Anda di halaman 1dari 47

Panduan Kerja

BEHAVIOR CHANGE SPESIALIST


REGIONAL MANAGEMANT CONSULTANT
(RMC)

National Management Consultant - P3PD


Villa Pejaten Mas A30
Jl. Raya Pasar Minggu Kel. Pasar Minggu Kec. Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan. 12510
Tlp. 021 783 42079
Daftar Isi

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Strategi Penguatan Kapasitas Pemerintahan dan
Pembangunan Desa
1.3. Tujuan
1.4. Pengguna

II. MEKANISME KERJA


2.1. Uraian Tugas
2.2. Matriks Kegiatan dan Output/Indikator
2.3. Pedoman Program

III. PELAPORAN
3.1. Laporan Bulanan
3.2. Laporan Triwulan
3.3. Laporan Tahunan
3.4. Laporan Akhir Program
3.5. Laporan Insidentif

VIII. PENUTUP

LAMPIRAN
PANDUAN KERJA BEHAVIOR CHANGE SPECIALIST
REGIONAL MANAGEMANT CONSULTANT (RMC)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tugas pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa
seperti yang tertuang dalam Pasal 112 sampai dengan Pasal 115 Undangundang
No 6 Tahun 2014 Tentang Desa menjadi tantangan sekaligus peluang
pemerintah dalam pembangunan daerah. Beberapa tantangan sekaligus
peluang terutama terkait tata kelola dan penyelenggaraan pemerintahan desa,
kesiapan sumber daya manusia aparatur pemerintahan desa serta LKD/LAD.
Tantangan lainnya adalah organisasi dan tata kelola, sistem dan prosedur yang
belum memadai serta data dan informasi pendukung dalam menjalankan roda
pemerintahan. Seiring dengan semangat perubahan yang lebih baik terhadap
tata kelola pemerintahan desa, peran pembinaan dan pengawasan oleh supra
desa menjadi salah satu kunci sukses bagi tata kelola desa yang efektif dan
efesien. Tata kelola tersebut diharapkan dapat mewujudkan tujuan
pembangunan desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggara pemerintahan desa yang merupakan Sumber Daya Manusia
(SDM) penyelenggaraan pemerintahan desa meliputi aparatur pemerintahan
desa (kepala desa, perangkat desa dan BPD) serta LKD/LAD dan pembina
penyelenggaraan pemerintahan desa di kecamatan, dituntut untuk
mengembangkan kapasitas agar dapat memenuhi tugas dan fungsi sesuai
regulasi dan peraturan terkait desa dengan baik.
Sementara pendekatan penguatan SDM yang dilakukan selama ini melalui
pelatihan berjenjang (cascading training) yang terpusat di kabupaten dinilai tidak
efektif. Selain membutuhkan SDM, pendanaan dan waktu yang besar dengan
hasil dan belum bisa menjangkau seluruh desa. Dari sisi substansi materi yang
terbatas, tidak memotivasi dan mendorong replikasi belajar secara mandiri.
Minimnya pemanfaatan potensi kecamatan menyebabkan proses penguatan
kapasitas penyelenggara pemerintahan desa menjadi sulit dilakukan. Belum
tersedianya database dan sistem data yang memadai; kerangka monitoring dan
evaluasi terkait kapasitas dan kinerja aparatur, organisasi dan tata kelola serta
sistem dan prosedur secara terarah dan terukur dan komprehensif; serta
lemahnya koordinasi dan kolaborasi antar pemangku-kepentingan dan pelaku di
desa juga menyebab tidak efektifnya penguatan kapasitas SDM. Hal ini
menyebabkan terbatasnya kapasitas penyelenggara pemerintahan desa yang
berdampak pada pengelolaan rencana pembangunan dan anggaran belanja
desa belum efektif dan efisien, hal ini terlihat dari sekitar 40% digunakan biaya
administrasi dan sekitar 38% untuk program infrastruktur yang terfragmentasi.
Sementara belanja pembangunan SDM, pemberdayaan ekonomi, pendidikan
dan kesehatan sangat rendah, sehingga dampak pembangunan di desa belum
signifikan.
Berdasarkan kondisi tersebut dibutuhkan strategi guna menjalankan penguatan
kapasitas penyelenggara pemerintahan desa yang merata, berskala besar serta
dapat dilaksanakan dalam waktu relatif singkat. Strategi yang bersifat progresif
dan inovatif, dapat menerjemahkan prinsip-prinsp efektif (mencapai tujuan
penguatan), efisien (menggunakan sumber daya sebijak mungkin), responsif
(sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan permasalahan), berkelanjutan dan dapat
diperluas manfaatnya. Dengan kata lain dapat direplikasi ke desa dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan desa. Strategi ini mendorong desa menyadari
pentingnya peningkatan kualitas belanja desa yang lebih baik yang dapat
menghasilkan kontribusi terhadap pengurangan kemiskinan perdesaan dan
tujuan pembangunan perdesaan.

1.2. Strategi Penguatan Kapasitas Pemerintahan Dan Pembangunan


Desa
Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) Komponen
1 adalah Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Desa.
Tujuan dari Komponen 1 adalah:
a. Meningkatkan penataan kelembagaan untuk pengembangan kapasitas
pemerintahan desa melalui pengembangan sistem dan prosedur serta
adopsi dan transisi Learning Management System (LMS).
b. Menguatkan kapasitas pemerintahan desa untuk mengelola
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa melalui
perbaikan sistem dan instrumen.
c. Meningkatkan kinerja kelembagaan pemerintahan desa (dalam hal ini
disebut organisasi dan tata laksana). melalui penyempurnaan Norma
Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK).
d. Meningkatkan pelayanan dasar (fronline service delivery) bagi desa-desa
yang berpartisipasi.
Komponen 1 berisi kegiatan-kegiatan yang mendukung pengelolaan
pengembangan kapasitas pemerintahan desa dalam menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan desa, mulai dari upaya peningkatan sistem dan
prosedur pengembangan kapasitas, penguatan peran pembinaan dan
pengawasan (binwas) oleh pemerintah kabupaten dan kecamatan, dan
peningkatan kinerja kelembagaan pemerintahan desa.
Komponen 1 ini merupakan upaya untuk memperbarui mekanisme peningkatan
kapasitas pemerintahan desa yang sudah diperkenalkan sejak tahun 2015
dengan pelatihan secara klasikal face to face (tatap muka), dan dikembangkan
menggunakan platform digital.

Komponen 1 meliputi:
a. Sub Komponen 1A: Peningkatan kapasitas dan kelembagaan pemerintahan
Desa. Sub-Komponen ini bertujuan untuk menguatkan sistem dan prosedur
pengembangan kapasitas kelembagaan pemerintahan desa. Hasil yang
diharapkan dari subkomponen ini adalah agar terbangun sebuah sistem
pengembangan kapasitas (sistem pembelajaran) yang lebih fleksibel, adaptif,
dan dapat digunakan secara berkelanjutan untuk dapat memenuhi kebutuhan
kapasitas pemerintahan desa yang beragam.
b. Sub-Komponen 1B: Peluncuran sistem pembelajaran di tingkat daerah.
Subkomponen ini bertujuan untuk mendukung upaya sosialisasi,
pemanfaatan dan pengadopsian yang efektif di tingkat pemerintah daerah
terhadap sistem pembelajaran yang dikembangkan dalam komponen 1A.
Hasil yang diharapkan dari subkomponen ini adalah agar pemerintahan desa
dapat menyiapkan dan melaksanakan proses perencanaan, penganggaran
dan pelaksanaan kegiatan dan pembangunan desa yang partisipatif dan
akuntabel.
c. Sub-Komponen 1C: Penguatan pengawasan dan pengelolaan aparatur
pemerintahan desa. Sub-Komponen ini bertujuan untuk membangun
mekanisme pemantauan dan pengawasan sistem dan kinerja
pengembangan kapasitas kelembagaan pemerintahan desa yang
berkelanjutan, yang terintegrasi secara digital dan terlembagakan baik di
desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan pusat. Hasil yang diharapkan dari
subkomponen ini adalah perbaikan dan penguatan sistem manajemen data
dan informasi terkait desa, khususnya melalui penguatan Prodeskel,
Siskeudes, siswaskeudes, sipades dan aplikasi lainya.
d. Sub-Komponen 1 D: perbaikan layanan dasar bagi desa-desa partisipasi.
Sub Komponen ini bertujuan untuk meningkatkan peran kecamatan sebagai
penghubung dalam mendukung peningkatan kualitas belanja desa dalam
penyelenggaraan layanan dasar, meliputi: Pendidikan, Kesehatan,pekerjaan
umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan Kawasan pemukiman,
ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat serta sosial.

1.3. Tujuan
Panduan Kerja Behavioral Change Specialist sebagai acuan kerja guna
memberikan arahan bagi Behavioral Change Specialist Regional Management
Consultants (RMC) dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi pada program
Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD), Direktorat Jenderal
Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam Negeri.
1.4. Pengguna
Panduan kerja ini digunakan oleh Behavior Change Specialist dalam mendukung
pencapaian KPI Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa
(P3PD), Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam
Negeri.

II. MEKANISME KERJA

2.1. Uraian Tugas


Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Behavioral Change
Specialist RMC harus memperhatikan mekanisme kerja sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan uraian tugas
seperti tersebut dalam uraian tugas Behavioral Change Specialist
RMC
2. Menyusun rencana kerja tahunan, triwulan dan bulanan yang
berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya
3. Membangun dan membina hubungan kerja dengan pihak terkait
sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Hubungan kerja dengan Sekretariat P3PD, berkaitan dengan
koordinasi pelaksanaan program melalui perusahaan RMC;
b. Hubungan kerja dengan Konsultan Manajemen Nasional,
berkaitan dengan tugas-tugas fungsional;
c. Hubungan kerja dengan perusahaan, berkaitan dengan hubungan
kontraktual;
d. Hubungan kerja dengan Pemerintah Provinsi, berkaitan dengan
koordinasi pelaksanaan program di provinsi;
e. Hubungan kerja dengan Pemerintah Kabupaten berkaitan dengan
koordinasi pelaksanaan program di kabupaten dan kecamatan;
f. Hubungan kerja dengan spesialis di provinsi:
 Koordinator Provinsi, berkaitan dengan koordinasi
pelaksanaan tugas dan hasil supervisi dan monitoring;
 Spesialis lainnya di provinsi berkaitan dengan pelaksanaan
tugas, irisan tugas dan dukungan serta kerjasama dalam
pencapaian KPI program.

Key Performance Indicator (KPI) P3PD KOMPONEN 1

No Indikator 2023 2024 Unit


Platform pembelajaran digital untuk aparatur
1 dan lembaga desa terbentuk dan berfungsi; 330 380 Kabupaten

Desa dimana aparat dan anggota BPD Persen


2 50 70
menyelesaikan pelatihan modul dasar

Desa memiliki perwakilan perempuan dalam Persen


3 80 90
keanggotaan BPD

Kabupaten dengan Sistem Keuangan Desa Kabupaten


4 200 250
yang sudah online

Inspektorat kabupaten melaksanakan Persen


5 50 60
Pemeriksaan tahunan ke desa

Prodeskel diperbaharui dan digunakan


oleh Pemerintah desa untuk seluruh proses
6 330 380 Kabupaten
tahapan perencanaan, penganggaran
dan Monitoring

Sistem Monitoring dan Koordinasi


7 60 60 Kabupaten
Pelaksanaan Layanan Dasar di Kecamatan

Sehubungan dengan pelaksanaan P3PD, Behavioral Change Specialist


mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
1. Melaporkan dan berada langsung di bawah pengawasan Team Leader
Provinsi;
2. Menyiapkan rencana kerja dan target performa untuk pelaksanaan
tugas dan tanggungjawabnya;
3. Membantu dan berkoordinasi dengan Behavioral Change Specialist di
tingkat pusat dalam penyiapan dan revisi materi belajar termasuk modul
untuk aparatur pemerintahan desa dan kabupaten terkait kapasitas
personal dan institusi terutama menyediakan masukan terkait
perubahan sikap dan adopsi pengetahuan pada tahun pertama
pelaksanaan program;
4. Berkoordinasi dengan Behavioral Change Specialist di tingkat pusat
dalam melakukan penjabaran dan adopsi perubahan perilaku berbasis
data, perumusan dan implementasi strategi perubahan perilaku untuk
pemerintahan Desa dan kabupaten dan desa serta fasilitator dan kader
di desa dengan:
• Melakukan studi dan analisis faktor dominan perubahan perilaku
(kognitif, afektif dan psikomotor) untuk individu dan institusi
• Mengembangkan pedoman untuk pendekatan, strategi, dan
tahapan penerapan perubahan perilaku termasuk bagaimana
mengukur tingkat perubahan
• Melakukan supervisi terhadap pendekatan dan strategi
implementasi perubahan perilaku
• Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pendekatan dan
strategi implementasi perubahan perilaku
5. Berkoordinasi dengan Behavioral Change Specialist di tingkat pusat
dalam menyusun rekomendasi terhadap aspek regulasi yang
dibutuhkan untuk perubahan perilaku berdasarkan penerapan
pendekatan, strategi dan pengukuran terhadap perubahan perilaku
personal dan institusional;
6. Berkoordinasi dengan Behavioral Change Specialist di tingkat pusat
dalam mengembangkan pedoman untuk strategi pembelajaran yang
menarik dan dapat digunakan oleh semua yang terlibat dalam program
di mana pun dan kapan pun (platform pembelajaran digital desa) untuk
tujuan mengubah perilaku individu dan kelembagaan dalam tata kelola
dan manajemen program;
7. Melakukan kompilasi atau menyusun paket informasi terkait perubahan
perilaku personal dan institusional;
8. Mendukung pembuatan platform belajar digital serta sistem evaluasi
performa Desa dan Kabupaten bersamaan dengan kegiatan monitoring
dan evaluasi program dengan Tim Leader dan pihak lainnya;
9. Mendukung evaluasi sistem penilaian kinerja desa dan kabupaten;
10. Menyiapkan laporan pelaksanaan program dan rekomendasi untuk
peningkatan kualitas pelaksanaan dan hasil setiap bulan, quarterly,
annual dan laporan khusus bila dibutuhkan;
11. Melakukan tugas-tugas lain bila dibutuhkan dan/atau diminta oleh
Team Leader

2.1. Matriks Kegiatan Dan Output/Indikator

No TUGAS UTAMA KEGIATAN OUTPUT


1 Melaporkan dan berada • Konsultasi dg koprov dalam • Dokumen rencana
langsung di bawah rangka menyusun rencana kerja, Dokumen
pengawasan Team Leader kerja worksheet
Provinsi; • Menyusun worksheet bulanan bulanan
2 Menyiapkan rencana kerja • Mempelajari materi orientasi Dokumen rencana
dan target performa untuk tugas Bahavior Change Sp. & kerja dan output
pelaksanaan tugas dan matriks tugas dan output kegiatan
tanggungjawabnya; • Menyusun rencana kerja dan
berkoordinasi Behavior
Change Sp. NMC terkait
output dan target
3 Membantu dan • Berkoordinasi BCL NMC dan Modul pembelajaran
berkoordinasi dengan meminta modul/draft modul pemerintah desa dan
Behavioral Change pembelajaran pemerintah kabupaten
Specialist di tingkat pusat desa dan kabupaten yang ada;
dalam penyiapan dan revisi • Bekerjasama dan berdiskusi
materi belajar termasuk dengan Training Sp RMC,
modul untuk aparatur menyiapkan materi
pemerintahan desa dan pembelajaran dalam rangka
kabupaten terkait kapasitas memberi masukan terkait
personal dan institusi perubahan sikap dan adopsi
pembelajaran sesuai konten
terutama menyediakan
lokal;
masukan terkait perubahan
sikap dan adopsi
pengetahuan pada tahun
pertama pelaksanaan
program;
4 Berkoordinasi dengan a. Melakukan kajian faktor a. Laporan Hasil
Behavioral Change dominan perubahan Kajian
Specialist di tingkat pusat perilaku:
dalam melakukan • Mengumpulkan data b. Pedoman
penjabaran dan adopsi dan informasi relevan Pelaksanaan
perubahan perilaku terkait perubahan Perubahan
berbasis data, perumusan perilaku Perilaku dan
dan implementasi • Menyusun TOR kajian Pengukuran
strategi perubahan
• Diseminasi TOR kajian Tingkat
perilaku untuk
(internal RMC) Perubahan
pemerintahan Desa dan
kabupaten dan desa serta • Pengumpulan data
fasilitator dan kader di lapangan c. Dokumen Hasil
desa dengan: • Analis data Pemantauan dan
• Penyusunan hasil kajian Evaluasi
• Melakukan studi dan Penerapan
analisis faktor dominan Pendekatan dan
perubahan perilaku b. Penyusunan pedoman Startegi
(kognitif, afektif dan pelaksanan perubahan Perubahan
psikomotor) untuk perilaku dan pengukuran Perilaku
individu dan institusi tingkat perubahan:
• Mengembangkan • Inventarisir literatur
pedoman untuk terkait
pendekatan, strategi, dan • Menyusun draft
tahapan penerapan pedoman
perubahan perilaku • Diskusi draft pedoman
termasuk bagaimana
• Finalisasi pedoman
mengukur tingkat
• Diseminasi pedoman
perubahan
• Melakukan supervisi
c. Melakukan pemantauan dan
terhadap pendekatan
mengevaluasi penerapan
dan strategi
pendekatan dan strategi
implementasi perubahan
perubahan perilaku:
perilaku
• Menyusun instrument
• Melakukan monitoring
pemantauan dan
dan evaluasi terhadap
evaluasi
pendekatan dan strategi
implementasi perubahan • Melakukan pemantauan
perilaku dan evaluasi
• Melaporkan hasil
pemantauan dan
evaluasi
5 Berkoordinasi dengan • Mengumpulkan data dan Regulasi untuk
Behavioral Change informasi serta hasil evaluasi Perubahan Perilaku
Specialist di tingkat pusat terkait penerapan pendekatan
dalam menyusun dan strategi perubahan
rekomendasi terhadap perilaku
aspek regulasi yang • Identifikasi
dibutuhkan untuk permasalahan/kendala dan
perubahan perilaku merumuskan alternatif solusi
berdasarkan penerapan • Bersama Legal & Legulatori Sp,
pendekatan, strategi dan menyusun draft rekomendasi
pengukuran terhadap terkait aspek regulasi yang
perubahan perilaku dibutuhkan
personal dan institusional; guna mendukung perubahan
perilaku individu dan institusi;
6. Berkoordinasi dengan • Mengumpulkan data dan Pedoman
Behavioral Change informasi dan menelaah Pengembangan
Specialist di tingkat pusat literatur terkait Strategi
dalam mengembangkan • Berdiskusi dengan Training Sp. Pembelajaran
pedoman untuk strategi & Tim RMC; (platform
pembelajaran yang • Menyusun pedoman pembelajaran digital
menarik dan dapat pengembangan strategi desa) guna
digunakan oleh semua yang pembelajaran (platform mengubah perilaku
terlibat dalam program di pembelajaran digital desa) individu dan lembaga
mana pun dan kapan pun dalam tatakelola
(platform program
pembelajaran digital desa)
untuk tujuan mengubah
perilaku individu dan
kelembagaan dalam tata
kelola dan manajemen
program;
7 Melakukan kompilasi atau • Inventarisasi data, informasi Buku paket informasi
menyusun paket dan praktek baik tentang
informasi terkait pembelajaran P3PD
perubahan perilaku • Menyusun data, informasi dan
personal dan praktek baik pembelajaran
institusional; P3PD dalam bentuk tulisan
yang informatif
• Menyusun informasi dan
praktek baik menjadi paket
informasi
8 Mendukung • Terlibat memberikan masukan Bahan Bacaan atau
pembuatan platform terkait pembelajaran digital Materi Perubahan
belajar digital serta desa berupa materi atau Perilaku
sistem evaluasi bahan bacaan perubahan
performa Desa dan perilaku
Kabupaten bersamaan • Memberikan masukan terkait
dengan kegiatan sistem evaluasi kenerja desa
monitoring dan dan kabupaten
evaluasi program • Menyusun bahan bacaan atau
dengan Tim Leader dan
materi Perubahan Perilaku
pihak lainnya;

9. Mendukung evaluasi sistem Terlibat dan memberikan Rekomendasi


penilaian kinerja desa dan masukan terhadap sistem perbaikan
kabupaten; penilaian kinerja desa dan
kabupaten
10. Menyiapkan laporan • Mengumpulkan Laporan pelaksanaan
pelaksanaan program dan data/informasi bersama program
rekomendasi untuk spesialis RMC terkait
peningkatan kualitas kebutuhan pelaporan
pelaksanaan dan hasil • Bersama specialist terkait
setiap bulan, quarterly, menyusun laporan
annual dan laporan khusus pelaksanaan program
bila dibutuhkan; • Finalisasi lapotan

11. Melakukan tugas-tugas lain Melaksanakan tugas sesuai Laporan hasil


bila dibutuhkan dan/atau penugasan dari atasan langsung penugasan
diminta oleh Team Leader

III. PEDOMAN PROGRAM

Pedoman dalam pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:


1. Pedoman Umum Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan
Desa (P3PD);
2. Petunjuk Teknis Operasional (PTO) Program Penguatan Pemerintahan
dan Pembangunan Desa (P3PD);
3. SOP Hubungan Antar Pihak (HAP) P3PD
4. Term Of Reference Regional Management Consultant;
5. Surat Direktorat Bina Pemdes, Panduan, Petunjuk Teknis, Nota Dinas
yang terkait dengan Pelaksanaan Program Penguatan Pemerintahan dan
Pembangunan Desa (P3PD);

IV. PELAPORAN

Sebagai Tenaga Ahli di RMC, maka Legal and Regulatory Specialist RMC
mempunyai kewajiban menyusun laporan tentang hasil pelaksanaan kegiatan
yang terdiri dari:
4.1. Laporan Bulanan.
Diserahkan setiap awal bulan berikutnya. berisi laporan pelaksanaan
kegiatan yang mencakup laporan kegiatan (worksheet) dan laporan bulanan
individu setiap bulannya. Laporan kegiatan tersebut merupakan kompilasi
dari laporan capaian pelaksanaan kegiatan dari Tenaga Ahli pada lingkup
regional yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan program, capaian
output dan hasil identifikasi masalah yang dapat menghambat implementasi
program.
Laporan Bulanan merupakan laporan rutin yang harus dibuat oleh para TA
setiap bulannya, berupa:
1. Worksheet RMC P3PD
2. Laporan Bulanan Individu (format terlampir)
3. Hasil kerja kegiatan berupa produk sesuai output dari Tupoksi yang
sudah direncanakan (dilampirkan)
4.2. Laporan triwulan.
Diserahkan pada akhir setiap triwulan tahun berjalan, berisi ringkasan
laporan laporan pelaksanaan kegiatan yang mencakup laporan kegiatan
(worksheet) dan laporan bulanan individu setiap bulannya. Laporan kegiatan
tersebut antara lain menggambarkan secara ringkas kemajuan pelaksanaan
program dan capaian output dari Tenaga Ahli yang sudah diolah di tingkat
regional dan hasil identifikasi masalah yang dapat menghambat
implementasi program.
4.3. Laporan Tahunan.
Diserahkan pada setiap awal tahun berikutnya selama periode layanan, yang
mencakup pencapaian output dari para Tenaga Ahli pada tingkat regional
tahun sebelumnya, rencana kerja ke depan dan laporan status penyelesaian
masalah serta administrasi lainnya.

4.4. Laporan Akhir Program.


Diserahkan pada saat penyelesaian program, Tenaga Ahli RMC wajib
memberikan laporan akhir komprehensif yang merangkum pencapaian dan
inovasi yang dikembangkan yang ada dilingkup regional pada tahun berjalan
serta kendala dan masalah yang terjadi serta laporan insidentil yang terkait.

4.5. Laporan Insidentil.


Diserahkan sesuai waktu penugasan yang diberikan kepada masing-masing
Tenaga Ahli di tingkat regional oleh para pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan P3PD. Laporan Insisentil bersifat khusus dan mendadak, jadi
dibuat dan disampaikan dengan waktu yang tidak terjadwal secara tetap.

V. PENUTUP

Panduan Kerja Behavioral Change Specialist sebagai acuan Behavior Change


Specialist Regional Management Consultant (RMC) dan para pihak yang
berkepentingan dalam Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan
Desa (P3PD), Direktorat Bina Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.
Apabila diperlukan penambahan dan pengayaan terkait isi acuan ini dapat
disesuaikan agar tugas pokok dan fungsi Behavioral Change Specialist dapat
berjalan sesuai TOR.

LAMPIRAN

• Matriks Kegiatan dan Output Behavioral Change Specialist


• Laporan Bulanan Behavioral Change Specialist
• Laporan Triwulan Behavioral Change Specialist
• Panduan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
Lampiran 1:

OUTPUT DAN KEGIATAN


TENAGA AHLI BEHAVIOR CHANGE SPECIALIST
RMC - P3PD BINA PEMDES

NAMA TA : ………………………
POSISI : Behavioural Change Specialist
No TUGAS UTAMA KEGIATAN OUTPUT ESTIMASI WAKTU
1 Melaporkan dan berada langsung di • Konsultasi dg koprov dalam rangka • Dokumen rencana Setiap bulan
bawah pengawasan Team Leader menyusun rencana kerja kerja (selama durasi kontrak)
Provinsi; • Menyusun worksheet bulanan Dokumen worksheet
bulanan
2 Menyiapkan rencana kerja dan target • Mempelajari materi orientasi tugas Dokumen rencana kerja dan
performa untuk pelaksanaan tugas dan Bahavior Change Sp. & matriks tugas output kegiatan
tanggungjawabnya; dan output
• Menyusun rencana kerja dan
berkoordinasi Behavior Change Sp.
NMC terkait output dan target
3 Membantu dan berkoordinasi dengan • Berkoordinasi BCL NMC dan meminta Modul pembelajaran
Behavioral Change Specialist di tingkat modul/draft modul pembelajaran pemerintah desa dan
pusat dalam penyiapan dan revisi materi pemerintah desa dan kabupaten yang kabupaten
belajar termasuk modul untuk aparatur ada;
pemerintahan desa dan kabupaten terkait • Bekerjasama dan berdiskusi dengan
kapasitas personal dan institusi terutama Training Sp RMC, menyiapkan materi
menyediakan masukan terkait perubahan pembelajaran dalam rangka memberi
sikap dan adopsi pengetahuan masukan terkait perubahan sikap dan
pada tahun pertama pelaksanaan adopsi pembelajaran sesuai konten
program; lokal;

4 Berkoordinasi dengan Behavioral d. Melakukan kajian faktor dominan d. Laporan Hasil Kajian
Change Specialist di tingkat pusat perubahan perilaku:
dalam melakukan penjabaran dan • Mengumpulkan data dan informasi e. Pedoman Pelaksanaan
adopsi perubahan perilaku berbasis relevan terkait perubahan perilaku Perubahan Perilaku dan
data, perumusan dan implementasi • Menyusun TOR kajian Pengukuran Tingkat
strategi perubahan perilaku untuk Perubahan
• Diseminasi TOR kajian (internal
pemerintahan Desa dan kabupaten
RMC)
dan desa serta fasilitator dan kader di f. Dokumen Hasil
desa dengan: • Pengumpulan data lapangan
• Analis data Pemantauan dan
• Melakukan studi dan analisis faktor Evaluasi Penerapan
dominan perubahan perilaku • Penyusunan hasil kajian
Pendekatan dan
(kognitif, afektif dan Startegi Perubahan
psikomotor) untuk individu dan e. Penyusunan pedoman pelaksanan
perubahan perilaku dan pengukuran Perilaku
institusi
tingkat perubahan:
• Mengembangkan pedoman untuk
pendekatan, strategi, dan tahapan • Inventarisir literatur terkait
penerapan perubahan perilaku • Menyusun draft pedoman
termasuk bagaimana mengukur • Diskusi draft pedoman
tingkat perubahan • Finalisasi pedoman
• Melakukan supervisi terhadap • Diseminasi pedoman
pendekatan dan strategi
implementasi perubahan perilaku f. Melakukan pemantauan dan
• Melakukan monitoring dan evaluasi mengevaluasi penerapan pendekatan
terhadap pendekatan dan strategi dan strategi perubahan perilaku:
implementasi perubahan perilaku • Menyusun instrument pemantauan
dan evaluasi
• Melakukan pemantauan dan
evaluasi
• Melaporkan hasil pemantauan dan
evaluasi
5 Berkoordinasi dengan Behavioral Change • Mengumpulkan data dan informasi Regulasi untuk Perubahan
Specialist di tingkat pusat dalam serta hasil evaluasi terkait penerapan Perilaku
menyusun rekomendasi terhadap aspek pendekatan dan strategi perubahan
regulasi yang dibutuhkan untuk perilaku
perubahan perilaku berdasarkan • Identifikasi permasalahan/kendala dan
penerapan pendekatan, strategi dan merumuskan alternatif solusi Bersama
pengukuran terhadap perubahan perilaku Legal & Legulatori Sp, menyusun draft

personal dan institusional; rekomendasi terkait aspek regulasi
yang dibutuhkan guna
mendukung perubahan perilaku
individu dan institusi;
6. Berkoordinasi dengan Behavioral Change • Mengumpulkan data dan informasi dan Pedoman Pengembangan
Specialist di tingkat pusat dalam menelaah literatur terkait Strategi Pembelajaran
mengembangkan pedoman untuk strategi • Berdiskusi dengan Training Sp. & Tim (platform pembelajaran
pembelajaran yang menarik dan dapat RMC; digital desa) guna
digunakan oleh semua yang terlibat • Menyusun pedoman pengembangan mengubah perilaku individu
dalam program di mana pun dan kapan strategi pembelajaran (platform dan lembaga dalam
pun (platform pembelajaran digital desa) pembelajaran digital desa) tatakelola program
untuk tujuan mengubah perilaku individu
dan kelembagaan dalam tata kelola dan
manajemen program;
7 Melakukan kompilasi atau menyusun • Inventarisasi data, informasi dan Buku paket informasi
paket informasi terkait perubahan praktek baik tentang pembelajaran
perilaku personal dan institusional; P3PD
• Menyusun data, informasi dan praktek
baik pembelajaran P3PD dalam bentuk
tulisan yang informatif
• Menyusun informasi dan praktek baik
menjadi paket informasi
8 Mendukung pembuatan platform • Terlibat memberikan masukan terkait Bahan Bacaan atau Materi
belajar digital serta sistem evaluasi pembelajaran digital desa berupa materi Perubahan Perilaku
performa Desa dan Kabupaten atau bahan bacaan perubahan perilaku
bersamaan dengan kegiatan monitoring • Memberikan masukan terkait sistem
dan evaluasi program dengan Tim Leader evaluasi kenerja desa dan kabupaten
dan pihak • Menyusun bahan bacaan atau materi
lainnya; Perubahan Perilaku

9. Mendukung evaluasi sistem penilaian Terlibat dan memberikan masukan terhadap Rekomendasi perbaikan Selama durasi kontrak
kinerja desa dan kabupaten; sistem penilaian kinerja desa dan kabupaten

10. Menyiapkan laporan pelaksanaan program • Mengumpulkan data/informasi bersama Laporan pelaksanaan
dan rekomendasi untuk peningkatan spesialis RMC terkait kebutuhan program
kualitas pelaksanaan dan hasil setiap pelaporan
bulan, quarterly, annual dan laporan • Bersama specialist terkait menyusun
khusus bila dibutuhkan; laporan pelaksanaan program
• Finalisasi lapotan
11. Melakukan tugas-tugas lain bila Melaksanakan tugas sesuai penugasan dari Laporan hasil penugasan Tentative
dibutuhkan dan/atau diminta oleh Team atasan langsung (sesuai penugasan)
Leader
Lampiran 2 :
Format Laporan Bulanan Behavioral Change Specialist RMC

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI


RMC ……… - Provinsi ………………..
P3PD BINA PEMDES

BULAN: ……………….

NAMA: ……………………..
POSISI: Behavioral Change Specialist

1. PENDAHULUAN

A. Ruang lingkup Tugas TA


• Melaporkan dan berada langsung di bawah pengawasan Team
Leader Provinsi;
• Menyiapkan rencana kerja dan target performa untuk pelaksanaan
tugas dan tanggungjawabnya;
• Membantu dan berkoordinasi dengan Behavioral Change
Specialist di tingkat pusat dalam penyiapan dan revisi materi
belajar termasuk modul untuk aparatur pemerintahan desa dan
kabupaten terkait kapasitas personal dan institusi terutama
menyediakan masukan terkait perubahan sikap dan adopsi
pengetahuan pada tahun pertama pelaksanaan program;
• Berkoordinasi dengan Behavioral Change Specialist di tingkat
pusat dalam melakukan penjabaran dan adopsi perubahan perilaku
berbasis data, perumusan dan implementasi strategi perubahan
perilaku untuk pemerintahan Desa dan kabupaten dan desa serta
fasilitator dan kader di desa dengan:
• Melakukan studi dan analisis faktor dominan perubahan perilaku
(kognitif, afektif dan psikomotor) untuk individu dan institusi
• Mengembangkan pedoman untuk pendekatan, strategi, dan
tahapan penerapan perubahan perilaku termasuk bagaimana
mengukur tingkat perubahan
• Melakukan supervisi terhadap pendekatan dan strategi
implementasi perubahan perilaku
• Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pendekatan dan
strategi implementasi perubahan perilaku
• Berkoordinasi dengan Behavioral Change Specialist di tingkat
pusat dalam menyusun rekomendasi terhadap aspek regulasi yang
dibutuhkan untuk perubahan perilaku berdasarkan penerapan
pendekatan, strategi dan pengukuran terhadap perubahan perilaku
personal dan institusional;
• Berkoordinasi dengan Behavioral Change Specialist di tingkat
pusat dalam mengembangkan pedoman untuk strategi
pembelajaran yang menarik dan dapat digunakan oleh semua yang
terlibat dalam program di mana pun dan kapan pun (platform
pembelajaran digital desa) untuk tujuan mengubah perilaku individu
dan kelembagaan dalam tata kelola dan manajemen program;
• Melakukan kompilasi atau menyusun paket informasi terkait
perubahan perilaku personal dan institusional;
• Mendukung pembuatan platform belajar digital serta sistem
evaluasi performa Desa dan Kabupaten bersamaan dengan
kegiatan monitoring dan evaluasi program dengan Tim Leader dan
pihak lainnya;
• Mendukung evaluasi sistem penilaian kinerja desa dan kabupaten;
• Menyiapkan laporan pelaksanaan program dan rekomendasi untuk
peningkatan kualitas pelaksanaan dan hasil setiap bulan, quarterly,
annual dan laporan khusus bila dibutuhkan;
• Melakukan tugas-tugas lain bila dibutuhkan dan/atau diminta oleh
Team Leader

B. Dinamika Pelaksanaan Tugas TA bulan …………..

2. REALISASI KEGIATAN BULAN DESEMBER

TANGGAL URAIAN KEGIATAN OUTPUT

3. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi
4. RENCANA KERJA BULAN JANUARI 2023

No URAIAN KEGIATAN OUTPUT


1.

2.

3.

4 dst

…………, …………. 2023

Nama………………..
Behavioural Change Spesialist
Lampiran 3 :
Format Laporan Triwulan Behavioral Change Specialist RMC

Executif
Memuat ringkasan penjelasan Laporan Triwulan Bahavior Change Sp.
RMC yang disusun mencakup beberapa hal berikut:
a) Uraian singkat tentang fokus dan isi pelaporan yang disajikan
b) Ulasan singkat tentang rencana kerja BCL Sp. untuk periode triwulan
yang dilaporkan dan mengacu pada work plan schedule.
c) Ulasan singkat kemajuan pelaksanaan kegiatan:
• Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE);
• Komunikas Perubahan Perilaku (KPP)
• Penguatan Kapasitas (Capacity Building)

BAB I : Pendahuluan
1.1 Hasil Telaah Behavior Change
Memuat hasil telaah atau desk review terhadap kegiatan Behavior Change
di wilayah lingkup tugas.

1.2 Rencana Kerja Behavior Change Sp. perTriwulan yang dilaporkan Memuat
rincian kerja dan komponen-komponen kegiatan pada triwulan yang
dilaporkan sesuai dengan yang termuat dalam work plan schedule.

BAB II : Laporan Hasil Pelaksanaan


2.1 Hasil pelaksanaan bidang …………..
Memuat uraian tentang pelaksanan kegiatan dari strategi yang diterapkan
di wilayah provinsi (triwulan yang dilaporkan).

Kegiatan Hasil

2.2 Hasil pelaksanaan bidang ……….


Memuat uraian tentang pelaksanan kegiatan dari strategi yang diterapkan
di wilayah provinsi (triwulan yang dilaporkan).

Kegiatan Hasil

2.3 Hasil Pelaksanaan Bidang Penguatan Kapasitas


Memuat hasil-hasil yang berkaitan dengan bidang peningkatan kapasitas:
pengembangan panduan, materi pelatihan / pengembangan wawasan,
pembinaan fasilitator, IST/OJT, baik yang dilakukan
pihak luar maupun Behavioral Change Sp.

Kegiatan Hasil

BAB III : Kendala dan Permasalahan


Memuat penjelasan tentang permasalahan dan kendala terhadap
pelaksanaan kegiatan-kegiatan serta memuat tindakan dan upaya yang
dilakukan sampai dengan saat ini

BAB IV : Kesimpulan dan Saran/Rekomendasi


4.1 Kesimpulan memuat pokok-pokok hasil pelaksanaan kegiatan …………..
Yang dilakukan

4.2 Rekomendasi/saran berisi usulan rekomendasi perbaikan (baik dalam


dukungan teknis, pelatihan, rnaupun kebijakan).

BAB V : Rencana Kegiatan


Memuat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan pada triwulan
mendatang yang mengacu pada tugas pokok dan fungsi berdasarkan work
plan yang disusun.

Lampiran-lampiran
• Hasil supervisi dan monitoring serta rekomendasi
• Hasil-hasil bidang perubahan perilaku

Lampiran 4:
Format Akhir Tahun Behavioral Change Specialist RMC
Executif
Memuat ringkasan penjelasan Laporan periode 1 tahun yang disusun
mencakup beberapa hal berikut:
d) Uraian singkat tentang fokus dan isi pelaporan yang disajikan
e) Ulasan singkat tentang rencana kerja. untuk periode 1 tahun yang
dilaporkan dan mengacu pada work plan schedule.
f) Ulasan singkat kemajuan pelaksanaan kegiatan:
• Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE);
• Komunikas Perubahan Perilaku (KPP)
• Penguatan Kapasitas (Capacity Building)

BAB I : Pendahuluan
1.1 Hasil Telaah Behavior Change
Memuat hasil telaah atau desk review terhadap kegiatan Behavior Change
di wilayah lingkup tugas.

1.2 Rencana Kerja Behavior Change Sp. 1 tahun yang dilaporkan


Memuat rincian kerja dan komponen-komponen kegiatan pada periode 1
tahun yang dilaporkan sesuai dengan yang termuat dalam work plan
schedule.

BAB II : Laporan Hasil Pelaksanaan


2.1 Hasil pelaksanaan bidang kegiatan …………..
Memuat uraian tentang pelaksanan kegiatan dari strategi yang diterapkan
di wilayah provinsi (periode 1 tahun yang dilaporkan).

Kegiatan Hasil

2.2 Hasil pelaksanaan bidang ……….


Memuat uraian tentang pelaksanan kegiatan dari strategi yang diterapkan
di wilayah provinsi (periode 1 tahun yang dilaporkan).

Kegiatan Hasil

2.3 Hasil Pelaksanaan Bidang Penguatan Kapasitas


Memuat hasil-hasil yang berkaitan dengan bidang peningkatan kapasitas:
pengembangan panduan, materi pelatihan / pengembangan wawasan,
pembinaan fasilitator, IST/OJT, baik yang dilakukan pihak luar maupun
Behavioral Change Sp. (periode 1 tahun)

Kegiatan Hasil

BAB III : Kendala dan Permasalahan


Memuat penjelasan tentang permasalahan dan kendala terhadap
pelaksanaan kegiatan-kegiatan serta memuat tindakan dan upaya yang
dilakukan sampai dengan saat ini

BAB IV : Kesimpulan dan Saran/Rekomendasi


4.1 Kesimpulan memuat pokok-pokok hasil pelaksanaan kegiatan …………..
Yang dilakukan

4.2 Rekomendasi/saran berisi usulan rekomendasi perbaikan (baik dalam


dukungan teknis, pelatihan, rnaupun kebijakan).
BAB V : Rencana Kegiatan
Memuat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan pada triwulan
mendatang yang mengacu pada tugas pokok dan fungsi berdasarkan work
plan yang disusun.

Lampiran-lampiran
• Hasil supervisi dan monitoring serta rekomendasi
• Hasil-hasil bidang perubahan perilaku
Panduan
STRATEGI
KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

NATIONAL MANAGEMENT CONSULTANT

2023
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 2
1.2. Prakondisi ...................................................................................................... 2
1.3. Penguatan Kapasitas Pemerintahan dan Pembangunan Desa............ 4
1.4. Maksud dan Tujuan...................................................................................... 6
1.5. Pengguna Panduan ..................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................. 7
KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU ..................................................................... 7
1.1. Kerangka Teori ...................................................................................... 7
1.2. Tahapan Perubahan Perilaku ................................................................ 9
BAB III .............................................................................................................................. 11
STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU ...................................... 11
3.1. Analisis Situasi ............................................................................................ 11
3.2. Menentukan Kelompok Sasaran .............................................................. 12
3.3. Menyusun Struktur dan Dimensi Pesan Kunci ...................................... 13
3.4. Mengembangkan Pendekatan Komunikasi ............................................ 14
3.5. Mengelola Saluran Komunikasi ................................................................ 18
3.6. Mendesain materi Komunikasi ................................................................. 18
BAB IV .............................................................................................................................. 19
RENCANA AKSI PERUBAHAN PERILAKU .............................................................. 19
4.1. Perencanaan ............................................................................................... 19
4.2. Pelaksanaan ............................................................................................... 20
4.3. Pemantauan dan Evaluasi ........................................................................ 21
PENUTUP ....................................................................................................................... 22
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang tertuang dalam
pasal 112 sampai 115, menjadi tantangan sekaligus peluang pemerintah dalam
pembangunan daerah. Tantangan sekaligus peluang tersebut diantaranya adalah
tata kelola dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan kesiapan sumber daya
manusia (SDM) aparatur pemerintahan desa, Lembaga Kemasyarakat Desa (LKD)
serta Lembaga Adat Desa (LAD). Tantangan berikutnya seperti organisasi dan tata
kelola, sistem dan prosedur yang belum memadai serta data dan informasi
pendukung dalam menjalankan roda pemerintahan.

Seiring dengan semangat perubahan yang lebih baik terhadap tata kelola
pemerintahan desa, peran pembinaan dan pengawasan oleh supra desa menjadi
salah satu kunci sukses bagi tata kelola desa yang efektif dan efesien. Tata kelola
tersebut diharapkan dapat mewujudkan tujuan pembangunan desa untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tata Kelola Pemerintahan yang baik atau Good Governance, berdasarkan


Peratutan Perintah No. 101 tahun 2000 pengertian good governance adalah
pemerintahan yang mengembangkan dan menetapkan prinsip-prinsip
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi,
efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Sementara Good Governance menurut pengertian World Bank adalah suatu


penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab
yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

1.2. Prakondisi

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022


tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wialayh Administrasi
Pemerintahan Dan Pulau Tahun 2021, mencatat terdapat 74.961 desa. Bila
mengacu pada jumlah desa maka terdapat 74.961 Kepala Desa. Sementara untuk
perangkat desa Jumlah aparatur desa saat ini jika 12 orang perdesa, maka jumlah
perangkat desa sebanyak 899.544 orang. Jumlah anggota BPD, 7 orang maka
total berjumlah 524.734 orang.

Jumlah aparatur desa yang banyak, tentunya juga memiliki kapasitas beragam,
sementara fungsi dan tugas pokok pemerintahan sangat kompleks antara lain

2
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

pemerintah desa diharapkan menghasilkan pelayanan publik. Tidak mudah bagi


pemerintah desa menciptakan pelayanan publik yang memenuhi kebutuhan
masyarakat karena harus memiliki kapasitas yang dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan terutama memberikan pelayanan publik di desa.

Tugas pokok lain yaitu pembinaan kemasyarakatan yaitu bagaimana


menghasilkan ketenteraman dan ketertiban ini juga menuntut kapasitas aparat
secara maksimal guna dapat memberikan rasa tentram dan tertib bagi masyarakat
di desa. Tugas pokok lain adalah pembangunan, bagaimana peningkatan
kesejahteraan melalui pembangunan yang berkeadilan, oleh karena itu
pemerintahan desa harus mempunyai kapasitas untuk melakukannya.

Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kewenangan


desa terbagi menjadi empat jenis yakni kewenangan berdasarkan hak asal usul,
kewenangan lokal berskala desa, kewenangan penugasan, dan kewenangan lain
yang ditugaskan. Keempat jenis kewenangan ini membagi otoritas desa untuk
mengatur sekaligus mengurus. Dalam pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak
asal usul dan kewenangan lokal berskala desa, desa tidak hanya
mengimplementasikan kebijakan dari supra desa, namun berwenang penuh dalam
pengaturan serta pelaksanaannya, berbeda dengan kewenangan penugasan dan
kewenangan lain yang ditugaskan, yang memposisikan Desa hanya untuk
mengurus atau sebagai pelaksana atas kebijakan yang ditugaskan oleh
pemerintah supra desa.

Disamping memiliki kewenangan yang cukup luas, pemerintahan desa juga


mempunyai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di mana dana transfer
melalui Dana Desa menjadi kekuatan Pemerintah Desa, yang jumlahnya dari
tahun ke tahun terus meningkat sejak tahun 2015. Saat ini paling tidak untuk tahun
2021 sebesar 72 Triliun yang ditransfer pada 74.961, sementara tahun 2023 yaitu
68 Triliun turun karena kondisi pandemi yang sedang melanda negeri kita.

Secara aktual pendidikan kepala desa beragam, saat ini tercatat berdasarkan
sumber data di Profil Desa dan Kelurahan (Prodeskel), sebanyak 63% adalah
lulusan SMA, sarjana (S1, S2, S3) 15%, SMP 17% dan ada yang tidak tamat tamat
SD dan tidak sekolah ini sekitar 5%. Kondisi ini memerlukan upaya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang dimiliki oleh Kepala Desa untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang sangat kompleks bagi
penyelenggaraan pemerintahan desa.
Disisi lain banyaknya regulasi terkait penyelenggaraan pemerintahan desa juga
menuntut pemenuhan kapasitas aparatur desa. Pendekatan penguatan sumber
daya manusia (SDM) yang dilakukan selama ini melalui pelatihan berjenjang
(cascading training) yang terpusat di kabupaten dinilai tidak efektif. Selain
membutuhkan SDM, pendanaan dan waktu yang besar dengan hasil dan belum
bisa menjangkau seluruh desa. Dari sisi substansi materi yang terbatas, tidak
memotivasi dan mendorong replikasi belajar secara mandiri.
Selain itu minimnya pemanfaatan potensi kecamatan menyebabkan proses
penguatan kapasitas penyelenggara pemerintahan desa menjadi sulit dilakukan.
3
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

Belum tersedianya database dan sistem data yang memadai; kerangka monitoring
dan evaluasi terkait kapasitas dan kinerja aparatur, organisasi dan tata kelola serta
sistem dan prosedur secara terarah dan terukur dan komprehensif; serta lemahnya
koordinasi dan kolaborasi antar pemangku-kepentingan dan pelaku di desa juga
menyebab tidak efektifnya penguatan kapasitas SDM. Hal ini menyebabkan
terbatasnya kapasitas penyelenggara pemerintahan desa yang berdampak pada
pengelolaan rencana pembangunan dan anggaran belanja desa belum efektif dan
efisien. Hal ini terlihat dari sekitar 40% APBDes digunakan untuk biaya administrasi
dan sekitar 38% untuk program infrastruktur yang terfragmentasi. Sementara
belanja pembangunan SDM, pemberdayaan ekonomi, pendidikan dan kesehatan
sangat rendah, sehingga dampak pembangunan di desa belum signifikan.

Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan strategi guna menjalankan penguatan


kapasitas penyelenggara pemerintahan desa yang merata, berskala besar serta
dapat dilaksanakan dalam waktu relatif singkat. Strategi yang bersifat progresif dan
inovatif, dapat menerjemahkan prinsip-prinsp efektif (mencapai tujuan penguatan),
efisien (menggunakan sumber daya sebijak mungkin), responsif (sesuai dengan
kondisi, kebutuhan dan permasalahan), berkelanjutan dan dapat diperluas
manfaatnya. Dengan kata lain dapat direplikasi ke desa dan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan desa. Strategi ini mendorong desa menyadari pentingnya
peningkatan kualitas belanja desa yang lebih baik yang dapat menghasilkan
kontribusi terhadap pengurangan kemiskinan perdesaan dan tujuan pembangunan
perdesaan.

1.3. Penguatan Kapasitas Pemerintahan dan Pembangunan Desa

Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) Komponen 1


adalah Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Desa. Tujuan dari
Komponen 1 adalah:
a. Meningkatkan penataan kelembagaan untuk pengembangan kapasitas
pemerintahan desa melalui pengembangan sistem dan prosedur serta
adopsi dan transisi Learning Management System (LMS).
b. Menguatkan kapasitas pemerintahan desa untuk mengelola
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa melalui
perbaikan sistem dan instrumen.
c. Meningkatkan kinerja kelembagaan pemerintahan desa (dalam hal ini
disebut organisasi dan tata laksana). melalui penyempurnaan Norma
Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK).
d. Meningkatkan pelayanan dasar (fronline service delivery) bagi desa-desa
yang berpartisipas
Komponen 1 berisi kegiatan-kegiatan yang mendukung pengelolaan
pengembangan kapasitas pemerintahan desa dalam menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan desa, mulai dari upaya peningkatan sistem dan
prosedur pengembangan kapasitas, penguatan peran pembinaan dan
pengawasan (binwas) oleh pemerintah kabupaten dan kecamatan, dan
peningkatan kinerja kelembagaan pemerintahan desa.

4
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

Komponen 1 ini merupakan upaya untuk memperbarui mekanisme peningkatan


kapasitas pemerintahan desa yang sudah diperkenalkan sejak tahun 2015 dengan
pelatihan secara klasikal face to face (tatap muka) dan dikembangkan
menggunakan platform digital (Learning Management System).

Sehubungan dengan hal itu, maka dipandang perlu strategi komunikasi perubahan
perilaku kepada kelompok sasaran P3PD dan pentingnya komunikasi yang
komprehensif (menyeluruh) guna membangun kesadaran dan minat serta
perubahan perilaku dalam penerimaan (adopsi) program oleh pemerintah daerah
dan desa.

Keberlanjutan P3PD merupakan salah satu target utama yang menjadi landasan
keberhasilan program, dimana pengelolaan program diarahkan pada pencapaian
tujuan sebagai berikut:
• Pemerintah Daerah mampu mengelola penyelenggaraan program
pengembangan kapasitas secara mandiri dengan memanfaatkan platform
digital, mempunyai kegiatan pengembangan kapasitas yang dikembangkan
melalui APBD Provinsi dan Kabupaten, mampu membangun kerjasama
kemitraan dengan institusi lokal, menggunakan pengembangan kapasitas
sebagai alat untuk memampukan desa dalam mengelola pemerintahan dan
pembangunannya, serta mempunyai kapasitas kolaborasi dengan berbagai
pihak;
• Institusi tingkat kecamatan (PTPD, Forum/Klinik Belajar) mampu berfungsi
secara optimal untuk mendampingi desa dalam peningkatan kinerja dan
memaksimalkan wadah konsultasi dan komunikasi antar desa dan kecamatan;
• Desa mempunyai kapasitas dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi, mengembangkan program pengembangan kapasitas baik secara
mandiri maupun mendapatkan dukungan Pemda dan Kecamatan,
meningkatkan kinerja belanja desa dengan berorientasi kepada pembangunan
yang berpihak kepada masyarakat miskin, pembangunan ekonomi lokal, dan
pembangunan SDM, dan mampu menggunakan platform digital untuk
konsultasi dan belajar Bersama;

1.4. Maksud dan Tujuan

Strategi komunikasi perubahan perilaku merupakan upaya untuk


mengomunikasikan segala hal yang berkaitan dengan P3PD kepada kelompok
sasaran melalui berbagai saluran media. Kegiatan komunikasi perubahan perilaku
ditujukan sebagai salah satu upaya komunikasi P3PD secara komprehensif
dengan menggunakan media yang efektif dan efisien, guna meningkatkan
dukungan, kesadaran yang diwujudkan dalam perubahan perilaku guna adopsi
program.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan komunikasi perubahan
perilaku adalah sebagai berikut:

5
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

• Meningkatkan pemahaman dan kesadaran kelompok sasaran mengenai


permasalahan kapasitas penyelenggara pemerintahan desa dan upaya
penanggulangannya yang dilakukan melalui P3PD;
• Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
penguatan kapasitas penyelenggara pemerintahan desa, khususnya P3PD;
• Adanya peningatan kesadaran akan pentingnya dan perlunya penguatan
kapasitas bagi penyelenggara pemerintahan desa melalui P3PD (kelompok
perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya)
dalam dukungan program;
• Meningkatnya pemanfaatan komunikasi dan informasi dalam mempercepat
upaya penguatan kapasitas penyelenggara pemerintahan desa;
• Terjadinya perubahan sikap dan perilaku/ serta budaya program, baik dari
penyelenggara pemerintahan desa, Lembaga Kemasyarakat Desa /
Lembaga Adat Desa dan stakeholder terkait pentingnya keberadaan
program;
• Pemerintah Daerah mampu mengelola penyelenggaraan program
pengembangan kapasitas secara mandiri dengan memanfaatkan platform
digital, mempunyai kegiatan pengembangan kapasitas yang dikembangkan
melalui APBD Provinsi dan Kabupaten,
• Terbangunnya kemitraan dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan kelompok peduli setempat untuk meningkatkan
kinerja program;
• Diperolehnya dukungan kebijakan dari pemerintah provinsi dan kabupaten
dalam pelaksanaan dan adopsi sistem pembelajaran baru (LMS);

1.5. Pengguna Panduan

Dokumen Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku ini disusun untuk memberikan


arahan dan panduan kepada Behavior Change Spesilaist Provinsi dan para
pemangku kepentingan dalam menyusun strategi komunikasi perubahan perilaku
untuk P3PD di provinsi, kabupaten/kota dan desa.
BAB II

KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

1.1. Kerangka Teori

Perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap


lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu
yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan
demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu
pula (Ensiklopedi Amerika). Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku
adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dipelajari. Sementara menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
6
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
Organisme – Respon.

Komunikasi Perubahan Perilaku adalah suatu model pendekatan sistematis dan


interaktif, yang bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku spesifik
suatu kelompok sasaran. Pengembangan Strategi Komunikasi Perubahan
Perilaku pada P3PD mengacu pada Model Ekologi Sosial (MES), yaitu sebuah
kerangka kerja berbasis teori untuk memahami efek keragaman dan interaksi dari
faktor pribadi dan lingkungan yang menentukan perilaku. Kerangka ini juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi daya ungkit perilaku dan organisasi, serta faktor
perantara lainnya untuk promosi Learning Management System (LMS). Terdapat
lima tingkat hierarki dari MES, yaitu: individu, antar pribadi, masyarakat,
organisasi, dan kebijakan/lingkungan pendukung.

Dengan demikian disinilah startegi komunikasi perubahan perilaku menemukan


relevansinya dan pentingnya komunikasi yang komprehensif (menyeluruh) kepada
kelompok sasaran, mulai pemerintah daerah provinsi dan kabupaten, kecamatan
dan desa guna membangun kesadaran dan minat serta perubahan perilaku dalam
penerimaan (adopsi) program pembelajaran model Learning Management System
(LMS), yang merupakan pendekatan baru berbasis digital.

Tingkat pengadopsian yang baik dari Pemerintah Daerah dan desa, menjadi
bagian penting guna keberlanjutan P3PD dan merupakan salah satu target utama
yang menjadi landasan keberhasilan program.

7
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

Gambar: Model Ekologi Sosial

KEBIJAKAN
Advokasi
(Pusat,Provinsi, Kab/Kota, Desa)

ORGANISASI
Mobilisasi sosial
(Organisasi & institusi sosial)

MASYARAKAT
Komunikasi
(Hubungan antar organisasi/komunitas Perubahan sosial

ANTAR PRIBADI
(Keluarga, teman, kelompok sosial) Komunikasi
perubahan perilaku
INDIVIDU & perubahan sosial
(Pengetahuan, Keterampilan, sikap)

Komunikasi
Perubahan perilaku

Tingkatan hierarki MES dan hal-hal yang mempengaruhi perubahan perilaku di


masing-masing tingkat:

▪ Individu:
Karakteristik individu yang mempengaruhi perubahan perilaku antara lain
pengetahuan, sikap, perilaku, kepercayaan diri, riwayat pertumbuhan, jenis
kelamin, usia, agama, ras/ suku, status ekonomi, sumber keuangan, nilai,
tujuan, harapan, literasi, stigma, dan lainlain.
▪ Antar pribadi:
Jaringan sosial formal dan informal dan sistem pendukung sosial yang dapat
mempengaruhi perilaku individu adalah keluarga, teman, teman sebaya,
rekan kerja, komunitas keagamaan, kebiasaan, atau tradisi.
▪ Masyarakat:
Perubahan perilaku dipengaruhi oleh hubungan antara organisasi atau
lembaga dalam batasan yang sudah ditentukan, antara lain lingkup rukun
tetangga/rukun warga (RT/ RW), tokoh masyarakat, dan lingkup bisnis.
▪ Organisasi:
Organisasi atau institusi sosial yang memiliki aturan, sehingga dapat
mempengaruhi perilaku sesuai dengan batasan-batasan yang ada dalam
organisasi.
▪ Kebijakan/lingkungan sosial politik:
Perubahan perilaku dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat para pembuat
kebijakan di berbagai tingkatan (nasional, provinsi, kabupaten, kota, desa)

8
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

dan global. Misalnya, kebijakan alokasi sumber daya untuk peningkatan


kapasitas.

1.2. Tahapan Perubahan Perilaku

Komunikasi perubahan perilaku adalah sebuah proses interaktif antar individu dan
komunitas untuk menyusun pesan kunci pendekatan komunikasi dan saluran
komunikasi yang paling sesuai agar tercipta perilaku positif yang dikehendaki
sesuai dengan konteks lingkungan masyarakat tersebut, sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan yang paling penting di daerah tersebut. Komunikasi
perubahan perilaku menyediakan lingkungan pendukung yang memungkinkan
individu dan masyarakat untuk berinisiatif, mempraktikkan, dan mempertahankan
perilaku positif yang diharapkan tersebut.

Perubahan perilaku memiliki tujuan yang spesifik dan bervariasi antar setiap
kelompok. Namun, pemberian informasi kepada kelompok sasaran tidak serta
merta menghasilkan perubahan perilaku. Dengan dukungan lingkungan yang
kondusif, informasi dan kegiatan komunikasi yang tepat, maka perubahan perilaku
kelompok sasaran dapat dicapai. Di tahun 1992, Prochaska, DiClemente, and
Norcross membuat transtheoretical model of client change. Dalam model ini,
mereka mengajukan bahwa terdapat lima tahapan dalam perubahan menuju
kondisi yang lebih baik. Tahapan yang dialami tersebut adalah: 1).
Precontemplation, 2). Contemplation; 3. Preparation; 4). Action; dan 5.
Maintenance. Ilustrasi tahapan perubahan perilaku seperti gambar berikut:

Gambar: Tahapan Perubahan Perilaku

PEMELIHAR
AAN
AKSITINDAKA
/ N
PERSIAPA
N
KONTEMPL
ASI
PRE-
KONTEMPL
ASI

Penjelasan:

1. Precontemplation: individu tidak menyadari perilakunya atau tidak


menyadari bahwa dia perlu berubah, dan mungkin tidak berniat berubah.
Pada tahapan ini berikan informasi yang mendukung mengapa dia perlu
berubah dan melakukan langkah-langkah menangani perilakunya saat ini.
Bersikap hormat dan gunakan kemampuan active listening dan bersikap
bijak jika ada resistensi.
2. Contemplation: Individu mulai menyadari perlunya perubahan dan mulai
berpikir serius tentang itu namun dia belum memutuskan untuk
9
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

melakukannya. Pada tahap ini perlu diperkenalkan proses perubahan.


Minimalisir ketidakuntungan atau biaya perubahan. Dukung ambivalensi
klien mengenai perubahan tersebut.
3. Preparation: individu memutuskan untuk melakukan beberapa tindakan
dalam waktu dekat dan mungkin telah melakukan tindakan di waktu yang
lalu tapi dia gagal. Pada tahap ini bantu klien mendefinisikan
rencanarencananya, maju, mengevaluasi hasil-hasil. Berikan laternatif-
alternatif. Dorong dirinya untuk mencoba dengan perubahan.
4. Action: Individu telah mulai berhasil dan terlibat dalam tindakan yang
mengarah dalam hasil yang diinginkan tapi belum mencapai hasil yang
sesuai dengan yang dicitakan. Bangun pola pikir dan berikan keterampilan
untuk mencegah kambuhnya lagi. Dan tinjau rencana aksi.
5. Maintenance: Individu berhasil mencapai tujuannya dan sekarang harus
mencoba dalam dua sisi yakni mencegah perilaku lama kambuh dan
mengkonsolidasikan perubahan-perubahan yang telah dibuat pada fase
action. Berikan dukungan emosional, ciptakan kondisi yang mendukung.

10
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

BAB III

STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU

Proses perencanaan strategi komunikasi perubahan perilaku dimulai dengan


perencanaan secara kolaboratif di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Di dalam
perencanaan ini menyatukan beragam sudut pandang dan pengalaman dari
berbagai wilayah, daerah dan masyarakat yang dikenal dengan keragamannya.

Elemen penting untuk menyusun strategi komunikasi perubahan perilaku meliputi:


1) Melakukan analisis situasi;
2) Menentukan kelompok sasaran;
3) Menyusun struktur, dimensi pesan kunci dan pesan pendukung;
4) Mengembangkan saluran komunikasi 5) Mengelola saluran komunikasi,
dan 6) Mendesain materi komunikasi.

Gambar: Alur penyusunan strategi komunikasi perubahan perilaku

1 2 3 4 5 6
Analisi Tentukan Susun Pesan Mengembangkan Mengelola Mendesain
Situasi Kelompok Kunci & pendekatan Saluran Materi
Sasaran Pendukung komunikasi Komunikasi Komunikasi

3.1. Analisis Situasi

Strategi komunikasi perubahan perilaku P3PD memerlukan analisis situasi yang


dapat menggambarkan faktor-faktor yang mengahambat baik langsung maupun
tidak langsung di masing-masing daerah untuk penyusunan program intervensi
yang akan dilakukan. Analisis situasi dapat dilakukan dengan mempelajari telaah
data primer maupun data sekunder, hasil survei/ studi, berita media, laporan kasus,
wawancara dengan berbagai pemangku kepentingan terkait serta informasi
lainnya yang terkait. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kesenjangan dan
menentukan opsi strategis, dalam menyusun strategi komunikasi perubahan
perilaku.

3.2. Menentukan Kelompok Sasaran

Kunci keberhasilan komunikasi perubahan perilaku adalah berfokus pada


beberapa perilaku di setiap kelompok sasaran dan disiplin berkomitmen untuk
terus menyampaikan pesan yang sama di tiap komunikasi program.
11
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

Identifikasi kelompok sasaran dengan tepat dilakukan untuk menentukan


pendekatan komunikasi yang paling efektif untuk setiap kelompok sasaran.
Pembagian kelompok adalah berdasarkan pesan yang disampaikan, sehingga
pembagian kelompok tidak dimaksudkan untuk memprioritaskan kelompok
sasaran tertentu.
Kelompok sasaran merupakan kelompok target dalam perubahan perilaku dalam
P3PD. Kelompok sasaran terbagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok primer,
kelompok sekunder dan kelompok tersier yang saling terkait dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Penentuan kelompok sasaran bertujuan mendapatkan gambaran lebih jelas
tentang karakteristik sasaran yang perlu diubah perilakunya.
1. Kelompok Primer
Kelompok primer adalah kelompok sasaran utama yaityu:
a. Aparatur Desa
b. BPD
c. PKK
d. LKD/LAD

2. Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok sasaran yang mempengaruhi:
a. Camat
b. PTPD
c. Fasilitator Belajar (fasbel)
d. Lingkungan terdekat (istri, suami, anak, kakek, nenek, ayah)
e. Pemuka masyarakat
f. Pemuka agama
g. Kelompok profesi
h. Jejaring sosial dan lain-lain

3. Kelompok Tersier
Kelompok tersier adalah pihak-pihak yang terlibat sebagai lingkungan pendukung
bagi upaya implementasi P3PD, yang terdiri dari:
a. Pengambil kebijakan/keputusan, baik pusat maupun
provinsi, kabupaten/kota dan desa
b. Organisasi Perangkat Daerah
c. Perguruan tinggi
d. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
e. Media massa
3.3. Menyusun Struktur dan Dimensi Pesan Kunci

Pesan kunci adalah poin-poin utama yang disampaikan oleh pemberi pesan untuk
diingat dan dilaksanakan oleh kelompok sasaran. Pesan kunci dapat menjadi
panduan utama yang didiskusikan antara pemberi pesan dan kelompok sasaran
untuk meningkatkan pemahaman dan mempererat hubungan keduanya dalam
12
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

berkomunikasi menuju perubahan prilaku. Pesan kunci berfungsi sebagai panduan


utama menyusun konten materi komunikasi di berbagai platform (tertulis, verbal,
audio visual).

Struktur pesan kunci dibedakan berdasarkan kelompok sasaran agar setiap


kelompok sasaran paham tentang upaya penguatan kapasitas penyelenggara
pemerintahan desa melalui P3PD yang harus dilakukan di ruang lingkupnya
masing-masing. Pesan kunci ini merupakan panduan bagi semua pemangku
kepentingan agar memiliki keseragaman pemahaman terhadap definisi dan upaya
pelaksanaan P3PD, yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan konteks
lokal masing-masing daerah.

Pesan kunci disusun dengan singkat namun padat agar mudah dipahami dan
disampaikan oleh setiap pemberi pesan di ruang lingkupnya. Agar struktur pesan
dapat disampaikan secara sistematis, logis dan mudah dipahami. Untuk itu pesan
kunci disampaikan dalam beberapa fase yang dihubungkan dengan
perubahan perilaku yang diharapkan dari setiap fase tersebut. Fase bagi
setiap daerah bisa berbeda-beda, tergantung dari situasi pemahaman akan
program. Misalnya untuk daerah yang pemahaman akan program sangat perlu
ditingkatkan maka akan dibutuhkan upaya pengenalan program yang lebih lama
dan terus menerus bagi setiap kelompok sasaran. Sebaliknya, bagi daerah yang
sudah memiliki pengetahuan yang baik terhadap program, maka bisa langsung
fokus pada upaya menumbuhkan pemberdayaan dan penguatan kontrol sosial
bagi pelaksanaan program.

Tabel: Hubungan Dimensi Pesan Kunci dan Fase Perubahan Perilaku

Fase 1 Fase 2 Fase 3


Dimensi Pengenalan konsep Pengenalan cara Menumbuhkan
Pesan LMS (apa itu kebijakan perubahan perilaku motivasi kelompok
LMS, kenapa LMS yang bisa dilakukan sasaran dan
penting, penyebab oleh kelompok memperkuat kontrol
langsung dan tidak sasaran dalam sosial kelompok
langsung, yang rangka penerapan sasaran dalam
disampaikan dengan pembelajaran LMS rangka penerapan
pembelajaran LMS
bahasa yang paling
tepat dan mudah
dipahami oleh
kelompok sasaran)
Perubahan Setiap kelompok Setiap kelompok Kelompok sasaran
Perilaku yang sasaran memahami sasaran memiliki kemampuan
diharapkan perannya dalam memahami dan menjelaskan hal-hal
mendukung dan mulai seputar pembelajaran
pelaksanaan P3PD, menerapkan melalui LMS, dan
dan memiliki langkah-langkah menerapkan
keingintahuan yang pembelajaran sesuai
yang harus
lebih besar tentang ketentuan
dilakukan dalam
P3PD
pembelajaran
LMS
13
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

Untuk mendukung strategi komunikasi perubahan perilaku P3PD, maka intervensi


yang akan dilakukan memerlukan pendekatan komunikasi yang berbeda-beda
sesuai dengan tahapan perubahan. Adapun pendekatan komunikasi yang
digunakan untuk menjangkau kelompok sasaran komunikasi perubahan perilaku
adalah sebagai berikut:
A. Advokasi kebijakan
Kegiatan advokasi ditujukan bagi pengambil kebijakan di provinsi dan
kabupaten, kecamatan hingga desa, untuk mendukung pelaksanaan dan
adopsi program melalui dukungan kebijakan dan anggaran.

B. Kampanye publik
Kegiatan kampanye publik ditujukan kepada sasaran primer (aparatur
desa, BPD, LKA/LAD, PTPD), sebagai sasaran promosi. Sasaran
sekunder seperti keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama dan
jejaring sosial) untuk sosialisasi program maupun pemicuan program.
Sasaran tersier (pengambil kebijakan/keputusan di daerah dan
desa/kelurahan, Organisasi Perangkat Daerah, dunia usaha, media
massa) dilakukan melalui penggalangan komitmen dan advokasi program.

C. Komunikasi Antar Pribadi (KAP)


Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dilakukan dengan konseling dan
kunjungan rumah ke kelompok sasaran primer dan sekunder yaitu aparatur
desa, BPD, LKD/LAD, dan PTPD dll.

D. Mobilisasi sosial/masyarakat
Sasaran mobilisasi sosial/ masyarakat dapat dilakukan adalah melalui
kegiatan forum-forum pembelajaran formal yang dilaksankanan oleh
program dan informal yaitu pertemuan-pertemuan informal yang telah ada
di masyarakat lokasi program.

3.4. Mengembangkan Pendekatan Komunikasi

Untuk mendukung strategi komunikasi perubahan perilaku P3PD, maka intervensi


yang akan dilakukan memerlukan pendekatan komunikasi yang berbeda-beda
sesuai dengan tahapan perubahan. Adapun pendekatan komunikasi yang
digunakan untuk menjangkau kelompok sasaran komunikasi perubahan perilaku
adalah sebagai berikut:
E. Advokasi kebijakan
Kegiatan advokasi ditujukan bagi pengambil kebijakan di provinsi dan
kabupaten, kecamatan hingga desa, untuk mendukung pelaksanaan dan
adopsi program melalui dukungan kebijakan dan anggaran.

F. Kampanye publik
Kegiatan kampanye publik ditujukan kepada sasaran primer (aparatur
desa, BPD, LKA/LAD, PTPD), sebagai sasaran promosi. Sasaran
14
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

sekunder seperti keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama dan


jejaring sosial) untuk sosialisasi program maupun pemicuan program.
Sasaran tersier (pengambil kebijakan/keputusan di daerah dan
desa/kelurahan, Organisasi Perangkat Daerah, dunia usaha, media
massa) dilakukan melalui penggalangan komitmen dan advokasi program.

G. Komunikasi Antar Pribadi (KAP)


Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dilakukan dengan konseling dan
kunjungan rumah ke kelompok sasaran primer dan sekunder yaitu aparatur
desa, BPD, LKD/LAD, dan PTPD dll.

H. Mobilisasi sosial/masyarakat
Sasaran mobilisasi sosial/ masyarakat dapat dilakukan adalah melalui
kegiatan forum-forum pembelajaran formal yang dilaksankanan oleh
program dan informal yaitu pertemuan-pertemuan informal yang telah ada
di masyarakat lokasi program.

Tabel : Pendekatan Komunikasi untuk P3PD

Pendekatan Deskripsi Pendekatan Tingkat Kelompok


Komunikasi Komunikasi Hirarki MES Sasaran
• Pemanfaatan saluran media • Media • Kelompok
Kampanye massa/sosial media untuk massa/ primer
Publik mempromosikan P3PD secara media • Kelompok
luas kepada para pemangku sosial sekunder
kepentingan terkait; • Kelompok
• Berfungsi sebagai sarana tersier
informasi dan motivasi agar
seluruh pemangku kepentingan
merasa berada dalam satu
gerakan yang sama yaitu
penguatan kapasitas aparatur
desa melalui LMS;
• Menjadi saluran bagi para
pemangku kepentingan untuk
membagikan praktik terbaik
pelaksanaan P3PD sehingga
Advokasi menjadi inspirasi bagi pemangku Kebijakan/ Kelompok
Kebijakan • Upaya startegis yang terorganisir lingkungan tersier
untuk menginformasikan dan sosial
memotivasi para pembuat politik
kebijakan dan memotivasi para
pembuat kebijakan untuk
menciptakan leingkungan sosial
politik pendukung guna mencapai
tujuan P3PD;
• Fokus pada lingkungan sosial
politik pembuat kebijakan untuk
membuat atau mengubah regulasi,

15
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

Mobilisasi • Proses yang berlangsung secara Organisasi Kelompok


Sosial terus menerus melibatkan dan sekunder
memotivasi para pemangku
kepentingan terkait di daerah untuk Kelompok
meningkatkan kesadaran terhadap tersier
P3PD;
• Fokus untuk menyatukan
pemangku kepentingan terkait di
daerah dan masyarakat untuk
tujuan bersama yaitu peningkatan
kesadaran dan perubahan perilaku
mendukung penguatan kapasitas
model LMS
• Menekankan pada upaya kolektif
dan pemberdayaan untuk
menciptakan lingkungan sosial
politik yang mendukung tujuan

Deskripsi Pendekatan Tingkat Hirarki Kelompok


Pendekatan
Komunikasi MES Sasaran

Komunikasi • Proses dialog yang • Masyarakat • Kelompok


perubahan dilakukan secara rutin • Media primer
sosial antara para pemangku massa/ • Kelompok
kepentingan terkait secara sosial media sekunder
partisipatif untuk • Kelompok
mengindentifikasi tersier
permasalahan, asset-aset
yang dimiliki dan upaya
kolaborasi dalam
mendukung implementasi
P3PD agar terjadi
pembagian tugas dan yang
baik diantara para
pemangku kepentingan;
• Menekankan pada dialog
para pemangku kepentingan
untuk mengubah perilaku
• Bekerja melalui komunikasi
antar pribadi, dialog
masyarakat dan kampanye
media massa/ sosial media

16
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

Komunikasi • Pemanfaatan komunikasi • Individu • Kelompok


Perubahan individu dan antar probadi • Antar pribadi promer
Perilaku secara strategis untuk • Media massa/ • Kelompok
mempromosikan keluaran sosial media seconder
perilaku yang mendukung • Kelompok
pembelajaran LMS yang tersier
diharapkan
• Strategi komunikasi tersebut
disusun berbasis teori dan
riset serta proses interaksi
kelompok sasaran agar
terbentuk pesan kunci dan
pendekatan komunikasi yang
paling cocok untuk
memotivasi
• Pengetahuan, sikap dan
perilaku indivisu secara
konsisten dan berkelanjutan
• Bekerja melalui komunikasi
antar probadi, serta didukung
oleh kampanye media massa/
sosial media

3.5. Mengelola Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi adalah sarana, alat atau perangkat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan kepada kelompok sasaran. Secara umum terdapat
dua kelompok saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan kepada kelompok sasaran adalah:
a. Pertemuan tatap muka
Pertemuan tatap muka antara lain dengan forum-forum pertemuan, rapat
koordinasi, sosialisasi, rapat evaluasi, pertemuan kelas-kelas tematik,
kunjungan rumah dan konseling antarpribadi (Komunikasi Antar Pribadi),
edukasi kelompok besar hingga kecil.

b. Menggunakan media perantara


Media perantara yang dapat digunakan adalah media elektronik
(audiovisual), missal saluran informasi yang dikelola atau aset milik institusi
tertentu, misalnya: situs institusi, media sosial tokoh-tokoh berpengaruh,
pembuatan video dan sebagainya, media cetak seperti koran, majalah,
leaflet, poster, brosur dan media tradisional. Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah informasi program yang dipublikasikan dari cara-cara
kehumasan (public relations), misalnya: peliputan dari sebuah kegiatan
bersama media, wawancara tokoh tertentu, penulisan di kolom opini,
kunjungan ke kantor redaksi media, dan sebagainya).

17
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

3.6. Mendesain materi Komunikasi

Materi komunikasi adalah alat yang dipakai untuk menyampaikan pesan program
kepada kelompok sasaran. Isi materi dan metode komunikasi yang digunakan bisa
berbeda tergantung kelompok sasaran yang dituju dan disesuaikan dengan
konteks local, diantaranya:

1. Materi komunikasi sangat beragam bentuknya, mulai dari materi cetak,


audio (bersuara), dan visual (bergambar).
2. Isi materi komunikasi yang baik adalah yang dapat dipahami oleh kelompok
sasarannya. Misalnya: jika ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya
LMS, maka posisikan diri sebagai keluarga, suami, kakek, nenek, atau
kader yang ingin menerima informasi penting seputar dukungan untuk
melakukan pembelajaran melalui LMS, karena anggota keluarga dan kader
bisa berkontribusi mendukung implementasi LMS.
3. Dalam menyusun materi komunikasi diperlukan pihak-pihak kreatif yang
bisa mengemas pesan kunci menjadi menarik (kata-kata maupun tampilan).
Setelah mengetahui elemen-elemen dalam pembuatan strategi komunikasi
perubahan perilaku LMS P3PD, maka selanjutnya adalah penyusunan
rencana aksi agar strategi tersebut dapat dilaksanakan secara nyata di
daerah masing-masing.
BAB IV

RENCANA AKSI PERUBAHAN PERILAKU

Dalam rangka melaksanakan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku program,


setiap kabupaten/kota perlu membuat rencana aksi yang menjadi panduan
operasionalisasi pelaksanaan program dan kegiatan terkait P3PD. Rencana aksi
terdiri dari seluruh rangkaian program/ kegiatan yang mencakup: 1) perencanaan,
2) pelaksanaan, dan 3) pemantauan (monitoring) dan evaluasi.

4.1. Perencanaan

Kondisi daerah Indonesia sangat beragam, kabupaten/kota sebaiknya menyusun


strategi komunikasi perubahan perilaku dalam pelaksanaan P3PD berdasarkan
kondisi lokal. Bersama Behavior Change Spesialist dan Dinas PMD menyusun
strategi komunikasi perubahan perilaku di tingkat kabupaten/kota dan melakukan
pengawasan implementasi dari strategi tersebut.

Berikut panduan bagi kabupaten/kota terkait perencanaan penyusunan strategi


komunikasi perubahan perilaku pelaksanaan P3PD sesuai konteks lokal:

1. Melakukan analisis situasi kondisi di wilayahnya, serta menetapkan


permasalahan, faktor penyebab dilanjutkan dengan;
▪ identifikasi perilaku prioritas yang akan diangkat
▪ menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan prioritas
▪ identifikasi kelompok sasaran primer, sekunder, dan tersier yang akan
dituju
18
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

▪ menyusun pesan kunci komunikasi perubahan perilaku untuk kelompok


sasaran dituju, sesuai konteks lokal.
▪ mengembangkan materi komunikasi perubahan perilaku disesuaikan
dengan konteks lokal dan pemanfaatannya bagi advokasi, kampanye,
sosialisasi pada kelompok tertentu dan materi pelatihan bagi pelaku
program.
▪ Menganalisis saluran dan aset komunikasi serta sumber daya yang
dimiliki dalam melaksanakan rencana strategi perubahan perilaku dalam
mendukung P3PD.
2. Menyusun rencana kegiatan/ program komunikasi perubahan perilaku
(disesuaikan dengan tujuan khusus, alat dan saluran komunikasi, platform
yang tersedia, indikator capaian dari masing-masing kegiatan).
3. Menyusun pembagian peran dan tanggung jawab para pemangku
kepentingan terkait untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
4. Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi dengan mengacu pada
strategi komunikasi perubahan perilaku.
5. Menerbitkan regulasi lokal terkait implementasi komunikasi perubahan
perilaku yang mencantumkan strategi komunikasi perubahan perilaku
sesuai dengan konteks lokal.

4.2. Pelaksanaan

1. Provinsi

Peran provinsi dalam implementasi P3PD diantaranya menggunakan


pendekatan komunikasi perubahan perilaku, sebagai berikut:
▪ Mensosialisasikan kebijakan pengembangan kapasitas penyelenggara
pemerintahan desa menggunakan LMS;
▪ Merumuskan kebijakan daerah yang mendukung pelaksanaan P3PD
dengan diantaranya menggunakan pendekatan komunikasi
perubahan perilaku di wilayah provinsi;
▪ Memfasilitasi kabupaten/kota dalam pelaksanaan P3PD dengan
menggunakan pendekatan komunikasi perubahan perilaku dengan
cara;
a) mendorong pengambil kebijakan untuk berkomitmen dalam
pelaksanaan dan pelembagaan LMS menggunakan pendekatan
komunikasi perubahan perilaku;
b) memberi bimbingan teknis dan pelatihan untuk memperkuat
kapasitas kabupaten/kota dan atau desa;
c) memastikan intervensi komunikasi perubahan perilaku terlaksana
dengan baik;
d) mengalokasikan belanja kabupaten/kota dan desa untuk
pelaksanaan strategi komunikasi perubahan perilaku;
e) memperkuat koordinasi antar lintas sektor dalam mendukung
P3PD dengan menggunakan pendekatan komunikasi perubahan
perilaku dengan cara;
19
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

▪ meningkatkan koordinasi antara OPD provinsi dengan OPD


kabupaten/kota;
▪ Bersama pusat melakukan pemantauan evaluasi termasuk bimbingan
teknis, untuk;
• memastikan pelaksanaan P3PD berjalan
• melakukan pengawasan pelaksanaan P3PD oleh
kabupaten/kota secara berkala.
• menilai kinerja kabupaten/ kota dalam upaya P3PD
dengan menggunakan pendekatan komunikasi
perubahan perilaku.

2. Kabupaten/Kota

Pemerintah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan P3PD menggunakan


pendekatan komunikasi perubahan perilaku dan melayani kelompok sasaran
secara tepat dengan cara;
a) merumuskan dan menghasilkan kebijakan daerah yang mendukung
implementasi P3PD dengan pendekatan komunikasi perubahan perilaku;
b) mensosialisasikan kebijakan terkait sebagai salah satu prioritas dalam
penguatan kapasitas penyeleggara pemerintahan desa, khususnya
kepada kecamatan dan desa. Sosialisasi pada kecamatan lokus dilakukan
secara berkala dalam upaya meningkatkan:
• peran camat dalam mengoordinasikan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pembelajaran melalui LMS di wilayahnya;
• kapasitas OPD kabupaten/ kota terkait dan aparat desa dalam
melaksanakan pembelajaran LMS dengan memasukkan pendekatan
komunikasi perubahan perilaku;
• Pemanfaatan APBD dan APBDesa untuk program penguatan
kapasitas;
• Kerjasama dari masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi serta
pihak lainnya dalam upaya mendukung P3PD;
• Melakukan pemantauan dan evaluasi;

4.3. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan strategi komunikasi perubahan perilaku


P3PD akan menitikberatkan pada: 1. Keluaran utama dari rancangan yang
disusun, 2. Faktor-faktor yang mendukung P3PD, 3. Dampak dan capaian
pelaksanaan program.

Metode untuk melakukan pemantauan dan evaluasi antara lain:

a) Survei
Survei dilakukan dapat dilakukan oleh provinsi, sehingga hasilnya dapat
digunakan oleh kabupaten/kota untuk melihat output dan dampak dari
intervensi P3PD di lokasi sasaran. Selanjutnya, hasil survei tersebut dapat
dipakai sebagai referensi tindak lanjut bagi kabupaten/ kota.
20
PROGRAM PENGUATAN PEMERINTAHAN
DAN PEMBANGUNAN DESA

b) Observasi/pengamatan
Metode ini dapat dijadikan sebagai pelengkap informasi yang dihasilkan
dari survei. Observasi bertujuan untuk melihat perubahan perilaku, fasilitas,
dan dukungan lainnya terhadap pelaksanaan P3PD yang terjadi di lokasi
sasaran. Misalnya, terdapat antusiasme aparatur desa untuk
memanfaatkan LMS, dukungan kebijakan daerah dan sebagainya.
c) Cerita atau praktik terbaik
Metode ini menekankan cerita perubahan perilaku yang dialami oleh
kelompok sasaran, sehingga bersifat personal, mendalam, dan unik
tergantung dari intervensi yang terjadi di masing-masing daerah.
PENUTUP

Panduan strategi komunikasi perubahan perilaku harus dilakukan secara


intensif, karena kegiatan komunikasi yang berkualitas merupakan salah
satu kunci dari kelancaran dan kualitas pelaksanaan program.

21

Anda mungkin juga menyukai