Anda di halaman 1dari 46

Fitri Ramadhaniati

NIM. 1620332034

Dosen Pembimbing
dr. Mayetti, Sp.A (K) IBCLC
Latar Belakang
Tinjauan Kepustakaan
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500
– 4000 gr, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang
berat.
Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
 Berat badan 2500 – 4000 gram
 Panjang badan 48 – 52 cm
 Lingkar dada 30 – 38 cm
 Lingkar kepala 33 – 35 cm
 Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
 Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
 Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
 Kuku agak panjang dan lemas.
 Genitalia :
 Perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora.
 Laki-laki : testis sudah turun, skrotum sudah ada.
 Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
 Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
 Reflek graps atau menggenggam sudah baik
 Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
Penanganan Segera Bayi Baru Lahir
Pencegahan infeksi
Melakukan penilaian
Pencegahan Kehilangan Panas
Membebaskan jalan nafas
Merawat tali pusat
Mempertahankan suhu tubuh bayi.
Identifikasi bayi
Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan
kadar bilirubin dalam darah >5mg/dL, yang secara klinis
ditandai oleh adanya ikterus, dengan faktor penyebab fisiologik
dan non-fisiologik
Pada janin, tugas mengeluarkan bilirubin dari darah dilakukan
oleh plasenta, dan bukan oleh hati. Setelah bayi lahir, tugas ini
langsung diambil alih oleh hati, yang memerlukan sampai
beberapa minggu untuk penyesuaian. Selama selang waktu
tersebut, hati bekerja keras untuk mengeluarkan bilirubin dari
darah. Walaupun demikian, jumlah bilirubin yang tersisa masih
menumpuk di dalam tubuh. Oleh karena bilirubin berwarna
kuning, maka jumlah bilirubin yang berlebihan dapat memberi
warna pada kulit, sklera, dan jaringan-jaringan tubuh lainnya
(Mathindas, dkk, 2013).
Etiologi Ikterus
Faktor Risiko
Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin
Patofisiologi
Patofisiologi
Patofisiologi
Patofisiologi
Gejala Klinis
Rasa kantuk
tidak kuat menghisap ASI/susu formula
muntah
opistotonus
mata terputar-putar keatas
kejang dan
yang paling parah bisa menyebabkan kematian
Diagnosis
Pengobatan
Laporan Kasus
Hari/Tanggal Pengkajian : Senin/ 19 Maret 2018
Jam : 13.00 WIB
1. Identifikasi Data
Data Subjektif
Biodata Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. S
No MR : 01.00.94.41
Umur bayi : 20 hari
Tanggal/ Jam Lahir : 27 Februari 2018/ 11.30 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
Biodata Orang Tua Bayi
Nama Ibu : Ny S
Umur Ibu : 29 tahun
Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama Ibu : Islam
Alamat Ibu : Jl. Jaya Pura RT 11 RW 00, Rimbo
Ulu Tebo, Jambi
Nama Ayah : Tn. B
Umur Ayah : 29 tahun
Pendidikan Ayah : S-1 Pendidikan
Pekerjaan Ayah : Guru
Keluhan Utama
Keluhan Utama
Bayi Ny. S BB 2300 gram, PB 47 cm, lahir spontan
mengalami bengkak kebiruan pada paha kiri sejak usia 1
hari.
Anak sebelumnya telah dirawat selama 4 hari di
RSIA, 5 hari di ruangan NICU 2 RSUP Dr. M.Djamil
Padang dan 13 hari di ruangan SCN 1
Riwayat penyakit sekarang
Data pasien masuk ke NICU:
NBBLR 2400 gram, lahir spontan pada tanggal 27 Februari 2018 pukul 11.30,
cukup bulan dan lamgsung menangis, ditolong oleh bidan
Kondisi ibu baik dengan KPD 10 jam, sisa ketuban tidak jelas
Bengkak kebiruan pada paha kiri sejak usia 1 hari, sebelumnya anak
mendapatkan suntikan HB 0 di paha kiri, lalu di pulangkan. Bengkak mulai
tampak sebesar telur puyuh yang semakin lama semakin membesar sebesar bola
pimpong
Demam sejak usia 2 hari, tidak tinggi, hilang timbul
Kuning sejak usia 2 hari, awalnya membayang di wajah semakin lama semakin
luas hingga tungkai
Malas menyusu sejak usia 5 hari, awalnya menyusu setiap 2 jam dengan lama
menyusu lebih kurang 30 menit. Selama sakit anak tidak mau menyusu. Riwayat
menyusu sebentar-sebentar tidak ada.
BAB kehitaman sejak usia 5 hari, sebelumnya anak sempat menagalami BAB
berwarna kuning selama 2 hari
Muntah tidak ada, sesak nafas tidak ada, merintih tidak ada, kebiruan tidak
ada, dan riwayat trauma tidak ada
Injeksi vitamin K sudah diberikan
BAB ada, jumlah cukup, warna normal
Data perkembangan pasien selama di NICU dan SCN 1:
Anak didiagnosa suspek hemophilia A dengan hematom
di region femoralis 5, early onset sepsis dengan perdarahan
saluran cerna, dan hiperbilirubinemia. Sebagai
penatalaksanaan dari kasus ini dilakukan foto terapi,
transfuse tukar, dan pemebrian antibiotik
Pada tanggal 14 Maret 2018 pukul 16.00, kadar bilirubin
total 12,11 gram/dl (Bilirubin I = 11,7 gr/dl dan Bilirubin II =
0,2 gr/dl). Tidak ada indikasi untuk foto terapi namun tetap
dilakukan foto terapi karena kulit kuning hingga paha.
Foto terapi dilakukan sampai tanggal 16 Maret 2018
Tanggal 17 Maret 2018 kondisi bayi semakin membaik
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan
Nifas Ibu yang lalu
 Ini kehamilan pertama ibu
 Pemeriksaan kehamilan dengan bidan
 Riwayat keputihan selama kehamilan dan menjelang persalinan ada
 Riwayat ibu nyeri buang air kecil selama hamil ada
 Riwayat ibu demam selama kehamilan ada
 Ketuban sudah pecah ±10 jam sebelum kala II
 Persalinan spontan, cukup bulan, jenis kelamin laki-laki, dan bayi
langsung menangis
 Ibu tidak merokok dan minum obat-obatan diluar anjuran tenaga
kesehatan
 Riwayat Penyakit dahulu
 Ibu tidak menderita penyakit yang membutuhkan perawatan intensif
dan rutin
 Riwayat penyakit keluarga
 Adik kandung ibu pasien menderita hemophilia A sejak usia 5 tahun
Data Objektif
Pemeriksaan Fisik Umum
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran : sadar
 TTV : N: 140 x/m, R: 40 x/m, S:
37 0C
 Sianosis : tidak ada
 Berat badan : 2400 gram
 Panjang Badan : 47 cm
 Edema : tidak ada
 Anemis : tidak ada
Pemeriksaan Fisik Khusus
Kepala
Bentuk : Bulat
Rambut : Tipis dan berwarna hitam
Mata : Konjungtiva pucat, sclera ikterik
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Mulut : Mukosa bibir dan mulut basah
Leher : Baik
Toraks
 Paru : Bronkovesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
 Jantung : Iktus tidak terlihat, iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Abdomen : Tidak ditemukan kelainan
Punggung : Tidak ditemukan kelainan
Genitalia : Status Pubertas A1P1G1
Ekstermitas
Atas : Jumlah jari lengkap, tidak ada sindaktili, akral hangat
Bawah : Jumlah jari lengkap, tidak ada sindaktili, akral hangat
Anus : Ada
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11,2 gr/dl
(Rekam Medis, 8 Maret 2018)
Bilirubin total : 12,4 mg/dl
Bilirubin direk : 0,7 mg/dl
Bilirubin indirek: 11,7 mg/dl
(Rekam Medis, 14 Maret 2018)
2. Interprestasi Data

Diagnosa
 Bayi Ny. S neonatus cukup bulan usia 20 hari, NBBLR 2400 gram, dengan
hiperbilirubinemia
Data Dasar
 Data Subjektif :
 Bayi Ny. S lahir secara SC tanggal 27 Februari 2018, jenis kelamin: laki-laki,
 Riwayat persalinan ibu : SC dengan indikasi ketuban pecah dini (ketuban pecah ±10 jam sebelum kala II
dan sisa kettuban tidak jelas)
 Anak tidak demam, tidak sesak nafas, serta tidak kejang ataupun muntah
 Toleransi minum baik
 BAK dan BAB baik
 Data Objektif
 Keadaan Umum: Bayi Cukup aktif
 TTV: Nadi : 140x/i, Nafas: 40 x/i, Suhu: 370C
 BB: 2400 gr, PB:47 cm
 Reflek hisap (+)
 Muntah (-)
 Kadar Bilirubin:
 Bilirubin total : 12,4 mg/dl
 Bilirubin direk : 0,7 mg/dl
 Bilirubin indirek : 11,7 mg/dl
3. Diagnosa Potensial
Kern ikterus

4. Kebutuhan Tindakan Segera


Kolaborasi dengan dokter spesialis anak

5. Perencanaan
 Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
tentang hasil pemeriksaan bayinya.
 Observasi keadaan bayi

 Terapi sesuai anjuran dokter spesialis: bayi boleh diberikan

ASI OD
7. Evaluasi
Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan bahwa
anaknya mengalami hiperbilirubinemia dan masih
membutuhkan perawatan lanjutan dari petugas
kesehatan
Pemantauan TTV bayi telah dilakukan:
Nadi : 145 x/i, Pernafasan : 42x/i, Suhu : 36,50C
Reflek hisap bayi baik
Toleransi minum bayi baik
Pemberian ASI telah dilakukan sesuai anjuran
dokter spesialis sebanyak 80 cc
Hasil pemantauan dilaporkan pada dokter
spesialis anak
Catatan Perkembangan
Tanggal 19-03-2018 Jam 16.00 WIB
S : Bayi tidak demam dan warna kuning terlihat

berkurang

O : Reflek hisap (+)

Toleransi minum baik

A : Hiperbilirubinemia

P : Observasi kuning pada bayi

Awasi risiko infeksi

Berikan ASI OD 8 x 80 cc
Tanggal 19-03-2018 Jam 20.00
S : Warna kuning pada bayi berkurang

O : Reflek hisap (+)

Toleransi minum baik

A : Hiperbilirubinemia

P : Observasi kuning pada bayi

Awasi risiko infeksi

Berikan ASI OD 8x80 cc


Tanggal 20-03-2018
S : Bayi sudah tidak terlihat kuning

O : Refleks hisap baik

Toleransi minum baik

Bayi cukup aktif

Hasil pemeriksaan labor normal

A : Bayi normal

P : Informasikan perembangan kondisi bayi pada keluarga

Perencaan Pulang

Berikan edukasi untuk perawatan bayi sehari-hari dan antisipasi bila

terjadi masalah
Kajian Asuhan Kebidanan
Identifikasi Data
 Pada kasus hiperbilirubinemia, identifikasi data dilakukan dengan
dengan pengkajian data layaknya pada bayi baru lahir normal (meliputi
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang).
 Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan temuan dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
 Hasil anamnesa dari orang tua bayi yang ditemukan adalah bayi kuning
sejak usia 2 hari yang menandakan bahwa pada awalnya bayi dalam
keadaan tidak mengalami ikterus.
 Warna kuning berawal membayang pada wajah dan semakin lama
meluas ke tungkai.
 Keadaan ikterus ini disertai dengan komplikasi berupa adanya hematom
pada paha kiri bayi yang ditemukan melalui hasil pemeriksaan.
 Untuk mendukung anamnesa dan pemeriksaan fisik, dilakukan
pemeriksaan penunjang terutama untuk memeriksa kadar bilirubin.
Interpretasi Data
Interpretasi data dilakukan untuk menentukan diagnosa,
masalah dan kebutuhan dari kasus yang ditemukan.
Diagnosa diangkat dari data subjektif dan data objektif
yang telah diidentifikasi.
Diagnosanya adalah bayi dengan hiperbilirubinemia.
Hiperbilirubinemia ditandai dengan temuan kadar bilirubin
pada bayi yang menunjukkan jumlah yang lebih tinggi dari
kadar yang seharusnya. Masalah yang ditemukan adalah
keadaan bayi masih membutuhkan perawatan lanjutan
untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Oleh karena itu,
pemberian ASI sesuai jadwal dan jumlahnya merupakan
salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Selain itu,
obeservasi warna kuning pada kulit bayi dan risiko
terjadinya infeksi juga dibutuhkan untuk menunjang
kemajuan kondisi kesehatan bayi.
…..Interpretasi Data
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor
Penyebab Kejadian Hiperbilirubin di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram Periode Januari-Desember
2012, salah satu faktor bayi yang menyebabkan terjadinya
hiperbilirubinemia adalah berat badan lahir rendah
(BBLR). Pada bayi BBLR fungsi hati belum matang dan
menghasilkan enzim glukoronil transferase yang tidak
memadai sehingga serum bilirubin mencapai tingkat
patologis sehingga menyebabkan hiperbilirubinemia.
Selain itu, gangguan fungsi hati dapat disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat
merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
toksoplasmosis, dan sifilis.
Diagnosa Potensial
Hiperbilirubinemia merupakan kondisi ikterus
patologis. Apabila icterus patologis tidak diterapi
dengan adekuat dapat menyebabkan kern icterus.
Bilirubin indirek dapat menembus sawar otak atau
lapisan otak sehingga dapat merusak dari sel-sel saraf
terutama yang di otak karena jumlahnya banyak.
Kerusakan yang ditimbulkan bersifat permanen dan
dapat menyebabkan kecacatan.
Tindakan Segera
Untuk mencegah komplikasi yang lebih berat dari
hiperbilirubinemia, maka perlu dilakukan tindakan
segera dengan berkolaborasi bersama dokter spesialis
anak. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan terapi
yang adekuat agar kondisi bayi menjadi lebih baik
dan tidak jatuh kepada diagnose potensial yang
dirumuskan.
Perencanaan
Rencana tindakan yang dilakukan adalah dengan
memantau kondisi bayi agar segera mendapatkan
penanganan khusus sesuai kebutuhan. Kolaborasi
dengan dokter spesialis anak adalah untuk
menentukan terapi lanjutan yang dibutuhkan oleh
bayi.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dari perencanaan yang dirumuskan
merupakan tindak lanjut untuk memberikan asuhan
yang adekuat. Pelaksanaan asuhan yang dilakukan
adalah dengan memamntau keadaan umu dan tanda-
tanda vital bayi serta pemenuhan ASI pada bayi.
Pemberian ASI merupakan salah satu upaya untuk
menurunkan kadar bilirubin.
……Pelaksanaan
 Berdasarkan publikasi ilmiah dalam prosiding Hefa yang berjudul
“Hubungan antara Induksi Oksitosin dan Pemberian ASI terhadap
Kejadian Ikterus Neonatorum di RSU Dr. Soewandi Surabaya”
dijelaskan bahwa pemberian ASI dini dan ASI ekslusif dapat
mencegah hipotermi ada bayi, serta melindungi secara dini dari
berbagai penyakit anak terutama alergi dan gangguan pencernaan.
 Didalam ASI terdapat pregnane-3α, 20β-diol, steroid ini menghambat
konjugasi bilirubin dengan menghambat aktivitas glukuronil
transferase. Apabila menyusi dilanjutkan, kadar tinggi akan menetap
selama 10 hingga 14 hari lagi dan secara perlahan menurun dalam
beberapa minggu. Kecukupan ASI menjamin kecukupan kalori dan
cairan serta menurunkan risiko terjadinya icterus neonatorum.
 Bayi yang tidak mendapatkan kecukupan ASI mempunyai peluang 3
kali lebih besar untuk menjadi icterus neonatorum dibandingkan
dengan bayi yang mendapatkan kecukupan ASI.
…..Pelaksanaan
Dalam sebuah jurnal Fakultas Keperawatan Universitas
Padjajaran yang berjudul “Pengaruh Field Massage sebagai
Terapi Adjuvan terhadap Kadar Bilirubin Serum Bayi
Hiperbilirubinemia” dijelaskan bahwa salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan kadar bilirubin bayi adalah
dengan melakukan sentuhan pada bayi yang menjalani
fototerapi. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa
penurunan kadar bilirubin diduga seiring dengan meningkatnya
frekuensi buang air besar sebagai efek massage. Field massage
merupakan intervensi yang mudah dilaksanakan, aman dan
tanpa efek samping. Orang tua bayi dapat dilatih agar dapat
melaksanakan massage secara mandiri. Field massage dapat
dilanjutkan di rumah untuk mendapatkan manfaat lainnya,
yaitu meningkatkan kualitas tidur, kemampuan bayi menetek,
dan meningkatkan berat badan bayi.
Evaluasi
Keberhasilan dari pelaksanaan yang dilakukan dapat ditentukan
melalui evaluasi. Dari hasil evaluasi juga dapat ditentukan
perencanaan-perencanaan selanjutnya yang dibutuhkan. Dalam
kasus ini setelah dilakukan evaluasi dan tindak lanjut dari hasil
evaluasi, maka pada akhirnya kondisi bayi membaik dan
memungkinkan untuk dilakukan perawatan di rumah. Oleh karena
itu, agar kondisi bayi tetap terpantau pemberian edukasi kepada
keluarga pasien dilakukan sebelum pasien diizinkan untuk pulang.
Edukasi tersebut berisi tentang jadwal kontrol ulang, perawatan
bayi sehari-hari, pemenuhan kecukupan ASI, kewaspadaan
terhadap warna kuning pada kulit bayi dan tanda bahaya pada bayi
seperti letargi, bayi tidak mau menyusu, dan kejang serta tempat
konsultasi terdekat bila terjadi permasalah pada bayi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai