Anda di halaman 1dari 10

EKOLOGI PEMERINTAHAN

RESUME BUKU
PENGANTAR EKOLOGI PEMERINTAHAN

SADU WASISTIONO

OLEH

NAMA : ANGELA MARITA PUTRI


NPP : 30.0227
KELAS : H-1
ABSEN : 5 ( LIMA )

PRAKTIK PERPOLISIAN & TATA PAMONG


FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
(IPDN)
2021
RESUME BUKU
PENGANTAR EKOLOGI PEMERINTAHAN
SADU WASISTIONO

PUSTAKA UTAMA

1. UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

2. Pengantar Ekologi Pemerintahan Edisi Revisi (Sws);

3. Kybernologi Jilid 1,2 (Taliziduhu Ndraha);

4. Kebudayaan, Mentalitet Dan Pembangunan (Kunt Joroningrat);

5. Dinamic Governance, Embedding Culture, Capabilities And Change In Siungapura; World


Scientific Singapore 2007 (Boon Sionbg Neo Dan Geraldine Chen);

6. Why Nation Fail, The Origins Of Power, Prosperity, And Proverty, (Daronacemoglu Dan James A
Robinson).

7. Dll

PUSTAKA: PENDUKUNG

1. UUD 1945

2. UU No 32 Thn 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

3. UU No, 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

4. UU Nol 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara

I. POLITIK DAN PEMERINTAHAN MEMPENGARUHI ARAH DAN TUJUAN NEGARA

A. Latar Belakang Ekologi yang Memperkaya Perkembangan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan
B. Asal Usul dan Sudut Pandang Kajian Ekologi Pemerintahan
C. Definisi dan Ruang Lingkup Ekologi Pemerintahan
D. Dimensi-Dimensi yang Mempengaruhi Ekologi Pemerintahan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Tujuan

Pemerintahan adalah sesuatu sistem yang dinamis, dikategorikan dlm socio cultural system. Sebagai
sistem yang dinamis, selain dian alisis komponen-komponen pembentuk sistemnya, perlu pula
dipelajari interaksinya dengan lingkungannya (invironment), baik lingkungan internal maupun
eksternalnya. Dinamika yang terjadi dalam sistem pemerintahan justru seringkali disebabkan adanya
inteaksi dengan lingkungannya. Perubahan lingkungan terjadi dengan cepat dan sulit di prediksi
terutama diera teknologi komunikasi dan informatika sekarang

Contoh kasusnya, yakni:

 Lengsernya Soeharto (1997-1998); Zine Al- Abidine (presiden tunisia: 17-12- 2010); Hosni
Mubarak di mesir (25-1-2011); merupakan contoh kongkrit mengenai dinamika lingkungan
eksternal dari sistem pemeriontahan yang berpengaruh secara langsung terhadap sistem
pemeringtahan yang sedang berjalan.
 Lingkungan eksternal telah mendorong disusunnya sistem pemerintahan yang baru. (bisa jadi
sangat berbeda secara signifikan dengan sistem pemerintahan yang lama.
 Revolusi bunga melati (jasmine revolution) dimulai dari tunisia, menjadi pemicu gerakan yang
sama di yaman, aljazair, libya, bahrain, iran dll.
 Hal tersebut bisa juga terjadi apabila pemerintahan sebagai sebuah sistem tidak memperhatikan
dinamika perubahan yang terjadi dilingkungan internal maupun lingkungan eksternal.

Contoh kasus lainnya:

 Dimasa pemerintahan presiden sby terjadi ketegangan dengan tokoh2 agama, menunjukkan
adanya ketidak pekaan sistem pemerintahan terhadap lingkungan eksternalnya.
 Presiden berbicara dalam konteks makro, tokoh agama berbicara dalam konteks mikro nya.
 pem: indonesia tahun 2010 ekonominya tumbuh 6, 1%. (sebuah kenyataan).
 Toga: berbicara dalam bahasa mikro: masih banyak masyarakat yang miskin (ini juga kenyataan),
sebab ratio gini di indonesia memang masih tinggi.
 Erani Yustika menyatakan angka ratio gini thn 2010 sebesar: 0,333.
 Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar: 0,357 tetapi masih lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 1999 sebesar: 0.311.
(NEGATIF) 1 0 (POSITIF) RATIO GINI
0,311 (1999) 0,357 (2009) 0,333 (2010)
 Artinya, pemerataan pendapatan di indonesia masih bergerak turun naik. Tetapi perbedaan
jarak kesenjangan tahun 1999 lebih sempit dibandingkan dengan dengan kondisi tahun 2010.
 Perbedaan cara pandang yang tidak dikomunikasikan dengan baik seperti digambarkan di atas
menimbulkan SILANG SENGKETA DIANTARA PEMANGKU KEPENTINGAN BANGSA.
INDEKS KEGAGALAN NEGARA menurut foreign policy, ada 12 indikator, yaitu:
1) DEMIGRAPHIC PRESSURE (tekanan demigrafis);
2) REFUGEES/IDP'S (pengungsi/pengungsi);
3) GROUP GRIEVANCE (pengaduan kelompok);
4) HUMAN FLIGHT (pelarian manusia);
5) UNEVEN DEVELOPMENT (pembangunan yang tidak merata);
6) ECONOMIC DECLINE (kemerosotan ekonomi);
7) DELEGITIMIZATION OF THE STATE (delegitimasi negara);
8) PUBLIC SERVICES (pelayanan publik);
9) HUMAN RIGHTS (hak asasi manusia);
10) SECURITY APPARATUS (aparat keamanan);
11) FACTIONALIZED ELITEES (elit terfraksionalisasi);
12) EXTERNAL INTERVENTION (FOREIGN POLICY) (Intervensi eksternal/kebijakan luar
negeri).

Indeks kegagalan negara tersebut menggambarkan bahwa sebuah negara masih menghadapi berbagai
masalah penting yang dapat mengancam eksestensi negara. Argumentasi yang disampaikan ke publik
adalah kinerja pemerintah untuk mengatasi masalah yang ada, bukan membantah mengenai adanya
masalah, yang justru menimbulkan antisipasi masyarakat karena secara terang-terangan pemerintah
melakukan kebohongan publik (biasanya yang disampaikan adalah berbagai keberhasilan dengan
menyembunyikan berbagai kekurangan atau kegagalan. Hal tersebut dibaca sebagai kebohongan
publik.
Fenomena ini tidak terlepas dari dinamika internal di dalam sistem pemerintahan yang masih
diwarnai oleh hubungan atasan dengan bawahan memakai pola patron-klien (atau raja dengan hamba
sahaya), dan keinginan mencari muka kepada atasan krn keterbatasan kemampuan bawahan di sisi
lainnya. Kesetiaan dan penmghambaan yang berlebnihan dijadikan satu2nya modal agar dapat tetap
berada dalam siklus lingkaran elite pemerintahan yang sedang berkuasa.
BAB II
ASAL-USUL RUANG LINGKUP
EKOLOGI PEMERINTAHAN
2.1 Asal-Usul dan Sudut Pandang Kajian Ekologi Pemerintahan

a. Ekologi

Secara etimologis, ekologi atau ilmu tentang lingkungan hidup, tumbuh, dan berkembang dari biologi
yg menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan
sekitarnya, termasuk kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Di dalam ilmu biologi dikenal adanya seleksi alamiah (natural selectian); makhluk hidup yg dapat
bertahan terhadap perubahan lingkungan hanyalah mereka yg sehat dan mampu beradaptasi
(dikembanmgkan teori tsbx lebih lanjut oleh Charles Darwin.

DARI TEORI SELEKSI ALAMIAH (NATURAL SELECTIAN); BERKEMBANG TEORI


RANTAI MAKANAN (CHAIN OF FOOD): hewan yang kecil dan lemah akan menjadi makanan
hewan yang lebih besar dan kuat; dan seterusnya sampai pada hewan yang lebih cerdas memangsa
hewan yang lebih rendah tingkat Intelektualitasnya. Manusia adalah "hewan" yang paling cerdas dan
cenderung memakan semua yg dapat dimakan. Manusia "zoon politikon" = hewan yang berpolitik,

Dalam "Wikipedia", sejarah lahirnya studi ekologi modern dikembangkan sejak abad ke 17 oleh
Antoni Van Leewenhoek dan Richard Bradley, (Perintis), termasuk Alexander Von Humbolt yang
juga mengembangkan pemikiran mengenai ekologi sebagai bagian dari ilmu biologi. Selanjutnya
berkembang memasuki bidang-bidang lainnya, salah satunya adalah dalam bidang ilmu sosial.

Ilmu Pemerintahan sebagai bagian dari ilmu sosial mengadiopsi: konsep, teori, paradigma maupun
hukum yang berkembang dalam ilmu ekologi, dengan asumsi bahwa pemerintahan sebagai sebuah
system pada dasarnya adalah sebuah organisme hidup (living organism) yang lahir, hidup,
berkembang dan ada kemungkinan akan mati atau digantikan oleh system yang lainnya berdasarkan
asumsi tersebut maka lahirlah ekologi pemerintahan.

Otto Soemarwoto, mengatakan bahwa: "Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan
lingkungan hidupnya disebut ekologi." permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah
permasalahan ekologi". Ekoligi berinteraksi pula dengan bidang-bidang lainnya, sehingga
memunculkan ekologi pembangunan, ekologi pariwisata, serta bidang2 lainnya menggambarkan
adanya interaksi dengan lingkungan hidupnya.

Hawken juga mengingatkan bahwa dunia perdagangan tidak boleh egois hanya memikirkan
pertumbuhan dan keuntungan semata-mata, tetapi perlu juga memikirkan kelestarian alam semesta
yang menjadi sumber kehidupan.

Study ekologi pemerintahan adalah studi ilmiah yg memadukan antatra kajian ekologi dengan ilmu
pemerintahan dengan tiga sudut pandang, yaitu :
I. Sudut pandang ekologi

II. Sudut pandang ilmu pemerintahan

III. Sudut pandang elektik

Beberapa hal penting yang biasa digunakan dalam kajian ekologi:

a) Memandang objek sebagai sebuah ekosistem. Artinya sebuah ekosistem memiliki sebuah
lingkungan strategis tersendiri serta berinteraksi dengan lingkungannya.

b) Penggunaan paradigma antroposentrik. Berarti melihat manusia merupakan entitas yang


terpenting dan menjadi faktor utama dalam alam semesta.

c) Penggunaan pendekatan holistik. Artinya, aktivitas pemerintahan bukanlah aktivitas individual


melainkan aktivitas bersama sehingga dalam menjalankannya perlu memerhatikan unsur-unsur
lainnya secara komprehensif dan berkelanjutan.

d) Adanya mekanisme yang berfungsi memelihara sistem dalam keadaan seimbang dinamis.
Artinya, setiap aksi yang dilakukan oleh pemerintah akan menimbulkan reaksi (Wasistiono 2013,
13-14).

Dari hal penting di atas, kita dapat melihat ekologi melalui tiga sudut pandang. Pertama, melalui
sudut pandang ekologi, yang hampir sama dengan sudut pandang politik, yakni mencoba menuangkan
buah pikirannya pada bidang lain dengan menggunakan alat analisis yang berasal dari kajian ekologi.
Selain itu, ekologi juga melihat mekanisme yang selalu terpelihara dalam keadaan seimbang dinamis.
Kedua, sudut pandang ilmu pemerintahan merupakan salah satu wujud bangunan keilmuan dari ilmu
Pemerintahan, selain sosiologi pemerintahan, psikologi pemerintahan, manajemen pemerintahan dan
sebagainya. Teori, prinsip, konsep studi ekologi dipinjam untuk menjelaskan gejala dan peristiwa
pemerintahan. Ketiga, sudut pandang eklektik. Sudut pandang ini berpendapat bahwa kajian ekologi
pemerintahan merupakan interface antara kajian ekologi dengan ilmu pemerintahan, artinya ekologi
dengan ilmu pemerintahan masing-masing berkedudukan sejajar, tidak dalam arti ilmu yang satu
lebih besar dari ilmu yang lain (Wasistiono 2013, 15-17).

Dari penjelasan di atas, dapat digambarkan bahwa antara kajian ekologi dengan ilmu pemerintahan
itulah yang disebut dengan ekologi pemerintahan. Tidak bisa mengesampingkan salah satu maupun
banyak unsur yang terkandung di dalamnya. Dapat ditarik definisi utama disini bahwa ekologi
pemerintahan adalah studi ilmiah mengenai hubungan timbal balik antara pemerintah sebagai
organisme hidup dengan lingkungan sekitamya, baik lingkungan internal maupun lingkungan
ekstemalnya, dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang benar mengenai komponen yang
terlibat, prosesnya, serta dampaknya bagi kehidupan umat manusia (Wasistiono 2013, 20).

b. Ilmu Pemerintahan

Pemerintah adalah lembaga negara yg diberi kewenangan utk melindungi, melayani, memfasilitasi
kepentingan negara dan publik.
Ilmu pemerintahan adalah ilmu yg mempelajari gejala dan peristiwa pemerintahan dalam konteks
kewenangan dan pelayanan publik (sws). Sebagai lembaga yg hidup dan berkembang, pemerintah
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dlm konteks itulah kajian ekologi pemerintahan dapat
digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, memverifikasi gejala dan peristiwa yg berkaitan dgn
hubungan timbal balik antara pemerintah dengan lingkungan sekitarnya.

Ilmu pemerintahan, ilmu yang mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi kebutuhan dan
tuntutan tiap orang akan jasa publik dan layanan civil, dalam hubungan pemerintahan, (sehingga
dapat diterima) pada saat dibutuhkan oleh yang bersangkutan. Bidang kajian ilmu pemerintahan
adalah kewenangan, yaotu kekuasaan yg sah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu..

Pandangan holistik dalam memahami gejala dan peristiwa pemerintahan sebagai aktivitas bersama
bulan aktivitas individual, sehingga dalam menjalankannya perlu memperhatikan unsur-unsur lainnya
secara komprehensif dan berkelanjutan. Sikap egoisme sektoral ataupun fanatisme
regional/kedaerahan menunjukkan bahwa mereka tidak memahami ekologi pemerintahan.

Cara pandang holistik ini juga berarti bahwa semua kebijakan yg dibuat oleh pemerintah perlu
dipikirkan dampaknya secara menyeluruh (kebijakan dibidang politik akan berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung. Ke bidang ekonomi, sosial budaya dll. Utk itu perlu pengkajian
secara menyeluruh melalui cara pandang holistik setiap kebijakan yang akan diambil.

Prinsip lainnya dalam memandang gejala pemerintahan dari sudut pandang ekologi adalah adanya
mekanisme yang selalu menjaga/memelihara sistem dalam keadaan seimbang dinamis, artinya: setiap
aksi yg dilakukan oleh pemerintah akan menimbulkan reaksi. Reaksi yg berlebihan dari kelompok
sasaran kebijakan pemerintah karena tdk diperhitungkan dengan cermat, dapat menimbulkan
kerusakan sistem pemerintahan (tumbangnya pemerintahan). Gejolak semacam ini akan
menimbulkan titik keseimbangan baru, baik secara alami (lmabat) maupun direkayasa (lebih cepat).
Comtoh: tumbangnya orde baru

2.2 Definisi dan Ruang Lingkup Ekologi Pemerintahan

Setelah sebelumnya telah dipahami tentang pengertian awal dari ekologi pemerintahan, kali ini akan
dijelaskan mengenai definisi dan ruang lingkup dari ekologi pemerintahan. Ekologi pemerintahan
muncul karena adanya gejala dan peristiwa pemerintahan yang silih berganti dan dinamis selama
bertahun-tahun. Tidak hanya itu, suatu negara dinilai kinerja pemerintahannya kemudian
mendapatkan pandangan yang lebih jika dibandingkan dengan negara lain.

Aspek-aspek yang menentukan apakah negara tersebut masuk ke dalam negara gagal atau tidak
sangat banyak, salah satunya adalah dari segi keramahan terhadap lingkungannya. Lingkungan, atau
dalam konteks ini ekologi, adalah ilmu tentang lingkungan hidup, tumbuh dan berkembang yang
menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya,
termasuk kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Wasistiono 2013, 9).

Ekologi yang dimaksudkan di atas adalah pengertian secara biologi yang selama ini dimengerti oleh
para peneliti. Sedangkan pengertian dari pemerintahan adalah sebuah organisme hidup yang lahir,
mati, berkembang dan dapat mati serta dapat dibentuk (Wasistiono 2013, 12). ilmu pemerintahan
adalah ilmu yang memepelajari hubungan antara lembaga tertinggi dan tinggi negara dengan
masyarakatnya dalam rangka menjalankan kewenangan untuk melayani public (Wasistiono 2013, 13).
Pengertian pemerintah dan ilmu pemerintahan tersebut sangat berkaitan dengan ekologi sebagai ilmu
lanjutan. Antara pemerintah dengan ekologi mencakupi banyak bidang yang tidak dapat dilepaskan
atau berdiri sendiri.

Kajian ekologi pemerintahan dapat digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan,memvrifikasi


gejala dan peristiwa yang berkaitan dengan hubungan timbal balik antara pemerintah
dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa hal penting yang mengenaikajian ekologi yaitu :

a. Memandang objek sebagai sebuah ekosistem;


Cara pandang ini dilihat sebagai sebuah ekositem yang memiliki sebuah lingkungan strategis
tersendiri serta berinteraksi dengan lingkungannya

b.Penggunaan paradigma antroposentrik;


Menggunakan cara pandang ini maka pemerintah akan menjadi pusat perhatian dan faktor utama dari
kegiatan berbangsa dan bernegara.

c.Penggunaan pendekatan holistik:


Pendekatan holistik merupakan cara pandang dimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan
memikirkan dampaknya secara menyeluruh.

d.Adanya mekanisme yang berfungsi memelihara sistem dalam keadaan seimbang dinamis:
reaksi yang berlebihan dari kelompok sasaran kebijakan pemerintah yang tidak diperhitungkan
dengan cermat, dapat menyebabkan rusaknya sistem pemerintahan dan tumbangnya pemerintahan.
Reformasi di Indonesia tahun 1997 merupakan contoh konkret munculnya ketidakseimbangan
system pemerintahan yang mengakibatkan jatuhnya rezim orde baru.

Kajian tentang ekologi politik sangat dekat dengan ekologi pemerintahan, menurut Robbins banyak
sekali pemahaman para ahli mengenai defenisi ekologi politik. Ada yang memberi tekanan pada
ekonomi politik, lembaga lembaga politik tergantung sudut pandang yang digunakan salah satu
defenisi ekologi politik menurut para ahli yaitu menurut Greenberg & Park (1994)” A synthesis
of “political economy, with its insistence on the need to link the distribution of power with productive
activity and ecological analysis, with itsbroader vision of bioenvironmental relationship”

Ruang lingkup kajian ekologi pemerintahan meliputi:

1) Dialektika antara pegawai pemerintah dengan pemerintah, subsistem pemerintahan dengan sistem
pemerintahan,masyarakat dengan penyelenggara pemerintahan
2) Distribusi kewenangan dikaitkan dengan analisis ekologi
3) Studi saling ketergantungan antara unit"unit pemerintahan dengan lingkungannya
4) Mempelajari keberadaan dan pengaruh “pemerintahan bayangan” terhadap entitas pemerintahan
yang formal.

Dengan memahami kondisi suatu masyarakat, bangsa, dan negara kita dapat menyusun dan
mengembangkan suatu system administrasi Negara yang cocok dengan kondisi masyarakat, bangsa,
dan negara yang bersangkutan. Kajian ekologi pemerintahan
dikategorikan sebagai sebuah pendekatan (approach). Ada enam pendekatan dalam mempelajari
administrasi publik, yakni :

1. Behavioural approach

2. System approach

3. ecological approach

4. Structural approach

5. Functional approach

6. Public choice approach

7. Contingency approach

Ilmu pemerintahan sebagai bagian dari ilmu sosial kemudian mengadopsi konsep, teori, paradigma
maupun hukum yang berkembang dalam ilmu ekologi, dengan asumsi bahwa pemerintahan sebagai
sebuah sistem pada dasarnya sebuah organisme hidup yang lahir, hidup, berkembang dan
kemungkinan akan mati atau digantikan oleh sistem lainnya (Wasistiono 2013, 11). Sudah jelas disini
bahwa ekologi dan pemerintahan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara, sehingga ilmu tentang ekologi pemerintahan ini sangat baik untuk dikembangkan.
Namun kita tidak dapat menafsirkan aspek-aspek yang terkandung dalam ekologi pemerintahan
secara personal. Terdapat beberapa sudut pandang yang mendukung teori, paradigma, maupun
pendekatan dan konsep dari ekologi pemerintahan.

Definisi di atas memaparkan ada lingkungan internal dan lingkungan ekstemal. Lingkungan internal
yang dimaksud mencakup visi dan misi organisasi, budaya organisasi, organisasi bayangan, hubungan
dengan subsistem dan subsistem di bawahnya, sedangkan lingkungan ekstemal adalah semua kondisi,
entitas, kejadian, dan faktor yang berada di sekitar organisasi yang memengaruhi aktivitas dan
pilihan-pilihannya, termasuk di Indonesia ialah ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, agama,
pertahanan dan keamanan (Wasistiono 2013, 22). Masih ada lagi definisi-definisi tentang ekologi
politik dengan tekanan-tekanan tertentu. Pendapat Cockburn & Ridgeway menekankan pada
degradasi dari ketidakaturan korporat dan negara dalam kota dan desa, sedangkan Blaikie &
Brookfield menekankan pada perubahan lingkungan lokal dan regional dalam bidang pilihan
produksi, dan Greenberg & Park yang mensintesiskan hubungan antara kelompok manusia dilihat
dari kompleksitas politik bio-kulturalnya serta penulis-penulis lainnya (Wasistiono 2013, 25).

Begitu banyaknya penulis yang menjabarkan tentang definisi ekologi politik semakin melebarkan
ruang lingkup khususnya. Namun diantara sekian banyak tersebut, dapat digariskan sebagai berikut:

 Dialektika antara pegawai pemerintah dengan pemerintah sebagai sebuah sistem

 Dialektika antara subsistem dan sub-subsistem pemerintahan dengan sistem pemerintahan

 Dialektika antara masyarakat dengan penyelenggara pemerintahan


 Distribusi kewenangan dikaitkan dengan analisis ekologikal

 Pertemuan antara pengaruh akar-akar ilmu sosial yang bersifat ekologikal dengan prinsip-prinsip
pemerintahan

 Studi saling ketergantungan antara unit-unit pemerintahan dengan lingkungannya menyangkut


dampak pemerintahan akibat perubahan lingkungan

 Mempelajari lingkaran pemerintahan yang mendorong masyarakat pada suatu tindakan yang
menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan

 Mempelajari keberadaan dan pengaruh "pemerintahan bayangan" terhadap entitas pemerintahan


yang formal (Wasistiono 2013, 27).

Tidak hanya ekologi politik, tetapi juga ekologi administrasi negara turut berkembang. Ekologi
administrasi negara dapat mengetahui ciri-ciri sistem administrasi negara dari suatu masyarakat
tertentu dan selanjutnya dapat dipahami masyarakat, bangsa dan negara tersebut telah tumbuh dan
berkembang.

Sebagaimana pandangan Wiggs dalam Pamudji (dalam Wasistiono 2013, 29), mempelajari ekologi
administrasi negara di Amerika Serikat menggunakan model keseimbangan yang meliputi dasar-dasar
ekonomi, struktur-struktur sosial, jaringan komunikasi, pola-pola ideologis dan sistem politik, yang
dapat dijadikan standar atau contoh dalam mengembangkan ekologi administrasi negara di bumi
pertiwi.

Dapat ditarik kesimpulan disini bahwa ekologi pemerintahan mencakup banyak ruang lingkup,
dimensi, teori, konsep, sudut pandang dan hal-hal penting lainnya. Perlu untuk memahami seluruh
komponen yang ada dalam ekologi pemerintahan sebelum menerjunkan langsung untuk pengaturan
kepada masyarakat dan memperbaiki bangsa ini.

DAFTAR PUSTAKA

Wasistiono, Sadu. 2013. Pengantar Ekologi Pemerintahan (Edisi Revisi).


Jatinangor : IPDN Press.

Anda mungkin juga menyukai