Anda di halaman 1dari 21

INTERVENSI TEMPER TANTRUM PADA ANAK AUTIS SEBAGAI

UPAYA MENUNJANG TUMBUH KEMBANG ABK: LITERATURE

REVIEW

TEMPER TANTRUM INTERVENTION IN AUTISTIC CHILDREN AS AN

EFFORT TO SUPPORT THE GROWTH AND DEVELOPMENT OF

CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS: LITERATURE REVIEW

Raychana Robbi Rodhiyah1, Nasywa Salsabila Khairunnisa1, Maulina


Ratih Kusuma Wardani1, Imron Maulana Aziz2, Ulimaz Ika Rahmawati3,
Tri Rejeki Andayani1
1
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran
2
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
3
Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Jl. Ir. Sutami No.36, Kentingan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah
No.Tlp (0271) 646994
firdausynuzula_1105@student.uns.ac.id

Abstrak

Temper tantrum merupakan sebuah ledakan emosi yang tidak terkontrol


dan bisa terjadi pada fase perkembangan anak di usia balita dan anak
berkebutuhan khusus, seperti autis. Penanganan temper tantrum anak
autis dapat dilakukan oleh orang tua, pengasuh, terapis, guru, ataupun
pihak lain yang berhubungan langsung dengan anak. Studi literatur
review ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan pengkategorian
berbagai intervensi penanganan temper tantrum pada anak autis.
Pencarian literatur dilakukan melalui mesin pencarian berupa Google
Scholar, Sinta, Garuda.ristekbrin, Sciencedirect, dan researchgate dengan
kriteria artikel dalam jurnal yang dipublikasikan dalam kurun waktu 2012
- 2022. Pencarian dilakukan dengan kata kunci “autism”, “anak autis”,
“temper tantrum”, dan “intervensi temper tantrum”. Berdasarkan hasil
penelusuran didapatkan sembilan artikel yang terkait dan analisis data
dengan teknik analisis tematik. Hasil studi menunjukkan terdapat empat
pendekatan yang terbukti efektif dalam menangani temper tantrum pada
anak autis, yaitu fisiologis, kognitif, interaksi, dan spiritual.

Kata kunci: intervensi autis, studi literatur, temper tantrum

Abstract
Temper tantrums are uncontrolled emotional outbursts and can occur in the
developmental phases of children in toddlers and children with special needs, such
as autism. The treatment of temper tantrums in autistic children can be done by
parents, caregivers, therapists, teachers, or other parties who are in direct contact
with the child. The aim of literature study was to identify and categorize various
interventions for handling temper tantrums in autistic children. Literature
searches was done by online databases such as Google Scholar, Sinta,
Garuda.ristekbrin, Sciencedirect, and researchgate were published in the period
2012 – 2022. Finding articles was conducted by some keywords ie. “autism",
"autistic child", "temper tantrum", and "temper tantrum intervention". Finally,
we found nine related articles and data analysis was done by thematic analysis
technique. The results showed that four approaches have proven to be effective in
dealing with temper tantrums in autistic children, namely physiological,
cognitive, interaction, and spiritual approach.

Keywords: temper tantrum, autistic intervention, literature study

PENDAHULUAN
Autisme, yang pada saat ini disebut juga sebagai gangguan

spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan

gangguan perkembangan kompleks yang memengaruhi kemampuan

sosialisasi, komunikasi, perilaku berulang, emosi, dan gangguan

perkembangan lainnya. Salah satu gangguan emosional yang terjadi

adalah temper tantrum (mengamuk), yang sering ditemukan di masa

kanak-kanak. Temper tantrum adalah sebuah kondisi perilaku, ketika

emosi anak meledak-ledak, tidak terkontrol atau terkendali, dan biasanya

perilaku tersebut diikuti dengan perilaku/ekspresi lainnya seperti

berteriak, menangis, berguling-guling, dan perilaku menyakiti diri sendiri

atau orang lain. Temper tantrum pada anak autis disebabkan adanya
kerusakan otak, sehingga membuat emosinya sulit terkontrol dan tidak

dapat terkomunikasikan secara normal (Alawiyah & Salsabila, 2021).

Penelitian Matson et al (2011) berhasil mengungkap bahwa anak

autis cenderung akan menunjukkan amukan dan masalah perilaku

lainnya ketika mereka mengungkapkan keinginan atau emosi yang dapat

muncul kapan saja dan di mana saja karena adanya keterbatasan dalam

berkomunikasi. Menurut Syafri & Iswari (2021), anak autis dapat

memunculkan temper tantrumnya dengan berguling-guling, memukul

kepala, hingga membenturkan kepalanya ke tembok atau pun benda yang

ada di sekitarnya. Selain itu, temper tantrum pada anak autis juga

ditunjukkan dengan berjalan mondar-mandir, mengekspresikan emosi

dengan menangis secara terus menerus dengan durasi yang seharian, dan

menangis sambil menjerit.

Untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan pada anak autis,

perlu dilakukan penanganan sebaik mungkin oleh lingkungan sekitar

anak. Penanganan temper tantrum yang terjadi pada anak autis dapat

dilakukan oleh orang tua, guru, terapis, atau pihak yang berhubungan

dengan anak autis. Berbagai intervensi terkait penanganan masalah

tersebut telah dikembangkan oleh beberapa peneliti, antara lain oleh Jati,

et al. (2012), Sopandi (2013), Sulistyo, M., et al. (2017), Sha’arani & Tahar

(2017), Yaseen & Tahar (2018), Saleh, et al. (2019). Koukourikos, et al.

(2019), Alawiyah & Salsabila (2021), dan Azzahid, et al. (2022). Studi

literature ini menjadi suatu hal yang penting mengingat telah banyak

pendekatan yang dikembangkan untuk menangani temper tantrum pada

anak anak autis, sehingga, dengan adanya studi literature ini akan

membantu mengidentifikasi dan melakukan kategorisasi dari berbagai


intervensi temper tantrum pada anak autis, sebagai upaya menunjang

tumbuh dan kembang anak berkebutuhan khusus. Berbagai literature

review terkait dengan penanganan temper tantrum pada anak autis telah

dilakukan seperti oleh Sulistyo, M., et al (2017), Rizky & Ardianingsih

(2021) dan penelitian studi pustaka lainnya. Kebaruan yang diangkat

dalam literature review ini adalah dilakukannya kategorisasi beberapa

metode penanganan sekaligus dalam satu artikel, dimana jika dalam

artikel literature review sebelumnya berfokus pada satu pendekatan oleh

beberapa penelitian.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur atau

kepustakaan yaitu dengan mencari data dan informasi terkait intervensi

temper tantrum anak autis melalui jurnal dari website resmi yang dapat

dipertanggungjawabkan, yaitu Sinta, Garuda.ristekbrin, Google Scholar,

Sciencedirect dan Research gate. Pencarian artikel dengan kata kunci

“autism”, “anak autis”, “temper tantrum”, dan “intervensi temper

tantrum”. Jurnal-jurnal yang digunakan mengacu pada kriteria inklusi,

dipublikasikan antara tahun 2012 - 2022 dan tersedia dalam bentuk full

text (bukan berupa editorial, komentar, atau abstrak). Hasil penelusuran

menemukan 18 artikel yang terkait dengan penanganan temper tantrum

pada anak autis. Namun akhirnya hanya sembilan artikel yang dapat

dianalisis lebih lanjut.

Analisis data dilakukan dengan metode analisis tematik, yaitu

dengan memilah data yang telah didapatkan dan dihimpun sebelumnya,

membandingkan kemudian menggabungkannya sehingga ditemukan


hasil dan pembahasan yang relevan. Hasil akhir yang didapatkan adalah

luaran berupa informasi valid dan dapat diteliti ulang berdasarkan

konteksnya.

HASIL PENELITIAN
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dari temuan 18 artikel

yang berkaitan dengan topik strategi penanganan temper tantrum pada

anak autis, terdapat 9 artikel yang menunjukkan beberapa pendekatan

yang efektif dalam menangani temper tantrum pada anak autis.

Tabel Hasil Review

Kategori
No Penelitian Tujuan Metode Hasil
Pendekatan
1 The Mengetahui Metode Sentuhan fisik Fisiologis
Effectivenes tingkat penelitian yang diberikan
s of Physical efektivitas kualitatif pada anak
Touch for sentuhan dengan autis yang
Tantrum fisik pada pendekata sedang
Treatment penanganan n kualitatif mengalami
on Autistics anak autis deskriptif. tantrum
Child saat terbukti
(Alawiyah, mengalami efektif, selain
& Salsabila, tantrum. sentuhan fisik
2021). ada
penanganan
lain yang bisa
mencegah agar
tidak terjadi
tantrum pada
anak autis,
yaitu Diet dari
makanan yang
mengandung
coklat, MSG
dan pengawet.
2 Efek Melihat efek Metode Hasil Fisiologis
Sensory sensory penelitian penelitian
Story story mengguna menunjukkan
Terhadap terhadap kan single adanya
Penurunan penurunan case penurunan
Perilaku perilaku experimen dalam
Temper temper tal design frekuensi,
Tantrum tantrum with durasi dan
Pada Anak pada anak single- intensitas
Autis autis subject perilaku
Dengan dengan design dan temper
Kesulitan . kesulitan ABA tantrum
Modulasi modulasi follow-up. setelah
Sensorik sensorik. diberikan
(Jati, et al., treatment
2012). sensory story.
3 Decreasing Untuk Studi Hasil studi Fisiologis
Tantrum of mengetahui kepustakaa pustaka
Child With apakah n dengan menemukan
Autism senam otak mengguna bahwa Gym
Using Brain mampu kan 20 berpengaruh
Gym mengurangi sumber positif untuk
(Sulistyo, , berupa mengembangk
M., et al, meminimali buku yang an anak autis
2017). sirkan, dan membahas secara fisik
menurunka mengenai dan psikis,
n temper anak autis, terutama
tantrum anak usia dapat
yang terjadi dini, senam digunakan
pada anak otak, untuk
autis tantrum meminimalkan
pada anak tingkat
autis, dan tantrum pada
cara anak autis.
penangana
n tantrum
pada anak
autis
4 Upaya Mengurangi Penelitian Hasil Fisiologis
Mengurangi perilaku eksperime penelitian
Tantrum tantrum dan n mendapatkan
Melalui melihat dilakukan bahwa
Bermain apakah dengan bermain bola
Bola Bagi latihan mengguna dapat
Anak Autis permainan kan mengurangi
Di SLB Fan bola dapat metode perilaku
Redha mengurangi SSR (single tantrum anak
Padang perilaku subject autis dengan
(Sopandi, tantrum. research) perubahan
2013). desain A-B range waktu
yang anak tidak
terdiri dari mengalami
dua fase tantrum ketika
yaitu fase belajar dalam
baseline kondisi
dan fase baseline-
treatment. treatment hari
1-9 dan
treatment hari
10-12 berturut
adalah 0.2-1
menit; 9-20
menit dan 18-
20 menit.
5 The Effect of Mengetahui Mengguna Penelitian Fisiologis
Swimming pengaruh kan The menunjukkan
in berenang Multidime adanya
Meltdown dalam nsional perbedaan
Reaction mengurangi Assessmen perilaku
among tantrum t of tantrum
Children pada anak Preschool sebelum dan
with Autism autis Disruptive sesudah
(Saleh, et al., Behavior berenang,
2019). (MAP-DB) disertai
yang berisi peningkatan
checklist keterampilan
frekuensi pengenalan
perilaku air,
tantrum kemampuan
anak. bernapas, dan
Kuesioner keterampilan
diisi berenang
sebelum lainnya.
dan Durasi
sesudah tantrum
kegiatan mengalami
berenang penurunan
dilakukan. minimal 6
menit dalam
45 menit
pengamatan.
6 The Use of Memodifika Metode Frekuensi Kognitif
Economy si perilaku kualitatif tantrum pada
Token to tantrum dengan fase
Reduce anak autis mengguna implementasi
Tantrum dalam kan desain intervensi
Among melakukan ABA atau menurun
Autistic aktivitas Reversal apabila
Students dan Design dibandingkan
Yaseen & menyelesaik yang dengan fase
Tahar an tugas melibatkan baseline.
(2018). menggunak data Token
an token baseline ekonomi dapat
ekonomi. diikuti meningkatkan
dengan perilaku yang
intervensi disukai dan
dan back mengurangi
to baseline perilaku yang
data. tidak disukai.
7 Tantrum Mengetahui Penelitian Social story Kognitif
Behavior pengaruh ini efektif dalam
Modificatio social story merupaka mengurangi
n for terhadap n studi periode
Autistic penguranga kasus perilaku
Student at n periode kuantitatif tantrum pada
Secondary waktu dengan siswa autis.
School perilaku metode Hal ini
Using Social tantrum subjek ditunjukkan
Stories anak autis tunggal. dengan
Techniq dan frekuensi dan
Sha’arani & Mengetahui durasi
Tahar pengaruh perilaku
(2017). social story tantrum yang
terhadap semakin
penghapusa berkurang
n atau sejak
penghilanga intervensi
n perilaku pertama
tantrum dilakukan.
anak autis
8 Animal Mengetahui Studi Hasil studi Interaksi
Assisted peranan kepustaka Pustaka
Therapy Animal an dengan menunjukkan
Untuk Assisted sumber bahwa animal
Mengendali Therapy data 7 assited
kan terhadap jurnal terbukti efektif
Perilaku pengendalia nasional dalam
Tantrum n perilaku maupun beberapa
Anak tantrum internasion aspek
Dengan pada anak al dengan perkembangan
Spektrum dengan rentang anak seperti
Autis (Rizky spektrum waktu 10 kemampuan
& autis. tahun interaksi
Ardianingsi terakhir sosial,
h, 2021). yang pengendalian
membahas emosi, dan
tentang perasaan
perilaku nyaman relaks.
tantrum Hal ini
anak, dikarenakan
keefektifan hewan sebagai
Animal pendamping
Assisted non judgement
Therapy sehingga anak
dalam merasa tidak
mengendal terintimidasi.
ikan
perilaku
tantrum,
dan
Animal
Assisted
Therapy
untuk
anak
berkebutu
han
khusus.
9 Terapi Mengetahui Penelitian Hasil Spiritual
Audio pengaruh kualitatif penelitian
Murotal Al- terapi deskriptif menunjukkan
Qur’an murottal (menggun bahwa terapi
terhadap AlQur’an akan data audio murottal
Emosi Anak pada emosi dalam Al-Qur’an di
Autis (Studi anak autis bentuk SD Plus Al-
Kasus SD yang akan kata Ghifari
Plus Al- dilakukan ataupun mampu
Ghifari) di SD Plus teks dan memberikan
(Azzahid, et Al-Ghifari gambar) efek
al., 2022). Bandung dengan ketenangan
metode pada anak
penelitian autis dan
lapangan mampu
(field memberikan
research) efek tersendiri
pada
gangguan
emosi anak
autis.

Berdasarkan hasil literatur review diatas, didapatkan beberapa

strategi dan pendekatan penanganan yang telah dikembangkan dan

terbukti efektif untuk menangani temper tantrum anak autis mulai dari

pendekatan fisiologis, kognitif, interaksi, dan spiritual.

Pendekatan fisiologis yang dimaksud diantaranya adalah physical

affection, sensory story, brain gym, permainan bola, dan berenang. Bentuk

pendekatan fisiologis yang pertama adalah sentuhan fisik berupa pelukan

(Alawiyah & Salsabila, 2021). Pelukan merupakan salah satu bentuk


sentuhan fisik yang dapat menenangkan perasaan anak ketika marah dan

mengamuk. Melalui sentuhan fisik, seorang individu dapat menyalurkan

ketenangan yang dapat menimbulkan efek perasaan aman, sayang dan

nyaman pada anak terutama pada anak autisme. Sentuhan fisik yang

diberikan kepada anak autis yang sedang mengalami tantrum

menunjukkan efek positif dalam menangani amukan bahkan meredakan

amarah secara lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan penanganan

lainnya. Namun, dalam beberapa kasus sentuhan fisik seperti pelukan

tidak dapat serta merta langsung diberikan kepada anak yang mengalami

temper tantrum terlebih dalam intensitas yang besar. Untuk kasus

tersebut, sentuhan fisik tidak dapat diberikan karena intensitas amukan

yang terlalu besar akan dapat membahayakan anak maupun orang lain

yang berusaha mendekati. Biasanya guru atau orang tua mendiamkan

anak terlebih dahulu dengan memberikan ruang pada anak agar anak

dapat meluapkan emosinya. Setelah emosinya sedikit lebih mereda,

barulah sentuhan fisik seperti pelukan dapat diberikan.

Pendekatan fisiologis kedua adalah sensory story (Jati et al, 2012)

yang diterapkan dengan alasan bahwa anak dengan gangguan autis

memiliki kesulitan untuk memodulasi input sensoriknya sehingga sensory

story digunakan untuk membantu menstimulasi proses tersebut. Sensory

story merupakan pengembangan dari social story yang menggabungkan

unsur sensorik didalamnya untuk memberikan gambaran beberapa

bagian cerita. Sensory story mengandung tema yang beragam disesuaikan

dengan aktivitas sensorik yang akan dilakukan. Penelitian Jati et al. (2012)

menggunakan sensory story berupa aktivitas memotong kuku disertai

dengan kegiatan membacakan cerita. Hasil penelitian menunjukkan


bahwa terdapat pengaruh sensory story terhadap penurunan temper

tantrum pada anak autis. Selain itu, sensory story juga dapat memberikan

pengaruh pada proses kognitif anak autis dikarenakan halaman sensory

story disertai dengan visualisasi yang dapat menggambarkan cerita

sehingga anak autis dapat memahami dan menunjukkan kemampuannya

untuk terlibat pada aktivitas memotong kuku. Pemberian sensory story

juga disertai dengan gerakan sensorik yang bertujuan untuk membuat

anak autis lebih rileks.

Pendekatan fisiologis yang ketiga adalah brain gym oleh Sulistyo,

M., et al. (2017). Senam otak atau brain gym dapat digunakan untuk

menstimulasi perkembangan otak anak autis terutama pada aspek

koordinasi otak kanan-kiri, konsentrasi, dan perhatian anak autis.

Pemberian brain gym pada anak autis dilakukan dalam 4 tahap, yaitu

positive, active, clear, dan energetic (PACE). Proses PACE tersebut terdiri

dari 4 kegiatan sederhana, yaitu kegiatan air, brain button, homolateral, dan

relax hook. Hubungan antara individu dan kegiatan brain gym ini

memberikan keadaan anak autis lebih rileks dan menyenangkan sehingga

menurunkan perilaku temper tantrum, disertai peningkatan kemampuan

berbicara dan menghafal (Sulistyo, M., et al., 2017).

Pendekatan fisiologis yang keempat adalah dengan permainan bola

oleh Sopandi (2013). Permainan bola pada anak autis dimaksudkan untuk

membantu anak untuk belajar, mengembangkan koordinasi mata kaki dan

lengan, kontak mata dengan bola, dan melatih kemampuan motorik.

Penelitian yang dilakukan oleh Sopandi (2013) menggunakan permainan

bola sebagai intervensi untuk menurunkan temper tantrum anak autis.

Penelitian eksperimen dengan metode single subject research dilakukan dan


permainan bola yang dilakukan adalah berupa melempar dan menendang

bola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temper tantrum pada anak

autis sebelum dan setelah dilakukan intervensi mengalami perubahan

signifikan.

Pendekatan fisiologis berikutnya adalah dengan berenang oleh

Saleh, et al. (2019). Berenang merupakan salah satu aktivitas fisik yang

dapat membantu individu autis dalam mengelola temper tantrum dengan

meningkatnya kombinasi sensorik, koordinasi tubuh, perkembangan

keterampilan sosial. Penurunan temper tantrum pada anak autis setelah

melakukan berenang dikarenakan air yang mengelilingi anak akan

menurunkan depresi dan kecemasan yang selanjutnya akan

meningkatkan relaksasi pada anak autis. Namun, setiap anak autis

memiliki waktu yang berbeda untuk dapat beradaptasi di dalam air.

Penelitian yang dilakukan Mohd Saleh et al. (2019) mengenai intervensi

temper tantrum menggunakan kegiatan berenang membuktikan bahwa

pada 25 anak autis yang tergabung pada suatu klub renang menunjukkan

penurunan perilaku temper tantrum minimal 6 menit selama 45 menit

latihan renang setelah mengikuti intervensi. Selain dapat menurunkan

perilaku temper tantrum pada anak autis, berenang juga dapat

memberikan manfaat fisiologi lainnya seperti kemampuan koordinasi dan

gerakan tubuh, serta meningkatkan kesehatan kardiovaskular.

Selain empat pendekatan fisiologis diatas, terdapat bentuk

pendekatan lain yaitu pendekatan kognitif. Terdapat dua pendekatan

kognitif yang ditemukan efektif dalam menangani temper tantrum pada

anak autis yaitu token ekonomi dan social stories. Pendekatan kognitif

pertama adalah dengan token ekonomi yang dilakukan oleh Yaseen &
Tahar (2018). Token ekonomi merupakan salah satu bentuk modifikasi

perilaku dalam mengatasi masalah perilaku di kalangan pendidikan

khusus. Penggunaan token ekonomi merupakan sumber motivasi bagi

anak untuk dapat terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh

guru. Perilaku positif yang ditunjukkan anak akan dibalas dengan token

oleh guru, dimana token tersebut akan dikonversi menjadi hadiah atau

layanan berdasarkan nilai hadiah yang ditetapkan. Hal ini akan menjadi

motivator sehingga perubahan perilaku positif selama pembelajaran dan

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif.

Pendekatan kognitif kedua adalah dengan social stories seperti

penelitian yang dilakukan oleh Sha’arani & Tahar (2017). Social story

merupakan deskripsi singkat tentang situasi, peristiwa, atau aktivitas

tertentu, yang mencakup informasi spesifik tentang apa yang diharapkan

dalam situasi itu dan mengapa. Penelitian ini membuktikan bahwa Social

story efektif dalam mengurangi periode perilaku tantrum pada siswa

autis. Hal ini ditunjukkan dengan frekuensi dan durasi perilaku tantrum

yang semakin berkurang sejak intervensi pertama dilakukan. Teknik ini

terdiri dari tiga langkah yaitu, (1) membaca cerita, (2) pemahaman dan (3)

bermain peran.

Pendekatan penanganan temper tantrum pada anak autis selain

dengan pendekatan fisiologis dan kognitif juga terdapat pendekatan

lainnya yang didapatkan efektif yaitu pendekatan interaksi, khususnya

dengan hewan. Pendekatan ini dilakukan dengan melibatkan animal

assisted (Koukourikos, et al., 2019). Penelitian dengan pendekatan ini di

Indonsia dilakukan oleh Rizky & Ardianingsih (2021). Animal assisted

atau pendampingan menggunakan hewan dimaksudkan untuk


membentuk interaksi antara hewan dan anak autis sebagai sarana media

terapi. Penggunaan hewan dalam terapi terlihat sebagai sosok yang tidak

menghakimi atau non-judgemental dan lebih sedikit terlihat tidak

membahayakan. Hewan yang biasanya digunakan untuk terapi adalah

kuda, anjing, dan lumba-lumba. Penelitian mengenai terapi animal assisted

ini sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dan memberikan

hasil yang serupa yaitu, terapi animal assisted pada anak autis memberikan

hasil yang positif. Artinya terapi animal assisted pada anak autis

memberikan keuntungan baik secara fisiologi, psikologis, dan perilaku

salah satunya adalah perilaku temper tantrum. Terapi animal assisted

terbukti dapat meningkatkan pengendalian emosi pada anak autis dan

meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak autis. Ketika anak autis

memiliki pengendalian emosi yang baik, maka hal itu akan berpengaruh

pada pengendalian perilaku temper tantrumnya. Hal tersebut

menjelaskan bahwa terapi animal assisted ini dapat mengurangi perilaku

temper tantrum pada anak autis.

Bentuk pendekatan keempat selain pendekatan fisiologis, kognitif,

interaksi yang terbukti efektif dalam pengelolaan temper tantrum pada

anak autis adalah pendekatan spiritual yaitu dengan terapi audio murottal

seperti penelitian yang dilakukan oleh Azzahid, et al. (2022). Pelaksanaan

treatment murottal Al Quran dilaksanakan setelah melakukan pembiasaan

pagi (wudhu dan dhuha). Audio murottal ini terbukti mampu

memberikan efek positif dengan memberikan ketenangan dan suasana

atau mood yang baik untuk anak.

Berbagai pendekatan penanganan temper tantrum pada anak autis

masih terus dikembangkan hingga sekarang untuk menemukan


pendekatan yang paling efektif dan meminimalkan keterbatasan yang

ada. Seperti halnya pada pendekatan fisiologis yang lebih sesuai dan

cocok untuk diterapkan pada anak autis tanpa disfungsi sensorik pada

bagian tactilenya di mana pendekatan ini kurang sesuai untuk diterapkan

pada anak autis dengan disfungsi sensorik pada bagian tactilenya.

Apabila tetap diterapkan pada anak autis yang memiliki disfungsi

sensorik pada bagian tactilenya terlebih lagi pada saat mengalami tantrum

justru tantrum dari anak akan semakin bertambah kuat karena anak akan

merasa lebih terganggu. Kemudian pada pendekatan kognitif yang

diperlukan lebih banyak variasi cara atau metode namun tetap

memerhatikan bahwa anak autis tersebut memiliki karakteristik dimana

anak seperti memiliki dunianya sendiri. Kemampuan kognitif tiap anak

berbeda-beda terlebih lagi pada anak autis karena beberapa karakteristik

yang dimilikinya, maka pada pendekatan kognitif ini harus lebih bisa

memperhatikan atau memahami bagaimana kemampuan dari anak

tersebut. Yang ketiga dengan pendekatan interaksi dimana responsibilitas

terhadap emosi pada anak autis biasanya kurang baik, mereka juga

kurang mampu dalam mengekspresikan emosinya atau bisa dikatakan

ekspresinya lebih sering hanya datar. Dalam hal responsibilitas anak autis

juga bisa digolongkan menjadi dua yaitu hipersensitivitas dan

hiposensitivitas terhadap sensorik tertentu oleh karena model pendekatan

interaksi ini cukup beresiko apabila diterapkan pada anak autis

mengingat hal-hal seperti diatas, berupa kecemasan tertentu seperti

ketakutan atau fobia pada anak autis lebih beresiko dua kali lipat dari

anak pada umunya. Dan yang terakhir pada pendekatan spiritual dimana

setiap manusia memiliki keyakinan dan kepercayaan mereka masing-


masing, sehingga pada pendekatan spiritual ini yang digunakan dalam

artikel ini tidak bisa digunakan oleh orang tua anak autis yang memiliki

keyakinan dan kepercayaan berbeda.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Temper tantrum yang terjadi pada anak autis memerlukan

penanganan dan perhatian khusus apabila dibandingkan dengan anak

biasa. Intervensi terhadap temper tantrum anak autis dapat dilakukan

dengan melalui 4 pendekatan, yakni pendekatan fisiologis, kognitif, sosial,

dan spiritual. Pendekatan fisiologis diperoleh melalui physical touch,

sensory story, brain gym, permainan bola, dan berenang. Melalui

pendekatan ini anak akan diarahkan untuk memperoleh ketenangan dan

rasa rileks melalui sentuhan, aktivitas fisik, dan permainan yang

memerlukan gerakan dan koordinasi tubuh. Pendekatan kognitif

berhubungan dengan token ekonomi dan social stories, yang akan

meningkatkan motivasi anak untuk terlibat dalam kegiatan yang dapat

mengalihkan dari temper tantrum. Selanjutnya, pendekatan interaksi

dicontohkan dengan animal assisted yang mengarahkan kedekatan anak

dengan hewan sebagai sarana media terapi. Pendekatan terakhir pada

intervensi ini adalah spiritual, yakni dengan pemberian murottal yang

memberikan ketenangan dan menciptakan suasana baik untuk anak.

Melalui keempat pendekatan tersebut, diharapkan orang tua, pengasuh,

guru, terapis, atau orang-orang terdekat dari anak dapat memilih

pendekatan mana yang paling tepat digunakan untuk setiap kasus yang

ada. Meski demikian, karena dalam penulisan artikel ini dilakukan

dengan metode literature review, penulis terbatas melakukan pengamatan

dan pembuktian secara langsung terkait hasil-hasil penelitian yang ada.


SARAN
Untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan intervensi

penanganan temper tantrum pada anak autis dengan cara memodifikasi

dan memadukan berbagai pendekatan tersebut. Misalnya

menggabungkan pendekatan fisiologis dengan spiritual, atau

mengembangkan model interaksi sosial dengan orang-orang terdekat di

sekitar anak.

Selain dengan memodifikasi dan memadukan berbagai pendekatan

penanganan, saran untuk penelitian selanjutnya adalah bisa lebih

memperhatikan dan mengkategorikan tipe autis pada anak. Sebagai

contoh pada pendekatan fisiologis, tipe apa saja yang efektif bisa

diberikan dengan pendekatan tersebut dan juga dengan pendekatan

lainnya. Hal tersebut penting karena penggunaan pendekatan

penanganan tidak akan efektif jika hanya dilakukan pada waktu yang

tepat dengan cara yang tepat, namun juga diberikan pada anak yang

tepat.

REFERENSI
Alawiyah, I. & Salsabila, (2021). The Effectiveness of Physical Touch for

Tantrum Treatment on Autistics Child. Jurnal Hawa, 3(2), 74-84.

Azzahid, A., Muliadi, M., & Rismanto, F., (2022). Terapi Audio Murotal Al

Qur’an terhadap Emosi Anak Autis (Studi Kasus SD Plus Al-Ghifari).

Jurnal Riset Agama, 2(1), 147-161.

Che Mud, Salmihah, Fariza Md Sham, and Manisah Mohd Ali. 2021.

Kaedah Pengawalan Tingkah Laku Bagi Anak Mengalami Autisme.

Al-Irsyad: Journal of Islamic and Contemporary Issues, 6(2), 733–744.


Faizah, N., 2018. Terapi istighfar untuk mengatasi seorang remaja yang

suka marah kepada orang tua di Kelurahan Morokrembangan

Surabaya. Skripsi. UIN Sunan Ampel. Surabaya.

Fitriana, F., & Lanavia, S. (2019). Pengaruh Strategi Penanganan Anak

Temper Tantrum Melalui Terapi Permainan Puzzle. Jurnal Ilmiah

Keperawatan Sai Betik, 14(2), 236-239.

Jati, S. N., Widyorini, E., & Roswita, Y. (2012). Efek sensory story terhadap

penurunan perilaku temper tantrum pada anak autis dengan

kesulitan modulasi sensorik. Prediksi: Kajian Ilmiah Psikologi, 1(2), 234-

238.

Koukourikos, K., Georgopoulou, A., Kourkouta, L., & Tsaloglidou, A.

(2019). Benefits of animal assisted therapy in mental health.

International journal of caring sciences, 12(3), 1898-1905.

Kurniawan, A. S., Supraptiningsih, E., & Hamdan, S. R. (2018).

Pengasuhan Pada Anak Autis: Telaah Pada Ibu Dengan Anak Autis

Parenting On Autism Children: A Study Of Mothers With Autism

Children. Prosiding Nasional Psikologi, 2.

Lestari, W. A., & Putri, C. E. (2021). Pengelolaan Perilaku Tantrum Oleh

Ibu Terhadap Anak Usia 12-48 Bulan. Proyeksi, 16(1), 208–219.

Matson, J. L., & Kozlowski, A. M. (2011). The increasing prevalence of

autism spectrum disorders. Research in Autism Spectrum Disorders, 5(1),

418-425.

Mohd Saleh, M., Abd Hamid, S. F., Abd Razak, F. A., Sabadri, S. N. S., &

Mohd Rafi, N. N. N. (2019). The effect of swimming in meltdown

reaction among children with autism. Malaysian Journal of Sport Science

and Recreation, 15(2), 12-19.


Rizky, S. R., & Ardianingsih, F. (2021). Animal Assisted Therapy Untuk

Mengendalikan Perilaku Tantrum Anak Dengan Spektrum Autis.

Jurnal Pendidikan Khusus, 16(2).

Sari, F. A., (2019). Gambaran Perilaku Temper Tantrum Pada Anak Autis

di Slb-B dan Autis TPA Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas

Jember. Jember.

Sha'arani, N. B., & Tahar, M. M. (2017). Tantrum Behavior Modification for

Autistic Students at Secondary School Using Social Stories Technique.

Journal of ICSAR, 1(2), 140-144.

Sopandi, A. A. (2013). Upaya Mengurangi Tantrum Melalui Bermain Bola

Bagi Anak Autis Di Slb Fan Redha Padang. Jurnal Penelitian Pendidikan

Khusus, 2(2).

Sulistyo, M., et al. (2017). Decreasing Tantrum of Child with Autism Using

Brain Gym. European Journal of Special Education Research. 2(2): 61–72.

Syafri, H. P. & Iswari, M., (2021). Peran orang tua terhadap penanganan

perilaku anak autis X di SMK 4 Padang. Jurnal Penelitian Pendidikan

Kebutuhan Khusus, 9(2), 55-61.

Yaseen, M. K. M., & Tahar, M. M. (2018). The Use of Economy Token to

Reduce Tantrum Among Autistic Students. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan Luar Biasa, 5(1), 20-25.

Anda mungkin juga menyukai