Anda di halaman 1dari 17

PERTEMUAN 7

PENGANTAR SOSIOLOGI

Dosen : Karina Jayanti, S.I.Kom., M.Si


Sex & Gender
Pengertian Sex
Seks mengacu pada jenis kelamin (Sunarto, 2000:112,
Macionis, 1989: 314-315) yakni perbedaan bilogis antara
perempuan dan laki-laki; perbedaan antara tubuh perempuan
dan laki-laki. Defenisi konsep seks tersebut menekankan
perbedaan kromosom pada janin. Oleh karena itu kalau kita
berbicara tentang perbedaan jenis kelamin, kita berbicara
tentang manusia (Fakih, 1995:8) yang berjenis laki-laki dan
manusia yang berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin laki-
laki adalah manusia yang memiliki penis, dan memproduksi
sperma. Sedangkan manusia perempuan memiliki alat
reproduksi seperti rahim, dan saluran untuk melahirkan,
memproduksi telur, memiliki alat vagina dan mempunyai alat
menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada
manusia jenis kelamin perempuan dan laki-laki selamanya.
Artinya, secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa tidak bisa
dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia
lelaki dan perempuan. Secara permanen tidak pernah berubah
dan merupakan ketentuan biologi atau sering dikatakan sebagai
ketentuan Tuhan atau kodrat.
Gender
Gender merupakan suatu sifat (Fakih, 1995:8-9) yang
melekat pada kaum lelaki mapun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya
perempuan itu dikenal: lemah lembut, cantik, emosional,
keibuan. Sementara lelaki dianggap: kuat, rasional, jantan,
perkasa. Ada beberapa karakter dari sifat-sifat tersebut
yang dapat dipertukarkan.
pertama, ada lelaki yang emosional, lemah lembut,
keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat,
rasional dan perkasa.
Kedua, perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu dan dari tempat ketempat lain.
Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku
tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki,
tetapi pada jaman yang lain ditempat yang
berbeda lelaki yang lebih kuat.
Ketiga, dari kelas ke kelas masyarakat yang lain juga berbeda.
Pada perempuan kelas bawah di pedesaan pada suku-suku
tertentu lebih kuat dibandingkan kaum lelaki.
Menurut Giddens (Sunarto, 2000:112) konsep gender
menyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara
laki-laki dan perempuan. Macionis (1989:315)
mendefenisikan gender sebagai suatu sifat manusia yang
diikat oleh budaya pada masing-masing jenis kelamin.
Gender dan Ideologi
Patriarkhi
• Ideologi
Ideologi (Jeffries, 1980:339) mengandung tiga elemen yaitu nilai,
norma dan kepercayaan-kepercayaan. Nilai memuat apa yang
diharapkan, diinginkan untuk dicapai, sedangkan norma
mengandung unsur kewajiban yang memaksa seseorang untuk
memenuhi apa yang diinginkan. Norma pada dasarnya bersifat
mengatur. Elemen yang terakhir adalah kepercayaan yang memuat
pandangan-pandangan yang ada dalam masyarakat.
• Patriarchy
Patriarki (Macionis, 1989:317) merupakan suatu bentuk organisasi
sosial yang mana laki-laki mendominasi perempuan.
• Indeologi patriarkhi
Berdasarjan penjelasan dua konsep sebelumnya; ideologi dan
patriarkhi, maka yang dikamsudkan dengan ideologi patriarki adalah
pandangan yang menempatkan laki-laki sebagai superordinat dari
perempuan. Perempuan dalam hal ini bersifat subordinat.
Gender dan
Stratifikasi Sosial
Macionis (1989:328) mendefenisikan stratifikasi gender yaitu
sebagai ketimpangan dalam pembagian kekayaan, kekuasaan dan
privelese antara laki-laki dan perempuan. Menurut Macionis,
ketimpangan ini dijumpai diberbagai bidang; di dunia kerja, dalam
pelaksanaan pekerjaan rumah tangga, dibidang pendidikan, di
dibidang politik, selain itu perempuan lebih cenderung menjadi
korban kekerasan laki-laki dari pada sebaliknya.

Adanya stratifikasi gender (Sunarto, 2000:116) telah mendorong


lahirnya gerakan sosial di kalangan kaum perempuan, yang
bertujuan membela dan memperluas hak-hak kaum perempuan.
Gerakan ini dinamakan fenimisme.
Feminisme
Menurut Giddens (Sunarto, 2000:116), feminisme telah
bermula di Perancis pada abad ke 18 dan kemudin menyebar
ke negara-negara lain dibenua Eropa, Amerika, Afrika dan
Asia.

Macionis (1989:336-337) mengatakan bahwa feminisme


merupakan suatu cara pandang baru dan berbeda mengenai
diri kita sendiri dan masyarakat kita.
Feminisme merubah pola-pola sosial yang konvensional
yang diterima sebagaimana apa adanya oleh masyarakat.
Dalam konteks ini, feminisme merupakan suatu tantangan
baru khususnya terhadap nilai-nilai kekuasaan dan dominasi
maskulinisme terhadap masyarakat yang patriarkhi.
Oleh karena perjuangan feminisme bertujuan untuk
menyamakan kedudukan sosial laki-laki dan perempuan,
maka feminisme sering dianggap mereintegrasi kemanusiaan.
Artinya kemanusiaan laki-laki dan perempuan adalah sama,
dan oleh karena itu sudah seharusnya kesempatan-
kesempatan sosialpun harus sama pada laki-laki dan
perempuan.
Sosialisasi Gender
Sosialisasi peran gender mulai dilakukan
dikeluarga, kelompok-kelompok sebaya,
dilembaga-lembaga pendidikan dan juga
media masa. Institusi dan kelompoks sosial di
atas seringkali memberikan peran sosial yang
berbeda kepada laki-laki dan perempuan.
Perspetif sosiologi
terhadap stratifikasi gender
Perspektif Konflik
Randal Collins (Jeffries, 1980:198) mengatakan bahwa kepemilikan alat
produksi memungkinkan kelas yang satu mengeksploitasi kelas yang
lainnya. Pada umumnya kelas yang berkuasa itu adalah laki-laki. Ini berarti
laki-laki mendominasi wanita berdasarkan kepemilikan alat-alat produksi.
Dalam masyarakat tradisional di mana pemanfaatan teknologi masih
rendah tidak ada pembagian kerja yang signifikan antara laki-laki dengan
wanita, namun tidak demikian halnya menurut Collins dalam masyarakat
modern. Masyarakat modern lebih kompleks dan ekonomi pada umumnya
dikuasai oleh kaum laki-laki. Ekonomi merupakan sumber dari kekuasaan.
Oleh karena perempuan kurang memiliki akses terhadap ekonomi secara
signifikant, maka kontrol laki-laki terhadap perempuan tidak dapat
dihindari lagi. Perempuan dalam hal ini tidak memiliki kekuasaan.
Perspektif Fungsional

Stratifikasi seksual merupakan sesuatu yang


seharusnya bagi organisasi keluarga dan integrasi
masyarakat yang lebih luas. Pembedaan antara
laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan
sebagai isteri rumahan menyumbang kohesi
sosial, kemurnian peran, dan penyelesaian tugas-
tugas penting kemasyarakatan. Perspektif ini lebih
jauh mengemukakan bahwa keluarga merupakan
suatu institusi vital penting yang menyumbang
integrasi sosial karena perannya memelihara
anak, mempertahankan kelangsungan hidup dan
sosialisasi kepada anak-anak.
Ketidakadilan gender

Pembedaan gender pada dasarnya (Fakih,1995: 11-20)


tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan
ketidakadilan gender. Namun persoalan nyata,
pembedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak
adilan.
Ketidakadilan itu nampak dalam marginalisasi peran
perempuan dalam berbagai sektor kehidupan;
pendidikan, politik, ekonomi dan sosial. Disribusi
kekuasaan, presites dan hak-hak istimewa dalam
masyarakat tidak seimbang. Ketidakadilan yang lain
nampak dalam subordinasi perempuan.
Perempuan dianggap sebagai kelas bawah dan
suaranya tidak dapa diperhitungkan, di sini ada
stereotipe. Dan yang lebih buruk lagi adalah kekerasan
yang cenderung di alami oleh perempuan, pada hal
perempuan memikul beban ganda dan keluarga.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai