Anda di halaman 1dari 4

IDENTIFIKASI JARINGAN PENGANGKUT DARI

BATANG JAGUNG (Zea mays L.)

Afrida Nanda Ariesta


(231303001)

Abstrak
Penelitian ini membahas struktur jaringan vaskuler pada batang jagung (Zea mays L.), tanaman
monokotil yang merupakan tanaman rumput kuat dengan batang kasar dan tinggi berkisar 0,6−3 m.
Melalui pengamatan sayatan tipis melintang pada batang jagung dewasa dengan perbesaran 10 x 10,
teridentifikasi adanya parenkim sebagai jaringan dasar dan jaringan pembuluh, terutama xilem dan
floem. Xilem, yang kompleks, mengangkut air, mineral, dan memberikan dukungan dengan elemen
trakea dan parenkim. Floem, yang juga kompleks, berperan dalam translokasi fotosintat dari daun ke
organ tumbuhan lainnya. Jaringan berkas pengangkut pada batang jagung bersifat kolateral tertutup,
di antara pembuluh kayu dan pembuluh tapis tanpa kambium. Seludang berkas dan parenkim berfungsi
sebagai penghubung, dengan kadang-kadang hadirnya seludang sklerenkim yang mengelilingi berkas
pengangkut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan
sampel dan identifikasi jaringan vaskuler. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur
dan fungsi jaringan vaskuler pada batang jagung menciptakan sistem pengangkutan yang efisien,
mendukung pertumbuhan, dan perkembangan tanaman.
Kata Kunci : Zea mays L., Xilem, Floem

1. PENDAHULUAN
Zea mays L. atau yang biasa disebut jagung merupakan tanaman rumput-rumputan dan
berbiji tunggal (monokotil). Jagung merupakan tanaman rumput kuat, sedikit berumpun
dengan batang kasar dan tingginya berkisar 0,6 − 3 m. Tanaman jagung termasuk jenis
tumbuhan musiman dengan umur ± 3 bulan (Nuridayanti, 2011). Kedudukan taksonomi jagung
adalah sebagai berikut, yaitu: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisi:
Angiospermae, Kelas: Monocotyledone, Ordo: Graminae, Famili: Graminaceae, Genus: Zea,
dan Spesies: Zea mays L. (Paeru dan Dewi, 2017).
Secara morfologi batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan
tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan
jumlah ruas bervariasi antara 10 − 40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang.
Panjang batang jagung umumnya berkisar antara 60 − 300 cm, tergantung tipe jagung. Batang
jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Rukmana, 1997).
Pada batang jagung biasanya terisi oleh berkas-berkas pembuluh monokotil. Salah satu
contohnya adalah berkas jaringan pengangkut. Secara umum jaringan pengangkut pada
tumbuhan dibedakan menjadi xilem dan floem. Jaringan xilem merupakan jaringan yang
berfungsi untuk mengangkut air dan garam garam mineral dari dalam tanah menuju seluruh
bagian tumbuhan. Jaringan floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi untuk
mengangkut hasil fotosintesis dari daun menuju seluruh organ tumbuhan. Percobaan ini
menggunakan batang jagung sebagai bahan untuk identifikasi jaringan pengakut xilem dan
floem.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan, menginterpretasi serta
mendeskripsikan data hasil penelitian yang telah dilakukan. Alat yang digunakan pada
penelitian ini antara lain: mikroskop, kaca objek, cutter, gunting, kamera digital, alat tulis, buku
catatan, dan buku acuan atau modul yang telah diberikan. Bahan yang dibutuhkan adalah
sampel batang jagung (Zea mays L.).
Metode pengambilan sampel terdiri dari pengambilan sampel dan gambar. Metode
pengambilan sampel yaitu dengan menyayat batang jagung secara melintang untuk diamati di
bawah mikroskop. Desain penelitian terdiri dari satu tahap yaitu teknik pengambilan sampel
tumbuhan yang terdiri atas pengambilan sampel dan pengambilan gambar baik; serta tahap
identifikasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Sayatan tipis melintang pada batang jagung dewasa dengan perbesaran 10 x 10
menunjukkan adanya jaringan dasar (parenkim) dan jaringan pembuluh. Parenkim merupakan
tipe jaringan paling sederhana dalam organ tumbuhan. Jaringan ini hanya sedikit sekali
mengalami perubahan bila dibandingkan dengan sel embrional (merismatik). Batang jagung
termasuk batang monokotil. Hasil identifikasi jaringan sel pada batang jagung (Zea mays L.)
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Hasil mikroskopis sayatan melintang pada batang jagung (Zea mays L.).
Keterangan: p. parenkim; x. xilem; sb. seludang berkas; f. floem. Dokumentasi
pribadi

Hasil pengamatan dapat dijelaskan bahwa jaringan berkas pengangkut pada batang
jagung terdiri dari xilem dan floem. Xilem adalah jaringan kompleks yang mengandung banyak
jenis sel, masing-masing dengan struktur dan fungsi tertentu. Jenis sel xilem antara lain elemen
trakea (trakeid dan elemen pembuluh yang mati pada saat jatuh tempo) dan parenkim (yang
hidup pada saat kematangan). Dengan dinding sel sekunder yang tebal, trakea elemen
mengalirkan air dan memberikan dukungan. Fungsi utama xilem adalah transportasi air,
konduksi mineral, dan support sistem. Transpirasi air bergerak dari tanah ke tanaman melalui
xilem dan didorong oleh perbedaan energi antara air di dalam tanah dan air di dalam tanaman.
Parenkim xilem adalah sel hidup yang terlibat dalam metabolisme dan perlindungan xylem.
Floem adalah jaringan kompleks dengan beberapa jenis sel, masing-masing dengan
struktur dan fungsi tertentu. Floem primer berkembang dari prokambium, floem sekunder
berkembang dari kambium vaskular. Floem Angiospermae terdiri dari tabung ayakan elemen,
sel pendamping, serat, dan parenkim. Floem Gymnospermae hanya memiliki sel ayakan dan
parenkim floem. Kerja floem dan xilem selalu terjadi bersama-sama, karena mereka berasal
dari bifacial meristem yang sama. Floem ke luar, abaksial ke xilem. Fungsi utama floem adalah
translokasi fotosintesis. Fotosintat (produk fotosintesis) ditranslokasi melalui floem dari
jaringan autotrofik ke jaringan heterotrofik melalui tabung floem dengan mekanisme yang
dijelaskan oleh hipotesis aliran tekanan Münch.
Jaringan berkas pengangkutnya bertipe kolateral tertutup yaitu diantara pembuluh kayu
dan pembuluh tapis tidak terdapat kambium. Ciri utama pada kolateral tertutup ialah diantara
pembuluh kayu dan pembuluh tapis tidak terdapat kambium. Terdapat sel-sel yang mengelilingi
berkas xilem dan floem disebut seludang berkas. Parenkim berfungsi sebagai penghubung
diantara keduanya. Tidak jarang pula berkas pengangkut ini terletak dikelilingi oleh jaringan
sklerenkim oleh karenanya disebut seludang sklerenkim.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian dan pengamatan pada batang jagung dewasa, jaringan utama
yang teridentifikasi adalah parenkim dan jaringan pembuluh. Batang jagung, sebagai batang
monokotil, menunjukkan sedikit perubahan pada parenkim dibandingkan dengan sel
embrional. Jaringan berkas pengangkut pada batang jagung terdiri dari xilem dan floem. Xilem,
yang kompleks, melibatkan elemen trakea dan parenkim dengan fungsi transportasi air,
konduksi mineral, dan dukungan. Floem, juga kompleks, mencakup tabung ayakan, sel
pendamping, serat, dan parenkim dengan peran utama dalam translokasi fotosintat dari jaringan
autotrofik ke heterotrofik.
Jaringan berkas pengangkutnya bertipe kolateral tertutup, tanpa kambium di antara
pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Seludang berkas dan parenkim berfungsi sebagai
penghubung, sementara kadang-kadang disertai seludang sklerenkim yang mengelilingi berkas
pengangkut. Keseluruhan, struktur dan fungsi jaringan vaskuler pada batang jagung
menciptakan sistem pengangkutan yang efisien dan mendukung pertumbuhan serta
perkembangan tanaman.

5. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2005). Biology. Pearson Education.
Hasanuddin, Muhibbuddin, Wardiah, & Mulyadi. (2017). Anatomi Tumbuhan. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press.
Hershey, Arthur L. (1934). Origin and Development of the Vascular Bundle of Zea mays L.
Proceedings of the Iowa Academy of Science, 41(1), 95-96.
Nuridayanti, E. (2011). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Rambut Jagung (Zea Mays L) Ditinjau
dari Nilai LD50 dan Pengaruhnya Terhadap Fungsi Hati Dan Ginjal Pada Mencit.
Jakarta: FMIPA Universitas Indonesia.
Paeru, R.H., dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rukmana R, (1997). Botani Tanaman. Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor.
Tjitrosoepomo, G. (2007). Morfologi tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai