Askep Dss Kritis
Askep Dss Kritis
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Krtis
Dosen Pengajar : Dastono, S.Kep, Ners
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Keperawatan Kritis dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA
PASIEN DENGAN DSS (DENGUE SYOK SYNDROM)” dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dastono, S.Kep, Ners selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan Kritis.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP..................................................................................23
4.1 Kesimpulan...................................................................................23
4.2 Saran.............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang-lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
waktu pagi hari dan senja hari.
3. Transmisi
Virus DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina
yang infektif. Nyamuk medapatkan virus saat menghisap darah manusia yang
terinfeksi virus dengue. Setelah masa inkubasi, nyamuk yang terinfeksi dapat
menularkan virus selama sisa hidupnya. Bahkan nyamuk betina yang terinfeksi juga
dapat menularkan virus kepada anak-anak mereka dengan transovarial (melalui
telur) transmisi, tetapi peran penularan virus ke manusia belum didefinisikan.
Manusia yang terinfeksi virus adalah pembawa utama dan pengganda virus,
karena sebagai sumber infeksi bagi nyamuk yang tidak terinfeksi. Virus beredar
dalam darah manusia yang terinfeksi selama dua sampai tujuh hari, sekitar waktu
yang sama mereka mengalami demam, nyamuk Aedes bisa mendapatkan virus saat
periode ini.
7
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala-gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga
dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 /
80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > – 140 mmHg) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120
mmHg),
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ³ 140x/mnt) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Derajat (WHO 1997) :
1. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
8
2.4 Patofisiologi Dengue Syok Syndrom
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal – pegal seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali) (Smeltzer, 2001).
9
Pathway
10
dapat juga pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain seperti epistaksis, perdarahan
gusi, melena dan hematemesis. Kadang terdapat juga hematuria.
3. Hepatomegali
Umumnya dapat ditemukan apada permulaan penyakit. Pembesaran hepar
bervariasi dari yg hanya teraba sampai 2-4cm di bawah arkus kosta.
4. Syok
Adanya gangguan permeabilitas vaskular yang terus menerus, memicu
terjadinya hipovolemi dan syok. Hal ini terjadi dimana suhu tubuh mulai menurun
hingga normal, yaitu rata-rata pada hari ke 3-7. Pada tahap awal syok, mekanisme
kompensasi yang mempertahankan tekanan darah normal sistolik juga
menyebabkan takikardi dan vasokontriksi perifer dengan penurunan perfusi pada
kulit menyababkan akral menjadi dingin dan lambatnya cappilary reffill.
Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah, akral dingin, disertai kongesti kulit. Perubahan ini menandakan
gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat
bersifat ringan atau sementara. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi: kulit teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis disekitar mulut,
pasien menjadi gelisah, nadi cepat dan lemah dan kecil sampai tidak teraba. Sesaat
sebelum syok seringkali pasien mengeluh nyeri perut.
Syok ditandai dengan :
1. Denyut nadi cepat dan lemah
2. Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menurun menjadi apatis, sopor, dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan
sirkulasi serebral
3. Tekanan nadi menurun (20mmhg atau kurang)
4. Hipotensi Tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80 mmHg atau
kurang
5. Kulit dingin dan sembab
6. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis
Syok dapat terjadi dalam waktu yang singkat, pasien dapat meninggal dalam waktu
12-24 jam atau sembuh cepat setelah mendpat pergantian cairan yang memadai.
Infeksi dengue merupakan penyakit sistemik dan dinamis. Penyakit ini memiliki
spektrum klinis yang. Setelah masa inkubasi, dilanjutkan dengan 3 fase yaitu fase
demam, kritis dan resolusi/pemulihan.
1. Fase demam
11
a. Demam tinggi mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak
berpengaruh dengan antipirektik. Suhu tubuh bisa mencapai 40oC dan dapat
terjadi kejang demam. Kadang terdapat muka yang merah, eritema, myalgia,
arthralgia, dan sakit kepala. Pada beberapa pasien pun bisa ada gejala nyeri
tenggorok, infeksi pada konjungtiva. Anoreksia, mual, dan muntah sering juga
dikeluhkan. Sulit membedakan demam karena infeksi dengua dengan demam non
dengue pada fase awal seperti ini, tetapi dengan positifnya uji torniket
meningkatkan kemungkinan demam dengue.
2. Fase kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis , anak terlihat seakan sehat, hati-hati
karena fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Hari ke 3-7 adalah fase
kritis. Dimana kebocoran plasma bisa terjadi kurang dari 24-48 jam.
Progresif leukopenia diikuti penurunan jumlah trombosit mendahului terjadinya
kebocoran plasma. Pada fase ini, pasien yang tidak mengalami kebocoran plasma
akan membaik keadaannya, sedangkan yang mengalami kebocoran plasma
sebaliknya karena kehilangan volume plasma. Ascites dan efusi pleura bisa
terdeteksi tergantung dari keparahan kebocoran plasma dan volume terapi cairan.
3. Fase resolusi
a. bila dalam waktu 24-48 jam pasien berhasil melewati fase kritis, keadaan umum
dan nafsu makan membaik, status hemodinamik stabil.
b. Semua nilai lab kembali normal secara perlahan.
13
peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Nilai hematokrit
dipengaruhi oleh pergantian cairan atau perdarahan.
d. Kadar albumin menurun sedikit dan besifat sementara
e. Eritrosit dalam tinja hampir selalu ditemukan
f. Penurunan faktor koagulasi dan fibrinotik yaitu fibrinogen, protrombin seperti
faktor V, VII, IX, X
g. Waktu tromboplastin parsial dan waktu protrombin memanjang
h. Hipoproteinemia
i. Hiponatremia
j. SGOT/SGPT sedikit meningkat
k. Asidosis metabolik beratdan peningkatan kadar urea nitrogen terdapat pada syok
yang berkepanjangan.
2. Radiologi
Pada foto thoraks DBD grade III / IV dan sebagian grade II didapatkan efusi
pleura, biasanya sebelah kanan. Posisi foto adalah lateral dekubitus kanan. Ascites
dan efusi pleura dapat di deteksi dengan pemeriksaan USG.
3. Serologis
1. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI test)
Merupakan uji serologis yang dianjurkan dan sering dipakai dan dipergunakan
sebagai gold standard pada pemeriksaan serologis. Meskipun begitu, terdapat
hal-hal yang perlu diperhatikan pada uji HI ini (a) Uji HI sensitif tetapi tidak
spesifik, artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus apa yang menginfeksi,
(b) antibodi HI bertahan sangat lama dalam tubuh (sampai > 48 tahun),
sehingga sering dipakai dalam studi sero-epidemiologi,
(c) untuk diagnosis membutuhkan kenaikan titer konvalesens 4x lipat dari titer
serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum akut atau konvalesens
dianggap sebagai positif infeksi dengue yang baru terjadi (recent dengue
infection).
2. Uji Komplemen fiksasi (CF test)
Uji komplemen fiksasi jarang digunakan sebagai uji diagnostik rutin, oleh
karena cara pemeriksaan yang rumit dan memerlukan tenaga yang
berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI, antibodi CF hanya bertahan
beberapa tahun saja (2-3 tahun).
3. Uji Neutralisasi (NT test)
Merupakan uji yang paling sensitif dan spesifik untuk virus dengu. Uji
neutralisasi memakai cara yang disebut Plague reduction Neutralization Test
14
(PRNT) yang berdasarkan adanya reduksi dari plak yang terjadi. Antibodi
neutralisasi dideteksi hampir bersamaan dengan HI antibodi dan bertahan lama
(> 4-8 tahun). Tetapi uji neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu yang
cukup lama sehingga tidak dipakai secara rutin.
4. IgG dan IgM Elisa
Setelah satu minggu terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang diikuti oleh
pembentukan IgM antidengue. IgM hanya berada dalam waktu yang relatif
singkat dan akan disusul dengan pembentukan igG. Pada kira-kira hari ke 5
terbentuklah antibodi yang bersifat menetralisasi virus. Imunoserologi berupa
IgM (merupakan penanda infeksi saat ini) dan IgG (merupakan penanda infeksi
masa lalu). IgM akan terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu
ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari setelahnya. Sedangkan IgG terdeteksi
pada hari ke-14 pada infeksi primer dan hari ke-2 pada infeksi sekunder.
5. NS1-Ag tes
Tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu demam 8 hari pertama yaitu
antigen virus dengue yang disebut dengan antigen NS1. Keuntungan
mendeteksi antigen NS1 yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada
penderita tersebut pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya
antibodi. Pemeriksaan antigen NS1 diperlukan untuk mendeteksi adanya
infeksi virus dengue pada fase akut, dimana pada berbagai penelitian
menunjukkan bahwa NS1 lebih unggul sensitivitasnya dibandingkan kultur
virus dan pemeriksaan PCR maupun antibodi IgM dan IgG antidengue.
Spesifisitas antigen NS1 100% sama tingginya seperti pada gold standard
kultur virus maupun PCR.
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat.
Hasil pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan
masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak
pada klien DHF menurut ( Ngastiyah,2005) yaitu:
Pengkajian fokus
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah
pernah dirawat sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam,
apakah ada riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler, metabolik, dan
sebagainya.
6. Riwayat psikososial
Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana pengetahuan keluarga
mengenai demam serta penanganannya.
a. Data subyektif
2. Sakit kepala
4. Lemah
6. Konstipasi
17
B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut
Suriadi & Yuliani (2006) yaitu :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
(viremia)
2. Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual,
muntah dan tidak nafsu makan.
3. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek
prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan
dengan minimnya sumber informasi dan mengingat informasi
4. Potensial terjadi syok hipovolemik dengan perdarahan hebat.
5. Resiko tinggi kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan permeabelitas kapiler, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
6. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan.
C. Rencana Keperawatan
18
konduksi.
3. Berikan/anjurkan anak untuk banyak minum 1000- 1500cc/hari
(sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat
evaporasi
4. Anjurkan anak untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis
mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan
suhu tubuh.
5. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan
darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
6. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat
antipiretik sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien anak
dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat antipiretik untuk
menurunkan panas tubuh pasien.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual,
muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi tubuh anak terpenuhi.
Kriteria :
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi pada anak
2. Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai anak
Rasional :Mengidentifikasi makanan kesukaan,
memungkinkan masukan makanan adekuat.
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien anak
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan
konsumsi makanan pada anak
3. Timbang BB anak secara teratur tiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas
19
intervensi.
4. Berikan anak makanan sedikit namun sering dan atau makan
diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster
5. Hindari pemberian makanan kepada anak yang merangsang
dan berbau menyengat.
Rasional : Menghindari terjadinya mual dan muntah pada
anak.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Identitas Klien
Nama Klien : An. S
Tanggal Lahir : 15 Juli 2015
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Tangerang
Tanggal Masuk RS : 22 September 2019 pukul 10.15 WIB
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan saat ini :
Pasien dibawa ke Instalasi Rawat Darurat Anak dengan keluhan tangan
dan kaki terasa dingin dan mengalami demam timbul mendadak.
Sebelumnya pasien dikatakan demam syok, sore sekitar jam 15:00 dengan
suhu 38ºC dan RR 24x/menit. Keluarga pasien mengatakan pasien lemas
sejak 2 hari lalu. Keluhan gusi berdarah mulai muncul sejak 2 hari yang
lalu. Keluarga pasien mengatakan pasien kurang mengkonsumsi air
mineral dan tidak nafsu makan sejak sakit.
b) Riwayat klien masuk RS
Keluarga pasien mengatakan kaki dan tangan pasien terasa dingin.
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan. Keluarga pasien
mengatakan pasien mengalami demam timbul mendadak.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien mual muntah. Pasien tidak pernah
mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
d) Riwayat kesehatan keluarga
23
Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit hipertensi, diabetes melitus, jantung.
e) Riwayat psikososial dan spiritual
-
f) Riwayat pengobatan :
Sebelum dibawa ke RSUD Tangerang, pasien sempat masuk rumah sakit
di RS Kasih Ibu sejak tanggal 17 Oktober 2019 pagi, dengan demam dan
diberikan obat penurun panas. Pada tanggal 19 Oktober 2016 sore, pasien
dibawa ke RS Bhakti Rahayu dikatakan tangan dan kakinya dingin dan
lemas dan diberikan cairan RL 150 cc.
B. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :-
Berat badan : 42 kg
Tinggi badan :
148 cm
24
Mata : Pupil bulat isokor diameter 3 mm/3 mm, RCL +/+, RCTL +/+,
conjunctiva anemis -/- sklera ikterik -/-
Telinga : Normotia, serumen -/-, sekret -/-
Mulut : Lidah kotor (-), tonsil dan faring tidak hiperemis, mukosa bibir
kering, sianosis perioral (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar thyroid tak teraba
membesar. Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Pulmo : Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis & dinamis, tidak ada
bagian paru yang tertinggal, penggunaan otot bantu napas (-), retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama di kedua
hemithorax Perkusi : Sonor di kedua hemithorax
Auskultasi : Suara napas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : penonjolan massa (-), abdomen lebih tinggi dari dinding
dada
25
Palpasi : lemas, hepar teraba 3 cm bawah arcus costae dan 5 cm bawah
processuss xiphoideus, tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal,
nyeri tekan (+), nyeri tekan epigastrium (+),lien tidak teraba,
Perkusi : Timpani, regio kuadran kanan atas pekak, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
C. Pemeriksaan Penunjang
- Leukosit 11.300 / µL
- Eritrosit 5.200 / µL
- Trombosit 143.000 / µL
- Hb 14,1 g/dL
- Ht 41,7 %
o 20/12/2019 18:32
- Leukosit 8.500 / µL
- Eritrosit 6.400 K/ µL
- Trombosit 60.000 / µL
- Hb 16,6 g/dL
Ht 49,8 %
- Hb 15,7 g/dL
Ht 45,7 %
- Hb 15,9 g/dL
Ht 46,8 %
D. Analisa Data
2
berdarah sejak 2
hari lalu
DO:
S : 380C
RR: 24x/menit
Akral teraba dingin
DS: Intake tidak adekuat Ketidakseimbangan
- Keluarga nutrisi kurang dari
mengatakan klien kebutuhan tubuh
kurang
mengkonsumsi air
mineral dan tidak
nafsu makan sejak
sakit.
DO:
S: 380C
RR: 24x/menit
Kulit pucat
Mata tampak cekung
E. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Dengue Shock
Syndrome meliputi :
1. Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia)
F. Intervensi Keperawatan
3
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Hipertermia b.d Setelah 1. Kaji suhu tubuh 1. Mengetahui
proses infeksi virus dilakukan pasien peningkatan
dengue tindakan 2. Beri kompres air suhu tubuh
DS: keperawatan hangat 2. Mengurangi
-Keluarga selama 3x24 3. Berikan anjuran panas
mengatakan klien jam masalah anak untuk 3. Mengganti
demam sering hipertermi banyak minum cairan tubuh
timbul mendadak dapat teratasi 1000-1500 yang hilang
dan terus menerus. dengan kriteria cc/hari 4. Memberikan
DO: hasil : 4. Anjurkan anak rasa nyaman
S: 380C - Suhu tubuh menggunakan 5. Untuk
RR 23x/menit dalam batas pakaian tipis dan menurunkan
normal mudah suhu tubuh
- Akral tidak menyerap pasien
teraba terlalu keringat
hangat 5. Kolaborasi
pemberian
cairan intravena
dan pemberian
obat antipiretik
sesuai program
5
Hari/Tanggal Diagnosis Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Selasa Hipertermia b.d 1. Mengkaji suhu tubuh S:
24 Desember
proses infeksi virus pasien - Keluarga klien
2019
dengue 2. Memberi kompres air mengatakan
hangat demam masih
3. Memberikan anjuran sering timbul
anak untuk banyak mendadak
minum 1000-1500 O:
cc/hari - S: 380C
4. Menganjurkan anak - RR : 23x/menit
menggunakan pakaian A : Masalah
tipis dan mudah belum teratasi
menyerap keringat
5. Kolaborasi pemberian P : Lanjutkan
cairan intravena dan intervensi
pemberian obat 1,2,3,4,5
antipiretik sesuai
program
Selasa Resiko syok 1. Monitor keadaan umum S:
24 Desember
hipovolemik b.d pasien - Keluarga
2019
syok hipovolemia 2. Observasi tanda-tanda mengatakan
vital setiap 2 jam kaki dan
3. Monitor tanda-tanda tangan klien
syok hipovolemik teraba dingin
4. Pasang infus, beri terapi O:
cairan intravena - S: 380C
- RR : 23x/menit
- Akral teraba
dingin
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi 1,2,3,4
Selasa Ketidakseimbangan 1. Kaji riwayat nutrisi S:
24 Desember
nutrisi kurang dari terutama yang disukai - Keluarga
2019
kebutuhan tubuh b.d anak mengatakan
6
intake tidak adekuat 2. Observasi dan catat klien jarang
masukan makanan pada minum air
anak mineral, klien
3. Timbang BB anak secara masih kurang
teratur nafsu makan
4. Berikan anak makan O:
sedikit tapi sering - S: 380C
5. Hindari makanan yang - RR : 23x/menit
berbau menyengat pada - Kulit pucat
anak - Mata cekung
- Klien tampak
kurang nafsu
makan
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi 2,3,4,5
Rabu Hipertermia b.d 1. Mengkaji suhu tubuh S:
25 Desember
proses infeksi virus pasien - Keluarga klien
2019
dengue 2. Memberi kompres air mengatakan
hangat demam masih
3. Memberikan anjuran timbul
anak untuk banyak mendadak
minum 1000-1500 - Keluarga klien
cc/hari mengatakan
4. Menganjurkan anak klien panasnya
menggunakan pakaian sudah sedikit
tipis dan mudah turun
menyerap keringat O:
5. Kolaborasi pemberian - S: 37,80C
cairan intravena dan - RR : 25x/menit
pemberian obat - Tubuh klien
antipiretik sesuai teraba hangat
program A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
7
intervensi
1,2,3,4,5
Rabu Resiko syok 1. Monitor keadaan umum S:
25 Desember
hipovolemik b.d pasien - Keluarga
2019
syok hipovolemia 2. Observasi tanda-tanda mengatakan
vital setiap 2 jam kaki dan
3. Monitor tanda-tanda tangan klien
syok hipovolemik sudah tidak
4. Pasang infus, beri terapi dingin
cairan intravena O:
- S: 37,80C
- RR : 25x/menit
- Akral hangat
A : Masalah
teratasi
P : Hentikan
intervensi
Rabu Ketidakseimbangan 1. Observasi dan catat S:
25 Desember
nutrisi kurang dari masukan makanan pada - Keluarga
2019
kebutuhan tubuh b.d anak mengatakan
intake tidak adekuat 2. Timbang BB anak secara klien masih
teratur jarang minum
3. Berikan anak makan air mineral
sedikit tapi sering - Keluarga klien
4. Hindari makanan yang mengatakan
berbau menyengat pada klien sudah
anak mau makan
sedikit-sedikit
O:
- S: 37,80C
- RR : 25x/menit
- Kulit pucat
- Mata cekung
- Klien tampak
memakan
makanannya
8
sedikit-sedikit
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi 1,2,3,4
Kamis Hipertermia b.d 1. Mengkaji suhu tubuh S:
26 Desember
proses infeksi virus pasien - Keluarga klien
2019
dengue 2. Memberi kompres air mengatakan
hangat demam klien
3. Memberikan anjuran sudah jarang
anak untuk banyak timbul
minum 1000-1500 - Keluarga klien
cc/hari mengatakan
4. Menganjurkan anak klien panasnya
menggunakan pakaian sudah turun
tipis dan mudah O:
menyerap keringat - S: 37,40C
5. Kolaborasi pemberian - RR : 24x/menit
cairan intravena dan A : Masalah
pemberian obat teratasi
antipiretik sesuai P : Intervensi
program dihentikan
9
- S: 37,40C
- RR : 24x/menit
- Kulit pucat
- Klien tampak
memakan
makanannya
A : Masalah
teratasi
P : Interensi
dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
10
Sindrom syok dengue adalah derajat terberat dari DBD yang terjadi karena
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga cairan keluar dari intravaskuler ke
ekstravaskuler, sehingga terjadi penurunan volume intravaskuler dan hipoksemia.
Syok yang biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara
hari ke 3 sampai hari sakit ke 7 disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
vaskular sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura
dan peritonium, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemia yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, preload miokard, volume
sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi sirkulasi dan penurunan
perfusi organ. Syok ditandai dengan :
1. Denyut nadi cepat dan lemah
2. Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menurun menjadi apatis, sopor, dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan sirkulasi
serebral
3. Tekanan nadi menurun (20mmhg atau kurang)
4. Hipotensi Tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80 mmHg atau
kurang
5. Kulit dingin dan sembab
6. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis
Sindroma syok dengue merupakan keadaan darurat dalam bidang medis,
setiap menit menentukan prognosis pada pasien. Pemberian cairan yang adekuat
sangat diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma.
11
DAFTAR PUSTAKA
Infeksi Virus Dengue. Dalam : Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar
Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2010.
Hal.155-181
Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan. 2006. Hal. 1-43
Behrman Richard E., Kliegman Robert, Arvin Ann M., et al. Demam Berdarah
Dengue dan Sindrom Syok Dengue. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. II. E/15.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.20001. Hal 1134-1135
WHO. Dengue, Dengue Haemorrhagic Fever, Degue Shock Syndrome In The Context
Of The Integrated Management Of Childhood Illness. 2005. Hal 1-34
WHO. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. 2009.
Hal 3-147
Wills Bridget. Volume Replacement in Dengue Shock Syndrome. 2001. Dengue
buletin vol 25. Hal 50-55
Fitri Sari A. Gejala Awal Klinis dan Laboratorium Sebagai Faktor Prediktor Syok
Pada Demam Berdarah Dengue di Instalasi Kesehatan Anak RS Dr. Sardjito.
2004. Hal 10-11
Tim Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Draft Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM. Jakarta: Balai Penerbit RSCM. 2007.
Dengue Haemorrhagic Fever and Dengue Shock Syndrome. Didapat dari :
http://www.unboundmedicine.com/medline/ebm/record/19445771/full_citation/D
engue_haemorrhagic_fever_or_dengue_shock_syndrome_in_children_
Fluid Solutions in Dengue Shock Syndrome. Didapat dari :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM200512083532317
Dengue Shock Syndrome. didapat dari :
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6628
iii