ABSTRAK
Gangren adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat penyakit
diabetes mellitus, yang umumnya terjadi pada tungkai. Ditandai dengan pertukaran
selulitis dan timbulnya bula yang hemoragik dengan kuman penyebab streptocococus.
Gangren diabetik memberi dampak perubahan pola fungsi kesehatan. Tujuan penelitian
adalah mempelajari gambaran pola fungsi kesehatan pada penderita gangren diabetik
menurut Gordon. Desain penelitian deskriptif, populasi semua pasien Gangren Diabetik.
Besar sampel 30 responden menggunakan Purposive Sampling. Variabel penelitian
Nutrisi–metabolik dan aktivitas–latihan. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner,
pengolahan data dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan penderita
gangren diabetik yang memiliki pola fungsi kesehatan nutrisi-metabolik cukup 25
responden (83,3%), pola fungsi kesehatan aktivitas-latihan cukup 22 responden (73.3%).
Disimpulkan pasien gangren diabetik memiliki perubahan pola fungsi kesehatan nutrisi-
metabolik dan aktivitas-latihan cukup.
ABSTRACT
Gangrene is tissue necrosis in peripheral parts of the body due to diabetes mellitus,
which usually occur in the legs. Characterize by celulitis exchanges and the emergence of
hemorhagic bullae with streptocococus causing germs. Diabetic gangrene impact change
patterns of health functions. The purpose of research is to study the picture of patterns of
health function in patients with diabetic gangrene according to Gordon. Descriptif study
design, patient population of all diabetic gangrene. The sample size of 30 respondents
using purposive sampling. Variables Nutrition research-metabolic and activity-exercise.
The research instrument used questionnaires, data processing with the frequency
distribution. The result showed that diabetic gangrene patients have a pattern of
nutritional-metabolic health functions fairly 25 respondents (83.3%), health function-
activity patterns enough exercise 22 respondents (73.3%). Concluded diabetic gangrene
patients have changing patterns of nutritional health-metabolic function and activity-
exercise enough.
50
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.1, Juli 2016
51
Pola fungsi kesehatan nutrisi–metabolik dan aktivitas – latihan pada penderita gangren diabetik
Akde Triyoga, Teti Yuliani
gangren diabetik tetapi juga dokter yang keluhan sering kencing, banyak makan,
merawat, dari hasil pengobatan yang banyak minum. Adanya hiperglikemia
buruk, baik berupa angka amputasi menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
maupun angka kematian yang cukup yang menyebabkan pasien sering kencing
tinggi disertai biaya perawatan yang (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
mahal. Faktor yang berpengaruh terhadap urine (glukosuria). Adanya poliuri, nyeri
terjadinya gangren diabetik yaitu faktor pada kaki yang luka dan situasi rumah
endogen yang meliputi genetik sakit yang ramai akan mempengaruhi
metabolik, angiopati diabetik, neuropati waktu tidur dan istirahat penderita,
diabetik, dan faktor eksogen yang sehingga pola tidur dan waktu tidur
meliputi adanya trauma, infeksi dan obat. penderita mengalami perubahan. Adanya
Angiopati, neuropati dan infeksi luka gangren dan kelemahan otot-otot
merupakan faktor utama yang pada tungkai bawah menyebabkan
menimbulkan ulkus diabetik atau penderita tidak mampu melaksanakan
gangren diabetik. Adanya neuropati aktivitas sehari-hari secara maksimal,
perifer akan menyebabkan hilang atau penderita mudah mengalami kelelahan.
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, Luka gangren yang sukar sembuh dan
sehingga akan mengalami trauma tanpa berbau menyebabkan penderita malu dan
terasa yang mengakibatkan terjadinya menarik diri dari pergaulan. Pasien
ulkus atau gangren pada kaki ganggguan dengan gangren cenderung mengalami
motorik juga akan mengakibatkan neuropati atau mati rasa pada luka
terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga sehingga tidak peka terhadap adanya
merubah titik tumpu yang menyebabkan trauma. Adanya perubahan fungsi dan
ulserasi pada kaki klien (Wijaya dan struktur tubuh akan menyebabkan
Putri, 2013). Penderita gangren diabetik penderita mengalami gangguan pada
juga akan mengalami perubahan pola dan gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
gaya hidup akibat gangren diabetik yang lamanya perawatan, banyaknya biaya
dideritanya yang meliputi perubahan pola perawatan dan pengobatan menyebabkan
fungsi kesehatan pada penderita yang pasien mengalami kecemasan dan
meliputi perubahan persepsi kesehatan – gangguan peran pada keluarga (self
manajemen kesehatan seperti kurangnya esteem). Angiopati dapat terjadi pada
pengetahuan tentang dampak gangren sistem pembuluh darah di organ
diabetik, nutrisi – metabolik, aktivitas – reproduksi sehingga menyebabkan
latihan seperti penderita tidak mampu gangguan potensi seks, gangguan kualitas
melakukan aktifitas sehari-hari, tidur – maupun ereksi, serta memberi dampak
istirahat seperti adanya nyeri pada kaki pada proses ejakulasi serta orgasme.
dan mengakibatkan penderita mengalami Lamanya waktu perawatan, perjalanan
perubahan pola tidur dan istirahat, koping penyakit yang kronik, perasaan tidak
– toleransi stres seperti munculnya rasa berdaya karena ketergantungan
cemas dan mudah tersinggung akibat menyebabkan reaksi psikologis yang
luka gangren yang dialami (Bararah dan negatif yang berupa marah, kecemasan,
Jauhar, 2013). Pada pasien gangren kaki mudah tersinggung dan lain-lain, dapat
diabetik terjadi perubahan persepsi sehat menyebabkan penderita tidak mampu
dan manajemen sehat karena kurangnya menggunakan mekanisme koping yang
pengetahuan tentang dampak gangren konstruktif atau adaptif. Adanya
diabetik sehingga menimbulkan persepsi perubahan status kesehatan dan
yang negatif terhadap dirinya dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada
kecenderungan untuk tidak mematuhi kaki tidak menghambat penderita dalam
prosedur pengobatan dan perawatan yang melaksanakan ibadah tetapi
lama. Akibat produksi insulin tidak mempengaruhi pola ibadah penderita
adekuat atau adanya defisiensi insulin (Bararah dan Jauhar, 2013).
maka kadar gula darah tidak dapat Solusi dari pola fungsi kesehatan
dipertahankan sehingga menimbulkan yaitu perlu adanya penjelasan yang benar
52
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.1, Juli 2016
Hasil Penelitian
53
Pola fungsi kesehatan nutrisi–metabolik dan aktivitas – latihan pada penderita gangren diabetik
Akde Triyoga, Teti Yuliani
54
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.1, Juli 2016
Nutrisi juga memilki dampak yaitu substansi yang lebih sederhana dengan
kekurangan nutrisi yang merupakan suatu membebaskan sejumlah energi (Hartono
keadaan dimana seseorang dalam Andry, 2006).
keadaan tidak puasa (normal) atau Nutrisi memberikan energi bagi
berisiko kekurangan berat badan akibat tubuh, termasuk membentuk struktur
ketidak cukupan asupan nutrisi untuk kerangka dan jaringan tubuh. Nutrisi
kebutuhan tubuh untuk malakukan memiliki unsur-unsur yang terdapat
metabolisme. Kelebihan nutrisi dimana dalam makanan dan diperlukan oleh
suatu keadaan yang dialami oleh tubuh untuk berbagai keperluan seperti
seseorang yang mempunyai risiko menghasilkan energi, mengganti jaringan
peningkatan berat badan akibat asupan aus serta rusak, hormon dan antibodi.
kebutuhan metabolisme secara berlebih. Pola nutrisi-metabolik pada penelitian ini
Malnutrisi yaitu proses terjadinya didapatkan hasil cukup (83.3%), yaitu
kekurangan zat besi pada tingkat seluler pada pasien gangren diabetik di Rumah
atau sebagai sesuatu pemasukan zat gizi Sakit Baptis Kediri sudah cukup mampu
yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang dalam pemenuhan nutrisi setiap harinya
dibutuhkan oleh tubuh. Diabetes melitus untuk luka dan penyakitnya.
yaitu dimana gangguan yang terjadi Nutrisi termasuk hal yang penting
akibat nutrisi yang ditandai dengan dalam penyembuhan luka gangren
gangguan metabolisme karbohidrat yang diabetik, dalam nutrisi terdapat berbagai
disebabkan oleh kekurangan insulin atau zat-zat yang dibutuhkan untuk
penggunaan karbohidrat yang berlebih penyembuhan luka. Asupan makanan
(Ernawati, 2012). yang terlalu berlebih pula dapat
Metabolisme merupakan reaksi mengakibatkan kadar gula dalam darah
biokimia dalam sel-sel tubuh yang hidup meningkat dan akhirnya menyebabkan
untuk memanfaatkan zat-zat gizi seperti diabetes yang memicu terjadinya gangren
glukosa dari hasil pencernaan diabetik. Pasien dengan gangren harus
hidratarang, gliserol serta asam-asam selalu memperhatikan asupan
lemak dari hasil pencernaan lemak dan makanannya agar luka yang diderita tidak
asam-asam amino dari hasil pencernaan bertambah parah. Konsumsi makanan
protein. Zat-zat ini melalui proses dan minuman sehari-hari pada penderita
metabolisme yang terus-menerus dapat gangren diabetik di Rumah Sakit Baptis
menghasilkan energi, mengganti jaringan Kediri pada indikator konsumsi makanan
yang aus, membangun jaringan baru dan minuman sehari-hari diperoleh hasil
untuk mengganti jaringan rusak/ mati dan cukup (66.7%) yaitu pasien dengan
untuk tumbuh kembang. Proses ini akan gangren diabetik sudah cukup mampu
berlangsung dengan baik bilamana melakukan diit untuk penyakit diabetes
terdapat pada zat gizi yang lain yaitu melitus yang diderita. Makanan sehari-
vitamin dan mineral disamping air hari seperti nasi, tepung dan semua
sebagai pelarut dan oksigen (Hartono makanan yang mengandung karbohidrat
Andry, 2006). Metabolisme dapat dibagi sangat dibutuhkan untuk tubuh untuk
menjadi anabolisme dan katabolisme. mengubah menjadi energi bagi tubuh,
Anabolisme merupakan metabolisme tetapi apabila terlalu banyak
yang membangun, atau dengan kata lain, mengkonsumsi juga dapat menimbulkan
anabolisme akan mengubah nutrien yang bahaya bagi penderita gangren diabetik
diserap oleh saluran cerna menjadi yaitu naiknya kadar gula darah dalam
bangunan yang lebih komplek seperti tubuh.
otot dan organ tubuh lainnya. Makanan yang mengandung gula
Katabolisme merupakan kebalikan tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi
anabolisme sehingga dapat disebut berlebih pada pasien gangren diabetik,
sebagai metabolisme yang merombak. pada salah satu pertanyaan kuesioner
Katabolisme membangun tubuh yang diperoleh hasil (73.3%) menjawab
komplek akan dirombak menjadi kadang-kadang pada salah satu
55
Pola fungsi kesehatan nutrisi–metabolik dan aktivitas – latihan pada penderita gangren diabetik
Akde Triyoga, Teti Yuliani
56
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.1, Juli 2016
otot pada tungkai bawah dan bisa yang dimiliki seseorang, keterampilan,
menyebabkan penderita tidak mampu adanya kesadaran moral dan usaha bagi
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara seseorang yang ingin menghasilkan
maksimal, dan karena itu penderita sebuah ilmu (Aziz, 2008).
mudah mengalami kelelahan (Bararah Latihan adalah aktivitas fisik untuk
dan Jauhar, 2013). Latihan dengan cara membuat kondisi tubuh, meningkatkan
melawan tahanan dapat menambah laju kesehatan, dan mempertahankan
metabolisme istirahat, dapat menurunkan kesehatan jasmani, hal ini juga digunakan
berat badan, stres dan menyegarkan sebagai terapi membetulkan deformitas
tubuh, latihan juga dapat menghindari atau mengembalikan seluruh tubuh ke
kemungkinan trauma pada ekstremitas status kesehatan maksimal, jika
bawah, dan hindari latihan dalam udara seseorang latihan maka akan terjadi
yang sangat panas atau dingin, serta pada perubahan fiologis dalam sistem tubuh.
saat pengendalian metabolik buruk, Pengaruh dari latihan adalah pada
gunakan alas kaki yang tepat dan periksa toleransi aktivitas yaitu meningkatkan
kaki setiap hari sesudah melakukan toleransi dan mengurangi kelemahan,
latihan (Wijaya dan Putri, 2013). Pola sedangkan faktor psikososial yaitu
fungsi kesehatan frekuensi aktivitas – meningkatkan toleransi terhadap stres,
latihan ini sangat berhubungan dengan melaporkan “perasaan lebih baik”,
latihan mandiri dan aktivitas sehari – hari melaporkan pengurangan penyakit
yang biasa dilakukan sendiri oleh (contoh; pilek dan influenza virus)
penderita, sedangkan untuk rekreasi (Komalasari, 2006).
penderita bisa melakukannya pada waktu Aktifitas-latihan sangat dibutuhkan
luang yang ada, ada juga faktor yang oleh semua orang untuk meregangkan
campur tangan dengan pola yang otot dan sendi-sendi yang kaku akibat
diinginkan (contoh, penyakit atau cedera) kelelahan maupun penyakit. Dari hasil
(pendekatan Gordon menurut Barbara, penelitian yang dilakukan di Rumah
2011). Pola fungsi kesehatan frekuensi Sakit Baptis Baptis Kediri pada pasien
aktivitas – latihan pada penderita gangren gangren diabetik diperoleh cukup
diabetik sangat membutuhkan adanya (73.3%). Hal ini membuktikan bahwa
latihan fisik agar ketegangan otot-otot pasien gangren diabetik sudah cukup
pada tungkai bawah kaki dapat mampu untuk melakukan aktivitas-
berkurang, penderita juga diharapkan latihan sehari-harinya. Didukung pula
memiliki kemampuan untuk melakukan (36.6%) responden menjawab kadang-
aktivitas kegiatan sehari-hari seperti kadang pada salah satu pertanyaan
(perawatan diri, perawatan rumah, kerja, kuesioner pada indikator aktifitas-latihan
makan, belanja, memasak) (pendekatan “Apakah saat beraktivitas sehari-hari
Gordon menurut Lynda Juall, 2009). anda mampu melakukannya sendiri?
Mobilisasi mempunyai banyak (mandi, makan, ganti baju)” yaitu pasien
tujuan, seperti mengekspresikan emosi sudah cukup mampu melakukan aktifitas
dengan gerakan nonverbal, pertahanan sehari-harinya.
diri, pemenuhan kebutuhan dasar, Pola fungsi kesehatan frekuensi
aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan aktivitas–latihan didapatkan hasil
rekreasi. Mempertahankan mobilisasi penelitian (60%) pada indikator pola
fisik secara optimal maka sistem saraf, yang berhubungan dengan latihan
otot, dan skeletal harus tetap utuh dan mandiri, aktivitas, waktu luang, dan
berfungsi baik (Komalasari, 2006). rekreasi cukup. Pada penderita juga
Aktivitas sendiri merupakan kegiatan mengalami kelemahan otot yang
manusia dalam menghadapi mengakibatkan aktivitas – latihan
permasalahan yang jelas dan terencana, tergantung pada orang lain. Pasien
dengan aktivitas inilah dapat digunakan gangren diabetik jarang memiliki waktu
untuk membangun sebuah ilmu, dan luang hanya untuk melakukan latihan
aktivitas ini tergantung pada kemampuan aktivitas yang membantu pergerakan
57
Pola fungsi kesehatan nutrisi–metabolik dan aktivitas – latihan pada penderita gangren diabetik
Akde Triyoga, Teti Yuliani
58
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.1, Juli 2016
59