Penulis
Patricia Christiani Untoro
071.2010.0016
Pembimbing
dr. Vinia Rusli, SpA
1|Page
Identitas
No. Med Rec
: 61-15-05
Nama
: By. S
Umur
: 0 hari
Jenis kelamin
: Laki-laki
: 2850 gr
: 48 cm
Agama
: muslim
Alamat
: palasari
Kebangsaan
: Indonesia
Anamnesa
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis ibu pasien
Ibu pasien
Kesan
Riwayat Kehamilan
Ibu hamil G1P0A0 gravida 40 minggu. Hari pertama mens terakhir 26 desember 2013.
Ibu menyatakan rajin kontrol kehamilan satu bulan sekali di bidan dan terkadang ke
dokter kandungan. Ibu mengaku rutin meminum vitamin seperti SF yang diberikan oleh
bidan di puskesmas. Tidak ada penyulit pada ibu selama proses kehamilan.
Riwayat Persalinan
Bayi lahir laki-laki persalinan spontan pada tanggal 7 oktober 2014 pukul 13.38. Bayi
lahir langsung menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, umbilikal terdiri
atas 2 arteri dan 1 vena. APGAR score menit ke 1 : 8, menit ke 5 : 9. Plasenta lahir
spontan, lengkap.
Ketuban pecah
: 15 jam 38 menit
Kala 1
: 14 jam 15 menit
Kala 2
: 28 menit
Kala 3
: 5 menit
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Laju nadi
Laju napas
: 46 x/min
Suhu
: 36.80C
Berat badan
: 2850 gr
Panjang badan
: 48 cm
Lingkar kepala
: 32 cm
Status Generalis
Kepala
: caput (+)
Lingkar kepala
: 32 cm
Mata
: normal
3|Page
Hidung
Trauma lahir
: (-)
Mulut
Leher
: ROM luas
Thorax
: retraksi (-)
Jantung :
o Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
o Bunyi jantung s1/s2 reguler, murmur (-)
Paru
o Inspeksi
: simetris
o Palpasi
o Perkusi
: sonor
o Auskultasi
: bronchivesikuler +/+
Abdomen
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
Perkusi
Papasi
: teraba supel
Genitalia
Kulit
: icteric (+)
Punggung
Extremitas
Refleks primitif
Oral
: baik
Moro
: baik
Palmar grasp
Plantar grasp
4|Page
Pemeriksaan penunjang
lab 7 Oktober 2014 15.51
TEST
RESULT
UNIT
REFERENCE
RANGE
HEMATOLOGY
Complete Blood Count
Haemoglobin
17.10
g/dL
15.20 23.60
Hematocrit
49.80
44.00 72.00
Erythrocyte (RBC)
4.99
10^6/L
3.60 4.30
14.40
10^3/L
9.40 34.10
Platelete Count
284.00
10^3/L
84.00 478.00
MCV
99.80
fL
98.00 122.00
MCH
34.30
Pg
33.00 41.00
MCHC
34.30
g/dL
31.00 35.00
Blood group
Rhesus
5|Page
RESULT
UNIT
REFERENCE
RANGE
HEMATOLOGY
Complete Blood Count
Haemoglobin
20.28
g/dL
15.20 23.60
Hematocrit
54.85
44.00 72.00
Erythrocyte (RBC)
5.85
10^6/L
3.60 4.30
19.84
10^3/L
9.40 34.10
Platelete Count
292.30
10^3/L
84.00 478.00
MCV
93.79
fL
98.00 122.00
MCH
34.67
Pg
33.00 41.00
MCHC
36.96
g/dL
31.00 35.00
Leukosit
Platelet
Kesan
6|Page
RESULT
UNIT
REFERENCE RANGE
8.70
mg/dL
1 day
2 day
3-5 day
< 12 mg/dL
6-31 day
< 10 mg/dL
RESULT
UNIT
REFERENCE RANGE
18.20
mg/dL
1 day
2 day
3-5 day
< 12 mg/dL
6-31 day
< 10 mg/dL
Resume
Lahir bayi laki-laki dari ibu berusia 21 tahun yang merupakan kehamilan pertama. Bayi
lahir secara persalinan spontan pervaginam dengan usia kehamilan 41 minggu. Bayi
lahir langsung menangis, air ketuban berwarna jernih. APGAR score 8/9. Gerak bayi
aktif, tonus otot baik, warna kulit kemerahan, dengan sedikit caput pada kepala bayi.
Bayi sebelum usia 24 jam tiba-tiba menjadi ikterik yang terlihat pada kulit bayi.
Riwayat kehamilan ibu diakui ibu rutin kontrol ke bidan selama kehamilan dan
terkadang ke dokter kandungan, ibu juga rutin mengonsumsi vitamin yang diberikan
oleh bidan dan dokter kandungan. Ibu menyangkal penggunaan obat-obatan lain selama
masa kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kuning pada bayi dengan skala kramer 2-3.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil total bilirubin 8.7 mg/dL pada usia bayi
17 jam. Usia bayi 67 jam hasil bilirubin total 18.20 mg/dL.
7|Page
Diagnosis
Diagosis kerja
Diagnosis banding
Terapi
Foto terapi
Pemantauan
8 Oktober 2014
S:
Gerak bayi aktif, bayi menyusu kuat, belum BAK , sudah BAB
O:
Asi ad Lib.
Cek GDT, Coombs test, G6PD, golongan darah ibu, foto terapi
9 oktober 2014
S:
10 oktober 2014
S:
Analisa Kasus
Pasien bayi laki-laki usia 17 jam dengan keluhan kuning yang terlihat pada kulit pasien.
DD yang pertama kali harus dipikirkan ialah : apakah pasien menderita ikterus
neonatorum et causa ABO inkompatibilitas, inkompatibilitas rhesus, atau sepsis
neonatorum awitan dini. Inkompatibilitas ABO dan rhesus belum dapat disingkirkan,
9|Page
karena ibu dan ayah pasien masing-masing tidak mengetahui golongan darah dan
rhesusnya. Sementara, sepsis neonatorum awitan dini sudah dapat disingkirkan dengan
tidak adanya faktor risiko pada ibu yang dapat menyebabkan bayinya menderita sepsis.
Faktor risiko pada ibu yang memungkinkan untuk bayi menderita sepsis ialah1 :
Chorioamnionitis
Tidak adanya faktor risiko pada ibu yang dapat menyebabkan sepsis pada bayi dapat
menyingkirkan diagnosis banding sepsis pada bayi.
Karena sepsis dapat disingkirkan, maka dua DD yang masih mungkin ialah
inkompatibilitas ABO atau inkompatibilitas rhesus. Oleh karena itu, pemeriksaan
penunjang berupa golongan darah dan rhesus ibu sangat diperlukan guna menunjang
diagnosis pada pasien.
Dari hasil pemeriksaan penunjang berupa golongan darah ibu dan pasien, didapatkan
hasil bahwa golongan darah ibu O dengan rhesus + , sementara golongan darah bayi A
dengan rhesus +. Oleh karena itu dapat ditegakkan diagnosis bahwa penyebab kuning
pada usia bayi < 24 jam pada pasien merupakan akibat dari hemolisis berlebih akibat
imkompatibilitas ABO.
10 | P a g e
Tinjauan pustaka
Definisi
Icterus atau jaundice terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin indirek di dalam darah
yang dapat menyebabkan kulit atau sklera pada bayi (neonatus) menjadi berwarna
kekuningan. Bilirubin indirek merupakan jenis bilirubin yang larut dalam lemak. Pada
orang dewasa, icterus baru akan bermanifestasi apabila kadar bilirubin dalam darah >
2 mg/dL (>17 mol). Pada neonatus, kadar bilirubun dalam darah sebesar > 5 mg/dL
(> 86mol) akan menimbulkan gejala kuning.2
Icterus berbeda dengan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia merupakan istilah yang
dipakai dalam konteks ikterus neonatorum setelah adanya hasil laboratorium yang
menunjukkan adanya peningakatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada neonatus
terbagi dalam dua golongan, yakni ikterus fisiologis dan ikterus patologis. Perbedaan
antara ikterus fisiologis dan ikterus patologis dapat dilihat pada tabel 1.
Onset
Tanda / gejala
Klasifikasi
Ikterus patologis
jam)
Ikterus pada 2 hari
pertama
Ikterus pada usia 14 hari
Lokasi
Lutut/siku/lebih
Usia bayi
Warna tinja
Pucat
Ikterus usia 3-13 hari
Ikterus fisiologis
11 | P a g e
Etiologi
Etiologi hiperbilirubinemia pada neomatus dapat disebabkan oleh berbagai keadaan
berikut
a. Penyebab yang sering
1)
Hiperbilirubinemia fisiologis
2)
3)
4)
Inkompatibilitas rhesus
5)
Infeksi
6)
7)
8)
Polisitemia (hiperviskositas)
9)
Prematuritas / BBLR
10)
2)
3)
4)
Hipotiroidism
5)
Hemoglobinopathy 2
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin merupakan produk hasil degradasi hemogblobin darah dan dari hasil
eritropoiesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin dimulai dari proses oksidasi
heme yang berasal dari hemoglobin yang menghasilkan biliverdin dan zat-zat lain.
Biliverdin inilah yang nantinya akah mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas
(bilirubin indirek). Bilirubin indirek tidak larut dalam air, melainkan larut dalam
lemak yang sulit di ekskresi dam mudan melalui membran biologis seperti plasenta
dan sawar darah otak.2,3
Bilirubin indirek ini kemudian akan berikatan dengan senyawa albumin dan dibawa
ke hati. Dalam hepar, bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke
dalam hepar. Setelah berada di dalam seh hepar, terjadi persenyawaan ligandin,
protein Z, dan glutation hepar yang membawa bilirubin indirek ini ke dalam retikulum
12 | P a g e
endoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi. Proses konjugasi ini diperantarai oleh
enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk.
Bilirubin indirek merupakan jenis bilirubin yang larut dalam air dan dapat
diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar biloirubin direk akan diekskresikan
melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pendernaan dan selanjutnya menjadi
urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus, sebagian
bilirubin direk ini akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus dan dibawa kembali ke
hati, sehingga terbentuklah proses enterohepatik.2
Faktor risiko
Beberapa faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat ialah :
1) Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama
2) Inkompatibilitas golongan darah (coombs test (+))
3) Usia kehamilam < 38 minggu (bayi pre term)
13 | P a g e
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang harus ditanyakan pada ibu antara lain :
1) Riwayat kehamilan dengan komplikasi (penggunaan obat-obatan, ibu DM,
gawat janin, infeksi intranatal)
2) Riwayat persalinan dengan komplikasi
3) Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya
4) Riwayat inkompatibilitas darah pada bayi sebelumnya
5) Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran limpa dan hepar,
defisiensi G6PD
6) Riwayat sakit selama kehamilan yang menandakan kemungkinan infeksi virus
atau toxoplasma4
7) Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu yang berpotensi menggeser ikatan
bilirubin dengan albumin4
8) Pemberian nutrisi parenteral total dapat menyebabkan hiperbilirubinemia direk
berkepanjangan4
9) Pemberian ASI untuk membedakan etiologi dari breast milk jaundice dan
breast feeding jaundice4
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ikterus pada neonatus sebaiknya diamati pada siang hari dengan
lampu sinar yang cukup. Pemeriksaan ikterus dapat dilakukan dengan cara menekan kulit
14 | P a g e
secara ringan dengan menggunakan jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan.2
Beberapa hal yang harus dicari dalam pemeriksaan fisik antara lain :4
Prematuritas
Pucat pada bayi yang biasanya berhubungan dengan anemia hemolitik atau
kehilangan darah ekstravaskular
Adanya petekie yang berkaitan dengan infeksi kongenital sepsis atau eritroblastosis
Tanda-tanda hipotiroid
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam menunjang diagnosis
hiperbilirubinemia ialah serum bilirubin (bilirubin total direk dan indirek) pada neonatus
yang terlihat ikterus. Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi
menentukan penyebab ikterus antara lain :
Bilirubin direk
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 2 24 jam tergantung usia
bayidan tingginya kadar bilirubin. Kadar albumin dalam darah juga perlu diukur guna
menentukan pilihan tatalaksana berupa terapi sinar ataukah transfusi tukar.2
Tatalaksana
Tujuan tatalaksana ikterus neonatorum ialah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin dalam
darah tidak mencapai nilai yang dapat menyebabkan kern-ikterus atau yang lebih sering
15 | P a g e
dikenal dengan ensefalopati bilirubin. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
Terapi sinar
Fungsi terapi pada tatalaksana hiperbilirubinemia ialah untuk meningkatkan
terjadinya isomerisasi bilirubin. Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z,
15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15E bilirubin yang merupakan bentuk
isomernya yang mudah larut dalam plasma dan lebih mudah untuk diekskresikan oleh
hepar ke dalam saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu
menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga
menyebabkan peningkatan gerak peristaltik usus dan akhirnya bilirubin akan semakin
cepat meninggalkan usus.
Pada saat penyinaran, harus diusahakan agar bagian tubuh bayi dapat terpapar seluasluasnya dengan sinar yang dapat dilakukan dengan cara mengubah posisi bayi setiap 6
hingga 8 jam. Kedua mata bayi ditutup selama proses penyinaran, tetapi gonad tidak
perlu di tutup lagi. Penghentian penyinaran dilakukan apabila kadar bilirubin < 10
mg/dL. Penyinaran juga dapat diberhentikan apabila ditemukan efek samping sinar,
seperti : enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, letargi dan
iritabilitas.
Indikasi dilakukannya terapi sinar dapat dinilai dari kadar bilirubin yang dapat dilihat
pada tabel 2.
Transfusi tukar
Transfusi tukar merupakan tatalaksana yang dapat menurunkan kadar bilirubin indirek
tubuh dalam waktu yang cepat, dan juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang
telah terhemolisis dan juga membuang antibodi yang menimbulkan hemolisis.
Kriteria melakukan transfusi tukar selain melihat kadar bilirubin serum, dapat juga
memakai rasio bilirubin terhadap albumin yang dapat dilihat pada tabel 3
Dalam melakukan transfusi tuar, harus diperhatikan macam darah yang diberikan.
Apabila hiperbilirubinemia terjadi akrena adanya inkompatibilitas ABO, maka darah
yang diberikan ialah darah golongan O dengan rhesus (+). Pada keadaan lain yang
16 | P a g e
tidak berkaitan dengan proses aloimunisasi, lebih baik apabila digunakan darah yang
ergolongan sams dengan golongan darah bayi. Bila keadaan tidak memungkinkan,
dapat dipakai darah dengan golongan O yang kompatibel dengan serum ibu, atau
dapat juga dipakai golongan darah O dengan titer anti A atau anti B yang rendah.
Jumlah darah yang dipakai untuk transfusi tukar berkisar antara 140 180 cc.kgBB.
Terdapat 3 macam transfusi tukar, yakni : (lihat tabel 4)
1) Double volume, dimana dibutuhkan dua kali volume darah dengan harapan
dapat mengganti kurang lebih 90% dari sirkulasi darah bayi dan 88%
mengganti Hb bayi.
2) Iso volume, dimana hanya dibutuhkan darah sebanyak volume darah bayi
dengan harapan dapat mengganti 65% Hb bayi.
3) Partial exchange, dimana memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus
polisitemia atau pada anemia
Terapi sinar
Bayi sehat
mg/dL
Hari 1
mol/L
Transfusi tukar
Faktor risiko
mg/dL
mol/L
Bayi sehat
Faktor risiko
mg/dL
mol/L
mg/dL
mol/L
15
260
13
220
Hari 2
15
260
13
220
25
425
15
260
Hari 3
18
310
16
270
30
510
20
340
Hari 4
20
340
17
290
30
510
20
340
dst
17 | P a g e
Tidak
Rasio Bil/Alb
Ada
Rasio Bil/Alb
(gram)
komplikasi
komplikasi
(mg/dL)
(mg/dL)
<1250
13
5.2
10
1250 1499
15
13
5.2
1500 1999
17
6.8
15
2000 2499
18
7.2
17
6.8
2500
20
18
7.2
Rumus
Double volume
BB X volume darah x 2
Single volume
BB x volume darah
Polisitemia
Hct sekarang
Anemia
PCV donor
18 | P a g e
IVIG (Intra Venous Immuno Globulin) yag dipakai untuk maksud menghambat
hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin.
Pencegahan
Setiap bayi yang baru lahir harus dievaluasi terhadap kemungkinan mengalami
hiperbilirubinemia berat dengan cara memeriksa kadar bilirubin serum total atau pengkajian
terhadap faktor risiko secara klinis yang dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat pada bayi usia gestasi 35 minggu
Faktor risiko mayor
Kadar bilirubin serum total sebelum dipulangkan berada pada zona risiko
tinggi pada diagram serum bilirubin total menurut usia
ASI eksklusif
Kadar bilirubin serum total sebelum dipulangkan berada pada zona risiko
tinggi sedang pada diagram
19 | P a g e
Diagram 1. Panduan terapi sinar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu.
Sumber : dimodifikasi dari AAP. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant
35 pr more weeks of gestation. Pediatrics. 2004: 114 : 297 - 316
20 | P a g e
Daftar Pustaka
21 | P a g e