Pre
produksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopau
se, antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan p
agian dari masa klimakterrium yang terjadi sebelum menopause (Pranoto, 2007).
enium. Masa ini juga dikenal dengan masa klimakterium (sebelum berhenti haid)
yaitu 4-5 tahun sebelum menopause yang ditandai dengan timbulnya keluhan-kel
uhan pada siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanja
ng dan relatif lebih banyak. Masa ini dimulai pada usia 40 tahun. Pada klimakter
ium terdapat penurunan produksi hormon estrogen dan kenaikan hormon gonado
tropin, kadar 9 hormon ini akan terus tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun setel
ang menopause. Pada masa ini, ovarium secara bertahap akan mulai memproduk
use itu sendiri adalah siklus menstruasi yang tidak menentu bahkan bisa jadi me
nstruasi tidak datang selama beberapa bulan, keadaan ini terjadi karena perubaha
morbiditas, patologi dan terapi medis. Wanita yang mencarai bantuan medis unt
uk gejala menopause sangat berbeda dengan wanita yang usia dan status menopa
use sama yang tidak mencari bantuan, tetapi lebih cenderung melaporkan distres
asa-masa yang sulit. Ketidakteraturan haid mungkin secara bawah sadar mening
katkan kecemasannya bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia men
jadi tua dan ditolak, dia mencapai akhir dari kehidupan. Psikiatris menemukan, b
an– bulan, ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainnya mu
ncul. Krtiga, merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapannya itu tidak ben
6
ari bulan –bulan sebelumnya, tinggal sebagai mimpi buruk (Llewellyn, 2009).
an depresi. Peranan dalam kehidupan sosial sangat penting bagi lansia, terutama
dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan pensiun atau hilangnya jabat
an dan pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggan lansia dalam pend
ekatan holistik, sebenarnya tidak dapat dipiahkan antara aspek organ biologis, ps
ikologis, sosial, budaya, dan dan spiritual dalam kehidupan lansia (Mubarak, 201
2). Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause ketika menopau
se adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar,
tegang, cemas, dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena m
ksi estrogen lebih sedikit (Ayuningtyas, 2019:214). Tanda-tanda ini sifatnya indiv
1) Pendarahan
Gejala ini terutama muncul pada masa awal menopause. Pendarahan ini da
tangnya tidak teratur dan akan muncul beberapa kali dalam rentang bebera
2) Rasa panas (hot flashes) dan keringat malam, rasa panas ini berlangsung se
lama setengah menit sampai beberapa menit. Wanita yang mengalami men
7
opause juga akan berkeringat di malam hari (night sweat). Hal ini akan me
dengan rasa gatal bahkan rasa sakit pada saat berhubungan seksual.
4) Perubahan mood
Gejala emosional umum dialami oleh wanita yang memasuki masa menop
ause. Kadar hormon estrogen yang rendah menjadikan wanita tersebut cep
h setiap saat.
5) Sembelit Gejala ini muncul pada wanita yang biasanya mengalami sembeli
t pada masa haid atau sebelum haid. Karena tubuh sedang membutuhkan h
ormon estrogen.
rjadi pada wanita yang mengalaminya ketika masa haid. Wanita yang berk
ulit gelap dan memiliki buah dada yang besar berpotensi mengalaminya sa
at menopause.
n juga memengaruhi reseptor tidur yang terletak di otak. Dan gangguan tid
ur ini adalah gangguan yang paling banyak dialami oleh para wanita ketika
uga terjadi dan jika tidak diatasi akan meniadi hypersomnia sehingga dapat
posisi yang nyaman untuk tidur. Anda juga bisa berolahraga di siang hari,
n ponsel saat akan tidur agar tidak tergoda menggunakannya. Imbangi den
gan pola hidup sehat dan menghindari minuman berkafein dan alkohol.
8) Sering Buang Air Kecil dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Sering dialami w
anita yang sedang menopause. Sementara itu, rasa sakit saat sedang buang
air kecil mungkin akan terjadi akibat jaringan di vagina dan uretra menipis
dan kehalingan elastisitas. Beberapa wanita juga akan lebih rentan mengal
gairah seks menurun. Perubahan yang terjadi akibat dari penurunan estroge
an respon orgasme yang lambat atau tidak ada sama sekali. Jika ini dialami,
kembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh siste
zing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan mempersia
pkan sel telur pada wanita. Masa pramenopause atau sebelum haid berhent
i, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada masa ini se
9
benarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pem
duksi dan sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunj
n 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan
ik dini (gejolak panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejal
ilan yang berbeda dari keluhan klimakterik Psikologık yang mendasari kep
10
erbeda dalam keluhan klimakterik. Sekitar 40-85% dari semua wanita dala
alah gejolak panas dan keringat banyak. Gejolak panas merupakan sensasi
seperti gelombang panas yang meliputi bagian atas dada, leher, dan muka.
Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik berupa rasa taku
t, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang k
urang mantap. Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur, berdeba
r-debar, rasa kesemutan di tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot. Ker
elisah, depresi, mudah cemas, insomnia, dan sakit kepala. Keadaan lain ya
k yang telah ada yang diperkuat oleh gejolak panas, pola tidur yang digang
min mengalami kehilangan massa tulang dengan proses menua, jarang bag
yang timbul pada masa klimakterik seperti rasa takut, tegang, rasa sedih, m
n hormonal tubuh wanita itu sendiri. Pemberian estrogen dengan dosis ren
dah dapat mengatasi masalah tersebut. Ada penyebab lain yang menimbulk
11
angguan psikis. Tetapi ada juga di antara wanita tersebut justru dengan bek
menopause, lama dianggap oleh ahli psikologi dan ahli psikoterapi sebagai
ogen vaginal, untuk keluhan seperti vagina kering dam dispareunia dan de
Walyani, 2015).
eberapa gejala seperti rasa panas dibeberapa bagian tubuh dipaha dan
hisap atau suntikan. TSH atau HRT merupakan pilihan untuk mengura
ngi keluhan pada wanita yang muncul akibat menopause. HRT adalah
se. Selain itu, TSH juga berguna untuk mencegah berbagi keluhan yan
ng baik
13
Menghilangkan cystitis
Minum suplemen
3) Terapi Komplementer
Akupresur
esi serta sakit, dan nyeri yang umum. Penelitian juga mengu
berpengalaman.
Penyembuhan homeopati
15
lain:
n.
gin.
an libido.
n dan palpitasi.
Pijat refleksi
Teknik relaksasi
- Yoga
- Meditasi
- Olahraga
19
i, 2013).
2. Insomnia
a. Pengertian insomnia
na seseorang sulit untuk memulai tidur, dan bila tidur pun akan mudah terbangun l
agi, sehingga tidur pun tidak bisa nyenyak (Umar, 2008). Menurut filosopi timur d
an pengobatan tradisional china (TCM), siklus bangun tidur normal adalah keseim
bangan harmonis yin yang, sirkulasi qi, dan ketenangan pikiran dan jiwa. Jadi inso
mnia adalah ketidak seimbangan tidur hingga terjaga (yin yang) dalam sistem piki
b. Penyebab Insomnia
Susah tidur juga dapat disebabkan oleh suatu gejala kelainan fisik yang tid
elisah, kecemasan, depresi hingga karena ketakutan. Secara garis besar faktor pen
yebab insomnia yaitu stress atau kecemasan, depresi, kelainan tidur, efek samping
pengobatan, pola makan yang buruk, kurang olahraga, usia lanjut, wanita hamil, d
in releasing hormon (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk men
ghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luitenizing hormon (LH). FSH
dan LH akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat
secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk mengahsilkan b
eberapa follicle (kantung telur). Beberapa kantong tersebut hanya satu yang matan
g dan menghasailkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan oleh ovariu
21
m. Sel telur yang tidak dibuahi akan terjadi haid dan begitu seterusnya. Ketika me
kel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam siklus ovarium berhenti secar
a perlahan-lahan. Pada masa ini juga telah banyak perubahan pada ovarium seperti
skelerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel telur dan pengurangan penge
mampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan meng
engalami kegagalan adalah fungsi korpus leteum. Turunnya produksi steroid ovari
Keadaan ini meningkatkan produksi dan sekresi FSH dan LH (Purwoastuti dan W
alyani. 2015). Apabila timbul perubahan pada hormon steroid seks maka akan tim
bul keluhan psikis dan perubahan fungsi kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke
otak juga mempersulit konsentrasi sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat be
rkurangnya hormon steroid seks ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi kelu
han seperti mudah tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Estrogen diangga
p sebagai salah satu faktor predisposisi terjadinya depresi. Penyebab depresi didug
umlah MAO dalam plasma (Rahman, et al. 2010:4-5). Kecemasan dapat disebabk
an oleh adanya perubahan fisik yang menjadi masalah yang dihadapi oleh sebagia
22
angguan tidur, jika tidak ditangani akan berlanjut pada depresi (Struad, 2006).
d. Jenis Insomnia
mulai tidur, insomnia intermiten yaitu seseorang sering terbangun saat tidur, inso
mnia terminal yaitu seseorang terbangun lebih dini dan sulit tidur kembali. 15 Ins
omnia juga dibagi kembali menjadi insomnia primer, insomnia sekunder, insomni
a sekunder dan primer. Pada insomnia primer penderita bisa tidur bahkan tidur sa
mbil mendengkur tapi ia tidak bisa menikmati tidur. REM sangat kurang, sedangk
urotik pada umumnya banyak problem dan keluhan. pikiran dan perasaan yang me
ngganggu individu Sampai saat tidur. Misalnya pusing, sakit kepala, perut kembu
ng, badan terasa pegal-pegal sedangkan pada insomnia sekunder penyakit organik
karena terganggu oleh suatu penyakit organik, misalnya nyeri dan sesak nafas (Ha
r oleh sebuah mekanisme khusus yang disebut sebagai irama sirkadian (Circa
dian rhythm) berperan sebagai jam biologis manusia. Irama sirkadian terletak
23
i proses tidur dan bangun seseorang. Tinggi rendahnya kadar hormon seseora
ng dipengaruhi berbagai hal seperti gaya hidup, pola makan, mental dan psiko
erotonin yang memiliki efek menenangkan juga menyiapkan otak dan tubuh u
ntuk masuk ke dalam tahap tidur dalam dengan cara mengurangi sistem aktivi
tas tubuh. Selain serotonin hormon melatonin juga dapat menurunkan kewas
Fisiologi tidur terjadi secara alami adan dikontrol oleh pusat tidur yait
dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam memrtahankan status bangun dan mem
permudah beberapa tahap tahap tidur. Ada dua teori tentang tidur yaitu pasif d
an aktif. Pada teori pasif RAS di otak mengalami kelelahan sehingga menyeb
abkan tidak aktif. Sedangkan aktif (diterima sekarang) suatu bagian di otak ya
ng menyebabkan tidur dihambat oleh bagian lain. Tidur melibatkan 2 fase yai
tu NREM (Non Rapid Eye Movement) dan REM (Rapid Eye Movement). Sel
ama NREM seorang yang tidur mengalami kemajuan melalui 4 tahap yang m
erlukan waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur. sedangkan tidur tahapan
REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit sebelum tidur bera
khir (Haswita dan Sulistyowati, 2017). Tidur NREM (Norapid Eye Movemen
t) tidur gelombang lambat adalah tidur yang nyaman dan dalam. Tanda-tanda
24
nya yaitu mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan
pernapasan turun, metabolisme turun dan gerakan bola mata lambat (Sutanto
dan Fitriana, 2017). Pada tahapan tidur NREM dibagi menjadi 4 tahap. Pada t
ahap satu NREM adalah tahap meliputi tingkat paling dangkal dalam tidur. T
ahap ini berlangsung selama 5 menit, yang membuat orang beralih dari tahap
sadar menjadi tidur.pada tahap ini terjadi pengurangan aktivitas fisiologis dim
sorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara sehingga
ketika terbangun, sesesorang merasa telah melamun. Pada tahap dua NREM y
ang merupakan tidur ringan terjadi kemajuan relaksasi otot, tanda vital dan m
etabolisme menurun dengan jelas namun untuk terbangun masih relatif muda
h. Pada tahap ini gelombang otak ditandai dengan "sleep spindles dan gelomb
ang komplek, tahap berakhir 10 hingga 20 menit. Dalam tahap tiga NREM, ta
hap awal tidur yang dalam yang berlangsung selama 15 sampai 30 menit. Pad
a tahap ini juga orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarak bergerak dikare
nakan otot-otot dalam keadaan santai penuh dan jarak bergerak, tanda vital m
enurun tetapi tetap teratur. Gelombang otak juga menjadi lebih teratur dan ter
dapat penambahan gelombang delta yang lambat. Terakhir pada tahap empat
NREM adalah tahap tidur terdalam/nyenyak sehingga sangat sulit untuk mem
bangunkan orang yang tidur dikarenakan jika terjadi kurang tidur, maka orang
yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap empat
ini, tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan selama jam terj
25
aga yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat (Has
Tidur REM (Rapid Eye Movement) merupakan tipe tidur dimana otak
ah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya k
sung pada tidur malam selama 5-20 menit atau rata-rata 90 menit. Periode per
tama terjadi selama 80-100 menit, namun jika kondisi seseorang sangat lelah,
18 maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada (Sutanto dan
lit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat, tonus otot
selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spi
nal atas sistem pengaktivasi retikularis, frekuensi jantung dan pernafasan men
jadi tidak tertidur, pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang yang ti
dak teratur, mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irreguler tekanan
darah meningkat atau berfluktuasi sekresi gaster dapat meningkat dan metabo
lisme meningkat, tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga b
erperan dalam belajar, memori dan adaptasi (Haswita dan Sulistyowati, 2017).
Diantara banyak faktor yang menentukan kebutuhan tidur, salah satunya usia
merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang butuhkan seseorang
anyak penyakit yang mengharuskan untuk istirahat dan tidur, misalnya penya
kit yang disebabkan infeksi (infeksi limpa) akan menbutuhkan lebih banyak
waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Keadaan lingkungan yang aman dan n
dan waspada menahan kantuk. Rasa letih akibat aktivitas tinggi memerlukan l
ebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan.
Maka orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gel
uga menekan REM secara normal, seseorang yang tahan meminum alkohol d
si yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat me
ng kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untu
jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur seperti diuretik dan beta-blo
Sulistyowati, 2017).
engah malam dan kesulitan untuk tidur kembali, merasakan lelah saat bangun
tidur dan tidak merasakan kesegaran, sakit kepala di pagi hari, merasa kesulit
an berkonsentrasi, mudah marah terhadap suatu hal tanpa sebab, mata kelihat
an merah, dan selalu mengantuk disetiap hari. Istirahat yang kurang dan kebia
saan insomnia seperti itu juga dapat mengganggu sirkulasi darah dalam tubuh.
Akibatnya, tubuh menjadi kekurangan darah dan akan berpengaruh pada kine
rja otak yang menjadi tidak optimal (Alviani, 2015). Insomnia jangka panjang
tidak hanya berakibat pada kondisi mental yang lesu di siang hari, respons la
mbat, daya ingat turun, juga dapat timbul neurastenia (saraf lemah), depresi, k
DAFTAR PUSTAKA
Amir, N., 2007., Gangguan Tidur pada Lanjut Usia, Diagnosis dan Penatalaksanaa
n. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran.
Asiah, dkk., 2013., Faktor Determinan Mulainya Usia Menopause pada Pengguna
Kontrasepsi Oral dan Dampaknya terhadap Hipertensi di Desa Binangga K
ecamatan Marawola Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
Baziad, A., 2003., Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sa
rwono Prawirohardjo.
Bromberger, J., et al., 2001., Factors Associated with Age at Natural Menopause i
n a Multiethnic Sample of Midlife Women. Am J Epidemiology.
Dahlan, M.S., 2013., Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Pener
bit Salemba Medika.
Zakiyah, A. dan Rofiah, A., 2014., Hubungan antara Insomnia pada Wanita Meno
pause dengan Perubahan Fungsi Kognitif (Konsentrasi). Jurnal Penelitian
Kesehatan. Volume 10 No 01.
29