Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rajadil Fahmi Abagi

Nim/Jurusan : 2310532064/Akuntansi
Mata Kuliah : Pengantar Manajemen
Dosen Pengampu : Alfitman, Dr., SE, M.Sc, & Arrizal, Drs., M.Si

1. Meringkas bab, “Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajerial (Social Responsibility and
Managerial Ethics)” dalam buku “Manajemen” oleh Stephen P. Robbins dan Mary Coulter”,
Sembarang Edisi.
2. Jelaskan tiga pandangan tanggung jawab sosial manajer (three views of social
responsibility)? Tiapnya berikan dua contoh.
3. Jelaskan empat tingkatan keterlibatan sosial (levels of social involvement) manajer?
Tiapnya berikan dua contoh.
4. Jelaskan bagaimanakah pengaruh tanggung jawab sosial (social responsibility) manajer
terhadap kinerja ekonomi perusahaan?
5. Jelaskan dua konsep manajemen yang berkaitan dengan keterlibatan sosial (social
involvement) manajer?
6. Jelaskan lima masalah lingkungan global? Tiapnya berikan dua contoh.
7. Jelaskan empat pendekatan yang dapat digunakan organisasi untuk melindungi (protect)
dan melestarikan (preserve) lingkungan alam? Tiapnya berikan dua contoh.
8. Apakah pengertian etika (ethics)?
9. Jelaskan empat pandangan tentang etika?
10. Jelaskan dua standar etika internasional?
11. Jelaskan tujuh program etika yang komprehensif (comprehensive ethical program) untuk
menciptakan perilaku etis?
12. Apa yang sedang terjadi tentang perilaku etika di tempat kerja?
13. Jelaskan 11 perilaku tidak etis yang dilakukan karyawan?
14. Jelaskan perilaku tidak etis menyontek (cheating) mahasiswa perguruan tinggi?
15. Apakah implikasi perilaku tidak etis bagi manajer zaman sekarang dan masa depan?

Jawaban
2. 1). Pandangan Klasik (The Classical View)
Pandangan klasik menyatakan bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial manajemen
adalah memaksimalkan profit (maximize profits) bagi para pemegang saham.
2). Pandangan Sosial Ekonomi (The Socioeconomic View)
Pandangan sosial ekonomi menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen
bukan sekedar memaksimalkan profit (maximize profits) bagi para pemegang saham, tetapi
juga mencakup melindungi (protecting) dan memperbaiki (improving) kesejahteraan sosial
(society’s welfare).
3). Konsep Tripple Bottom Line (The Tripple Bottom Line Concept)
Konsep tripple bottom line menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen
adalah (1) memaksimalkan profit (maximize profits) bagi para pemegang saham, (2)
melindungi (protecting) dan memperbaiki (improving) kesejahteraan sosial (society’s
welfare), dan (3) melindungi (protect) dan melestarikan (preserve) lingkungan alam (planet).

3. 1). Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)


ialah kewajiban perusahaan bisnis di luar (beyond) yang dituntut oleh hukum dan
pertimbangan ekonomi untuk mengejar berbagai tujuan jangka panjang yang baik bagi
masyarakat (good for society).
2). Kewajiban Sosial (Social Obligation)
ialah kewajiban perusahaan bisnis untuk memenuhi tanggung jawab ekonomis dan
hukum dan tidak lebih (not beyond).
3). Kecepat-tanggapan Sosial (Social Responsiveness)
ialah kemampuan perusahaan (capacity of a firm) untuk menyesuaikan diri (adapt)
dengan perubahan keadaan masyarakat.
Kecepat-tanggapan sosial (social responsiveness) berciri pertimbangan utamanya
pragmatis, fokusnya sarana, penekanannya tanggapan, kerangka kerja keputusannya jangka
pendek dan menengah.
Tanggung jawab sosial (social responsibility) berciri pertimbangan utamanya etis,
fokusnya tujuan, penekanannya kewajiban, kerangka kerja keputusannya jangka panjang.
4). Filantropi (Kedermawanan)
Filantropi adalah tindakan manusia menolong manusia lainnya dengan lebih
terencana dan matang sehingga pertolongan yang dilakukan lebih profesional.
Filantropi merupakan salah satu jawaban atau solusi menyelesaikan masalah
kemanusiaan, termasuk masalah pengungsi korban konflik bersenjata dan perang. Misalnya
perang Palestina, Suriah, Lebanon, Irak, Yaman, Afganistan, dan Libia.
Filantropi bukan corporate social responsibility (CSR). Corporate social
responsibility (CSR) merupakan kewajiban bisnis. Sedangkan filantropi merupakan
panggilan kemanusiaan. Makanya, beruntung atau rugi perusahaan, filantropi mestinya tetap
dilaksanakan. Misalnya, CEO Mayapada Group Dato Sri Tahir melalui Tahir Foundation
melindungi dan menyelamatkan para pengungsi korban konflik bersenjata di banyak negara.
Tidak pernah terjadi perusahaan bangkrut akibat filantropi. Namun, perusahaan
bangkrut diakibatkan kegagalan mengelola perusahaan dan kegagalan menghadapi
tantangan.
4. tanggung jawab sosial berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi jangka panjang
perusahaan (Robbins dan Coulter, 2004: 117 – 118 dan 138).
Mengingat besarnya tekanan politik dan tekanan sosial sekarang ini supaya
perusahaan memiliki tanggung jawab sosial, maka itu artinya para manajer harus memikirkan
tujuan sosial (social goals) ketika memanajemen perusahaan (merencana, mengorganisasi,
memimpin, dan mengontrol) (Robbins dan Coulter, 2004: 117 - 118).

5. konsep manajemen yang berkaitan dengan keterlibatan sosial (social involvement)


manajemen, yaitu:
1). Manajemen Berbasis Nilai (Value-Based Management) atau Manajemen Berbasis
Budaya Organisasi
ialah pendekatan manajemen (managing approach) yang para manajer menetapkan,
memajukan, dan mempraktekkan nilai-nilai bersama suatu organisasi (organizational shared
values). Nilai bersama organisasi itu membentuk budaya organisasi (organizational culture).
Budaya organisasi mempengaruhi cara organisasi beroperasi dan cara karyawan berperilaku.
2). Manajemen Ramah Lingkungan (The “Greening” of Management)
ialah kesadaran (recognition) akan eratnya hubungan antara keputusan dan kegiatan
organisasi dengan dampaknya (impact) terhadap lingkungan alam.
6. Ada 5 masalah lingkungan global, yaitu:
1. Menipisnya sumberdaya alam
Contoh: Kekurangan Air dan Penggundulan Hutan
2. Pemanasan global
Contoh: Suhu udara Meningkat dan Lapisan Ozon Menurun
3. Pencemaran air, udara, dan tanah
Contoh: Air Berwarna dan Kabut Asap
4. Kecelakaan industri
Contoh: Terjepi alat berat dan Terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal
5. Limbah beracun
Contoh: bekas pengharum ruangan dan pemutih pakaian
7. Ada empat pendekatan yang dapat digunakan organisasi untuk melindungi (protect)
dan melestarikan (preserve) lingkungan alam, yaitu:

1). Pendekatan Hukum (Legal Approach)


Organisasi mematuhi (comply) undang-undang (laws) dan peraturan (regulations)
lingkungan hidup.
2). Pendekatan Pasar (Market Approach)
Organisasi menanggapi (respond) preferensi (kelebih-sukaan) lingkungan alam para
pelanggan dan mensuplai produk yang ramah lingkungan.
3). Pendekatan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Approach)
Organisasi menanggapi (respond) dan memenuhi banyak tuntutan lingkungan alam
yang dibuat oleh para pemangku kepentingan (stakeholders).
4). Pendekatan Aktivis (Activist Approach)
Organisasi mencari cara-cara melindungi (protect) dan melestarikan (preserve) bumi
dan sumberdaya alam.
8. Etika (Ethics) ialah peraturan (rules) dan prinsip (principles) yang mendefinisikan
tindakan benar dan salah.
9. 1. Pandangan Etika Utilitarian (Utilitarian View of Ethics)

Pandangan etika yang mengatakan bahwa keputusan etika dibuat semata-mata


berdasarkan akibat atau hasil keputusan itu.
Pandangan etika utilitarian menggunakan metode kuantitatif untuk membuat
keputusan etika dengan memberikan manfaat terbesar bagi jumlah terbesar. “Kepentingan
organisasi lebih penting dibanding kepentingan individu”
Mayoritas pengusaha menggunakan pendekatan etika utilitarian, karena pendekatan
ini konsisten dengan tujuan bisnis (business goals) seperti efisiensi dan profit.
2. Pandangan Etika Hak (Rights View of Ethics)
Pandangan etika yang mengatakan bahwa keputusan etika dibuat untuk menghormati
dan melindungi hak azazi individu.

3. Pandangan Etika Teori Keadilan (Theory of Justice View of Ethics)


Pandangan etika yang mengatakan bahwa manajer menerapkan dan menegakkan
peraturan (rules) secara adil dan tidak memihak dan tindakan itu dilakukan dengan mengikuti
seluruh peraturan (regulations) dan perundang-undangan di bidang hukum (legal rules).
4. Pandangan Etika Teori Kontrak Sosial Terpadu (Integrative Social Contracts Theory)
Pandangan etika yang mengusulkan bahwa keputusan etika harus didasarkan pada
faktor empiris (apa yang ada) dan faktor normatif (apa yang seharusnya).
10. 1. Etika Kontingensi

Perilaku etis tergantung pada perbedaan sosial dan budaya antarnegara (social and
cultural differences). Misalnya, praktek suap merupakan praktek bisnis biasa di Meksiko.
Sebaliknya, praktek suap merupakan praktek bisnis yang tidak etis (unethical) dan melawan
hukum (illegal) di Amerika Serikat dan Indonesia.
2. Kesepakatan Global (The Global Compact)
11. 1. Seleksi Karyawan (Employee Selection)
Proses seleksi karyawan harus dapat memilih karyawan yang memiliki etika yang
tinggi.
2. Kode Etika dan Peraturan Pengambilan Keputusan (Codes of Ethics and Decision
Rules)
Kode etika (code of ethics) ialah pernyataan formal tentang nilai utama dan peraturan
etika organisasi yang diharapkan (expects) akan diikuti (follow) oleh para karyawan.
3. Kepemimpinan Manajemen Puncak (Top Management’s Leadership)
Manajer puncak memimpin dengan memberikan teladan perilaku etika dalam
perkataan (words) dan perbuatan (actions).
4. Tujuan Jabatan dan Penilaian Prestasi Kerja (Job Goals and Performance Appraisal)
Keryawan harus mempunyai tujuan jabatan yang nyata (tangible) dan realistis.
Kriteria etika harus dimasukkan dalam penilaian prestasi kerja.
5. Pelatihan Etika (Ethics Training)
Pelatihan etika bertujuan untuk meningkatkan perilaku etis (ethical behavior), tahap
pengembangan moral (level of moral development), kesadaran terhadap masalah etika bisnis
(awareness of ethical issues in business).
6. Audit Sosial Independen (Independent Social Audits)
Audit sosial independen akan mengevaluasi keputusan dan praktek manajemen
berdasarkan kode etika perusahaan.
Audit sosial independen dapat dilakukan secara rutin dan acak tanpa pemberitahuan.
7. Mekanisme Perlindungan Formal (Formal Protective Mechanisms)
Organisasi menyediakan mekanisme perlindungan formal untuk melindungi karyawan
yang menghadapi dilema etika sehingga karyawan itu dapat memperbaiki perilaku etika tanpa
dipermalukan di depan umum.
Misalnya, organisasi menyediakan penasehat etika (ethical counselors),
pejabat etika (ethics officers), dan prosedur mengajukan masalah etika tanpa resiko.
12. riset melaporkan bahwa tekanan-tekanan di tempat kerja (workplace pressures) memaksa
karyawan berperilaku tidak etis dan melanggar hukum di tempat kerja. Hasil riset
menunjukkan 48 % karyawan telah berperilaku tidak etis dan 56 % belum berperilaku tidak
etis tetapi merasa ditekan untuk berperilaku tidak etis (Robbins dan Coulter, 2004: 136).
13. 1). Mengabaikan kendali mutu (quality control) (16 %).
2). Menutup-nutupi kecelakaan (14 %).
3). Berbohong sakit (11 %).
4). Berdusta dan menipu pelanggan (9 %).
5). Menekan orang lain dengan tidak semestinya (7 %).
6). Memalsukan laporan atau angka (6 %).
7). Berbohong dan menipu atasan tentang masalah berat (5 %).
8). Menyembunyikan informasi penting (5 %).
9). Menyalahgunakan dan mencuri harta milik organisasi (4 %).
10). Mengakui pekerjaan dan gagasan orang. lain sebagai berasal dari diri sendiri
(4 %).
11). Melakukan pelanggaran hak cipta dan mengkopi piranti lunak (software) secara
tidak sah (3 %).
14. menyontek (cheating) merupakan kejadian umum dalam pendidikan.
Riset menunjukkan perilaku tidak etis menyontek (cheating) mahasiswa perguruan tinggi,
yaitu:
1. Penyontek tidak mengakibatkan kerugian (90 %).
2. Ketika melihat seseorang menyontek, mahasiswa tidak melaporkannya (90 %).
3. Mahasiswa perlu menyontek untuk lulus di dunia sekarang ini (get ahead in the
world today) (84 %).
4. Orang tua dan teman membantu pekerjaan rumah adalah wajar (fair) (63 %).
15. Mengerjakan pekerjaan benar adalah sulit. Memanajemen secara etis adalah sulit
(managing ethically is not always easy). Manajer harus memonitor perubahan harapan
masyarakat (changing society’s expectations) tentang perilaku etika.

Anda mungkin juga menyukai