A4.5-01/S00000/2023-S9
REVISI*KE*- √ 0 1 2 3 4
PERTAMINA
HSSE POLICY, STANDARD & RISK MANAGEMENT SYSTEM
HSSE HOLDING
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ...........................................................................................................................85
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Proses PDCA (Plan-Do-Check-Act) SUPREME ............................ 3
Gambar 2. Elemen PSAIMS dalam siklus PDCA SUPREME ..................................... 5
Gambar 3. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Holding ........................................... 82
Gambar 4. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Sub-holding .................................... 82
Gambar 5. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Anak Perusahaan/Unit Operasi/Cucu
Perusahaan .............................................................................................................. 83
Gambar 6. Process Safety Indicator Pyramid ........................................................... 97
Gambar 7. Alur penentuan SECE........................................................................... 107
Gambar 8. Pengelolaan SECE dan Pencapaian KPI SECE ................................... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Proses SUPREME dan Elemen-elemen PSAIMS ........................................ 6
Tabel 2. Penjelasan Leading dan Lagging Indicators Tier ........................................ 98
Tabel 3. Contoh Lagging and Leading KPI ............................................................... 98
i
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 1 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
BAB I
UMUM
A. TUJUAN
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi Holding, Sub-holding,
Anak Perusahan/Cucu Perusahaan, Regional, Unit Operasi, dan mitra kerja dalam
mengelola risiko keselamatan proses dan pengolaan integritas peralatan operasi
yang kritikal (berdampak terhadap safety dan environmental yang kritikal),
sehingga dapat menjamin aspek keselamatan proses, integritas aset, dan
keberlangsungan bisnis Perusahaan.
B. RUANG LINGKUP
Pedoman ini diberlakukan sebagai acuan dalam pengelolaan PSAIMS di tingkat
Holding, Sub-holding, Anak Perusahan/Cucu Perusahaan, Regional, Unit
Operasi, dan mitra kerja pada semua jenis kegiatan operasi minyak dan gas bumi,
panas bumi, serta pembangkit di lingkungan Perusahaan. Pemberlakuan
pengelolaan PSAIMS mencakup namun tidak terbatas pada kegiatan upstream,
refinery, marketing, gas, shipping, geothermal, power, dan proyek yang dapat
disesuaikan dengan persyaratan PSAIMS yang dibutuhkan untuk memitigasi
bahaya dan risiko kecelakaan besar (major accident hazard and major risk) yang
dapat terjadi pada kegiatan operasional masing-masing.
BAB II
KEBIJAKAN
A. KEBIJAKAN UMUM
SUPREME telah mengatur ekspektasi untuk pengelolaan terhadap Major Risk dan
Major Accident Hazard yang dapat terjadi dalam kegiatan operasional Pertamina
sebagai dasar untuk pengembangan terhadap Sistem Pengelolaan Keselamatan
Proses dan Integritas Aset (Process Safety & Asset Integrity Management System/
PSAIMS). Process Safety & Asset Integrity Management System (PSAIMS)
disusun sebagai turunan implementasi ekspektasi SUPREME dan pengembangan
PSAIMS dilakukan mengikuti pendekatan kerangka 8 Proses SUPREME.
1. Merencanakan (Plan)
Merencanakan bertujuan untuk menyediakan perencanaan yang mencukupi
berupa kebijakan, sistem, program, dan resources yang dibutuhkan untuk
mendukung/sebagai dasar dalam penerapan PSAIMS sesuai persyaratan
yang berlaku. Pada Proses SUPREME, tahapan Merencanakan mencakup
Proses 1 Kepemimpinan dan Akuntabilitas; Proses 2 Kebijakan dan
Pemenuhan; Proses 3 Organisasi, Tanggung Jawab, Sumber Daya, dan
Informasi Terdokumentasi; Proses 4 Manajemen Risiko – Sistem Manajemen
Risiko dan Penilaian Risiko; dan Proses 5 Perencanaan dan Prosedur.
2. Mengimplementasikan (Do)
Mengimplementasikan bertujuan untuk melaksanakan perencanaan yang
telah disusun dan ditetapkan untuk mengelola Process Safety & Asset Integrity
secara efektif. Pada Proses SUPREME, tahapan mengimplementasikan
mencakup Proses 4 Manajemen Risiko – Pengendalian Risiko dan Proses 6
Implementasi dan Pengendalian Operasional.
3. Memeriksa (Check)
Memeriksa bertujuan untuk memastikan implementasi Process Safety & Asset
Integrity Management System (PSAIMS) telah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan dengan melakukan pemantauan, pengukuran, evaluasi, dan
melakukan analisis hasilnya untuk mengetahui efektivitas implementasi
PSAIMS (baik kesesuaian maupun penyimpangan yang terjadi). Pada Proses
SUPREME, tahapan memeriksa mencakup proses 4 manajemen risiko –
pemantauan risiko dan Proses 7 Jaminan: Pemantauan, Pengukuran, dan
Audit.
4. Menindaklanjuti (Action)
Menindaklanjuti bertujuan untuk melakukan perbaikan atas penyimpangan/
ketidaksesuaian pengelolaan PSAIMS yang terjadi sehingga dapat dilakukan
perbaikan secara berkesinambungan. Pada Proses SUPREME, tahapan
menindaklanjuti mencakup Proses 4 Manajemen Risiko – Pemantauan Risiko
dan Proses 8 Tinjauan.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
Penekanan Process Safety & Asset Integrity Management System (PSAIMS)
merupakan sistem yang mengintegrasikan pengelolaan Process Safety
Management (PSM) dan Asset Integrity Management System (AIMS) untuk
mencegah pelepasan bahan berbahaya atau energi yang tidak direncanakan yang
dapat menyebabkan kecelakaan skala besar (Major Accident). Pelepasan bahan
berbahaya atau energi tersebut dapat disebabkan oleh kegagalan integritas aset
sehingga mampu menyebabkan efek toksik, kebakaran atau ledakan, dan pada
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 5 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
Process Safety and Asset Integrity Management System yang diatur dalam
Pedoman ini merujuk kepada berbagai standar internasional dan best practice
Process Safety Management dan Asset Integrity Management System yang telah
diterapkan di Unit Bisnis Pertamina Group yang telah leading implementasinya.
Referensi tersebut diidentifikasi, dievaluasi, kemudian ditetapkan Elemen
PSAIMS Pertamina selanjutnya diintegrasikan ke dalam framework 8 Proses
SUPREME dan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang dapat dilihat pada
gambar 2.
PSAIMS merupakan bagian yang terintegrasi dalam Facility Life Cycle (Siklus
Hidup dari Fasilitas Proses) secara keseluruhan mulai dari tahapan inisiasi project,
pelaksanaan project, commissioning, pengoperasian fasilitas, pemeliharaan
sampai dengan abandonment. Implementasi PSAIMS pada tahapan pengelolaan
proyek dijelaskan secara lebih rinci pada Lampiran 3 yang menjelaskan tentang
penerapan PSAIMS pada tahapan Project Planning (Perencanaan Proyek) dan
PSAIMS Project Execution (Pelaksanaan Proyek). Melalui integrasi PSAIMS
dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, diharapkan proyek dapat
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 7 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
yang dihadapi dalam penerapan PSAIMS serta rekomendasi yang efektif untuk
perbaikan implementasi PSAIMS. Dengan demikian, penerapan PSAIMS
diharapkan mampu mengelola bahaya/risiko keselamatan proses untuk
mencegah terjadinya Major Accident pada kegiatan operasional Pertamina dan
menjaga keberlangsungan bisnis Pertamina secara keseluruhan.
tersebut harus tersedia dalam bentuk soft file atau hard copy
sehingga dapat digunakan untuk memastikan compliance-nya.
i) Training yang diperlukan untuk pekerja yang terkait dengan kegiatan
startup dan operation telah dilaksanakan.
j) Regulasi dan perizinan yang terkait dengan kegiatan operasional
sudah dipenuhi.
f. Operational Readiness/ Pre-Startup Safety Review harus
mempertimbangkan temuan dan rekomendasi hasil Operational
Readiness/ Pre-Startup Safety Review sebelumnya sebagai bahan
improvement.
g. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Operational Readiness/ Pre-
Startup Safety Review serta melakukan tindak lanjut perbaikannya
secara berkelanjutan.
• Survivability.
• Interdependency/Interaction.
Performance Standard tersebut perlu dilengkapi dengan referensi
standar yang diacu, langkah-langkah untuk mencapai standar
tersebut, dan menjelaskan pihak-pihak yang bertanggung jawab
untuk memenuhi setiap kriteria performa yang ditetapkan.
Pengertian dan penjelasan dari poin a – c dapat dilihat pada
Performance Standard SECE di Lampiran 1 – Pengertian.
g) Melakukan analisis asset integrity untuk peralatan kritikal dan SECE
yang mencakup:
• Analisis keandalan dari peralatan SECE.
o Mengetahui mode kegagalan yang dapat terjadi (kegagalan
spesifik atau sistemik) guna menentukan metode/rencana
perawatan yang paling tepat.
o Mengetahui mode dan konsekuensi kegagalan (misalnya
melalui metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA))
yang dapat terjadi sebagai dasar untuk kebutuhan
inspeksi/pengujian; menyempurnakan strategi, efisiensi, dan
efektivitas maintenance; guna mencegah kejadian process
safety incident serta meningkatkan keandalan aset.
o Mengetahui risiko yang berhubungan dengan aset untuk
menentukan tindakan yang dibutuhkan dengan mengutamakan
tindakan proaktif (proactive maintenance) daripada korektif
(corrective maintenance) atau tanpa pemeliharaan (run to
failure).
• Analisis penggantian peralatan secara berkala untuk mendapatkan
interval penggantian yang optimum.
o Riwayat peralatan.
o Usia peralatan.
o Komponen biaya yang ditimbulkan selama lifetime; dan
o Ketersediaan dukungan dari vendor.
• Analisis terhadap tingkat ketersediaan bahan habis pakai maupun
spare part/suku cadang SECE untuk mencapai tingkat pelayanan
yang dipersyaratkan (Required Customer Service Level
(CSL)/Service Level Agreement (SLA)).
h) Menyediakan Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam Sistem
Pengelolaan Asset Integrity terhadap peralatan yang dikategorikan
SECE sehingga dapat memenuhi kebutuhan terkait jumlah,
kompetensi, dan pelatihan yang sesuai. Perubahan personel yang
terkait dengan pengelolaan process safety dan asset integrity harus
memenuhi persyaratan minimum yang diatur dalam Proses 5
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 45 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
Tujuan dari Elemen Sistem Cara Kerja Aman (Safe Work Practices) antara
lain sebagai berikut.
a. Memastikan semua pekerjaan (khususnya di area proses) dilakukan
penilaian risiko dengan mempertimbangkan ruang lingkup pekerjaan,
potensi bahaya/major accident hazard, interaksi dengan pekerjaan
lainnya (simultaneous operations, SIMOPS), pengendalian (control &
mitigation) untuk semua risiko yang ada, disetujui serta ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang, dikomunikasikan, dan dilaksanakan di
lapangan.
b. Memastikan adanya kriteria pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan
SIKA (Sistem Izin Kerja Aman)/PTW (Permit to Work) maupun tidak.
SIKA/PTW harus disiapkan untuk pekerjaan yang memerlukan izin
kerja.
c. Memastikan seluruh pekerjaan dilakukan oleh pekerja yang terlatih,
kompeten, sesuai otorisasi, dan pertanggungjawaban yang jelas.
Persyaratan dari Elemen Sistem Cara Kerja Aman antara lain sebagai
berikut.
a. Menyusun dan menetapkan STK tentang Cara Kerja Aman yang
memuat antara lain:
a) Analisis Risiko (hazard identification dan risk assessment) dan
rencana mitigasi dari Pekerjaan.
b) Kriteria pekerjaan-pekerjaan di area proses yang memerlukan izin
kerja maupun tidak.
c) Jenis-jenis izin kerja pekerjaan non-rutin (izin kerja induk dan
pendukung) mengacu kepada Pertamina Standar PS-S-008-440-
2021 CLSR Elemen 3 – Permit to Work dan atau perubahannya.
d) Penetapan pemilik dan penanggung jawab keselamatan operasi
sebagai dasar untuk menetapkan pejabat otorisasi SIKA.
e) Pengaturan mengenai organisasi proses izin kerja yang
menetapkan tanggung jawab yang jelas antara pelaksana
pekerjaan (Performing Authority) dan Pihak Pemberi Izin (SC, AA,
AAA).
f) Persyaratan kompetensi pejabat otorisasi Sistem Izin Kerja untuk
pengusulan, review, dan persetujuan izin kerja.
g) Dokumentasi saling merujuk sehingga mudah ditelusuri (sebagai
contoh, dalam SIKA merujuk dengan jelas nomor P&ID, nomor
prosedur cara kerja aman, nomor JSA, nomor drawing, dll. yang
digunakan).
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 57 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
• Reorder Point untuk item yang memiliki minimum stok lebih dari
0 (nol);
• Penentuan volume pembelian tertentu untuk memperoleh harga
terbaik berdasarkan analisis cost-benefit.
• Pertimbangan lead time pengadaan untuk setiap barang yang
kritis (terhitung sejak order sampai dengan barang diterima di
gudang).
c) Memastikan terdapat bukti evaluasi manajemen material serta tindak
lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.
k. Mengelola deviasi terhadap peralatan yang dikategorikan SECE
melalui:
a) Mengidentifikasi deviasi terkait aspek asset integrity dapat diketahui
dari kegiatan: inspeksi peralatan, plant patrol/surveillance,
pemeliharaan, testing, operasi, konstruksi, audit, dll.
b) Melakukan evaluasi/risk assessment yang melibatkan pihak-pihak
terkait dan kompeten (subject matter expert) terhadap deviasi
peralatan dan memberikan rekomendasi (untuk diputuskan/disahkan
oleh pejabat yang berwenang) apakah peralatan tersebut dapat tetap
dioperasikan atau harus diperbaiki terlebih dahulu. Apabila dapat
tetap dioperasikan, perlu persetujuan terhadap hasil risk assessment
yang menyatakan “dapat diterima” oleh pejabat yang berwenang
serta mitigasi yang disyaratkan telah dilaksanakan. Seluruh kegiatan
proses pengelolaan deviasi di atas harus didokumentasikan untuk
keperluan pengendalian dan assurance berikutnya.
c) Menentukan hierarki pejabat yang berwenang untuk memberikan
persetujuan adanya deviasi (jenis, tingkat risiko, dan jangka waktu
deviasi).
d) Mengkomunikasikan deviasi dan mitigasinya serta status deviasi
yang terjadi kepada pihak yang terkait. Pelaksanaan komunikasi
tersebut perlu dilakukan melalui antara lain: shift handover, visual
control, meeting, log book di control room, dll. sehingga informasi
deviasi tersebut telah diketahui dan dipahami. Deviasi yang terjadi
harus dicatat dan diregistrasi sebagai daftar deviasi yang sedang
berlangsung di operasi.
e) Melakukan pengawasan, monitoring, pelaporan rutin terhadap daftar
deviasi, kondisi deviasi, pelaksanaan mitigasinya, dan status
penyelesaian perbaikan melalui meeting operasi.
l. Pengendalian deviasi yang dilakukan melalui temporary
repair/temporary installation dilakukan dengan mempertimbangkan
seluruh faktor berikut:
a) Keamanan: harus aman untuk digunakan dan tidak membahayakan
pekerja atau pengguna.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 66 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
Tujuan dari Implementasi Cara Kerja Aman antara lain sebagai berikut.
a. Memastikan semua pekerjaan, baik yang mensyaratkan SIKA (Surat
Izin Kerja Aman)/PTW (Permit to Work) maupun tidak, dilakukan
berdasarkan prosedur. Pekerjaan yang mensyaratkan adanya izin kerja
harus memiliki SIKA sebelum pekerjaan dimulai.
b. Memastikan seluruh pekerjaan dilakukan dan diawasi oleh pekerja
yang terlatih; kompeten; serta sesuai peran, tugas, dan tanggung
jawabnya.
c. Memastikan telah dilakukan tindakan pencegahan/pengendalian
bahaya selama pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai.
d. Memastikan semua lokasi kerja ditinggalkan dalam keadaan aman
pada saat pekerjaan dihentikan sementara/ditunda atau selesai.
Tujuan dari Elemen Belajar dari Kejadian (Learning from Events) antara
lain sebagai berikut.
a. Memastikan insiden keselamatan proses telah dilaporkan, dicatat,
diinvestigasi, dan ditindaklanjuti untuk mencegah kejadian terulang
kembali.
b. Memastikan tersedianya database dari seluruh insiden keselamatan
proses yang terjadi, dilakukan analisis trending insiden untuk
menentukan area perbaikan dan melaksanakan tindakan pengendalian
serta monitoring tindak lanjut rekomendasi investigasi.
c. Memastikan Sistem Belajar dari Kejadian telah dilaksanakan secara
konsisten berdasarkan hasil investigasi dan analisis/evaluasi data
statistik insiden serta berdasarkan best practices implementasi
PSAIMS.
Persyaratan dari Elemen Belajar dari Kejadian antara lain sebagai berikut.
a. Menyusun dan menetapkan STK mengenai belajar dari kejadian terkait
keselamatan proses. Sistem Learning from Event (LFE) dilakukan
terhadap:
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 73 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
3) Audit
Audit PSAIMS merupakan metode untuk memastikan PSAIMS telah
dilaksanakan secara mencukupi, sesuai, dan efektif, berdasarkan kriteria
dan persyaratan implementasi PSAIMS yang berlaku. Audit PSAIMS
mengedepankan upaya-upaya untuk memastikan pengelolaan risiko
terhadap fasilitas proses telah dilaksanakan sesuai lingkup persyaratan
PSAIMS yang diatur dalam protokol audit PSAIMS yang berlaku di
Pertamina.
Untuk memastikan semua rekomendasi dan rencana tindak lanjut yang harus
dilakukan terkait implementasi Proses 7 - Jaminan: Pemantauan, Pengukuran,
dan Audit, maka Holding, Sub Holding, Anak Perusahaan, Cucu Perusahaan,
Regional, Zona, dan Unit Operasi perlu mengembangkan action tracking
system, sehingga semua rekomendasi dan action tersebut dapat dikelola serta
diselesaikan secara tepat waktu, efektif, dan efisien.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 77 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
8. PROSES 8 - TINJAUAN
Tinjauan merupakan wujud dari praktik kepemimpinan dan komitmen
pemimpin terhadap implementasi PSAIMS serta partisipasi Manajemen dalam
mengimplementasikan dan mengembangkan PSAIMS.
BAB III
TUGAS, KEWENANGAN, DAN TANGGUNG JAWAB
2. Fungsi Pengembang
Fungsi pengembangan adalah Fungsi yang mengembangkan PSAIMS, dalam
hal ini pengembangan Sistem Process Safety Management (PSM) dilakukan
oleh fungsi HSSE di setiap tingkatan organisasi (Holding, Sub-holding,
Regional, dan Anak Perusahaan/Unit Operasi) sedangkan pengembangan
Asset Integrity Management System (AIMS) dilakukan oleh Direktorat
Integrated Logistic & Infrastructure untuk Tingkat Holding dan/ atau
perubahannya dan fungsi Reliability/ Fungsi lain yang relevan di di tingkat Sub-
holding, Regional, dan Anak Perusahaan, Cucu Perusahaan dan Unit Operasi.
Tugas, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi pengembangan sebagai
berikut.
1) Memastikan tersedianya proses bisnis terkait PSAIMS dalam organisasi
Unit Bisnisnya.
2) Melakukan komunikasi dengan Fungsi/Departement yang relevan terkait
implementasi PSAIMS.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 80 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)
5. Fungsi Penjamin
Fungsi penjamin adalah Fungsi yang melakukan pengukuran penerapan
operasional PSAIMS. Sistem Process Safety Management (PSM) dilakukan
oleh Fungsi HSSE di setiap tingkatan organisasi (Holding, Sub-holding,
Regional, dan Anak Perusahaan/Unit Operasi/Zona/Cucu Perusahaan)
sedangkan penjaminan Asset Integrity Management System (AIMS) dilakukan
oleh HSSE untuk Tingkat Holding dan/atau perubahannya dan Fungsi yang
menangani Integritas fasilitas operasi di tingkat Sub-holding, Regional, dan
Anak Perusahaan/Unit Operasi. Tugas, kewenangan dan tanggung jawab
fungsi penjamin adalah sebagai berikut.
1) Melaksanakan monitoring dan evaluasi penerapan PSAIMS.
2) Memfasilitasi pelaksanaan audit PSAIMS dan melakukan monitoring
pemenuhan rekomendasi hasil audit yang telah dilaksanakan
3) Merekomendasikan rencana strategis penerapan PSAIMS kepada
penanggung jawab sistem, pengelola sistem dan fungsi pengelola
proses/elemen.
4) Melaporkan kinerja penerapan PSAIMS di Unit Bisnisnya kepada fungsi
assurance di tingkat organisasi di atasnya.
5) Merekomendasikan perbaikan berkelanjutan kepada fungsi
pengembangan dan fungsi organisasi PSAIMS yang relevan.
BAB IV
KETENTUAN LAIN - LAIN
LAMPIRAN
Lampiran 1 – Pengertian
Lampiran 2 – Referensi
Lampiran 3 – Kebijakan PSAIMS dalam Pengelolaan Project
Lampiran 4 – Process Safety Metric
Lampiran 5 – Penjelasan PHA
Lampiran 6 – Proses Penentuan SECE
48. Process Safety Management – adalah proaktif identifikasi, evaluasi dan mitigasi
atau pencegahan terhadap lepasnya bahan-bahan kimia yang bisa terjadi sebagai
akibat dari kegagalan dalam proses, prosedur atau peralatan (OSHA 3133).
49. Process Safety Metrics – adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja
keselamatan proses pada fasilitas proses.
50. Process Hazard Analysis (PHA) – adalah pendekatan sistematis yang
dipergunakan untuk menilai potensi bahaya terkait dengan operasi proses.
51. Program – Uraian tentang sarana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
dan sasaran.
52. Program Pengurangan Risiko Berkelanjutan (Continuous Risk Reduction)
dengan tujuannya adalah mempertahankan keselamatan produksi pada lapisan
perlindungan dan memperbaiki keseluruhan status terakhir risiko dengan kriteria
standar risiko migas serta menentukan proses Manajemen Risiko.
53. Pejabat Berwenang - pejabat yang memiliki Kode Bagian Organisasi (KBO) yang
berwenang dalam hal Pengelolaan Arsip.
54. Performance Standar SECE
1) Functionality dapat didefinisikan sebagai fungsi apa yang wajib dipenuhi oleh
SECE merujuk kepada intensi desain.
2) Availability (ketersediaan) dapat didefinisikan sebagai kemampuan sebuah
item agar dapat berada pada kondisi bekerja sesuai yang disyaratkan pada
kondisi tertentu dan pada kurun waktu tertentu dengan asumsi sumber daya
eksternal tersedia. Ketersediaan mempunyai beberapa klasifikasi dengan arti
dan cara perhitungan yang berbeda. Klasifikasi dari ketersediaan secara
umum tergantung dari kurun waktu yang dipertimbangkan dan jenis downtime
yang dipergunakan dalam perhitungan.
3) Survivability dapat didefinisikan sebagai suatu persyaratan daya tahan yang
dibutuhkan dari suatu SECE dalam keadaan darurat untuk mempertahankan
keandalan SECE dalam keadaan tersebut.
4) Reliability dapat didefinisikan sebagai bentuk kekerapan atau kemungkinan
keberhasilan.
5) Interdependency.
55. Risk Management Plan (RMP) adalah rencana pengelolaan risiko yang
digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai risiko HSSE, serta
prinsip-prinsip desain yang diusulkan untuk mengendalikan bahaya dan
mengelola risiko proyek pada level yang dapat diterima.
56. RAM1 (Risk Assessment Matrix) – Lihat Matriks Penilaian Risiko.
57. RAM2 (Reliability, Availability, Maintainability) Functionality, Survivability,
58. RASCI (Responsible, Accountable, Support, Consult, Informed) –
1) Simbol “R” diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai penanggung
jawab utama (Responsible).
2) Simbol “A“ diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai penentu
keputusan (Agree/Accountable).
3) Simbol “S“ diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai penunjang
(Support).
4) Simbol “C“ diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai konsultan
(Consult).
5) Simbol “I“ diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai pihak yang
diberi/ pemberi informasi (Inform).
59. Root Cause Analysis (RCA) – adalah sebuah proses sistematis yang bertujuan
untuk mengidentifikasi akar penyebab dari suatu kejadian atau masalah. RCA
biasanya dilakukan setelah terjadi kecelakaan, insiden, atau masalah lain yang
terkait dengan kinerja atau keamanan aset-aset dalam sebuah organisasi.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
kejadian tersebut terjadi, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan yang tepat
untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
60. Safety Environment Critical Element (SECE) – Bagian dari instalasi, plant,
termasuk perangkat lunak (sistem pengendalian proses) yang apabila gagal
berfungsi ketika sedang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau keadaan
kegagalan dalam pengendalian proses, dapat menyebabkan terjadi bencana
proses (Major Accident Event) yang berpotensi pada kerugian sejumlah korban
fatal, kerusakan lingkungan dan asset termasuk terhentinya bisnis Perusahaan.
1) SECE Functionality Fungsi apa yang wajib dipenuhi oleh SECE merujuk
kepada intensi desain.
2) SECE Availability Proporsi waktu terhadap waktu 1 tahun yang harus tersedia
di tempat dan dapat dioperasikan jika dibutuhkan.
3) SECE Reliability Bentuk kekerapan atau kemungkinan keberhasilan
berfungsinya atau bekerjanya SECE sesuai dengan yang diharapkan ketika
dibutuhkan.
4) SECE Survivability Suatu persyaratan daya tahan yang dibutuhkan dari suatu
SECE dalam keadaan darurat untuk mempertahankan keandalan SECE
dalam keadaan tersebut.
61. Sistem Surat Izin Kerja Aman (SIKA) – Sistem surat izin kerja (Sistem SIKA)
merupakan proses dan dokumen pencatatan formal yang digunakan untuk
mengendalikan pekerjaan yang berisiko termasuk di dalamnya proses komunikasi
antara pelaksana kerja dan penerbit SIKA kerja dalam hal kesepakatan dan
komitmen dalam pengendalian bahaya yang ada pada pekerjaan yang akan
dilakukan.
62. Sistem – kumpulan komponen dalam satu kesatuan yang memiliki tujuan
bersama, yang mana kumpulan komponen tersebut memiliki keteraturan pola
interaksi antar komponen, dengan hierarki dan batasan tertentu serta dapat
beradaptasi dengan lingkungannya yang selalu berubah.
63. Stakeholder/Pihak Berkepentingan – Pihak yang menerima produk atau jasa
organisasi, yang mungkin terpengaruh olehnya, atau pihak-pihak yang mungkin
memiliki kepentingan/perhatian yang signifikan terhadap organisasi.
64. Standard Maintenance Procedure (SMP) – adalah metode yang terdokumentasi
untuk menjalankan suatu pemeliharaan yang spesifik pada proses dan peralatan.
65. Standar Performa/Kinerja (Performance Standard) - (1) TEKNIS: Standar
performa yang secara khusus menetapkan batasan dan target terukur, seperti
‘berapa banyak gas yang boleh dilepaskan ke udara’. Ini sering disebut sebagai
standar teknis dan diterapkan secara luas di bidang keselamatan proses. (2)
MANAJERIAL: Uraian tentang SIAPA, harus melakukan APA, KAPAN dan/atau
SEBERAPA SERING. Ini sering disebut sebagai standar kinerja sistem
manajemen dan diterapkan secara luas dalam sistem manajemen untuk
menentukan persyaratan kerja/tugas/pekerjaan.
66. Strategi - Perumusan rencana strategis yang terintegrasi oleh suatu organisasi
untuk mencapai sasaran/tujuan bisnisnya. Strategi bisnis mengintegrasikan
semua aspek kegiatan produksi organisasi melalui semua tingkatan, yang
termasuk:
1) Menetapkan tujuan atau sasaran,
2) Instruksi strategis,
3) Opsi-opsi pengembangan,
4) Strategi bersaing,
5) Tanggung jawab fungsi.
2) Berbagai variasi process safety metrics yang dibutuhkan untuk memonitor dimensi
dari sistem dan kinerja elemen PSAIMS yang kritikal. Process safety metrics
mengandung ukuran yang dibutuhkan untuk memastikan pencapaian seluruh
kinerja dari PSAIMS. Penetapan process safety metrics yang digunakan dapat
ditinjau kembali berdasarkan masukkan-masukkan atau hasil evaluasi pada saat
pelaksanaan sasaran yang telah ditetapkan.
3) Konsisten dengan kebijakan HSSE Pertamina, kebijakan sustainability Pertamina,
dan/atau kebijakan lainnya tentang pengelolaan PSAIMS;
4) Mempertimbangkan harapan dari pemangku kepentingan (stakeholder) yang
relevan, target operasional, dan keberlangsungan bisnis;
5) Memperhitungkan risiko terkait asset integrity antara lain kinerja/kondisi integritas
aset, strategi/aktivitas pengelolaan asset integrity yang mencakup pemeliharaan
umum (Generic Maintenance Strategy, GMS) dan pemeliharaan terencana
(Planned Maintenance Strategy, PMS);
6) Mempertimbangkan perubahan teknologi dan peralatan/fasilitas proses, akuisisi
atau perubahan status pengelola/kepemilikan dari fasilitas proses tersebut;
7) Sasaran kinerja harus mampu memperkuat pengelolaan PSAIMS; dan
8) Meninjau dan memperbarui sasaran secara berkala untuk memastikan relevansi
dan konsistensinya terhadap strategi PSAIMS serta sebagai bagian dari perbaikan
berkelanjutan;
LAMPIRAN 5 – PENJELASAN PHA
Proses penentuan SECE dapat dilihat pada Gambar 7 Alur Penentuan SECE dan
skema perawatan SECE dan penentuan pencapaian KPI dapat dilihat pada Gambar
8 Pengelolaan SECE dan pencapaian KPI. Bahaya/Major Accident Hazard dianalisis
menggunakan metode bowtie untuk menentukan barrier yang akan diverifikasi
efektivitasnya menggunakan pertanyaan untuk menentukan apakah
elemen/peralatan termasuk SECE atau non-SECE. SECE harus diperiksa
pemenuhan performance standard-nya melalui Inspection, Testing, and Maintenance
yang kemudian akan diverifikasi oleh badan independen yang hasilnya akan menjadi
masukan dalam menentukan pencapaian KPI Asset Integrity SECE.