Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

Hiperbilirubinemia et causa Inkompatibilitas ABO

Penulis
Patricia Christiani Untoro
071.2010.0016

Pembimbing
dr. Vinia Rusli, SpA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Siloam Hospitals Lippo Village
Tangerang
2014

1|Page

Identitas
No. Med Rec

: 61-15-05

Nama

: By. S

Umur

: 0 hari

Jenis kelamin

: Laki-laki

Berat badan lahir

: 2850 gr

Panjang badan lahir

: 48 cm

Agama

: muslim

Alamat

: palasari

Kebangsaan

: Indonesia

Anamnesa
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis ibu pasien

Riwayat Perjalanan Penyakit


Riwayat penyakit sekarang
Bayi terlihat kuning kurang dari 24 jam setelah lahir. Riwayat kehamilan ibu
merupakan kehamilan pertama. Ibu rutin kontrol kehamilan di bidan dan terkadang ke
dokter kandungan. Menurut pengakuan ibu, selama hamil hanya mengonsumsi vitamin
yang diberikan bidan dan dokter kandungan. Riwayat konsumsi obat-obatan lain tidak
ada. Ibu tidak mengetahui golongan darah serta rhesusnya. Suami pasien juga tidak
mengetahui golongan darah dan rhesusnya.

Riwayat penyakit dahulu


(-)

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat kuning pada saat di keluarga besar pasien, ibu tidak mengetahui dengan pasti,
tetapi sepengetahuan ibu, tidak ada.

Riwayat sosial ekonomi


Ayah pasien

: bekerja di pabrik, sebagai karyawan


2|Page

Ibu pasien

: pedagang warung di rumah

Kesan

: ekonomi menengah, kedua orang tua pasien memiliki jaminan

kesehatan BPJS kelas 3

Riwayat Kehamilan
Ibu hamil G1P0A0 gravida 40 minggu. Hari pertama mens terakhir 26 desember 2013.
Ibu menyatakan rajin kontrol kehamilan satu bulan sekali di bidan dan terkadang ke
dokter kandungan. Ibu mengaku rutin meminum vitamin seperti SF yang diberikan oleh
bidan di puskesmas. Tidak ada penyulit pada ibu selama proses kehamilan.

Riwayat Persalinan
Bayi lahir laki-laki persalinan spontan pada tanggal 7 oktober 2014 pukul 13.38. Bayi
lahir langsung menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, umbilikal terdiri
atas 2 arteri dan 1 vena. APGAR score menit ke 1 : 8, menit ke 5 : 9. Plasenta lahir
spontan, lengkap.
Ketuban pecah

: 15 jam 38 menit

Kala 1

: 14 jam 15 menit

Kala 2

: 28 menit

Kala 3

: 5 menit

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Laju nadi

: 142 bpm teraba kuat, reguler

Laju napas

: 46 x/min

Suhu

: 36.80C

Berat badan

: 2850 gr

Panjang badan

: 48 cm

Lingkar kepala

: 32 cm

Status Generalis
Kepala

: caput (+)

Lingkar kepala

: 32 cm

Mata

: normal
3|Page

Hidung

: normal, napas cuping hidung (-)

Trauma lahir

: (-)

Mulut

: sianosis (-), mukosa mulut basah

Leher

: ROM luas

Thorax

: retraksi (-)

Jantung :
o Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
o Bunyi jantung s1/s2 reguler, murmur (-)

Paru

o Inspeksi

: simetris

o Palpasi

: chest expansion simetris

o Perkusi

: sonor

o Auskultasi

: bronchivesikuler +/+

Abdomen

Inspeksi

: cembung

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani (+) pada seluruh lapang abdomen

Papasi

: teraba supel

Genitalia

: kedua testis bilateral sudah turun

Kulit

: icteric (+)

Punggung

: dimple (-), spina bifida (-)

Extremitas

: akral hangat, CRT < 2s

Refleks primitif
Oral

: baik

Moro

: baik

Palmar grasp

: baik kanan dan kiri

Plantar grasp

: baik kanan dan kiri

4|Page

Pemeriksaan penunjang
lab 7 Oktober 2014 15.51
TEST

RESULT

UNIT

REFERENCE
RANGE

HEMATOLOGY
Complete Blood Count
Haemoglobin

17.10

g/dL

15.20 23.60

Hematocrit

49.80

44.00 72.00

Erythrocyte (RBC)

4.99

10^6/L

3.60 4.30

White Blood Cell

14.40

10^3/L

9.40 34.10

Platelete Count

284.00

10^3/L

84.00 478.00

MCV

99.80

fL

98.00 122.00

MCH

34.30

Pg

33.00 41.00

MCHC

34.30

g/dL

31.00 35.00

MCV, MCH, MCHC

Blood group

Rhesus

5|Page

Lab 9 Oktober 2014 10.09


TEST

RESULT

UNIT

REFERENCE
RANGE

HEMATOLOGY
Complete Blood Count
Haemoglobin

20.28

g/dL

15.20 23.60

Hematocrit

54.85

44.00 72.00

Erythrocyte (RBC)

5.85

10^6/L

3.60 4.30

White Blood Cell

19.84

10^3/L

9.40 34.10

Platelete Count

292.30

10^3/L

84.00 478.00

MCV

93.79

fL

98.00 122.00

MCH

34.67

Pg

33.00 41.00

MCHC

36.96

g/dL

31.00 35.00

MCV, MCH, MCHC

Lab 8 Oktober 2014 Gambaran darah tepi


Eritrosit

Normositik normokrom, ditemukan eritrosit berinti (2/100L). Kesan


jumlah normal.

Leukosit

Kesan morfologi dijumpai granulas toksik & vakuolisasi pada sitoplasma


PMN, tidak ditemukan sel blast atau sel-sel muda lainnya.

Platelet

Kesan jumlah normal, distribusi merata. Kesan morfologi normal, tidak


dijumpai giant trombosit.

Kesan

Gambaran leukosit menunjukkan adanya reaksi inflamasi.

6|Page

Lab 8 Oktober 2014


TEST

RESULT

UNIT

REFERENCE RANGE

Total bilirubin neonatus

8.70

mg/dL

1 day

< 6.0 mg/dL

2 day

< 7.0 mg/dL

3-5 day

< 12 mg/dL

6-31 day

< 10 mg/dL

Lab 10 Oktober 2014


TEST

RESULT

UNIT

REFERENCE RANGE

Total bilirubin neonatus

18.20

mg/dL

1 day

< 6.0 mg/dL

2 day

< 7.0 mg/dL

3-5 day

< 12 mg/dL

6-31 day

< 10 mg/dL

Resume
Lahir bayi laki-laki dari ibu berusia 21 tahun yang merupakan kehamilan pertama. Bayi
lahir secara persalinan spontan pervaginam dengan usia kehamilan 41 minggu. Bayi
lahir langsung menangis, air ketuban berwarna jernih. APGAR score 8/9. Gerak bayi
aktif, tonus otot baik, warna kulit kemerahan, dengan sedikit caput pada kepala bayi.
Bayi sebelum usia 24 jam tiba-tiba menjadi ikterik yang terlihat pada kulit bayi.
Riwayat kehamilan ibu diakui ibu rutin kontrol ke bidan selama kehamilan dan
terkadang ke dokter kandungan, ibu juga rutin mengonsumsi vitamin yang diberikan
oleh bidan dan dokter kandungan. Ibu menyangkal penggunaan obat-obatan lain selama
masa kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kuning pada bayi dengan skala kramer 2-3.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil total bilirubin 8.7 mg/dL pada usia bayi
17 jam. Usia bayi 67 jam hasil bilirubin total 18.20 mg/dL.

7|Page

Diagnosis
Diagosis kerja

: hiperbilirubinemia et causa inkompatibilitas ABO

Diagnosis banding

: hiperbilirubinemia et causa inkompatibilitas rhesus


Hiperbilirubinemia et causa sepsis neonatorum awitan dini

Terapi
Foto terapi

Pemantauan
8 Oktober 2014
S:

Gerak bayi aktif, bayi menyusu kuat, belum BAK , sudah BAB
O:

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Bayi terlihat ikterik, skala kramer 2-3

Hasil bilirubin total 8.7 mg/dL (usia bayi 17 jam)


A:

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 20 jam

Ikterus neonatorum et causa suspect inkompatibilitas ABO, rhesus


P:

Asi ad Lib.

Cek GDT, Coombs test, G6PD, golongan darah ibu, foto terapi

9 oktober 2014
S:

Bayi menyusu kuat

Muntah 2 kali ketika diberi minum 10 30 ml

Sudah BAB dan BAK

Post fototerapi 18 jam


O:
8|Page

Bayi compos mentis, gerak aktif, tanda-tanda vital stabil

Kuning pada bayi menurun

Hasil golongan darah ibu O+, hasil golongan darah bayi A+


A:

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

Ikterus neonatorum et causa inkompatibilitas ABO


P:

ASI / susu formula 8x 15-20 cc

Fototerapi lanjut hingga 24 jam

Cek ulang bilirubin total

10 oktober 2014
S:

Bayi menghisap lemah

Sudah BAK dan BAB


O:

Bayi compos mentis, tanda-tanda vital stabil, caput mengecil

Kuning (+) kramer 3-4


A:

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

Ikterus neonatorum et causa inkompatibilitas ABO


P:

Cek bilirubin total


11 oktober 2014 bayi dan ibu pulang paksa

Analisa Kasus
Pasien bayi laki-laki usia 17 jam dengan keluhan kuning yang terlihat pada kulit pasien.
DD yang pertama kali harus dipikirkan ialah : apakah pasien menderita ikterus
neonatorum et causa ABO inkompatibilitas, inkompatibilitas rhesus, atau sepsis
neonatorum awitan dini. Inkompatibilitas ABO dan rhesus belum dapat disingkirkan,
9|Page

karena ibu dan ayah pasien masing-masing tidak mengetahui golongan darah dan
rhesusnya. Sementara, sepsis neonatorum awitan dini sudah dapat disingkirkan dengan
tidak adanya faktor risiko pada ibu yang dapat menyebabkan bayinya menderita sepsis.
Faktor risiko pada ibu yang memungkinkan untuk bayi menderita sepsis ialah1 :

Persalinan dan kelahiran kurang bulan

Ketuban pecah lebih dari 18 24 jam

Chorioamnionitis

Persalinan dengan tindakan

Demam pada ibu (>38.40C)

Infeksi saluran kencing pada ibu

Faktor sosial ekonomi dan gizi pada ibu

Tidak adanya faktor risiko pada ibu yang dapat menyebabkan sepsis pada bayi dapat
menyingkirkan diagnosis banding sepsis pada bayi.
Karena sepsis dapat disingkirkan, maka dua DD yang masih mungkin ialah
inkompatibilitas ABO atau inkompatibilitas rhesus. Oleh karena itu, pemeriksaan
penunjang berupa golongan darah dan rhesus ibu sangat diperlukan guna menunjang
diagnosis pada pasien.
Dari hasil pemeriksaan penunjang berupa golongan darah ibu dan pasien, didapatkan
hasil bahwa golongan darah ibu O dengan rhesus + , sementara golongan darah bayi A
dengan rhesus +. Oleh karena itu dapat ditegakkan diagnosis bahwa penyebab kuning
pada usia bayi < 24 jam pada pasien merupakan akibat dari hemolisis berlebih akibat
imkompatibilitas ABO.

10 | P a g e

Tinjauan pustaka
Definisi
Icterus atau jaundice terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin indirek di dalam darah
yang dapat menyebabkan kulit atau sklera pada bayi (neonatus) menjadi berwarna
kekuningan. Bilirubin indirek merupakan jenis bilirubin yang larut dalam lemak. Pada
orang dewasa, icterus baru akan bermanifestasi apabila kadar bilirubin dalam darah >
2 mg/dL (>17 mol). Pada neonatus, kadar bilirubun dalam darah sebesar > 5 mg/dL
(> 86mol) akan menimbulkan gejala kuning.2
Icterus berbeda dengan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia merupakan istilah yang
dipakai dalam konteks ikterus neonatorum setelah adanya hasil laboratorium yang
menunjukkan adanya peningakatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada neonatus
terbagi dalam dua golongan, yakni ikterus fisiologis dan ikterus patologis. Perbedaan
antara ikterus fisiologis dan ikterus patologis dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi ikterus pada neonatus

Onset

Tanda / gejala

Klasifikasi

Segera setelah lahir (<24

Ikterus patologis

jam)
Ikterus pada 2 hari
pertama
Ikterus pada usia 14 hari
Lokasi

Lutut/siku/lebih

Usia bayi

Bayi kurang bulan

Warna tinja

Pucat
Ikterus usia 3-13 hari

Ikterus fisiologis

Tanda patologis (-)


(dikutip dari Depkes RI. Klasifikasi Ikterus Fisiologis dan Patologis. Dalam : Buku
Bagan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda Sakit). Metode Tepat Guna untuk
Paramedis, Bidan dan Dokter. Depkes RI, 2001)

11 | P a g e

Etiologi
Etiologi hiperbilirubinemia pada neomatus dapat disebabkan oleh berbagai keadaan
berikut
a. Penyebab yang sering
1)

Hiperbilirubinemia fisiologis

2)

Inkompatibilitas golongan darah ABO

3)

Breast milk jaundice

4)

Inkompatibilitas rhesus

5)

Infeksi

6)

Sefalhematoma, hematoma subdural

7)

IDM (infant of diabetic mother)

8)

Polisitemia (hiperviskositas)

9)

Prematuritas / BBLR

10)

Breast feeding jaundice

b. Penyebab yang jarang


1)

Defisiensi G6PD (Glucose 6- Phosphat Dehydrogenase)

2)

Defisiensi Pyruvat kinase

3)

Lucey Driscoll syndrome (ikterus neonatorum familial)

4)

Hipotiroidism

5)

Hemoglobinopathy 2

Metabolisme Bilirubin
Bilirubin merupakan produk hasil degradasi hemogblobin darah dan dari hasil
eritropoiesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin dimulai dari proses oksidasi
heme yang berasal dari hemoglobin yang menghasilkan biliverdin dan zat-zat lain.
Biliverdin inilah yang nantinya akah mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas
(bilirubin indirek). Bilirubin indirek tidak larut dalam air, melainkan larut dalam
lemak yang sulit di ekskresi dam mudan melalui membran biologis seperti plasenta
dan sawar darah otak.2,3
Bilirubin indirek ini kemudian akan berikatan dengan senyawa albumin dan dibawa
ke hati. Dalam hepar, bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke
dalam hepar. Setelah berada di dalam seh hepar, terjadi persenyawaan ligandin,
protein Z, dan glutation hepar yang membawa bilirubin indirek ini ke dalam retikulum
12 | P a g e

endoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi. Proses konjugasi ini diperantarai oleh
enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk.
Bilirubin indirek merupakan jenis bilirubin yang larut dalam air dan dapat
diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar biloirubin direk akan diekskresikan
melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pendernaan dan selanjutnya menjadi
urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus, sebagian
bilirubin direk ini akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus dan dibawa kembali ke
hati, sehingga terbentuklah proses enterohepatik.2

Gambar 1. metabolisme bilirubin

Faktor risiko
Beberapa faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat ialah :
1) Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama
2) Inkompatibilitas golongan darah (coombs test (+))
3) Usia kehamilam < 38 minggu (bayi pre term)
13 | P a g e

4) Penyakit-penyakit hemolitik (G6PD)


5) Riwayat ikterus, terapi sinar, transfusi tukar pada bayi-bayi sebelumnya
6) Ras Asia Timur, jenis kelamin laki-laki, usia ibu < 25 tahun
7) Ikterus sebelum bayi dipulangkan
8) Makrosomia, infant diabetic mother
9) Polisitemia
10) Sefalhematoma

Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang harus ditanyakan pada ibu antara lain :
1) Riwayat kehamilan dengan komplikasi (penggunaan obat-obatan, ibu DM,
gawat janin, infeksi intranatal)
2) Riwayat persalinan dengan komplikasi
3) Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya
4) Riwayat inkompatibilitas darah pada bayi sebelumnya
5) Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran limpa dan hepar,
defisiensi G6PD
6) Riwayat sakit selama kehamilan yang menandakan kemungkinan infeksi virus
atau toxoplasma4
7) Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu yang berpotensi menggeser ikatan
bilirubin dengan albumin4
8) Pemberian nutrisi parenteral total dapat menyebabkan hiperbilirubinemia direk
berkepanjangan4
9) Pemberian ASI untuk membedakan etiologi dari breast milk jaundice dan
breast feeding jaundice4

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ikterus pada neonatus sebaiknya diamati pada siang hari dengan
lampu sinar yang cukup. Pemeriksaan ikterus dapat dilakukan dengan cara menekan kulit

14 | P a g e

secara ringan dengan menggunakan jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan.2
Beberapa hal yang harus dicari dalam pemeriksaan fisik antara lain :4

Prematuritas

Kecil masa kehamilan yang kemungkinan berhubungan dengan polisitemia

Tanda infeksi intrauterin, misalnya mikrosefal

Adanya perdarahan ekstravaskular, misalnya memar atau sefalhematom

Pucat pada bayi yang biasanya berhubungan dengan anemia hemolitik atau
kehilangan darah ekstravaskular

Adanya petekie yang berkaitan dengan infeksi kongenital sepsis atau eritroblastosis

Hepatosplenomegali yang berkaitan dengan aneia hemolitik, infeksi kongenital, atau


penyakit hati

Tanda-tanda hipotiroid

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam menunjang diagnosis
hiperbilirubinemia ialah serum bilirubin (bilirubin total direk dan indirek) pada neonatus
yang terlihat ikterus. Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi
menentukan penyebab ikterus antara lain :

Golongan darah darah dan coombs test

Darah lengkap dan hapusan darah

Hitung retikulosit, skrining G6PD

Bilirubin direk
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 2 24 jam tergantung usia
bayidan tingginya kadar bilirubin. Kadar albumin dalam darah juga perlu diukur guna
menentukan pilihan tatalaksana berupa terapi sinar ataukah transfusi tukar.2

Tatalaksana
Tujuan tatalaksana ikterus neonatorum ialah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin dalam
darah tidak mencapai nilai yang dapat menyebabkan kern-ikterus atau yang lebih sering
15 | P a g e

dikenal dengan ensefalopati bilirubin. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:

Obat-obatan seperti luminal yang dapat merangsang terbentuknya glukoronil


transferase

Pemberian albumin yang berfungsi untuk menghambat metabolisme bilirubin

Pemberian kolestramin yang berfungsi untuk mengurangi sirkulasi enterohepatik

Terapi sinar
Fungsi terapi pada tatalaksana hiperbilirubinemia ialah untuk meningkatkan
terjadinya isomerisasi bilirubin. Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z,
15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15E bilirubin yang merupakan bentuk
isomernya yang mudah larut dalam plasma dan lebih mudah untuk diekskresikan oleh
hepar ke dalam saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu
menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga
menyebabkan peningkatan gerak peristaltik usus dan akhirnya bilirubin akan semakin
cepat meninggalkan usus.
Pada saat penyinaran, harus diusahakan agar bagian tubuh bayi dapat terpapar seluasluasnya dengan sinar yang dapat dilakukan dengan cara mengubah posisi bayi setiap 6
hingga 8 jam. Kedua mata bayi ditutup selama proses penyinaran, tetapi gonad tidak
perlu di tutup lagi. Penghentian penyinaran dilakukan apabila kadar bilirubin < 10
mg/dL. Penyinaran juga dapat diberhentikan apabila ditemukan efek samping sinar,
seperti : enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, letargi dan
iritabilitas.
Indikasi dilakukannya terapi sinar dapat dinilai dari kadar bilirubin yang dapat dilihat
pada tabel 2.

Transfusi tukar
Transfusi tukar merupakan tatalaksana yang dapat menurunkan kadar bilirubin indirek
tubuh dalam waktu yang cepat, dan juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang
telah terhemolisis dan juga membuang antibodi yang menimbulkan hemolisis.
Kriteria melakukan transfusi tukar selain melihat kadar bilirubin serum, dapat juga
memakai rasio bilirubin terhadap albumin yang dapat dilihat pada tabel 3
Dalam melakukan transfusi tuar, harus diperhatikan macam darah yang diberikan.
Apabila hiperbilirubinemia terjadi akrena adanya inkompatibilitas ABO, maka darah
yang diberikan ialah darah golongan O dengan rhesus (+). Pada keadaan lain yang
16 | P a g e

tidak berkaitan dengan proses aloimunisasi, lebih baik apabila digunakan darah yang
ergolongan sams dengan golongan darah bayi. Bila keadaan tidak memungkinkan,
dapat dipakai darah dengan golongan O yang kompatibel dengan serum ibu, atau
dapat juga dipakai golongan darah O dengan titer anti A atau anti B yang rendah.
Jumlah darah yang dipakai untuk transfusi tukar berkisar antara 140 180 cc.kgBB.
Terdapat 3 macam transfusi tukar, yakni : (lihat tabel 4)
1) Double volume, dimana dibutuhkan dua kali volume darah dengan harapan
dapat mengganti kurang lebih 90% dari sirkulasi darah bayi dan 88%
mengganti Hb bayi.
2) Iso volume, dimana hanya dibutuhkan darah sebanyak volume darah bayi
dengan harapan dapat mengganti 65% Hb bayi.
3) Partial exchange, dimana memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus
polisitemia atau pada anemia

Tabel 2. Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin


Usia

Terapi sinar
Bayi sehat
mg/dL

Hari 1

mol/L

Transfusi tukar

Faktor risiko
mg/dL

mol/L

Setiap ikterus yang terlihat

Bayi sehat

Faktor risiko

mg/dL

mol/L

mg/dL

mol/L

15

260

13

220

Hari 2

15

260

13

220

25

425

15

260

Hari 3

18

310

16

270

30

510

20

340

Hari 4

20

340

17

290

30

510

20

340

dst

17 | P a g e

Tabel 3. Kriteria transfusi tukar berdasarkan berat bayi dan komplikasi


Berat bayi

Tidak

Rasio Bil/Alb

Ada

Rasio Bil/Alb

(gram)

komplikasi

komplikasi

(mg/dL)

(mg/dL)

<1250

13

5.2

10

1250 1499

15

13

5.2

1500 1999

17

6.8

15

2000 2499

18

7.2

17

6.8

2500

20

18

7.2

Yang dimaksud ada komplikasi apabila ditemukan :


1) Nilai APGAR < 3 pada menit ke 5
2) paO2 < 40 torr selama 1 jam
3) pH < 7.15 selama 1 jam
4) suhu rektal 350C
5) serum albumin < 2.5 g/dL
6) gejala neurologis yang memburuk terbukti
7) terbukti sepsis atau meningitis
8) anemia hemolitik
9) berat bayi 1000 g

Tabel 4. Volume darah pada transfusi tukar


Kebutuhan

Rumus

Double volume

BB X volume darah x 2

Single volume

BB x volume darah

Polisitemia

BB x volume darah x (Hct sekarang Hct yang diinginkan)

Hct sekarang
Anemia

BB x volume darah x (PCV yang diinginkan PCV sekarang)

PCV donor

18 | P a g e

IVIG (Intra Venous Immuno Globulin) yag dipakai untuk maksud menghambat
hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin.

Pencegahan
Setiap bayi yang baru lahir harus dievaluasi terhadap kemungkinan mengalami
hiperbilirubinemia berat dengan cara memeriksa kadar bilirubin serum total atau pengkajian
terhadap faktor risiko secara klinis yang dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat pada bayi usia gestasi 35 minggu
Faktor risiko mayor

Kadar bilirubin serum total sebelum dipulangkan berada pada zona risiko
tinggi pada diagram serum bilirubin total menurut usia

Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah dengan uji antiglobulin direk positif atau


penyakit hemolitik lain (defisiensi G6PD)

Usia gestasi 35-36 minggu

Riwayat saudara kandung mendapat terapi sinar

Sefalhematom atau memar luas

ASI eksklusif

Ras asia timur

Faktor risiko minor

Kadar bilirubin serum total sebelum dipulangkan berada pada zona risiko
tinggi sedang pada diagram

Usia gestasi 37-38 minggu

Ikterus terjadi sebelum dipulangkan

Riwayat saudara kandung dengan ikterus

Bayi makrosomia dari ibu DM

19 | P a g e

Diagram 1. Panduan terapi sinar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu.
Sumber : dimodifikasi dari AAP. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant
35 pr more weeks of gestation. Pediatrics. 2004: 114 : 297 - 316

20 | P a g e

Daftar Pustaka

1. Sukandi A. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI,


Usman A, peyunting. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2012. h. 147 169.
2. Etika R, Harianto A, Indarso F, Damanik SM. Divisi Neonatologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. [cited 2014 Sept 18]. Available from:
http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-js9khg-pkb.pdf
3. Ambalavanan N, Carlo WA. Jaundice and Hyperbilirubinemia in the Newborn. Dalam
: Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, st. Geme III JW, Behrman RE, penyunting.
Nelson Textbook of Pediatrics.19th ed. Chapter 96. USA : Elsevier. h. 603 607.
4. Pudjiadi AH, Hegar B, Handyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, dkk.
Hiperbilirubinemia dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jilid II. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. h. 114 - 121.

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai