BERPENGARUH
c
Percentage of Windsb
Wind Direction
4-15 mi/h 15-31 mi/h 31-47 mi/h Total
N 4,8 1,3 0,1 6,2
NNE 3,7 0,8 - 4,5
NE 1,5 0,1 - 1,6
ENE 2,3 0,3 - 2,6
E 2,4 0,4 - 2,8
ESE 5,0 1,1 - 6,1
SE 6,4 3,2 0,1 9,7
SSE 7,3 7,7 0,3 15,3
S 4,4 2,2 0,1 6,7
SSW 2,6 0,9 - 3,5
SW 1,6 0,1 - 1,7
WSW 3,1 0,4 - 3,5
W 1,9 0,3 - 2,2
WNW 5,8 2,6 0,2 8,6
NW 4,8 2,4 0,2 7,4
NNW 7,8 4,9 0,3 13,0
Calms 0-4 mi/h 4,6
Total 100 %
Keterangan :
a N = North (Utara), NNE = North-North East, NE = North East (Timur Laut), ENE = East-North
East, E = East (Timur), ESE = East-South East, SE = South East (Tenggara), SSE = South-South
East, S = South (Selatan), SSW = South-South West, SW = South West (Barat Daya), WSW = West-
South West, W = West (Barat), WNW = West-North West, NW = North West (Barat Laut), NNW =
North-North West.
b 1 km/jam = 1,6 mi/h
Gambar 8.2 Wind rose (ICAO, 1987[5])
b. Gunakan pusat dari wind rose sebagai poros, kemudian putar plastic
template transparan hingga jumlah dari persentase antara garis terluar
wind rose merupakan persentase maksimum dengan pembulatan ke atas
sebesar 0,1%.
c. Langkah selanjutnya adalah membaca arah angin runway pada skala
terluar wind rose, saat garis tengah plastic template transparan
memotong skala arah. Pada contoh ini, arah runway “terbaik” adalah
150-330° (S 30° E true).
d. Jumlah dari persentase antara garis-garis terluar menunjukkan
persentase waktu yang menghasilkan operasi (usability factor) 95
persen dari waktu angin dan dengan komponen crosswind yang
diizinkan (dalam contoh ini tidak melebihi 15 mi/jam). Pada Gambar 8.2
dihasilkan persentase 97%.
Prosedur di atas digambarkan untuk persyaratan crosswind
maksimum dengan kecepatan 15 mi/jam. Namun, prosedur ini juga dapat
digunakan untuk mendapatkan estimasi untuk persyaratan crosswind
lainnya.
8.3 RUNWAY DESIGNATION NUMBER
ICAO mengatur mengenai runway designation number (penomoran
runway), yang merupakan azimuth dari runway dalam derajat dibagi dengan
sepuluh. Azimuth ialah besar sudut mendatar antara utara magnetis (nol derajat)
dengan titik/sasaran yang kita tuju, dalam hal ini, titik yang dituju adalah garis
tengah runway.
Sebagai contoh dari hasil analisis wind rose, didapatkan orientasi
runway “terbaik” seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.3. kemudian
dihitung azimuth-nya, yaitu 72° dan 252°. Runway designation number dari
runway tersebut adalah 072/100 = 07 dan 252/10 = 25 (Gambar 8.4). Runway
designation number dapat dibulatkan ke atas atau ke bawah dan biasanya jika
angka ketiga sebesar 1-4 maka pembulatan ke bawah dan bila 6-9 pembulatan
ke atas.
Gambar 8.8 Contoh layout Bandara Atlanta/Hartsfield dengan empat runway sejajar
(Neufville, 2003[6])
Format serta dimensi dari nomor dan huruf runway designation diatur
oleh ICAO[1] dan dibahas dalam bab 13 pada buku ini.
Contoh Soal 8.1[3]
Diketahui :
Data angin untuk berbagai kondisi ditunjukkan pada Tabel 8.4. data angin ini
kemudian diplot secara skalatis dalam wind rose, seperti ditunjukkan pada
Gambar 8.9. Crosswind maksimum yang disyaratkan adalah 15 mi/jam.
Gambar 8.10 Contoh wind coverage untuk runway 9-27, contoh soal 8.1
(Huronjeff, dkk., 2010[3])
Gambar 8.11 Contoh wind coverage untuk runway 3-21, contoh soal 8.1[3]
Gambar 8.12 Contoh wind coverage untuk runway 9-27 dan 3-21, contoh soal 8.[3]
8.4 REFERENSI
[1] ICAO, 2013. Aerodromes, Annex 14 to the Convention on International
Civil Aviation, Vol. 1: Aerodrome Design and Operations, International
Civil Aviation Organization, Montreal, Canada.
[2] FAA, 2014. “Airport Design”. FAA Advisory Circular AC-150/5300-13A,
Washington, DC: Federal Aviation Administration. February 26 2014.
[3] Horonjeff, et al., 2010. Planning And Design of Airports. Fifth Edition, Mc.
Graw-Hill Inc.
[4] Ashford, N.J., Mumayiz, S.A. & Wright, P.H., 2011. Airport Engineering.
Canada: Wiley.
[5] ICAO, 1987. Airport Planning Manual Part 1: Master Planning. Second
Ed. International Civil Aviation Organization, Montreal, Canada.
[6] Neufville, Richard de dan Amedeo Odoni. 2003. Airport System Planning,
Design, and Management. Mc Graw Hill. New York.