Anda di halaman 1dari 7

Konfigurasi Kekuatan Politik Hukum yang Dapat

Mempengaruhi Karakter Produk Hukum


Rose Amadya Berlian

Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Syekh Yusuf, Tangerang


2102010061@students.unis.ac.id

Abstrak

Pentingnya konfigurasi politik hukum dalam menentukan kebijakan dan suatu produk
produk hukum, keberpihakan politik dapat mempengaruhi karakter produk hukum.
Dilihat dari hubungannya menurut Satjipto Rahardjo antara subsistem hukum dan
subsistem politik yang memililki energi konsentrasi lebih besar adalah politik,
sedangkan hukum selalu pada posisi yang lemah dimana artinya banyak aktivitas politik
yang pada hakikatnya bertujuan untuk menekankan bahwa dalam realitas empiris,
politik sebenarnya menentukan bagaimana hukum bekerja. Faktanya, campur tangan
politik dimulai ketika undang-undang itu sendiri dibuat secara tertulis (abstrak).
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa di Indonesia, dalam hukum publik yang
berkaitan dengan kekuasaan (gezagverhouding), produk dinilai berkarakter sangat
konservatif.

Kata Kunci : Konfigurasi, Politik, dan Produk Hukum

Abstract

The importance of legal political configuration in determining policies and legal products,
political alignments can influence the character of legal products. Judging from the
relationship, according to Satjipto Rahardjo, between the legal subsystem and the political
subsystem, the one with greater concentrated energy is politics, while law is always in a
weak position, which means that there is a lot of political activity which essentially aims to
emphasize that in empirical reality, politics actually determines how the law works. . In
fact, political interference begins when the law itself is written (abstract). There is
research that shows that in Indonesia, in public law relating to power (gezagverhouding),
products are considered to have a very conservative character.
Keyword : Configuration, Political, & Product of Law
A. PENDAHULUAN

Hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur tatanan kehidupan, baik


berbangsa maupun bernegara, dengan persetujuan para wakil orang-orang di lembaga
legislatif. Produk hukum diumumkan secara demokratis oleh organisasi yang dihormati,
namun isinya tidak dapat dipisahkan dari kekuatan politik didalamnya. Politik
mencakup segala kegiatan yang berkaitan dengan perjuangan dan pemeliharaan
kekuasaan. Seringkali perebutan kekuasaan ini bertujuan untuk mencapai tujuan yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Politik dan hukum merupakan landasan kebijakan hukum, dengan pengertian
bahwa pelaksanaan pengembangan kebijakan hukum tidak dapat dipisahkan dari
pelaksanaan pembangunan politik secara keseluruhan atau dapat dikatakan asas-asas
dasar yang dijadikan peraturan perumusan kebijakan juga akan diterapkan pada
pelaksanaan kebijakan hukum yang dilaksanakan melalui peraturan hukum. Hubungan
sebab akibat antara Politik dan Hukum dari pandangan Kaum Idealis yang cenderung
memiliki perspektif das sollen dimana pandangan ini mengacu pada opini Roscue Pound
yang menyatakan hal ”law as a tool of social enginering”
Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan bukan
atas dasar kekuasaan (machstaat), menuangkan cita-cita ataupun tujuan negara melalui
hukum sebagai sarananya dengan kata lain hukum adalah sarana yang digunakan dalam
mencapai tujuan negara. Hukum pada umumnya sangat banyak dipengaruhi oleh politik
karena politik memiliki energi konsentrasi lebih besar dibandingkan energi konsentrasi
hukum. Politik di Indonesia menggunakan dalil bahwa hukum adalah produk politik,
kita akan melihat bahwa hukum dan politik akan selalu mempunyai hubungan yang erat
dan saling mendorong. Hukum sendiri merupakan subsistem dalam sistem sosial yang
sangat beragam yaitu memiliki subsistem diantaranya politik, ekonomi dan budaya.
Hukum bertugas menata keselarasan gerak sinergis antar subsistem, termasuk politik.

Politik Hukum pada dasarnya memiliki pengertian yang berbeda beda dari para
ahli, namun dapat ditarik pengertiannya yaitu kebijakan yang dilaksanakan atau dibuat
oleh pemerintah sebagai titik pendukung dan landasan untuk menentukan arah
pembangunan hukum nasional dalam rangka untuk mecapai tujuan Indonesia. Hukum
sebagai alat dimana politik hukum secara praktis dapat digunakan oleh pemerintah
sebagai sarana atau wadah untuk melangkah menciptakan dan membangun sistem
hukum nasional.

Konfiguarsi Politik dapat melahirkan produk produk hukum yang berkarakter,


Mahfud MD berpendapat dalam penelitiannya bahwa konfigurasi politik hukum dapat
mempengaruhi karakter produk hukum. Konfigurasi Politik ditempatkan sebagai
Variabel Bebas dan Karaker Produk hukum sebagai Variabel Terpengaruh. Dalam
bentuknya Variabel Bebas memiliki karakter yaitu konfigurasi sistem politik yang
demokratis dan konfigurasi sistem politik otoriter. Sedagkan Variabel terpengaruh
memiliki bentuk karakter konsepsi nonet dan Selznick atau responsive dan otonom,
ortodoks, respresif dan konservatif. Secara abstrak, perbedaan tujuan penelitian
bertujuan untuk mengklaim bahwa konfigurasi politik hukum demokratis akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau otonom, sedangkan
konfigurasi politik yang otoriter akan melahirkan produk hukum yang formal dan
konservatif atau menindas.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan Masalah dari artikel berjudul “Konfigurasi Kekuatan Politik Hukum


yang dapat mempengaruhi Karakter Produk Hukum” yaitu :

1. Bagaimana suatu Konfigurasi Politik Hukum dapat mempengaruhi Karakter


suatu Produk Hukum?

Pemahaman konfigurasi politik hukum ini penting untuk menganalisis mengapa


produk hukum tertentu dibentuk dengan cara tertentu dan bagaimana hukum tersebut
akan diimplementasikan. Selain itu, juga penting untuk mempertimbangkan dampak
konfigurasi politik hukum terhadap hak asasi manusia, keadilan, dan stabilitas politik
suatu negara.

C. METODELOGI

Dalam penulisan Artikel berjudul “Konfigurasi Kekuatan Politik Hukum yang


dapat mempengaruhi Karakter Produk Hukum”. Penulis menggunakan metode analisis
isi atau analisis konten dengan penelitian kualitatif dimana penulis mendapat
keterangan pelengkap atau teori yang diterangkan dalam artikel yang meliputi analisis
isi teks dengan menarik garis kesimpulan secara sistematis dan obyektif. Kerangka teori
– teori sebagian besar diambil dari data yang telah terdokumentasi dibuku dan jejaring
internet. Penulisan dalam artikel menggunakan format akademis yang menggunakan
prosedur sesuai aturan dan cenderung formal atau baku dengan teknik pelaporan
seperti dibuku.

D. ANALISA PEMBAHASAN

Pada era Pemerintahan Soekarno menunjukkan kediktatoran sebagai presiden


dibandingkan sebagai pemimpin nasional. Soekarno mengeluarkan sejumlah kebijakan
yang dinilai terlalu subyektif, seperti diundangkannya Ketetapan MPR tentang
pembubaran dewan perwakilan rakyat dan Konstituante. Soekarno bahkan
mengeluarkan ketetapan MPR yang menegaskan kepemimpinannya tanpa batasan masa
jabatan, yakni seumur hidup. Setelah melalui proses perdebatan dengan menuai pro
dan kontra terhadap kebijakannya, Soekarno mengundurkan diri menyusul keputusan
sidang istimewa MPRS pada tanggal 7 Maret 1967 yang menandai berakhirnya rezim
orde lama dan digantikan oleh Soeharto.
Pada masa transisi dari Soekarno ke Soeharto, terdapat masa yang cukup singkat
dimana Soeharto mampu dengan cepat menjalani transisi. Pada masa Soeharto,
dukungan militer menjadi unsur yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini juga dipengaruhi
oleh prinsip yang diterapkan sejak awal pemerintahan Soeharto, yaitu implementasi
UUD 1945 yang murni dan konsisten, yang tercermin dalam banyak kebijakannya.
Namun pada kenyataannya, tidak semua kebijakan ekonomi dan politik yang demokratis
sejalan dengan UUD 1945. Kebijakan hukum lambat laun menjadi politik kekuasaan
yang dijadikan alat Soeharto untuk mempertahankan posisi yang sudah ada di
tangannya. Pada akhirnya pemerintahan Soeharto mempunyai beberapa permasalahan
terkait kekuasaan, yaitu:
1. Kekuasaan ini akan menimbulkan ketidakadilan politik.
2. Karena melakukan ketidakadilan politik juga akan menimbulkan ketidakpuasan
dan ketidakstabilan di masyarakat.
3. Ketidakpuasan dan ketidakstabilan yang berkepanjangan akan menimbulkan
gerakan-gerakan yang memusuhi penguasa, seperti protes bahkan aksi terorisme
Produk hukum pemerintah daerah pada masa Orde Baru ditandai dengan
kepraktisan UU Nomor 11/2013/2013. Surat Keputusan Nomor 18 Tahun 1965 tanggal
1 September 1965 tidak dapat berjalan efektif akibat peristiwa G 30 S PKI yang langsung
disusul dengan penyerahan kekuasaan politik kepada Orde Baru. Sejalan dengan
konfigurasi politik Orde Baru yang semakin otoriter, produk hukum pemerintahan
daerah ini cenderung semakin bersifat konservatif/ortodoks. Dalam undang-undang ini,
istilah otonomi yang benar dan seluas-luasnya tidak lagi digunakan, melainkan
digantikan dengan otonomi yang benar dan bertanggung jawab. Dominasi pemerintah
pusat terhadap daerah sangat terlihat. Hal ini ditunjukkan dengan penunjukan kepala
daerah yang memberikan kewenangan kepada pemerintah pusat untuk menentukan
pemimpin daerah tanpa terikat pada hasil pemilu.
Konfigurasi politik hukum atas produk hukum yang mengacu pada cara produk
hukum seperti undang – undang, peraturan, atau kebijakan, dibentuk, dikelola, dan
diterapkan dalam suatu negara atau sistem hukum. Ini melibatkan interaksi antara
poltik (proses politik) dan hukum (produk hukum), dimana keputusan politik
mempengaruhi pembentukan, penegakan, dan interpretasi hukum. Berikut adalah
beberapa elemen yang terlibat dalam konfigurasi politik hukum atas produk hukum :

1. Pembentukan Produk Hukum


Produk hukum, seperti undang-undang atau peraturan, biasanya dibentuk
melalui proses legislatif atau administratif. Proses ini melibatkan pemilihan
politik, legislator, eksekutif, atau badan-badan yang bertanggung jawab untuk
menulis dan mengesahkan hukum baru atau mengubah yang sudah ada.
Keputusan-keputusan politik yang ada dalam proses ini akan memengaruhi
bentuk dan isi produk hukum.
2. Pengaruh Partai Politik
Di banyaknya sistem politik, partai politik memiliki peran penting dalam
pembentukan produk hukum. Partai politik yang berkuasa dapat
mempromosikan agenda hukum tertentu yang mencerminkan nilai-nilai dan
tujuan politik mereka. Oleh karena itu, produk hukum sering kali mencerminkan
orientasi politik partai yang berkuasa.
3. Pengaruh Masyarakat dan Kelompok Kepentingan
Tekanan dari masyarakat sipil, kelompok advokasi, dan kelompok kepentingan
lainnya juga dapat memengaruhi produk hukum. Demonstrasi, kampanye, dan
lobi politik dapat memengaruhi kebijakan hukum yang dihasilkan oleh
pemerintah.
4. Pemilihan dan Sistem Politik
Sistem pemilihan dan struktur politik negara juga memainkan peran penting
dalam konfigurasi politik hukum. Sistem seperti parlementer, presidensial, atau
campuran akan memengaruhi cara legislator dan pemimpin politik dipilih, yang
pada gilirannya akan memengaruhi pengambilan keputusan politik terkait
produk hukum.
5. Konsitusi dan Hukum Dasar
Konfigurasi politik hukum juga dapat mencakup peran konsitusi atau hukum
dasar dalam mengatur sistem politik dan hukum suatu negara. Konsitusi
menetapkan kerangka dasar bagi pemerintahan dan pembentukan produk
hukum.
Dalam sebuah negara atau sistem hukum, konfigurasi politik hukum dapat sangat
beragam dan kompleks. Ini mencerminkan hubungan antara politik dan hukum dalam
membentuk masyarakat dan menjalankan pemerintahan. Konfigurasi ini juga dapat
berubah seiring waktu sebagai hasil dari perubahan politik, sosial, atau ekonomi.
Pengaruhnya pada karakter produk hukum mencakup:
a) Kualitas Hukum
Konfigurasi politik hukum dapat memengaruhi kualitas hukum yang dihasilkan.
Proses yang transparan, partisipatif, dan berkualitas tinggi cenderung
menghasilkan hukum yang lebih baik.

b) Stabilitas Hukum
Kestabilan hukum dapat dipengaruhi oleh konfigurasi politik. Perubahan politik
yang sering dapat menghasilkan perubahan hukum yang tidak stabil.

c) Efektivitas Pelaksanaan
Konfigurasi politik juga memengaruhi kemampuan pemerintah untuk
melaksanakan hukum dengan efektif. Dukungan politik yang kuat dapat
mendukung implementasi yang baik.

d) Perlindungan HAM
Kekuatan konfigurasi politik hukum berdampak pada perlindungan hak asasi
manusia. Pemerintah dengan konfigurasi politik tertentu mungkin lebih atau
kurang cenderung untuk menghormati hak asasi manusia.

e) Kepentingan Ekonomi dan Bisnis


Regulasi ekonomi dan bisnis sangat dipengaruhi oleh faktor politik dan hukum.
Konfigurasi politik yang pro-bisnis atau regulasi yang stabil dapat memengaruhi
investasi dan perkembangan ekonomi

f) Pengaruh Internasional
Faktor politik juga berdampak pada hubungan internasional. Perjanjian
internasional, perdagangan, dan diplomasi dipengaruhi oleh konfigurasi politik
hukum.

g) Keadilan Sosial
Faktor politik dan hukum juga memainkan peran penting dalam mencapai
keadilan sosial dan distribusi kekayaan. Kebijakan pajak, dukungan sosial, dan
perlindungan pekerja dipengaruhi oleh konfigurasi politik.
Jadi, konfigurasi politik hukum adalah factor yang sangat penting dalam menentukan
sifat dan karakter produk hukum dalam suatu negara. Itu mencerminkan keseimbangan
kekuasaan, nilai-nilai, dan preferensi politik yang ada dalam masyarakat dan factor ini
memainkan peran besar dalam bentuk dan implementasi hukum.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dapat disimpulkan bahwa Kekuatan konfigurasi politik hukum memiliki


pengaruh yang signifikan terhadap karakter produk hukum dalam suatu negara.
Konfigurasi Politik Hukum mencakup berbagai aspek termasuk sistem politik,
komposisi legislative, kelompok kepentingan, faktor internasional, nilai budaya dan
factor ekonomi dan sosial. Secara keseluruhan, pemahan mendalam tentang konfigurasi
politik hukum sangat penting dalam membentuk dan menerapkan hukum yang efektif,
adil, dan sesuai dengan nilai-nilai dan kepentingan masyarakat. Faktor-faktor politik ini
dapat menciptakan lingkungan dimana produk hukum dihasilkan dan memengaruhi
bagaimana hukum tersebut akan memengaruhi masyarakat dan perekonomian
Yang perlu diperhatikan adalah upaya penerapan kebijakan hukum sesuai
dengan kerangka dasar kebijakan hukum nasional agar produk hukum yang dihasilkan
tidak bertentangan dengan tujuan negara dan cita-cita dasar penegakan hukum. Hukum
harus sesuai dengan norma-norma hak asasi manusia yang diakui secara internasional.
Ini mencakup perlindungan hak individu, non-diskriminasi, dan pemberian hak kepada
semua warga negara. Tatanan hukum yang positif memerlukan penegakan hukum yang
efektif. Sistem peradilan yang independen dan efisien adalah penting untuk memastikan
bahwa hukum benar-benar ditegakkan. Negara harus mematuhi komitmen hukum
internasional yang mereka telah ikuti, termasuk perjanjian hak asasi manusia,
perjanjian perdagangan, dan perjanjian lingkungan. Hukum harus konsisten dan
koheren di seluruh sistem hukum. Ini megurangi kebingungan dan memastikan bahwa
hukum dapat diterapkan dengan baik. Untuk ini penting dengan memastikan bahwa
hukum benar-benar memenuhi perannya dalam menjaga keadilan, hak asasi manusia,
stabilitas, dan perkembangan masyarakat. Perubahan dan pembaruan hukum juga
diperlukan secara terus-menerus sesaui dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat.
REFERENSI
Hutabarat, R. (2005). Politik Hukum Soeharto tentang Demokrasi Politik di Indonesia. Jakarta: Pusat
Studi Hukum Tata Negara FHUI.

Isharyanto. (2016). Politik Hukum. Surakarta: CV Kekata Group.

L, B., & Tanya. (2010). Teori Hukum (Strategi tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi. Yogyakarta:
Genta Publishing.

Lev, Priyono, D. S., & Nirwono, A. (2018). Hukum dan Politik di Indonesia: Kesinambungan dan
perubahan. Jakarta: LP3ES, 1990.

MD, M. (1999). Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. Yogyakarta: Gama Media.

MD, M. (2004). Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia. Yogyakarta: Gama Media.

Santoso, B. (2021). Politik Hukum . Tangerang Selatan: UNPAM PRESS.

Wasti, R. M. (2015). Pengaruh Konfiguasri Politik terhadap Produk Hukum pada Masa Pemerintahan
Soeharto di Indonesia. Hukum & Pembangunan, 86-88.

Anda mungkin juga menyukai