Anda di halaman 1dari 12

DETEKSI DINI

PERMASALAHAN
PADA BBL &
NEONATUS
Alfina Ifada (152231005)
Risa Khalisah (152231011)
Ruliana Isna R (152231014)
Upaya penurunan angka kematian anak dalam mencapai target
SDGs harus diringi dengan peningkatan kualitas hidup anak
dimana salah satu upayanya adalah dilakukannya deteksi
kesehatan sedini mungkin bahkan sejak bayi baru lahir yang
dilakukan melalui skrining bayi baru lahir. Skrining atau uji saring
pada bayi baru lahir (Neonatal Screening) adalah istilah yang
menggambarkan berbagai cara tes yang dilakukan pada
beberapa hari pertama kehidupan bayi yang dapat memisahkan
bayi-bayi yang mungkin menderita kelainan dari bayi-bayi yang
tidak menderita kelainan.
Skrining Bayi Baru Lahir

• Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Kritis


• Gangguan Hipotiroid Kongenital (HK)
• Gangguan Pendengaran
• Gangguan Penglihatan (Pada Bayi Prematur)
Penyakit Jantung Bawaan Kritis
Gejala fisik PJB Kritis
1. Masalah Pernafasan
2. Jantung berdebar kencang
3. Denyut nadi lemah
4. Warna kulit pucat atau biru
5. Pemberian makan yang buruk
6. Sangat mengantuk
Cara melakukan Skrining PJB Kritis Pada Bayi Baru Lahir
Usia 24 Jam
▪ Sebelum melakukan tindakan, cuci tangan terlebih dahulu
▪ Bersihkan probe pulse oksimeter
▪ Pasien harus dalam keadaan tenang dan hangat tapi tidak sedang tertidur
▪ Periksa identitas pasien, pastikan identitas pasien sudah sesai dan sudah
berusia 24 jam
▪ Pasang probe di tangan kanan
▪ Pastikan bayi nyaman dan hangat, lalu nyalakan pulse oksimeter
▪ Observasi nilai saturasi yang muncul di layar, pastikan dilayar terlihat
gelombang yang merupakan detak jantung pasien.
▪ Tunggu selama 30 detik
▪ Nilai saturasi yang muncul setelah 30 detik disebut preductal
▪ Lepaskan probe dari tangan kanan
▪ Pastikan kaki hangat sebelum dipasangkan probe
▪ Pemasangan probe dapat dilakukan pada kaki kanan atau kaki
kiri
▪ Pastikan bayi nyaman dan hangat
▪ Observasi nilai saturasi yang muncul di layar, pastikan dilayar
terlihat gelombang yang merupakan detak jantung pasien
▪ Tunggu selama 30 detik
▪ Nilai saturasi yang muncul setelah 30 detik disebut postductal
▪ Lepaskan probe dari kaki, pastikan bayi nyaman dan hangat
▪ Matikan alat pulse oksimeter
▪ Catat kedua nilai saturasi yang didapat pada NSO
Gangguan Pendengaran
Di beberapa rumah sakit sudah termasuk skrining yang rutin, mengingat :
• Gangguan pendengaran pada bayi dan anak sulit diketahui sejak awal
• Adanya periode kritis perkembangan pendengaran dan berbicara, yang
dimulai dalam 6 bulan pertama Kehidupan dan terus berlanjut sampai
usia 2 tahun
• Bayi yang mempunyai gangguan pendengaran bawaan atau didapat
yang segera diintervensi sebelum usia 6 bulan, pada usia 3 tahun akan
mempunyai kemampuan berbahasa normal dibandingkan bayi yang
baru diintervensi setelah berusia 6 bulan
Skrining pendengaran bayi baru lahir hanya menunjukkan ada/tidaknya respons
terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu dan tidak mengukur beratnya
gangguan pendengaran ataupun membedakan jenis tuli (tuli konduktif atau tuli
saraf). Alat yang direkomendasikan untuk skrining pendengaran bayi
adalah otoacoustic emissions (OAE) atau automated auditory brainstem
response (AABR).
OAE dilakukan pada bayi baru lahir berusia 2 hari (di RSCM: usia 0-28 hari)
➢ Bila hasil OAE pass dan bayi tanpa faktor risiko, dilakukan pemeriksaan AABR
atau click 35db pada usia 1-3 bulan;
• Bila hasilnya pass, tidak perlu tindak lanjut
• Bila hasilnya refer, dilakukan pemeriksaan lanjutan (ABR click dan tone B 500
Hz atau ASSR, timpanometri high frequency), dan bila terdapat neuropati
auditorik, dilakukan habilitasi usia 6 bulan.
➢ Bila hasil OAE pass dan bayi mempunyai faktor risiko, atau bila
hasil OAE refer ( di RSCM juga dilakukan pemeriksaan AABR 35 db):
Pada usia 3 bulan, dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanometri,
OAE, AABR.
a. Bila hasilnya Pass, dilakukan pemantauan perkembangan bicara
dan audiologi tiap 3-6 bulan sampai usia 3 tahun (sampai anak bisa
bicara)
b. Bila hasilnya refer, dilakukan pemeriksaan lanjutan (ABR click dan
tone B 500 Hz atau ASSR, timpanometri high frequency), dan bila
terdapat tuli saraf, dilakukan habilitasi usia 6 bulan
Gangguan Penglihatan (Bayi Premature)

Skrining ROP (Retinopathy Of prematurity) dilakukan pada:


• Bayi baru lahir dengan berat ≤ 1500 gram atau masa kehamilan ≤ 34 minggu
• Bayi risiko tinggi seperti mendapat fraksi oksigen (Fi O2) tinggi, transfusi
berulang, kelainan Jantung bawaan, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
infeksi/sepsis, gangguan napas, asfiksia,perdarahan di otak (IVH)
Waktu pemeriksaan:
• Masa gestasi > 30 minggu: 2-4 minggu setelah lahir
• Masa gestasi ≤ 30 minggu: 4 minggu setelah lahir
• Tidak dapat memfiksasi dan mengikuti objek pada usia 3 bulan
• Riwayat katarak bawaan, retinoblastoma, penyakit metabolik dalam keluarga,
juling

Anda mungkin juga menyukai