Anda di halaman 1dari 33

Arisu no Nikushimi

A novel by Riffai
Sinopsis
Arisu , anak dari seorang samurai yang
sedang bertugas di wilayah luar. suatu
hari, ia dan ibunya diserang oleh
seseorang bermasker dimalam hari.

ibu arisu mencoba melawan demi


melindungi anak satu satunya, namun
iajustru mati dibunuh oleh pria misterius
itu. arisu marah, ia mencoba melawan
dengan niat membunuh yangkuat, namun
ia hanya mampu melukai wajahnya
sehingga masker yang dipakai oleh pria
tersebut terlepas.

ternyata yang menyerang arisu dan ibunya


ialah ayah kandung arisu itu sendiri. arisu
membenci ayahnya dan berkata akan
membunuhnya kelak.
Kebencian
Pada malam itu , tak kusangka akan
menjadi awal dari sebuah kebencian yang
tak berujung. angin berhembus begitu
kencang, suara riuh pepohonan yang
tumbang membuatku sangat ketakutan.
ibu ku yang begitu kuat memelukku dan
menenangkanku dengan kelembutan
suaranya. aku bisa merasakan hangatnya
pelukan ibu.

Sontak, pintu tiba tiba terbuka dengan


begitu keras. seseorang muncul dibalik
bayangan dengan membawa sepasang
katana di kedua tangannya.

namun, ibuku tidak menunjukan


sedikitpun rasa takut padanya.

ia malah mengambil sebuah katana dibalik


lemari untuk melindungiku.

pria bermasker itu kemudian menerjang


dan berusaha menyerangku. tetapi , ibuku
berhasil menangkis serangan tersebut dan
mereka berdua pun bertarung. aku tak bisa
apa apa selain berharap ayahku ada disini
melindungiku dan ibu.

aku bisa melihat ibuku seperti sudah


kelelahan melawan pria bermasker
tersebut.

aku kemudian menangis dan berteriak


"ibu..." perhatian ibuku teralihkan padaku.

kemudian pria tersebut menerjang karena


merasa ibu lengah kepadanya. benar saja ,
ibuku berhasil ditusuk olehnya dari
belakang.

aku yang melihatnya pun syok karena tak


percaya dengan yang kulihat.

Pria tersebut kemudian berjalan kearahku,


seakan ingin segera membunuhku.

namun entah apa yang ada dipikirannya ,


ia membiarkanku hidup begitu saja.

karena marah, aku kemudian mengambil


katana milik ibu dengan niat untuk
membunuhnya. ia hanya menghindari
setiap serangan demi serangan yang
kuberikan. namun , aku berhasil melukai
wajahnya dan membuat maskernya
terlepas.

untuk kedua kalinya aku syok, karena


nyatanya pria ber masker yang telah
membunuh ibu ialah ayahku sendiri.

aku tak percaya dengan semua ini.

"Cih , kau benar-benar anak yang


merepotkan. berlatihlah kau hingga
menjadi kuat , sehingga kau bisa
membunuhku kelak dasar bodoh".

perkataannya barusan membuatku


semakin membencinya.

"aku akan membunuhku dasar


bajingan". kataku dengan penuh
emosional.

"begitu kah?" katanya sembari berjalan


keluar.
aku berusaha mengejarnya namun ia
menghilang begitu saja tanpa jejak.

"Akan kubunuh kau


dasar bajingaaaaan"
Arisu ke ayah

Dojo
10 Tahun berlalu, kini aku telah berusia
17 Tahun. aku menjadi seorang samurai
pengembara dan berlatih semua teknik
berpedang yang ada di jepang.

aku mulai menguasai 1 demi 1 teknik


berpedang yang ada. namun perjalananku
tak akan usai hingga aku membunuh
seorang pria yang dulunya sudah ku
anggap sebagai seorang ayah.

setiap kali melakukan perjalanan , aku


kerap kali membayangkan sosok ibu yang
selalu ada disampingku.

saat tengah berjalan, terlihat sebuah


pamflet yang menawarkan pelajaran
teknik berpedang battojutsu di salah satu
dojo yang ada.

ketika sampai, ada segerombol preman


samurai yang tengah rusuh di sana.
mereka menghancurkan dojo tersebut
tanpa alasan yang jelas. lalu, keluarlah
seorang gadis dari dalam dengan sebuah
katana untuk melindungi dojo tersebut.

namun, ia ternyata hanya membawa


sebuah bokken (pedang kayu). aku
terdiam karena merasa tak peduli dengan
yang dilakukannya.

kemudian, tanpa pikir panjang, aku ikut


membantunya melindungi dojo tersebut
karena merasa ia takkan bisa melawan
mereka. satu per satu preman ku
tumbangkan dengan begitu mudah dengan
teknik berpedang yang telah kupelajari.

gadis itu berterimah kasih


dan memberiku sekantong koin perak, aku
menolak dan pergi begitu saja. ketika
hendak pergi. gadis itu malah menanyakan
siapa aku. kujawab

"Sumataka Arisu, aku hanyalah


seorang pengembara". kataku dengan
nada datar.

gadis itu mengejarku, ia menawariku


tempat tinggal sementara sebagai ucapan
terima kasih. karena terkesan memaksa,
aku menerimanya tetapi hanya untuk
sementara.

malam harinya, ketika sedang makan di


sebuah kedai. aku bertanya siapa nama
gadis tersebut. "usagi tsukuyomi".
jawabnya dengan senyuman.

entah mengapa di momen ini, aku merasa


seperti sedikit canggung.

disaat yang sama, ada seseorang muncul


dihadapanku dan menawarkan sejumlah
uang agar mau bekerja untuknya.
sepertinya ia tau perihal kejadian tadi
siang. sudah jelas akan kutolak mentah
mentah permintaannya

karena bagiku, tujuanku menjadi seorang


samurai hanyalah tuk mencari dalang atas
kematian ibuku dan bukannya menjadi
boneka orang lain. ia marah, menamparku
dengan setumpuk uang yang ia kira bisa
melindunginya dari kematian.

aku bangun dan meminta mereka tuk


jangan membuat keributan di kedai.
"Jangan membuat keributan disini,
kalau kau ingin membuatku bekerja
denganmu. kalahkan aku dulu!".
kataku dengan begitu nada yang tinggi.

untuk pertama kalinya setelah sekian lama


aku bisa merasa marah demi orang lain,
sebab biasanya kemarahan ini hanyalah
tertuju pada pria yang telah membunuh
ibu.

orang itu menolak dengan mengatakan


kalau aku sudah tidak penting lagi
baginya. setelah makan, aku mengajak
nona usagi tuk melihat kembang api.

saat tengah fokus melihat kembang api,


nona usagi menoleh kearahku.

"Arisu, kamu orang yang baik, teruslah


berbuat kebaikan yah!". katanya yang
kemudian membuatku memikirkannya

bagaimana jika nona usagi tau latar


belakangku, apakah nanti ia masih
berpikir demikian, seorang pembunuh
yang telah menghilangkan begitu banyak
nyawa tak berdosa hanya untuk tujuan
balas dendam. bagaimana kira-kira reaksi
nona usagi jika tau tentangku.

tetapi, untuk malam yang menyenangkan


ini, semua hak tersebut kuhiraukan.
malampun berakhir dengan suara riuh dari
kembang api dan teriakan heboh dari
penduduk setempat
Sumpah
beberapa hari setelah menginap, aku
memutuskan untuk pergi melanjutkan
perjalanan karena tak ingin lagi
merepotkan nona usagi.

ia sudah banyak membantuku beberapa


waktu ini dan aku merasa akan
merepotkan jika terlalu berlama lama
disini.

aku pergi tanpa pamit, meninggalkan dojo


yang sedikit mengukir kenangan baik di
dalamnya. dan kini aku merasa semakin
ingin mempercepat pertemuanku dengan
ayahku.

karena belakangan ini, aku mendapat


informasi kalau ada sesosok pembunuh
berantai di kota.
aku mulai mencari informasi lebih lanjut
mengenai sosok tersebut, siapa tau
pembunuh berantai itu ayah.

aku berniat menemui salah satu kenalanku


di kepolisian Jepang.

ia bernama "takahiro tsukishima".


seorang kepala polisi Jepang divisi kota
tokyo.

Taka dulunya adalah seorang samurai


yang sama sama teklh menghilangkan
banyak nyawa yag tak bersalah. lalu, ia
memutuskan tuk bergabung dengan
kepolisian guna menebus semua dosa
dosanya di masa lalu.

saat sampai di kantor milik Taka, anggota


kepolisian disana mengatakan kalau taka
tengah keluar mengurus sesuatu.

jadi kuputuskan tuk menemuinya lagi


ketika malam tiba. saat tengah berjalan
keliling kota, sontak ada suara riuh dari
dekat sungai.
aku mendekat dan mendapati taka tengah
bertarung dengan seorang samurai
beraliran 2 pedang. aku langsung berpikir
kalau ia adalah ayah.

aku kemudian menerjang ikut menolong


taka dan berniat langsung membunuh pria
bermasker tersebut, akan tetapi pria
tersebut mampu menangkis setiap
serangan kami. taka terluka akibat
serangan pria tersebut, dan pikiranku
benar-benar kacau saat ini, karena disatu
sisi aku ingin membunuhnya dengan keji
tetapi disisi lain taka tengah terluka akibat
pertarungan.

jadi kuputuskan tuk membantu taka pergi


terlebih dahulu, karena aku tak ingin ada
korban jiwa lagi akibat pertarunganku.

setelah membawa taka cukup jauh, pria


tadi tiba tiba muncul dihadapan tuk
menantangku bertarung, aku langsung
menerimanya karena berpikir ia adalah
ayahku. kami berdua pun bertarung
dengan begitu sengit, hingga pada
akhirnya aku berhasil menebas masker
yang dipakainya.

tetapi,saat maskernya terlepas,


ekspektasiku hilang seketika. ia bukanlah
ayahku yang selama ini kucari.

tak ada bekas luka yang kubuat 10 tahun


lalu di wajahnya, ia hanyalah samurai
yang kebetulan beraliran 2 pedang seperti
ayahku. aku kemudian bertanya siapa
dirinya.

namun, ia tidak menjawabnya dan malah


menantangku bertarung.

sebenarnya aku ingin saja menerima


tantangannya demi bisa mendapat
informasi mengenai keberadaan ayah.
tetapi, prioritas utama saat ini adalah taka
yang kini sedang terluka cukup parah.

jadi aku membawanya pergi jauh dari


lokasi entah mengapa aku kepikiran tuk
membawa taka ke tempat dojo milik nona
usagi.

saat tiba, aku langsung meminta nona


usagi tuk merawat taka yang tengah
terluka. nona usagi berkata kalau taka
masih bisa selamat berkat bantuanku,
katanya kalau tidak dengan cepat
membawanya kesini kemungkinan besar
ia akan mati.

setelah itu, aku berniat mencari pria tadi


tuk menanyakan informasi lebih lanjut
mengenai keberadaan ayah. baru saja akan
pergi, ia tiba tiba muncul di hadapanku
dengan secarik kertas dan memberikannya
padaku, saat kubaca.

"rupanya kau masih hidup". sejujurnya


aku bingung dengan maksud pesan
tersebut. saat ku tanya apa maksudnya,
pria tersebut terdiam cukup lama. lalu
mengatakan kalau ia merupakan budak
ayahku yang terikat sumpah antara
samurai. jadi dia tidak bisa menghianati
ayah dikarenakan oleh sumpahnya, ia
sangat ingin membunuh ayah karena
merasa tak sanggup dengan semua ini.

membunuh ribuan nyawa yang tak


bersalah, semuanya dilakukan demi
kepentingan pribadi ayahku. sungguh keji
dan kejam perbuatannya.

Penculikan
setelah mengetahui tentang sumpah
ayah dengan pria tersebut, sontak saja aku
ingin membantunya membunuh ayah
dikarenakan kami memiliki tujuan yang
sama.

esok paginya, aku berangkat menuju


lokasi yang telah diberikan oleh pria
tersebut, yang katanya ayah berada disana.
namun sesampainya di lokasi, tidak ada
siapapun disana. hanya hutan belantara
yang kosong tiada penghuni.

merasa kecewa, akupun kembali ke dojo


tuk menenangkan diri. namun
sesampainya disana, aku mendapati dojo
telah hancur berantakan tak ada sisa.
bertanya aku kepada penduduk setempat,
mereka mengatakan kalau setelah aku
pergi, ada seorang pria berusaha menculik
nona usagi, namun ia berusaha melawan
walau dengan sebuah bokken. lalu saat
pria tersebut berhasil menculik nona
usagi, ia menghancurkan dojo tersebut
dengan pedangnya. sontak saja, setelah
mengetahui kalau nona telah diculik, aku
marah.

namun tiba tiba kepikiran tentang taka,


aku mencarinya dibawah puing puing dojo
yang telah hancur berantakan. tak
menemukan nya sama sekali, tetapi malah
mendapati sebuah pesan
bertuliskan."datanglah ke kuil Ryoku dan
balaskanlah dendammu padaku!".

membaca pesan tersebut, hatiku terkoyak


bukan main. kebencian dan kemarahan ini
meluap bagaikan sebuah tsunami yang
datang menghancurkan sebuah kota.

aku berteriak dengan penuh


emosional."Akan kubunuh kau dasar
bajingaaaaan!".
kemudian, aku bergegas menuju kuil yang
dimaksud. membawa katanaku dan juga
milik ibu. aku berniat melawan ayah
dengan teknik aliran 2 pedang, demi
membalaskan dendam yang selama ini
kupendam dan juga untuk menyelamatkan
nona usagi yang diculik.

sesampainya di kuil, aku bertemu denga


pria yang kutemui kemarin. ia berkata
kalau mau bertemu dengan ayah maka ia
harus melawannya.

awalnya aku bingung mengapa ia masih


begitu setia kepada ayah, padahal kemarin
ia berkata ingin membunuh ayah. ia
menjawab kalau semua itu hanyalah
kebohongan belaka, dan akan selalu setia
hingga akhir hayatnya.

ia berkata demikian namun kulihat


wajahnya penuh dengan tekanan yang
begitu kuat. terpaksa kulawan dia terlebih
dahulu agar bisa melewatinya.
pertarungan pun terjadi, ia dengan cepat
bisa memahami setiap gerakanku.
nampaknya ia sudah beradaptasi dengan
pertarungan kemarin. namun, teknik
berpedang yang dipakainya terlalu umum
dan mudah untuk dibaca gerakannya.

aku telah mempelajari begitu banyak


teknik berpedang yang ada di jepang.
namun untuk saat ini, pilihan terbaik yang
kulunya ialah menggunakan teknik
berpedang milik ibu, yakni teknik aliran
1 tebasan.

aku mulai fokus mengkonsentrasikan


semua pernapasanku pada pergelangan
tangan, menekan semua otot-otot kaki da
memasang kuda kuda persiaoan tuk
menyerang.

ketika pria tersebut menerjang tuk


menyerangku, aku langsung
menyerangnya dengan 1 kali tebasan tepat
di lehernya dan kepalanya pun terpenggal.
ini pertama kalinya aku membunuh
seseorang dengan teknik beroedang milik
ibu, karena selama ini aku masih belum
bisa menyempurnakannya.

kepala pria tersebut terguling cukup jauh,


saat mendekatinya, ia masih bisa
tersenyum walau disaat terakhirnya.
sepertinya ia senang karena bisa terlepas
dari semua sumpah yang ia jalani.

karena telah melewati tantangan pertama


dan terakhir tuk melawan ayah, akupun
masuk sambil mengeluarkan semua emosi
kemarahan dan kebencia yang selama ini
kupendam, ditambah semua perbuatan
ayahku yang begitu kejam. mengeluarkan
katana milik ibu tuk kugunakan melawan
ayah, berharap dengan menggunakan
kedua pedang ini. aku bisa menebas
semua kenangan dan mimpi buruk dimasa
lalu.
bertemulah aku dengan ayahku yang
tengah memegang sebuah tali terikat ke
nona usagi.

rupanya ia menyandera nona usagi di


dekat sebuah bom yang akan meledak jika
sumbu yag terbakar habis.

aku bertanya padanya."mengapa kau


lakukan semua ini, menelantarkanku
dan membunuh ibu".

namun saat kutanyakan mengenai ibu, ia


malah seperti tertekan tak ingin
mendengar kata ibu lagi. aku tak bisa
menahan marah dan benci karena ayahku
kini bukanlah ayah yang kukenal saat
kecil dulu.

ayah yang selalu bermain bersama,


tertawa bergembira. apalagi ketika
memakan masakan ibu, rasanya seperti
orang yang berbeda.

karena tak ingin berlama lama, akupun


menerjang berniat langsung memenggal
kepala ayah denga teknik aliran 1 tebasan
milik ibu yang baru saja aku kuasai.
namun, ia bisa menghindarinya dengan
cukup mudah.

"Rupanya kau bisa menggunakan


jurus itu ya?, hmm kau cukup hebat
sekarang wahai anakku!". katanya.

"JANGAN MEMANGGILKU ANAK


DASAR AYAH BEDEBAH, KAU
SUDAH TAK PANTAS
MENGGUNAKAN NAMA ITU
LAGI!!". Kataku dengan penuh
emosional.

aku berusaha lagi menerjangnya dengan


menggunakan kedua katana yag
kupegang, berniat melawannya dengan
kedua katana ini. ia juga menggunakan
kedua katananya tuk melawanku, rasanya
seperti pertarungan yang menentukan
nasib diantara kami.

sebetulnya, aku tidak keberatan jika mati


ditempat ini, asalkan aku dapat
membunuhnya, itu sudah cukup bagiku.
serangan demi serangan diberikan oleh
ayah, namun masih bisa kutangkis.

akupun mencoba memberikan seranganku


padanya, ia tersenyum seakan sudah lama
tak merasakan pertarungan seperti ini.
pertarungan pun berlanjut cukup lama,
hingga pada akhirnya aku kelelahan
menahan semua serangan ayah.

namun, aku tak mungkin menyerah begitu


saja, ada 1 nyawa yang dipertaruhkan
yakni nona usagi yang tengah di sandera.
tak kerasa sumbu TNT sudah tersisa
setengah, aku takut tak memiliki waktu
yang cukup tuk menyelamatkan nona
usagi. oleh karena itu, aku harus
menyelesaikan pertarungan ini dengan
cepat.

saat tengah menangkis serangan milik


ayah, aku teringat dengan sebuah teknik
berpedang yang pernah digunakan ibu
sewaktu aku kecil dulu. kalau tak salah
nama teknik tersebut ialah aliran naga
berputar, yang intinya teknik ini berfokus
tuk memberikan seranga beruntun pada
lawan.

karena belum bisa menguasainya, aku


berusaha tuk mencari ruang bernapas.
setelah mendapatkan ruang yang cukup,
akupun mencoba menggunakannya karena
merasa ada ibu disampingku yang akan
membantuku menggunakan teknik ini,
akupun mulai fokus pada pernapasanku,
menekan setiap otot otot kaki dan
memasang kuda kuda

ayahku tersenyum dan berkata."apakah


kau serius ingin menggunakan teknik
tersebut?, sedang kau belum
menguasainya dengan sempurna. nanti
kau akan kehilangan nyawa jika tak
cukup kuat menahan rasa sakit dari
penggunaan teknik itu loh!".

aku menghiraukan semua perkataannya


dan fokus dengan teknik ini, kemudian
ayahku menerjang dengan begitu cepat
dengan niat membunuh yang cukup kuat.

dengan cepat, kuubah posisi ku demi


mendapat celah tuk membunuhnya, alhasil
aku berhasil menyerangnya dan
membuatnya terhempas cukup jauh. setiap
sebatan di sekujur tubuhnya membuatnya
tak berdaya.

saat mendekat, seperti ada yang keluar


dari dalam dirinya, seakan ia telah
dirasuki oleh sesuatu yang jahat. karena
merasa inilah saat yang tepat, aku berniat
membunuhnya dengan menusuk tepat di
jantungnya. tetapi, saat ingin
melakukannya, ia tiba tiba meminta maaf
kepadaku.

aku bingung mengapa ia melakukan hal


tersebut, karena selama ini ia seperti orang
yang tidak peduli dengan orang lain dan
hanya mementingkan diri sendiri.

"Maafkan ayah karena telah


membuatmu cukup menderita, kalau
kau ingin membunuh ayah, silahkan
saja!". katanya

entah mengapa aku seakan bisa melihat


ibu disamping ayah sambil tersenyum
memandangiku. ternyata, semua
kebencian dan kemarahan yang selama ini
kupendam tuk menuntut pembalasan
hanyalah akibat kesalah pahaman belaka.
ayahku rupanya saat itu membunuh ibuku
dalam keadaan tak sadarkan diri, ia
dirasuki oleh sesuatu yang jahat saat
sedang menjalankan tugas. semua ingatan
ayahku tuba tiba muncul di kepalaku
membuatku menyesali segalanya

air mataku berjatuhan ke wajah ayah, aku


menyesali semua perbuatanku. semua
kemarahan ini tak ada gunanya, aku juga
sama seperti ayah kalau seperti ini.

kemudian, ayahku meninggal disebabkan


serangan beruntun tadi, aku hanya bisa
menyesalinya.
disisi lain aku harus menyelamatkan nona
usagi dari bom yang akan meledak,
membawanya pergi begitu jauh menuju
rumah taka. bom meledak menghancurkan
kuil Ryoku tanpa sisa.

Sore harinya, aku langsung membuatkan


kuburan untuk mendiang ayah, walau
tanpa jasad didalamnya.

aku meminta maaf padanya karena telah


membencinya walau sebetulnya bukan
ayah yang membunuh ibu.

tangisanku begitu tidak karuan hingga


membasahi kuburan beliau, kudoakan
kebaikan untuk keduanya pada dewa.

karena merasa mempunyai dosa yang


begitu banyak. kuputuskan tuk
mengembara kembali, tetapi bukan
sebagai orang yang mencari lawan, namun
sebagai manusia biasa yang akan
membantu orang lain dengan katana ini.
"Kebencian akan
menimbulkan
Penyesalan"
Mohammad Riffai Al - baroqa

Anda mungkin juga menyukai