Anda di halaman 1dari 9

LOGIKA KUMULATIF, LOGIKA ALTERNATIF, DAN

LOGIKA KUMULATIF-ATERNATIF

DiSuSun Oleh :

Edita vransisca Irwanti 22416274201071


Nazil Akbar Ziljian 22416274201182
M.Khoeriel Alfarizi 22416274201126
Nur Ayuni Pratama S 22416274201077
M.Farhan Al Ikhsani 22416274201120
M.Rizaldi Budiana 22416274201192

M.Hanif
LOGIKA KUMULATIF

Logika kumulatif adalah logika yang
didasarkan pada aktifitas pembentukan
undang-undang dan aktifitas tersebut memilki
alas an-alasan historis,
sosiologis, yuridis, dan politis. Suatu undang-
undang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat,
dan pembentukannya didasari oleh “kehendak”
politik parlemen. Tanpa kehendak politik, maka

suatudrijaantcuahnkgaann uunntduakndgi-

buanhdaasndg itDidPaRk. akan


LOGIKA ALTERNATIF

Logika ini ditandai dengan adanya kata “atau”. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “atau” adalah kata
penghubung untuk menandai pilihan diantara beberapa hal
pilihan. (misalnya; anda boleh memilih yang mana saja,
majalah,bulletin atau surat kabar).


Makan tau minum dahulu baru melanjutkan perjalanan.
Maksudnya adalah, jika tidak mau mau makan, minumlah

mdianhumlud. aBheurlbuebdarduejnaglan”baurntyini
yka,limakt;an“mdankamn idnaunm harus dilakukan
baru bisa dijalan.
LOGIKA KUMULATIF-
ALTERNATIF

Selain logika kumulatif yang dihubungkan
dengan kata “dan” dan logika alternatif
yang dihubungkan dengan kata “atau”,
maka logika ketiga yang dimuat dalam
undang-undang adalah kumulatif-
alternatif yang diwakili oleh kata
“dan/atau”.
LOGIKA KUMULATIF
Contoh:
Pasal 5 UU Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan
Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang meliputi:


Kejelasan tujuan;

Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;

Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

Dapat dilaksanakan;

Kedayagunaan dan kehasilgunaan;

Kejelasan rumusan;dan

Keterbulkaan.
Kata “dan” setelah sederet asas yang lain, menunjukkan bahwa “keterbukaan” setelah kata
“dan” adalah satu kesatuan. Maksudnya adalah bahwa suatu rancangan undang-undang yang
yang dibentuk oleh DPR dan pemerintah harus memenuhi ketujuh asas tersebut sekalgus,
sebagai syarat suatu undang-undang dikatakan memenuhi syarat formal dan materiel.
Karena asas adalah prinsip, maka suatu prisip tidak cukup mencakup formalnya saja, tetapi
juga materielnya suatu undang-undang.
LOGIKA ALTERNATIF
Contoh:

Pasal 1 angka 1 undang-undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi


pemerintahan.

Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah pembuatan


peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan, atau penetapan, dan
perundangan.

Kata “atau” dalam potongan kalimat “pengesahan atau penetapan”


memilki makna yuridis. Pengesahan dalam kamus besar Bahasa Indonesia
dimaknaoi sebagai menyatakan atau mengakui. Bisa juga berarti
menyetujui, menguatkan, dan membenarkan. Pengesahan terkait dengan
proses dan cara atau perbuatan untuk mengesahkan atau pengakuan
berdasarkan hukum terhadap sesuatu. Sementara penetapan bermakna;
Tindakan sepihak menemtukan kaidah hukum konkret yang berlaku khusus.
LOGIKA KUMULATIF-ALTERNATIF
Contoh:

Pasal 1 angka 9 UU Nomor 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan:


Diskresi adalah keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh
pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang
memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan atau adanya
strategi pemerintahan.
Kata dan/atau dalam potongan kalimat “keputusan dan/atau Tindakan” menunjuk
pada salah satu atau kedua-duanya. Bisa berupa keputusan dan bisa juga berupa
Tindakan. Lalu apakah sama antara keputusan dan Tindakan dalam hukum administrasi

negara?
Ketiga macam logika yang diuraikan diatas ditempatkan dalam kontruksi peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, ketiga macam logika tersebut dapat disebut
sebagai logika praktis atau logika terapan. Hal ini disebabkan oleh penggunaannya
yang semata-mata merujukmpada kegiatan praktis penyusunan peraturan perundang-
undangan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun parlemen. Presiden dalam hal

isneicdaarapaBtemrseanmgaa-jsuakmaan draenncgaanngparnepsirduenndatenr-

kuanidtadnegnagna,nkesupaatduarDaPnRcadnagnanDPpRermateumrabnahas
perundang-undangan.
KESIMPULAN

Logika Kumulatif
Stelsel kumulatif ini ditandai dengan ciri adanya kata”dan”. UU
tindak pidana korupsi merupakan salah satu contoh UU yang
menganut stelsel ini.Dengan adanya kata “dan”, maka hakim harus
menjatuhkan pidana dua-duanya.


Logika Alternatif
Ciri khas suatu UU mengatur stelsel pemidanaan yang alternatif
yaitu norma dalam UU ditandai dengan kata “atau”. Misalnya ada
norma dalam UU yang berbunyi “… diancam dengan pidana penjara
atau pidana denda…”. Contoh UU yang menganut stelsel ini yaitu
KUHP, UU Merek.


Logika Kumulatif-Alternatif

Berbeda halnya dengan dua stelsel di atas, berdasarkan stelsel


alternatif kumulatif ini, ditandai dengan ciri “dan/atau”

Anda mungkin juga menyukai