BAB II
kurangnya literatur yang dapat digunakan sebagai acuan. Oleh sebab itu,
Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian terhadulu yang berkaitan dengan
dilakukan.
Kajian pertama, yakni penelitian yang dilakukan oleh Yuliyani (2010) yang
Petik Pari telah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Jawa. Prosesi
kemudian sesajian dan tumpeng dibawa kesawah yang hendak dipanen dan
dimulailah ritual membaca mantra yang di pimpin oleh ketua adat setempat,
9
kemudian sesajian dan sisa tumpeng dibawa kembali kerumah untuk dihajatkan
kembali. Keterkaitan religi dan tradisi dalam tradisi Selamatan Petik Pari adalah
mereka menjalankan tradisi karena percaya dengan hal–hal mistik tapi dalam
antara penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan terletak pada tujuan
doa selalu ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sementara dalam penelitian
yang akan dilakukan ini doa yang diucapkan pada pelaksaan Mameakhon
Kajian kedua, hasil penelitian yang dilakukan oleh E. P. Sari (2015) yang
berjudul “Mitos Dalam Ritual Larung Sesaji Bumi Masyarakat Jawa Kota
acara ritual terdiri dari pembuatan sesaji, acara seremonial, kirab sesaji, dan
pelarungan gethek. Nilai budaya yang terkandung dalam mitos ritual ini, yakni
nilai religius, nilai kepribadian, nilai social. Cara pewarisan mitos dalam ritual ini
dilakukan secara turun temurun oleh pewaris kepada ahli waris yang ditentukan
dengan beberapa kriteria dan ujian tertentu. Penelitian ini membahas tentang
membahas bagaimana tradisinya, apa makna dari tradisi tersebut, dan bagaimana
proses pelaksanaannya.
Kajian Ketiga, artikel yang ditulis oleh Indrahti (2017) yang berjudul “Ragam
salah satu kajian tentang berbagai macam kuliner yang disajikan dalam kegiatan
destinasi wisata yang menarik bagi para wisatawan. Tulisan ini membahas
kegiatan budaya yang menggunakan sesajen dalam proses berbagai upacara tradisi
di Kabupaten Jepara, proses pelaksanaan serta jenis sesaji yang disediakan untuk
ritual tersebut.
yang disajikan dalam acara tersebut dan tujuannya untuk mengembangkan budaya
kuliner yang ada tersebut untuk tujuan pengembangan wisata didaerah tersebut.
bagaimana tradisinya, apa makna dari tradisi tersebut, dan bagaimana proses
Koentjaraningrat (2000: 181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari
bahasa sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti
budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari
kebudayaan yang tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
Ide atau gagasan hidup bersama dengan masyarakat. Gagasan tersebut selalu
berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lainnya. Wujud
kebudayaan yang kedua disebut sebagai sistem sosial. Sistem social dijelaskan
12
sebagai keseluruhan aktifitas manusia atau segala bentuk tindakan manusia yang
fisik. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari
segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam
masyarakat.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang menjadi ide atau gagasan
Religi dan upacara religi merupakan salah satu unsur dalam kehidupan
tempat upacara, (2) momen pada saat upacara, (3) benda-benda dan alat
upacara, dan (4) orang-orang yang melakukan upacara.
4. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang
menganut sistem kepercayaan tersebut.
5. Peralatan Ritus dan Upacara
Menurut E.B. Tylor tentang asal mula religi, animisme pada dasarnya
bentuk yang tertua dari religi. Pada tingkat kedua, manusia yakin bahwa gerak
alam yang hidup itu juga disebabkan oleh adanya jiwa di belakang peristiwa dan
gejala-gejala alam tersebut. Gunung yang meletus, sungai yang mengalir, gempa
akal dan ilmu pengetahuan; namun dalam kenyataannya bahwa akal dan sistem
pengetahuan itu sangat terbatas sekali. Persoalan hidup yang tidak bisa
(Koentjaraningrat, 1980)
14
maksud melalui kekuatan-kekuatan yang ada pada alam, serta seluruh kompleks
ilmu gaib untuk memecehkan segala persoalan hidup yang ada di luar batas
kemampuan dan pengetahuan akalnya. Religi waktu itu belum ada dalam
itu tidak menunjukkan hasil yang diharapkan, maka pada saat itu orang mulai
percaya bahwa alam itu didiami oleh mahluk-mahluk halus yang lebih berkuasa
Menurut Frazer, memang ada suatu perbedaan yang besar antara magic dan
religi; magic adalah segala sistem perbuatan dan sikap manusia untuk mencapai
hukum gaib yang ada di dalam alam. Sebaliknya, religi adalah segala sistem
perbuatan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri
kepada kemauan dan kekuasaan mahluk-mahluk halus seperti ruh-ruh, dewa, dan
sebagainya.
Hal tersebut lah yang membuat masyarakat Batak Toba di Desa Rianiate
tersebut bukan karena tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, namun karena
mereka masih percaya bahwa bahwa sahala (arwah) nenek moyang mereka masih
mengarahkan jalan pemikiran dalam penelitian agar diperoleh letak masalah yang
2.3.1 Tradisi
yang telah dilakukan sejak lama dan telah menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat.
Menurut Yuliani (2010), tradisi adalah suatu hal yang telah menjadi
yang cukup lama yaitu dari nenek moyang sampai sekarang hingga tradisi pun
Tradisi ini bersifat dinamis, apabila tidak dapat menjawab tantangan zaman, akan
Berdasarkan penjelasan tentang tradisi diatas, maka dapat dilihat jika syarat-
1) Merupakan adat-istiadat.
3) Bersifat dinamis
16
alam yang lain. Tradisi berkembang menjadi sebuah sistem yang memiliki pola
dan norma, dan sekaligus mengatur penggunaan sanksi dan ancaman terhadap
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tradisi adalah hasil karya
kebudayaan yang telah ada sejak jaman dahulu yang kemudian diteruskan oleh
arti secara harfiah adalah meletakkan, namun dalam istilah ini Mameakhon
pemberian sesajen kepada arwah atau sahala nenek moyangnya, yang sering
dilaksanakan oleh orang Batak Toba Di desa Rianiate. Acara ini sering dilakukan
pada saat hari libur besar, dimana pada saat itu seluruh anggota keluarga pulang
Masyarakat Batak Toba merupakan sub etnis Batak yang paling besar
diantara sub etnis lainnya. Menurut mitologi Batak, Debata Mula Jadi Na Bolon
(Sang Pencipta) mengutus putrinya yakni si Boru Deak Parujar dari Banua Atas
untuk membuat bumi dari gumpalan tanah. Si Boru Deak Parujar melaksanakan
titah Sang Pencipta, namun selalu diganggu ikeh raja Padoha (Naga Padoha). Si
Boru Deak Parujar baru selesai setelah Naga Padoha diikat di Benua Bawah.
Setelah tugasnya selesai, si Boru Deak Parujar menikah dengan Raja Odadolop.
Dari pernikahan itu lahirlah Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia, keduanya
“...orang Batak berasal dari Sianjur Mulamula, disebelah barat Gunung Pusuk
Buhit yaitu tempat kediaman si raja Batak. Turunan Batak menyebar dari
sekitar Pusuk Buhit ke Samosir dan daerah lain di Tapanuli dan Simalungun,
Karo dan Tapanuli Selatan.
Pusat tanah Batak ialah Pulau Samosir dan daerah sekitar Danau Toba. Dari
abad ke abad terjadi pergeseran/percampuran antar marga dengan marga,
tetapi pada akhirnya masing-masing marga menguasai tanah perkampungan
dan persawahan tersendiri. Seluruh suku Batak seperti Dairi, Karo,
Simalungun, Angkola, dan Mandailing berasal dari Suku Toba”.
merupakan salah satu etnis terbesar yang ada di Indonesia. Etnis Batak memiliki 6
sub-etnis, antara lain Toba, Simalungun, Karo, Pak-pak, Angkola, Sipirok dan
budaya, namun ada pula perbedaannya. Misalnya dalam hal dialek, tulisan, istilah-
mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Debata Mula Jadi Na Bolon
Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:
Tendi / Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan,
oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat
seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan
Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua
orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala
sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau
hula-hula.
Misalnya sahala yang dimiliki seorang raja, datu (dukun) dan orang-orang
Begu : adalah.
1) Sombaon
Begu yang menghuni pegunungan, hutan rimba yang lebat, gelap
dan mengerikan.
2) Solobean
Begu yang menguasai tempat-tempat tertentu seperti sungai, danau,
jurang, dan sebagainya.
3) Silan
Begu yang mendiami pohon besar, batu-batu besar, dan
sebagainya.
4) Begu Ganjang
Begu yang sangat ditakuti karena dapat dipelihara orang dan dapat
disuruh oleh pemeliharanya untuk membunuh dan mencelakakan
orang lain.
Kerangka berpikir berisi tentang dimensi kajian utama, factor kunci, variabel
dan hubungan antar dimensi yang disusun dalam bentuk narasi ataupun grafis.
Penjelasan Bagan :
merupakan salah satu tradisi yang dimiliki oleh Etnis Batak Toba Di Desa