Anda di halaman 1dari 2

Nama : Salsalina Karina Br Tarigan

NIM : 11000119120097

Mata Kuliah : Hukum Islam

H.perwarisan islam : siapa yang berhak mendapat waris dan seberapa besar. Pewaris
berhak menentukan siapa ahli warisnya. Pewaris tidak dapat menentukan siapa yg
menjadi ahli warisnya (berlaku jika org islam yg mati, menggunakan h.perdata barat,
membuat surat waris ke notaris, maka ini dapat dituntut dan digugat ke pengadilan
agama.). mempunyai asas yang memaksa (itchbari) : semua waris ditetapkan oleh
hukum bukan ahli waris.

Lembaga hukum waris :

1. waris (faroit), setelah seseorg mati, dan memiliki harta waris,

2. wasiat, bisa dilakukan sebelum seseorang itu mati. Tetapi pelaksanaannya setelah org
pewasiat itu mati. Pernyataan wasiat. Biasanya dilakukan kepada org yg diluar ahli waris
dan ahli waris, asalkan semuanya setuju. Tidak boleh lebih dari sepertiga dibanding yg
lain, kecuali para ahli waris menyetujuinya. Wasiat tidak bisa diwariskan. Berbeda dgn
wasiat perdata barat : surat wasiat, yg menunjukkan siapa yg menjadi ahli waris. Tetapi
disini wasiat yang sudah diberikan sebelum mati, namun dilaksanakan setelah org itu
mati (pemindahan hak wasiat). (yg paling sering dilakuakn).

Anak angkat tdk mendapat waris, karena tdk mempunyai dasar u mewaris. Tetapi
kemudian, dlm kenyataan sosialnya srg menjadi anak yg merawat ortu angkatnya, maka
kemudian oleh MA ditetapkan adanya wasiat wajibah, anak angkat itu bsa mendapatkan
wasiat wajibah, wasiat wajibah : wasiat, ditetapkan oleh hukum yg diberikan kepada
org” diluar ahli waris (anak angkat) dan tdk boleh lbh dari sepertiga.

3. hibah, pemindahan hak kepemilikan, dilaksanakan seketika itu juga (pada saat org itu
mengibahkan harta warisannya kepada org lain). Harta disini dalam skala harta yang
cukup besar, cthnys rmh, mobil, dll. Ketika org itu mati, ahli warisnya bisa menuntut,
dlm kasus hartanya lebih dari sepertiga, atau tidak disetujui oleh ahli waris pada saat
pemberiannya,( dituntuk ke pengadilan).

Ketiganya berkaitan dengan pemindahan harta peninggalan orang mati (tirkah). Ketika
terjadi sebuah peristiwa kematian, dan ada harta waris, pewaris, dbs, ketiga hukum trsbt
perlu di perhatikan.

Fungsi :

Satu”nya hukum yg perinciannya dlm alquran adalah hukum waris, h waris di dlm hukum
islam tdk dapat ditawar” (misalnya anak lk dpt 2 anak pr dpt 1). Hukumnya tdk dapat
dirubah, meskipun pelaksanaannya bisa berubah, misalnya saya ada saudara lk 2, aturan
pembagiannya : 2 ditambah 2 ditambah 1, 2 pd sdr laki dan pr 1 bagian. Seluruh harta
akan dibagi menjadi 5 bagian. (2:1).

Kalau semisal org takut melanggar aturan dlm pembagian waris, akan terjadi
perselisihan, maka bsa dgnakan lembaga wasiat. Kelebihannya : wasiat ini dilaksakan lbh
dahulu sblm dilakukan pembagian waris. Kalau harta habis, pembagian waris tdk ada.
Dilakukan di depan saksi agar dapat menjadi perbuatan hukum, dan memiliki kekuatan,
dan sahnya sebuah wasiat, menyebabkan tdk dapat dituntut karena adanya persetujuan
ahli waris. Kalau a ingin menggugat wasiat, tdk dpt karena sudah ada persetujuan.
Notaris Tdk dpt membuat akta waris apabila tdk disetujui para ahli waris. Apabila terjadi,
maka terjadi cacat.

Kalau trjadi persetujuan ahli waris saat itu ada saksi jg, maka sudah sah, diperbolehkan
apabila disetujui oleh asli waris, wasiat boleh dari sepertiga apabila disetujui oleh ahli
waris, pembagian wasiat ketika pewasiat itu mati.

Hibah : kelemahan, org mati itu sdh tidak punya apa” stlh dia mati. Jrg dilakukan, karena
yg memberi tdk punya apa”.

Lembaga yg srg digunakan oleh indo adalah lembaga wasiat dalam hal waris.
Menyesuaikan dgn keadaan (kondisi sosial).

Pembagian emansipasi (sama rata) tdk dapat dilakukan dlm h. waris islam tdk dapat
dilakukan, karena itu akan merubah h. yg ada didalam alquran. Wasiat dibagikan sblm
org itu mati dan disetujui oleh semua ahli waris. Peran h.waris islam menjadi fleksibel
(tdk kaku, tdk ricit). Waris dilakukan, dan ada salah satu ahli waris dituntut, wasiat tdk
masalah, karena memiliki hukum yg kuat

Apabila wsiat itu dbrkan lbh dari sepertiga

Tugas : cari unsur” perbuatan di pasal 196 KHI

Anda mungkin juga menyukai