A novel by Riffai
Sinopsis
Arisu , anak dari seorang samurai yang sedang bertugas di wilayah luar.
suatu malam yang begitu sunyi, ia dan ibunya diserang oleh seseorang
bermasker
ibu arisu mencoba melawan demi melindungi anak satu satunya, namun ia
justru mati dibunuh oleh pria misterius itu.
ternyata yang menyerang arisu dan ibunya ialah ayah kandung arisu itu
sendiri. arisu membenci ayahnya dan berkata akan membunuhnya kelak.
dapatkah arisu membalaskan dendamnya?
Kebencian
Pada malam itu , tak kusangka akan menjadi awal dari sebuah kebencian
yang tak berujung. angin berhembus begitu kencang, suara riuh pepohonan
yang tumbang membuatku sangat ketakutan. ibu ku yang begitu kuat
memelukku dan menenangkanku dengan kelembutan suaranya. aku bisa
merasakan hangatnya pelukan ibu.
Sontak, pintu tiba tiba terbuka dengan begitu keras. seseorang muncul
dibalik bayangan dengan membawa sepasang katana di kedua tangannya.
aku bisa melihat ibuku seperti sudah kelelahan melawan pria bermasker
tersebut.
aku yang melihatnya pun syok karena tak percaya dengan yang kulihat.
karena marah, aku kemudian mengambil katana milik ibu dengan niat untuk
membunuhnya. ia hanya menghindari setiap serangan demi serangan yang
kuberikan. namun , aku berhasil melukai wajahnya dan membuat maskernya
terlepas.
untuk kedua kalinya aku syok, karena nyatanya pria ber masker yang telah
membunuh ibu ialah ayahku sendiri.
10 Tahun berlalu, kini aku telah berusia 17 Tahun. aku menjadi seorang
samurai pengembara dan berlatih semua teknik berpedang yang ada di
jepang.
setiap kali melakukan perjalanan , aku kerap kali membayangkan sosok ibu
yang selalu ada disampingku.
ketika sampai, ada segerombol preman samurai yang tengah rusuh di sana.
mereka menghancurkan dojo tersebut tanpa alasan yang jelas. lalu, keluarlah
seorang gadis dari dalam dengan sebuah katana untuk melindungi dojo
tersebut.
namun, ia ternyata hanya membawa sebuah bokken (pedang kayu). aku
terdiam karena merasa tak peduli dengan yang dilakukannya.
dan memberiku sekantong koin perak, aku menolak dan pergi begitu saja.
ketika hendak pergi. gadis itu malah menanyakan siapa aku.
malam harinya, ketika sedang makan di sebuah kedai. aku bertanya siapa
nama gadis tersebut. "usagi tsukuyomi". jawabnya dengan senyuman.
aku bangun dan meminta mereka tuk jangan membuat keributan di kedai.
"Jangan membuat keributan disini, kalau kau ingin membuatku
bekerja denganmu. kalahkan aku dulu!". kataku dengan begitu nada
yang tinggi.
untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku bisa merasa marah demi
orang lain, sebab biasanya kemarahan ini hanyalah tertuju pada pria yang
telah membunuh ibu.
orang itu menolak dengan mengatakan kalau aku sudah tidak penting lagi
baginya.
setelah makan, aku mengajak nona usagi tuk melihat kembang api.
saat tengah fokus melihat kembang api, nona usagi menoleh kearahku.
bagaimana jika nona usagi tau latar belakangku, apakah nanti ia masih
berpikir demikian, seorang pembunuh yang telah menghilangkan begitu
banyak nyawa tak berdosa hanya untuk tujuan balas dendam. bagaimana
kira-kira reaksi nona usagi jika tau tentangku.
aku pergi tanpa pamit, meninggalkan dojo yang sedikit mengukir kenangan
baik di dalamnya. dan kini aku merasa semakin ingin mempercepat
pertemuanku dengan ayahku.
karena belakangan ini, aku mendapat informasi kalau ada sesosok pembunuh
berantai di kota.
aku mulai mencari informasi lebih lanjut mengenai sosok tersebut, siapa tau
pembunuh berantai itu ayah.
Taka dulunya adalah seorang samurai yang sama sama teklh menghilangkan
banyak nyawa yag tak bersalah. lalu, ia memutuskan tuk bergabung dengan
kepolisian guna menebus semua dosa dosanya di masa lalu.
jadi kuputuskan tuk menemuinya lagi ketika malam tiba. saat tengah
berjalan keliling kota, sontak ada suara riuh dari dekat sungai.
aku mendekat dan mendapati taka tengah bertarung dengan seorang samurai
beraliran 2 pedang. aku langsung berpikir kalau ia adalah ayah.
jadi kuputuskan tuk membantu taka pergi terlebih dahulu, karena aku tak
ingin ada korban jiwa lagi akibat pertarunganku.
setelah membawa taka cukup jauh, pria tadi tiba tiba muncul dihadapan tuk
menantangku bertarung, aku langsung menerimanya karena berpikir ia
adalah ayahku. kami berdua pun bertarung dengan begitu sengit, hingga
pada akhirnya aku berhasil menebas masker yang dipakainya.
tak ada bekas luka yang kubuat 10 tahun lalu di wajahnya, ia hanyalah
samurai yang kebetulan beraliran 2 pedang seperti ayahku. aku kemudian
bertanya siapa dirinya.
jadi aku membawanya pergi jauh dari lokasi entah mengapa aku kepikiran
tuk membawa taka ke tempat dojo milik nona usagi.
saat tiba, aku langsung meminta nona usagi tuk merawat taka yang tengah
terluka.
nona usagi berkata kalau taka masih bisa selamat berkat bantuanku, katanya
kalau tidak dengan cepat membawanya kesini kemungkinan besar ia akan
mati.
setelah itu, aku berniat mencari pria tadi tuk menanyakan informasi lebih
lanjut mengenai keberadaan ayah. baru saja akan pergi, ia tiba tiba muncul
di hadapanku dengan secarik kertas dan memberikannya padaku, saat
kubaca.
Penculikan
setelah mengetahui tentang sumpah ayah dengan pria tersebut, sontak saja
aku ingin membantunya membunuh ayah dikarenakan kami memiliki tujuan
yang sama.
esok paginya, aku berangkat menuju lokasi yang telah diberikan oleh pria
tersebut, yang katanya ayah berada disana. namun sesampainya di lokasi,
tidak ada siapapun disana. hanya hutan belantara yang kosong tiada
penghuni.
namun tiba tiba kepikiran tentang taka, aku mencarinya dibawah puing
puing dojo yang telah hancur berantakan. tak menemukan nya sama sekali,
tetapi malah mendapati sebuah pesan bertuliskan."datanglah ke kuil Ryoku
dan balaskanlah dendammu padaku!".
membaca pesan tersebut, hatiku terkoyak bukan main. kebencian dan
kemarahan ini meluap bagaikan sebuah tsunami yang datang
menghancurkan sebuah kota.
membawa katanaku dan juga milik ibu. aku berniat melawan ayah dengan
teknik aliran 2 pedang, demi membalaskan dendam yang selama ini
kupendam dan juga untuk menyelamatkan nona usagi yang diculik.
awalnya aku bingung mengapa ia masih begitu setia kepada ayah, padahal
kemarin ia berkata ingin membunuh ayah. ia menjawab kalau semua itu
hanyalah kebohongan belaka, dan akan selalu setia hingga akhir hayatnya.
aku telah mempelajari begitu banyak teknik berpedang yang ada di jepang.
namun untuk saat ini, pilihan terbaik yang kulunya ialah menggunakan
teknik berpedang milik ibu, yakni teknik aliran 1 tebasan.
kepala pria tersebut terguling cukup jauh, saat mendekatinya, ia masih bisa
tersenyum walau disaat terakhirnya. sepertinya ia senang karena bisa
terlepas dari semua sumpah yang ia jalani.
karena telah melewati tantangan pertama dan terakhir tuk melawan ayah,
akupun masuk sambil mengeluarkan semua emosi kemarahan dan kebencia
yang selama ini kupendam, ditambah semua perbuatan ayahku yang begitu
kejam. mengeluarkan katana milik ibu tuk kugunakan melawan ayah,
berharap dengan menggunakan kedua pedang ini. aku bisa menebas semua
kenangan dan mimpi buruk dimasa lalu.
bertemulah aku dengan ayahku yang tengah memegang sebuah tali terikat ke
nona usagi.
rupanya ia menyandera nona usagi di dekat sebuah bom yang akan meledak
jika sumbu yag terbakar habis.
namun saat kutanyakan mengenai ibu, ia malah seperti tertekan tak ingin
mendengar kata ibu lagi. aku tak bisa menahan marah dan benci karena
ayahku kini bukanlah ayah yang kukenal saat kecil dulu.
"Rupanya kau bisa menggunakan jurus itu ya?, hmm kau cukup hebat
sekarang wahai anakku!". katanya.
"JANGAN MEMANGGILKU ANAK DASAR AYAH BEDEBAH,
KAU SUDAH TAK PANTAS MENGGUNAKAN NAMA ITU LAGI!!".
Kataku dengan penuh emosional.
sebetulnya, aku tidak keberatan jika mati ditempat ini, asalkan aku dapat
membunuhnya, itu sudah cukup bagiku. serangan demi serangan diberikan
oleh ayah, namun masih bisa kutangkis.
namun, aku tak mungkin menyerah begitu saja, ada 1 nyawa yang
dipertaruhkan yakni nona usagi yang tengah di sandera. tak kerasa sumbu
TNT sudah tersisa setengah, aku takut tak memiliki waktu yang cukup tuk
menyelamatkan nona usagi. oleh karena itu, aku harus menyelesaikan
pertarungan ini dengan cepat.
saat tengah menangkis serangan milik ayah, aku teringat dengan sebuah
teknik berpedang yang pernah digunakan ibu sewaktu aku kecil dulu. kalau
tak salah nama teknik tersebut ialah aliran naga berputar,.
karena belum bisa menguasainya, aku berusaha tuk mencari ruang bernapas.
setelah mendapatkan ruang yang cukup, akupun mencoba menggunakannya
karena merasa ada ibu disampingku yang akan membantuku menggunakan
teknik ini, akupun mulai fokus pada pernapasanku, menekan setiap otot otot
kaki dan memasang kuda kuda
ayahku tersenyum dan berkata."apakah kau serius ingin menggunakan
teknik tersebut?, sedang kau belum menguasainya dengan sempurna.
nanti kau akan kehilangan nyawa jika tak cukup kuat menahan rasa
sakit dari penggunaan teknik itu loh!".
saat mendekat, seperti ada yang keluar dari dalam dirinya, seakan ia telah
dirasuki oleh sesuatu yang jahat. karena merasa inilah saat yang tepat, aku
berniat membunuhnya dengan menusuk tepat di jantungnya. tetapi, saat
ingin melakukannya, ia tiba tiba meminta maaf kepadaku.
aku bingung mengapa ia melakukan hal tersebut, karena selama ini ia seperti
orang yang tidak peduli dengan orang lain dan hanya mementingkan diri
sendiri.
entah mengapa aku seakan bisa melihat ibu disamping ayah sambil
tersenyum memandangiku. ternyata, semua kebencian dan kemarahan yang
selama ini kupendam tuk menuntut pembalasan hanyalah akibat kesalah
pahaman belaka. ayahku rupanya saat itu membunuh ibuku dalam keadaan
tak sadarkan diri, ia dirasuki oleh sesuatu yang jahat saat sedang
menjalankan tugas. semua ingatan ayahku tuba tiba muncul di kepalaku
membuatku menyesali segalanya
disisi lain aku harus menyelamatkan nona usagi dari bom yang akan
meledak, membawanya pergi begitu jauh menuju rumah taka. bom meledak
menghancurkan kuil Ryoku tanpa sisa.