ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kesesuaian falsafah kesatuan ilmu melalui
bahasa Arab dengan pendekatan multikultural. Dengan mengambil perspektif multikultural,
penelitian ini berusaha memahami bagaimana bahasa Arab dapat menjadi sarana untuk
memperkuat kesatuan ilmu di tengah kompleksitas masyarakat yang multikultural. Metode
penelitian yang digunakan adalah tinjauan literatur, di mana peneliti secara rinci mengkaji
karya-karya terkait untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang konsep kesatuan ilmu
dalam bahasa Arab dan konteks multikultural. Hasil dari literatur review ini diungkapkan
melalui analisis mendalam dalam pembahasan, menggambarkan kontribusi bahasa Arab
sebagai alat yang dapat merentangkan batas-batas ilmu pengetahuan dalam masyarakat yang
beragam budaya. Dalam konteks multikultural, bahasa Arab dilihat sebagai medium yang
dapat merangkul perbedaan dan memperkaya pemahaman ilmu pengetahuan. Kesimpulan
penelitian ini menegaskan bahwa bahasa Arab mampu memfasilitasi kesesuaian falsafah
kesatuan ilmu dalam konteks multikultural, memberikan kontribusi positif terhadap
pemahaman yang lebih holistik dan inklusif terhadap ilmu pengetahuan. Penelitian ini
memberikan wawasan baru terkait peran bahasa dalam menciptakan keselarasan antara
kesatuan ilmu dan multikulturalisme.
Kata Kunci: Falsafah kesatuan ilmu, Bahasa Arab, Multikulturalisme
ABSTRACT
This research aims to investigate the suitability of the philosophy of unity of
knowledge through Arabic with a multicultural approach. By taking a multicultural
perspective, this research seeks to understand how Arabic can be a means of strengthening
the unity of knowledge amidst the complexity of a multicultural society. The research method
used is a literature review, where the researcher examines related works in detail to gain an
in-depth understanding of the concept of the unity of knowledge in Arabic and a multicultural
context. The results of this literature review are expressed through in-depth analysis in the
discussion, describing the contribution of Arabic as a tool that can stretch the boundaries of
science in a culturally diverse society. In a multicultural context, Arabic is seen as a medium
that can embrace differences and enrich scientific understanding. The conclusion of this
research confirms that Arabic is able to facilitate the compatibility of a unified philosophy of
science in a multicultural context, making a positive contribution to a more holistic and
inclusive understanding of science. This research provides new insights regarding the role of
language in creating harmony between the unity of science and multiculturalism.
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini, masyarakat dihadapkan pada keberagaman budaya,
nilai, dan pemikiran yang semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan munculnya dinamika
yang menuntut pemahaman yang lebih dalam terhadap esensi dari kesatuan ilmu, serta cara
untuk merangkul keberagaman tersebut tanpa mengorbankan integritas ilmu pengetahuan.
Falsafah kesatuan ilmu menjadi salah satu konsep yang relevan dalam konteks ini. Konsep
ini menekankan bahwa ilmu pengetahuan memiliki akar yang sama dan berinteraksi secara
harmonis, tanpa terpengaruh oleh batasan disiplin ilmiah atau perbedaan budaya. Namun,
implementasi konsep kesatuan ilmu sering kali menghadapi kendala dalam realitas
multikultural, di mana perbedaan bahasa, keyakinan, dan pemahaman sering kali menjadi
hambatan yang signifikan.
Dalam konteks bahasa Arab, terdapat warisan intelektual yang kaya akan kontribusi
terhadap kesatuan ilmu. Bahasa Arab tidak hanya menjadi medium komunikasi, tetapi juga
memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang
ilmu-ilmu humaniora dan agama. Namun, pemahaman yang mendalam tentang kontribusi
bahasa Arab terhadap kesatuan ilmu masih memerlukan eksplorasi lebih lanjut, terutama
dalam konteks multikulturalisme yang semakin menonjol. Bahasa Arab dapat menjadi
jembatan antara berbagai tradisi keilmuan dan budaya, sehingga bahasa arab dapat
memfasilitasi terciptanya kesatuan ilmu yang inklusif dan berkelanjutan. Keterlibatan bahasa
Arab dalam konteks multikultural juga dapat menginspirasi dialog antarbudaya dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas keberagaman manusia1.
Selain itu, penting juga untuk mengkaji peran bahasa Arab dalam merespons
tantangan-tantangan kontemporer, seperti globalisasi dan pluralisme budaya. Dalam
menghadapi dinamika ini, kesadaran akan nilai-nilai universal yang terdapat dalam bahasa
Arab dapat membantu masyarakat untuk menghargai keberagaman sebagai sumber
kekayaan, bukan sebagai sumber konflik atau ketidaksepahaman 2. Dengan demikian, latar
1
Tarmizi Tarmizi, “Pendidikan Multikultural: Konsepsi, Urgensi, Dan Relevansinya Dalam Doktrin Islam,” Jurnal
Tahdzibi : Manajemen Pendidikan Islam 5, no. 1 (2020): 57–68, https://doi.org/10.24853/tahdzibi.5.1.57-68.
2
Tarmizi.
belakang masalah penelitian ini mendorong untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang
kesesuaian falsafah kesatuan ilmu melalui bahasa Arab dalam konteks multikultural.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam memperdalam
pemahaman tentang hubungan antara bahasa, keilmuan, dan multikulturalisme, serta
memberikan pandangan baru terhadap pentingnya menjaga kesatuan ilmu dalam masyarakat
yang semakin kompleks dan beragam.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinjauan literatur yang
mendalam. Tinjauan literatur merupakan pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk
mengeksplorasi dan menganalisis berbagai sumber teks yang relevan dengan topik penelitian
tanpa melibatkan proses pengumpulan data primer. Dalam konteks ini, peneliti melakukan
pencarian dan analisis terhadap berbagai artikel jurnal, buku, dan sumber-sumber teks
lainnya yang berkaitan dengan dua aspek utama penelitian, yaitu falsafah kesatuan ilmu dan
penggunaan bahasa Arab dalam konteks multikulturalisme. Dalam melakukan tinjauan
literatur ini, peneliti mencari pemahaman tentang bagaimana konsep ini dipahami dan
diartikan dalam teks-teks klasik dan kontemporer yang berbahasa Arab. Selain itu, peneliti
menelusuri literatur yang membahas peran bahasa Arab dalam konteks multikultural, baik
dalam konteks sejarah, sastra, maupun keilmuan. Analisis ini mencakup studi tentang
bagaimana bahasa Arab telah digunakan sebagai alat untuk mempromosikan toleransi, saling
pengertian, dan dialog antarbudaya dalam masyarakat yang multikultural seperti yang terjadi
di berbagai negara-negara Arab dan wilayah-wilayah yang pernah dipengaruhi oleh
kebudayaan Arab.
3
Alim Roswantoro, “Studi Islam: Konsepsi, Kemunculan Polemik-Ideologis Dan Filsafat Ilmu
Pengembangannya,” ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 17, no. 2 (2016): 155,
https://doi.org/10.14421/esensia.v17i2.1285.
4
Budi Sujati, “Konsepsi Pemikiran Filsafat Sejarah Dan Sejarah Menurut Ibnu Khaldun,” Jurnal Tamaddun :
Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 6, no. 2 (2018): 127–48, https://doi.org/10.24235/tamaddun.v6i2.3521.
tidak hanya merangsang kolaborasi lintas disiplin, tetapi juga mendorong pertukaran budaya
yang saling memperkaya. Kesimpulannya, dalam perjalanan menuju perdamaian global,
penghargaan terhadap pluralitas dan dialog antarbudaya menjadi pondasi yang tak
tergantikan.
5
Ubaid Ridlo, “Bahasa Arab Dalam Pusaran Arus Globalisasi : Antara Pesismisme Dan Optimisme,” Ihya al-
Arabiyah 1, no. 2 (2015): 210–26.
dalam pengembangan pengetahuan manusia secara umum. Secara keseluruhan, peran Bahasa
Arab sebagai medium kesatuan dan identitas tidak dapat disangkal. Bahasa ini tidak hanya
mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah bangsa Arab, tetapi juga memainkan peran
penting dalam mempertahankan identitas Muslim dan menyatukan komunitas Arab di
seluruh dunia6.
6
Ridlo.
7
Fritz Hotman, Syahmahita Damanik, dan Universitas Negeri Yogyakarta, “Kehidupan Multikultural di Kota
Medan : Dinamika , Tantangan , dan Peluang,” 2024, 60–67.
Tantangan multikulturalisme dalam pemahaman ilmu juga mencakup kesenjangan
dalam akses dan partisipasi dalam ilmu pengetahuan. Di banyak negara, terdapat disparitas
dalam kesempatan belajar dan akses terhadap sumber daya ilmiah antara kelompok-
kelompok etnis, sosial, dan ekonomi yang berbeda8. Hal ini dapat menghambat kemajuan
ilmu pengetahuan dan mengurangi representasi beragam perspektif dalam komunitas ilmiah.
Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil di mana
semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses ilmu pengetahuan dan
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dalam menghadapi tantangan dan dinamika multikulturalisme dalam pemahaman
ilmu, peran pendidikan dan advokasi menjadi sangat penting. Pendidikan harus
mempromosikan kesadaran multikultural dan mengajarkan keterbukaan terhadap keragaman
budaya, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang inklusif bagi semua individu. Selain
itu, advokasi untuk akses yang lebih merata terhadap sumber daya ilmiah, dukungan bagi
penelitian yang mencerminkan keragaman budaya, dan promosi dialog antarbudaya dapat
membantu mengatasi tantangan multikulturalisme dalam pemahaman ilmu 9. Pemahaman
ilmu yang inklusif dan multikultural menjadi semakin penting dalam membangun
masyarakat yang berkelanjutan dan adil. Dengan mengakui dan menghargai keragaman
budaya, nilai-nilai, dan perspektif dalam pemahaman ilmu, kita dapat memperkaya
pengetahuan manusia dan mempromosikan perdamaian dan keadilan di seluruh dunia.
11
Muhammad Zaidar, “Pembelajaran Bahasa Arab dalam Pengembangan Karakter Anak di Era Modern: Kajian
Konseptual,” Islamic Insights Journal 5, no. 1 (2023): 42–55,
https://islamicinsights.ub.ac.id/index.php/insights/article/view/89.
D. KESIMPULAN
Secara keseluruhan, integrasi Kesatuan Ilmu dan Bahasa Arab dalam pendidikan
menunjukkan potensi besar untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang holistik,
inklusif, dan berorientasi pada nilai-nilai budaya. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya
diajak untuk memahami keterkaitan antara berbagai cabang ilmu pengetahuan, tetapi juga
untuk menghargai warisan intelektual dan sastra yang terkandung dalam Bahasa Arab.
Implementasi Kesatuan Ilmu memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, analitis, dan reflektif yang sangat penting dalam menghadapi kompleksitas
dunia modern. Selain itu, mempelajari Bahasa Arab juga memperkuat identitas budaya siswa
dan menguatkan rasa kebanggaan terhadap warisan budaya mereka. Terlebih lagi,
pendidikan yang mengintegrasikan Kesatuan Ilmu dan Bahasa Arab membuka pintu untuk
membangun pemimpin masa depan yang berpikiran terbuka, inklusif, dan berorientasi
global, yang mampu mempromosikan dialog antarbudaya dan memperkuat harmoni dalam
masyarakat yang semakin multikultural. Dengan demikian, implementasi ini tidak hanya
memberikan manfaat pendidikan yang luas, tetapi juga merupakan langkah menuju
pembangunan sosial dan budaya yang berkelanjutan dan berdaya saing.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. “Bahasa Arab Sebagai Kekhasan Pesantren dan Tantangan dalam Situasi
Global.” Mohammad Makinuddin 4, no. 1 (2017): 9–15.
Ridlo, Ubaid. “Bahasa Arab Dalam Pusaran Arus Globalisasi : Antara Pesismisme Dan
Optimisme.” Ihya al-Arabiyah 1, no. 2 (2015): 210–26.
Sujati, Budi. “Konsepsi Pemikiran Filsafat Sejarah Dan Sejarah Menurut Ibnu Khaldun.”
Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 6, no. 2 (2018): 127–48.
https://doi.org/10.24235/tamaddun.v6i2.3521.
Zaidar, Muhammad. “Pembelajaran Bahasa Arab dalam Pengembangan Karakter Anak di Era
Modern: Kajian Konseptual.” Islamic Insights Journal 5, no. 1 (2023): 42–55.
https://islamicinsights.ub.ac.id/index.php/insights/article/view/89.