Anda di halaman 1dari 111

PEDOMAN

PROCESS SAFETY &


ASSET INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

A4.5-01/S00000/2023-S9
REVISI*KE*- √ 0 1 2 3 4

PERTAMINA
HSSE POLICY, STANDARD & RISK MANAGEMENT SYSTEM
HSSE HOLDING
DAFTAR ISI

BAB I UMUM ......................................................................................................................... 1

BAB II KEBIJAKAN ............................................................................................................... 3


A. KEBIJAKAN UMUM ............................................................................................ 3
B. KEBIJAKAN KHUSUS......................................................................................... 4
1. PROSES 1 - KEPEMIMPINAN DAN AKUNTABILITAS ................................ 9
2. PROSES 2 – KEBIJAKAN DAN KEPATUHAN PSAIMS..............................11
3. PROSES 3 – ORGANISASI, TANGGUNG JAWAB, SUMBER DAYA, DAN
INFORMASI TERDOKUMENTASI ..............................................................14
4. PROSES 4 - MANAJEMEN RISIKO ............................................................26
5. PROSES 5 - PERENCANAAN DAN PROSEDUR .......................................33
6. PROSES 6 - IMPLEMENTASI DAN PENGENDALIAN OPERASIONAL .....60
7. PROSES 7 – JAMINAN: PEMANTAUAN, PENGUKURAN, DAN AUDIT ....71
8. PROSES 8 - TINJAUAN ..............................................................................77

BAB III TUGAS, KEWENANGAN, DAN TANGGUNG JAWAB .............................................79


A. TUGAS, KEWENANGAN, DAN TANGGUNG JAWAB .......................................79
1. FUNGSI PENANGGUNG JAWAB ...............................................................79
2. FUNGSI PENGEMBANG ............................................................................79
3. FUNGSI PENGELOLA SISTEM (KOORDINATOR) ....................................80
4. FUNGSI PENGELOLA PROSES/ELEMEN (CHAMPION)...........................80
5. FUNGSI PENJAMIN ....................................................................................81
B. TIPIKAL ORGANISASI PSAIMS ........................................................................81

BAB IV KETENTUAN LAIN - LAIN .......................................................................................84

LAMPIRAN ...........................................................................................................................85
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Proses PDCA (Plan-Do-Check-Act) SUPREME ............................ 3
Gambar 2. Elemen PSAIMS dalam siklus PDCA SUPREME ..................................... 5
Gambar 3. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Holding ........................................... 82
Gambar 4. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Sub-holding .................................... 82
Gambar 5. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Anak Perusahaan/Unit Operasi/Cucu
Perusahaan .............................................................................................................. 83
Gambar 6. Process Safety Indicator Pyramid ........................................................... 97
Gambar 7. Alur penentuan SECE........................................................................... 107
Gambar 8. Pengelolaan SECE dan Pencapaian KPI SECE ................................... 108

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Proses SUPREME dan Elemen-elemen PSAIMS ........................................ 6
Tabel 2. Penjelasan Leading dan Lagging Indicators Tier ........................................ 98
Tabel 3. Contoh Lagging and Leading KPI ............................................................... 98

i
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 1 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

BAB I
UMUM

PT Pertamina berkomitmen untuk selalu melaksanakan kegiatan operasi secara


aman, andal, dan berwawasan lingkungan dengan mengendalikan risiko guna
menjamin aspek kesehatan dan keselamatan kerja, keselamatan proses, keamanan,
lindungan lingkungan, keselamatan aset, reputasi, dan keberlangsungan bisnis.
Dalam kegiatan operasinya, perusahaan mengelola fasilitas proses yang berpotensi
mengakibatkan terjadinya kecelakaan besar (Major accident) yang disebabkan oleh
kegagalan process safety barrier dan terjadinya kebocoran primary containment
material berbahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran atau ledakan,
cedera yang serius, pencemaran lingkungan, dan dampak lain terhadap lingkungan
sosial masyarakat di sekitar kegiatan operasi sehingga dapat mencoreng reputasi
perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengendalikan risiko
keselamatan proses dengan penerapan Process Safety & Asset Integrity Management
System (PSAIMS) pada tahapan pelaksanaan project, operasi, pemeliharaan, dan
pengembangan dan abandonment fasilitas operasi yang dimiliki oleh Pertamina.

A. TUJUAN
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi Holding, Sub-holding,
Anak Perusahan/Cucu Perusahaan, Regional, Unit Operasi, dan mitra kerja dalam
mengelola risiko keselamatan proses dan pengolaan integritas peralatan operasi
yang kritikal (berdampak terhadap safety dan environmental yang kritikal),
sehingga dapat menjamin aspek keselamatan proses, integritas aset, dan
keberlangsungan bisnis Perusahaan.

B. RUANG LINGKUP
Pedoman ini diberlakukan sebagai acuan dalam pengelolaan PSAIMS di tingkat
Holding, Sub-holding, Anak Perusahan/Cucu Perusahaan, Regional, Unit
Operasi, dan mitra kerja pada semua jenis kegiatan operasi minyak dan gas bumi,
panas bumi, serta pembangkit di lingkungan Perusahaan. Pemberlakuan
pengelolaan PSAIMS mencakup namun tidak terbatas pada kegiatan upstream,
refinery, marketing, gas, shipping, geothermal, power, dan proyek yang dapat
disesuaikan dengan persyaratan PSAIMS yang dibutuhkan untuk memitigasi
bahaya dan risiko kecelakaan besar (major accident hazard and major risk) yang
dapat terjadi pada kegiatan operasional masing-masing.

Pedoman ini tidak wajib diikuti oleh Anak Perusahaan/Cucu Perusahaan/Unit


Operasi Pertamina yang tidak termasuk dalam lingkup penerapan tersebut.
Namun demikian, Anak Perusahaan/Cucu Perusahaan/Unit Operasi Pertamina
tersebut dapat mengadopsi best practice yang relevan pada elemen PSAIMS
untuk mendukung pengelolaan integritas asetnya.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 2 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Ruang lingkup pedoman ini secara umum mengatur:


1. Kebijakan perusahaan terkait dengan Process Safety & Asset Integrity
Management System (PSAIMS) sebagai turunan dari SUPREME
(Sustainability PeRtamina Expectations for Management Excellence).
2. Sistem Pengelolaan Keselamatan Proses & Integritas Aset (Process Safety &
Asset Integrity-PSAIMS) berbasis PDCA (Plan-Do-Check-Act) yang mengikuti
framework 8 Proses SUPREME.
3. Persyaratan dalam penerapan elemen-elemen PSAIMS.
4. Penetapan, pelaporan dan pemantauan kinerja pengelolaan PSAIMS.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 3 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

BAB II
KEBIJAKAN

A. KEBIJAKAN UMUM

Pertamina telah mengembangkan HSSE Management System SUPREME


sebagai induk dari Management System aspek Health, Safety, Security, dan
Environmental termasuk juga Process Safety Management dan Asset Integrity
Management System. Kerangka sistem manajemen tersebut dikembangkan
berbasis pada framework 8 Proses SUPREME yang merupakan satu kesatuan
dalam siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) sehingga dapat mempermudah
Pertamina untuk mengembangkan, melaksanakan, dan memastikan efektivitas
pengelolaan sistem tersebut guna mencapai perbaikan yang berkelanjutan
(Continuous Improvement) sesuai persyaratan yang berlaku. Siklus PDCA
tersebut dibagi menjadi 4 (empat) tahapan yang mengelompokkan tiap Proses
SUPREME dalam siklus PDCA sehingga lingkup dan korelasi setiap Proses
SUPREME dapat tergambarkan secara jelas (Gambar 1).

SUPREME telah mengatur ekspektasi untuk pengelolaan terhadap Major Risk dan
Major Accident Hazard yang dapat terjadi dalam kegiatan operasional Pertamina
sebagai dasar untuk pengembangan terhadap Sistem Pengelolaan Keselamatan
Proses dan Integritas Aset (Process Safety & Asset Integrity Management System/
PSAIMS). Process Safety & Asset Integrity Management System (PSAIMS)
disusun sebagai turunan implementasi ekspektasi SUPREME dan pengembangan
PSAIMS dilakukan mengikuti pendekatan kerangka 8 Proses SUPREME.

Gambar 1. Siklus Proses PDCA (Plan-Do-Check-Act) SUPREME


PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 4 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

1. Merencanakan (Plan)
Merencanakan bertujuan untuk menyediakan perencanaan yang mencukupi
berupa kebijakan, sistem, program, dan resources yang dibutuhkan untuk
mendukung/sebagai dasar dalam penerapan PSAIMS sesuai persyaratan
yang berlaku. Pada Proses SUPREME, tahapan Merencanakan mencakup
Proses 1 Kepemimpinan dan Akuntabilitas; Proses 2 Kebijakan dan
Pemenuhan; Proses 3 Organisasi, Tanggung Jawab, Sumber Daya, dan
Informasi Terdokumentasi; Proses 4 Manajemen Risiko – Sistem Manajemen
Risiko dan Penilaian Risiko; dan Proses 5 Perencanaan dan Prosedur.

2. Mengimplementasikan (Do)
Mengimplementasikan bertujuan untuk melaksanakan perencanaan yang
telah disusun dan ditetapkan untuk mengelola Process Safety & Asset Integrity
secara efektif. Pada Proses SUPREME, tahapan mengimplementasikan
mencakup Proses 4 Manajemen Risiko – Pengendalian Risiko dan Proses 6
Implementasi dan Pengendalian Operasional.

3. Memeriksa (Check)
Memeriksa bertujuan untuk memastikan implementasi Process Safety & Asset
Integrity Management System (PSAIMS) telah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan dengan melakukan pemantauan, pengukuran, evaluasi, dan
melakukan analisis hasilnya untuk mengetahui efektivitas implementasi
PSAIMS (baik kesesuaian maupun penyimpangan yang terjadi). Pada Proses
SUPREME, tahapan memeriksa mencakup proses 4 manajemen risiko –
pemantauan risiko dan Proses 7 Jaminan: Pemantauan, Pengukuran, dan
Audit.

4. Menindaklanjuti (Action)
Menindaklanjuti bertujuan untuk melakukan perbaikan atas penyimpangan/
ketidaksesuaian pengelolaan PSAIMS yang terjadi sehingga dapat dilakukan
perbaikan secara berkesinambungan. Pada Proses SUPREME, tahapan
menindaklanjuti mencakup Proses 4 Manajemen Risiko – Pemantauan Risiko
dan Proses 8 Tinjauan.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
Penekanan Process Safety & Asset Integrity Management System (PSAIMS)
merupakan sistem yang mengintegrasikan pengelolaan Process Safety
Management (PSM) dan Asset Integrity Management System (AIMS) untuk
mencegah pelepasan bahan berbahaya atau energi yang tidak direncanakan yang
dapat menyebabkan kecelakaan skala besar (Major Accident). Pelepasan bahan
berbahaya atau energi tersebut dapat disebabkan oleh kegagalan integritas aset
sehingga mampu menyebabkan efek toksik, kebakaran atau ledakan, dan pada
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 5 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

akhirnya dapat mengakibatkan cedera serius, kerusakan properti, kehilangan


produksi, dan dampak lingkungan serta mengganggu keberlangsungan bisnis
Perusahaan.

Penerapan PSAIMS secara konsisten dan menyeluruh dapat mencegah


terjadinya Major Accident, meningkatkan kinerja keselamatan Pertamina,
mendukung pencapaian operational excellence, pengembangan bisnis Pertamina
secara berkelanjutan serta tercapainya performance standard dari fasilitas/
instalasi proses (Functionality, Availability, Reliability, Survivability, dan
Interdependence).

Process Safety and Asset Integrity Management System yang diatur dalam
Pedoman ini merujuk kepada berbagai standar internasional dan best practice
Process Safety Management dan Asset Integrity Management System yang telah
diterapkan di Unit Bisnis Pertamina Group yang telah leading implementasinya.
Referensi tersebut diidentifikasi, dievaluasi, kemudian ditetapkan Elemen
PSAIMS Pertamina selanjutnya diintegrasikan ke dalam framework 8 Proses
SUPREME dan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang dapat dilihat pada
gambar 2.

Gambar 2. Elemen PSAIMS dalam siklus PDCA SUPREME


PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 6 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Terdapat 18 elemen PSAIMS Pertamina yang telah ditetapkan agar mampu


mengelola Major Risk dan Major Accident Hazard sehingga fasilitas proses dapat
dioperasikan secara aman, andal, efisien, berwawasan lingkungan, dan sustain.
Seluruh elemen PSAIM tersebut harus dilaksanakan secara terpadu. Korelasi dan
cascading elemen PSAIM dari 8 Proses SUPREME ditampilkan pada tabel 1.

Tabel 1. Proses SUPREME dan Elemen-elemen PSAIMS


No Proses SUPREME Elemen-elemen PSAIMS
1 Kepemimpinan dan 1. Kepemimpinan dan Akuntabilitas
Akuntabilitas
2 Kebijakan dan Kepatuhan 2. Kebijakan PSAIMS
3. Kepatuhan Terhadap Regulasi, Standar,
Kode, Praktik, dan Lisensi Operasi
3 Organisasi, Tanggung 4. Organisasi, Kompetensi, Informasi
Jawab, Sumber Daya, dan Terdokumentasi, dan Partisipasi Pekerja
Informasi Terdokumentasi 5. Keselamatan Kontraktor
4 Manajemen Risiko 6. Informasi Keselamatan Proses
7. Analisis Bahaya Proses
5 Perencanaan dan Prosedur 8. Prosedur Operasi
9. Kesiapan Operasi
/ Tinjauan
Keselamatan Pra- 10. Integritas Aset
Startup 11. Manajemen
13. Rencana Tanggap Perubahan
12. Cara Kerja Aman
Darurat
6 Implementasi dan 14. Pelaksanaan
Pengendalian Operasional Operasi
7 Jaminan: Pemantauan, 15. Manajemen Kinerja Keselamatan Proses
Pengukuran, dan Audit 16. Belajar dari Kejadian
17. Audit
8 Tinjauan 18. Tinjauan

PSAIMS merupakan bagian yang terintegrasi dalam Facility Life Cycle (Siklus
Hidup dari Fasilitas Proses) secara keseluruhan mulai dari tahapan inisiasi project,
pelaksanaan project, commissioning, pengoperasian fasilitas, pemeliharaan
sampai dengan abandonment. Implementasi PSAIMS pada tahapan pengelolaan
proyek dijelaskan secara lebih rinci pada Lampiran 3 yang menjelaskan tentang
penerapan PSAIMS pada tahapan Project Planning (Perencanaan Proyek) dan
PSAIMS Project Execution (Pelaksanaan Proyek). Melalui integrasi PSAIMS
dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, diharapkan proyek dapat
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 7 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

diselesaikan dengan OTOBOSOR (on time, on budget, on specification, on return)


serta dapat dioperasikan secara selamat dan andal sesuai umur desain fasilitas.

Untuk menerapkan PSAIMS secara efektif di Pertamina Group, maka masing-


masing Sub-holding, Anak Perusahaan/Cucu Perusahaan, Regional dan Unit
Operasi/Zona perlu menetapkan strategi implementasi yang tepat sesuai risiko,
kompleksitas, kondisi, dan tingkat kematangan implementasi PSAIMS di masing-
masing lokasi. Untuk itu, perlu dibuat roadmap implementasi PSAIMS di level Sub-
holding, Anak Perusahaan/ Cucu Perusahaan, Regional, dan Unit Operasi/ Zona.
Roadmap tersebut berfungsi untuk memberikan arah yang jelas dan tepat dalam
melaksanakan pengelolaan PSAIMS sehingga strategi dan langkah-langkah
penting penerapan PSAIMS telah ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi
dan sumber daya di masing-masing wilayah/unit operasi serta tetap
memprioritaskan pada upaya pengelolaan major risk secara efektif.

Strategi implementasi PSAIMS dapat dilakukan dengan melakukan langkah


berikut.
1. Bagi Sub-holding, Regional, Anak Perusahan/Unit Operasi yang belum
menerapkan PSAIMS, dapat dilakukan inisiasi melalui, namun tidak terbatas
pada:
1) Membentuk organisasi adhoc yang dapat mendorong dan mengakselerasi
implementasi PSAIMS (menunjuk penanggung jawab, koordinator, fungsi
pengembang, fungsi penjamin, dan Champion PSAIMS) serta menetapkan
dan memberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang kepada personel
yang berkompeten. Karena PSAIMS merupakan turunan dari kesisteman
SUPREME dan untuk mengefisienkan penyediaan resources personel
dalam menjalankan PSAIMS maka pembentukan organisasi adhoc PSAIM
harus terintegrasi dengan Organisasi SUPREME.
Penanggung jawab PSAIMS memberikan mandat kepada koordinator
PSAIMS untuk memimpin penerapan elemen PSAIMS kepada masing-
masing fungsi terkait. Koordinator PSAIMS akan memimpin penerapan
elemen PSAIMS melalui champion elemen PSAIMS agar saling selaras
satu terhadap yang lain.
2) Melakukan sosialisasi dan/atau memberikan pelatihan tentang PSAIMS
kepada personel yang relevan dalam penerapan PSAIMS yang tercantum
dalam organisasi adhoc tersebut.
3) Melakukan identifikasi lingkup implementasi PSAIMS yang disyaratkan
untuk pengelolaan Major Risk sesuai dengan konteks organisasi dari Sub-
holding/ Regional/ Anak Perusahan/ Cucu Perusahaan/ Zona/ Unit
Operasinya kemudian melakukan gap analysis terhadap implementasi
PSAIMS secara aktual.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 8 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

4) Menyusun roadmap dan program implementasi PSAIMS kemudian


ditetapkan oleh penanggungjawab organisasi tersebut sebagai acuan
dalam memulai, mengembangkan dan memperkuat implementasi PSAIMS
berikutnya.
5) Penetapan dan implementasi program elemen PSAIMS dapat
diprioritaskan dengan berbasis gap analisis/risiko antara lain, namun tidak
terbatas pada:
a. Melaksanakan analisis bahaya proses dengan melakukan PHA
(process hazard analysis) pada seluruh tahap kegiatan operasi.
b. Mengembangkan informasi keselamatan proses yang dilengkapi
dengan sistem kontrol dokumen dan rekaman yang mudah dipahami
dan mudah diakses.
c. Mengembangkan integritas dan keandalan peralatan; dengan
menerapkan strategi pemeliharaan sesuai dengan rencana kerja,
jadwal pengujian dan inspeksi yang ditetapkan berbasis pada risiko.
d. Melakukan pengelolaan terhadap perubahan fasilitas dan mencatat
serta memelihara seluruh informasi mengenai MOC (management of
change).
e. Melakukan identifikasi elemen PSAIMS yang prioritas (berbasis risiko)
untuk dilaksanakan terlebih dahulu hingga full cycle implementasi
PSAIMS dapat dipenuhi secara konsisten dan sustainable.
6) Melakukan koordinasi rutin yang melibatkan minimal personel yang
tercantum dalam organisasi adhoc tersebut untuk membahas, memastikan
dan menindaklanjuti program PSAIMS yang ditetapkan agar dapat
dilaksanakan sesuai target.
Penerapan pada tahap selanjutnya mengikuti roadmap yang telah dibuat dan
mempertimbangkan konteks organisasi, kondisi aktual, dan ketersediaan
sumber daya dalam penerapan PSAIMS dengan tetap menjaga semangat
pengimplementasian PSAIMS secara efektif.
2. Bagi Sub-holding, Regional, Anak Perusahaan/Unit Operasi yang sudah
memiliki dan menerapkan sebagian maupun seluruh elemen PSAIMS, maka
langkah yang dilakukan adalah:
1) Menyesuaikan PSAIMS yang sudah ada dengan PSAIMS berbasis
SUPREME.
2) Menjaga implementasi PSAIMS dengan terus melakukan perbaikan
secara berkelanjutan terhadap implementasi PSAIMS sehingga PSAIMS
dapat dilaksanakan secara full cycle dan sustainable.

Untuk memastikan efektivitas, kesesuaian dan kecukupan implementasi PSAIMS,


perlu dilakukan pengukuran/evaluasi kinerja implementasi PSAIMS sehingga
dapat memberikan gambaran progress implementasi, improvement dan kendala
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 9 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

yang dihadapi dalam penerapan PSAIMS serta rekomendasi yang efektif untuk
perbaikan implementasi PSAIMS. Dengan demikian, penerapan PSAIMS
diharapkan mampu mengelola bahaya/risiko keselamatan proses untuk
mencegah terjadinya Major Accident pada kegiatan operasional Pertamina dan
menjaga keberlangsungan bisnis Pertamina secara keseluruhan.

Pengukuran kinerja PSAIMS dilakukan secara berkala dan dilaporkan secara


berjenjang sesuai dengan tingkatan organisasinya dengan metode sebagai
berikut.
1. Melakukan analisis gap/perbandingan penerapan persyaratan yang diatur
dalam elemen PSAIMS dengan implementasi aktual di Unit Bisnis Pertamina
yang dapat dilakukan melalui Audit/Assessment PSAIMS.
2. Mengukur pencapaian indikator lagging dan leading PSAIMS yang telah
ditetapkan untuk memastikan efektivitas implementasi PSAIMS yang
ditunjukan dengan jumlah dan tingkat keparahan insiden keselamatan proses
yang terjadi serta realisasi program PSAIMS berdasarkan target yang
ditetapkan.
3. Melakukan tinjauan manajemen yang membahas pencapaian dan evaluasi
kinerja PSAIMS yang telah dilaksanakan.

Pengelolaan terhadap Process Safety & Asset Integrity Management System


(PSAIMS) di Pertamina yang disyaratkan dan diatur dalam pedoman ini sebagai
berikut:

1. PROSES 1 - KEPEMIMPINAN DAN AKUNTABILITAS


Kepemimpinan yang berkomitmen dan bertanggung jawab dibutuhkan untuk
mendorong organisasi dapat berfungsi secara efektif menerapkan PSAIMS.
Visibilitas dan komitmen kepemimpinan tersebut dimulai dengan
mendefinisikan high level expectation yang dibutuhkan untuk memenuhi visi,
misi, dan tata nilai-nilai yang ditetapkan Pertamina melalui penetapan
kebijakan-kebijakan, sasaran dan sistem untuk menjalankan PSAIMS.

Peran kepemimpinan sangat penting untuk memastikan PSAIMS telah


dilaksanakan dan diintegrasikan selama Facilty Life Cycle (mulai dari inisiasi
Project, Construction, Comissioning, Operation, Maintenance hingga
Abandonment) dan didukung oleh organisasi yang mencukupi disertai
akuntabilitas yang jelas sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang
dalam melaksanakan PSAIMS yang berlaku. Pimpinan tertinggi di Sub-
holding, Regional, dan Anak Perusahaan/Unit Operasi Pertamina ditunjuk
sebagai penanggung jawab PSAIMS di organisasinya untuk memastikan
PSAIMS telah dilaksanakan dan dipatuhi sesuai peraturan yang berlaku.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 10 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Pada tahapan proyek, peran kepemimpinan mampu memastikan PSAIMS


telah diintegrasikan dan diimplementasikan dalam seluruh tahapan siklus
proyek sehingga dapat sejalan dengan kebutuhan pengelolaan operasional
secara aman dan berkesinambungan.

Tujuan dari elemen Kepemimpinan dan Akuntabilitas adalah sebagai berikut.


a. Memastikan persyaratan-persyaratan organisasi (tujuan, visi, misi, nilai-
nilai, dan kebijakan-kebijakan) dalam penerapan PSAIMS telah
didefinisikan dengan jelas.
b. Memastikan tersedianya Fungsi dalam organisasi yang bertanggung jawab
untuk menerapkan dan melakukan assurance terhadap implementasi
PSAIMS.
c. Memastikan budaya kepatuhan kepada peraturan dan standar penerapan
PSAIMS telah dibangun, diimplementasikan dan diukur pemenuhannya.
d. Memastikan kesiapan, implementasi, dan integrasi elemen PSAIMS dalam
facility life cycle telah dilakukan berbasis pada pengelolaan risiko.

Pemimpin harus memiliki komitmen, terlibat, dan memastikan implementasi


elemen kepemimpinan PSAIMS sesuai persyaratan antara lain sebagai
berikut.
a. Menyediakan sistem untuk menerapkan PSAIMS secara konsisten dan
menyeluruh serta sistem tersebut telah dikomunikasikan kepada semua
pihak yang terkait.
b. Menyusun dan menetapkan kebijakan, sasaran strategis (Rencana Jangka
Panjang Perusahaan, RJPP); sasaran bisnis (Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan, RKAP); Key Performance Indicator (KPI) terkait Plant,
Process, dan People; sistem pengelolaan; dan sistem audit PSAIMS.
Penjelasan lebih lanjut mengenai sasaran dapat dilihat di Lampiran 4.
c. Mengintegrasikan implementasi PSAIMS dengan proses bisnis
Perusahaan secara keseluruhan; sehingga dapat mengidentifikasi,
menyediakan, dan memastikan kecukupan sumber daya (manpower,
financial, infrastruktur) yang dibutuhkan untuk melaksanakan PSAIMS.
d. Memberikan arahan dan menyediakan sumber daya untuk mendukung
pengelolaan major risk sesuai dengan siklus pengelolaan risiko yang
mencakup identifikasi, analisis, evaluasi, kontrol, monitoring, dan review
terhadap sisa risiko sehingga sampai level yang dapat diterima.
e. Menunjukkan komitmen dan menjadi role model dalam penerapan Process
Safety Leadership yang mencakup namun tidak terbatas pada keterlibatan
para leaders dalam program PSAIM, melakukan promosi dan kampanye
pencegahan major accident, melakukan kegiatan audit dan inspeksi untuk
memastikan implementasi PSAIMS, dan melakukan sharing good practice
implementasi PSAIMS.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 11 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

f. Mengembangkan process safety dan asset integrity management culture


dengan cara:
a) Menunjukkan komitmen dalam menjalankan PSAIMS dengan
melaksanakan apa yang diucapkan guna mendukung pencapaian target
produksi;
b) Mempromosikan dan melibatkan semua pihak terkait serta menjadi role
model dengan menginspirasi semua pihak untuk menjalankan process
safety dan asset integrity management dengan benar;
c) Melakukan dan mendorong komunikasi yang transparan, jujur, terbuka,
dan tidak menyalahkan bagi semua pekerja dan kontraktor untuk
menyampaikan pesan keselamatan terkait process safety dan asset
integrity management;
d) Selalu waspada terhadap bahaya dan risiko yang dapat terjadi pada
fasilitas operasional Perusahaan;
e) Menganalisis serta mengendalikan bahaya dan risiko dengan
pengamanan (barrier) yang memadai;
f) Memberikan dukungan (termasuk menyediakan sumber daya) kepada
pekerja untuk menjalankan peran, tugas, dan tanggung jawabnya dalam
melaksanakan PSAIMS;
g) Terbuka atas masukan atau saran dari ahli/subject matter expert (SME)
terkait PSAIMS;
h) Tidak menoleransi adanya penyimpangan dari peraturan dan standar
PSAIMS serta segera melakukan intervensi atau koreksi terhadap
penyimpangan, misalnya kondisi downgrade situation, menonaktifkan
peralatan vital, temporary maintenance, dsb;
i) Melaksanakan learning from event (process safety incident dan process
safety success) dari internal maupun eksternal Pertamina agar insiden
tidak terulang serta untuk continual improvement;
j) Mempertimbangkan PSAIMS-HSSE dalam setiap proses pengambilan
keputusan, penetapan, dan pencapaian sasaran bisnis.
g. Melakukan evaluasi terhadap sistem dan implementasi Elemen
Kepemimpinan dan Akuntabilitas serta melakukan tindak lanjut
perbaikannya secara berkelanjutan.

2. PROSES 2 – KEBIJAKAN DAN KEPATUHAN PSAIMS

1) Kebijakan Pengelolaan PSAIMS


Kebijakan Pengelolaan PSAIMS merupakan bagian dari kebijakan HSSE
Pertamina dan kebijakan sustainability Pertamina, menjadi referensi
dalam menyusun rencana strategis (RJPP dan RKAP), dan roadmap
(peta jalan) implementasi PSAIMS yang telah ditetapkan. Kebijakan
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 12 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Pengelolaan PSAIMS harus dapat membangun komitmen untuk


meningkatkan kinerja PSAIMS dalam memastikan terjaganya fasilitas,
keselamatan pekerja, keselamatan proses, lindungan lingkungan, dan
tercapainya target produksi yang diharapkan dalam organisasi.

Tujuan dari Elemen Kebijakan Pengelolaan PSAIMS adalah


menyediakan obyektif dan komitmen yang menjadi landasan bagi
pengembangan rencana strategis/jangka panjang dan RKAP serta
pengembangan program-program implementasi elemen-elemen
PSAIMS.

Persyaratan dari Elemen Kebijakan Pengelolaan PSAIMS antara lain


sebagai berikut.
a. Sejalan dengan visi, misi, dan tata nilai Pertamina.
b. Bersumber dan merupakan penjabaran dari kebijakan HSSE dan
sustainability Pertamina dari jenjang organisasi di atasnya.
c. Kebijakan PSAIMS di Pertamina ditandatangani oleh pimpinan
tertinggi dari tiap jenjang organisasi (Holding, Sub-holding, Anak
Perusahan/Cucu Perusahaan, Regional, Unit Operasi) yang memiliki
kewenangan untuk menerbitkan kebijakan tersebut. Kebijakan
PSAIMS dapat diintegrasikan dalam kebijakan HSSE dan
sustainability sebagai bagian komitmen untuk mencegah terjadinya
Major Accident.
d. Mencakup komitmen untuk memenuhi peraturan dan standar nasional
serta internasional tentang PSAIMS yang relevan.
e. Mengomunikasikan kepada seluruh pekerja, kontraktor, dan
pemangku kepentingan Perusahaan tentang persyaratan PSAIMS
yang harus diterapkan.
f. Memuat tentang kewajiban bagi seluruh pekerja, kontraktor, dan
pemangku kepentingan Perusahaan untuk mengimplementasikan
PSAIMS.
g. Meninjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan
PSAIMS telah mengakomodir peraturan/perundangan/standar terkini
yang berlaku, mencukupi, dan efektif dalam pengelolaan risiko
Perusahaan serta mencakup komitmen untuk pengembangan/
perbaikan PSAIMS secara berkesinambungan.

2) Kepatuhan Terhadap Regulasi, Standar, Kode, Praktik, dan Lisensi


Operasi
Elemen Kepatuhan Terhadap Regulasi, Standar, Kode, Praktik, dan
Lisensi Operasi merupakan sistem untuk mengidentifikasi peraturan,
kode, dan standar yang relevan serta recommended practice terkait
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 13 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

pengelolaan PSAIMS; menilai dampaknya pada bisnis; dan memastikan


jaminan kepatuhannya. Kebutuhan pengelolaan major risk menjadi
perhatian yang serius oleh stakeholder sehingga code, standard,
regulasi, dan praktik terkait pengelolaan terkait PSAIMS yang harus
dipatuhi telah dilakukan pembaharuan dalam rangka menyempurnakan
PSAIMS. Pertamina berkomitmen untuk patuh terhadap lisensi operasi
dan melaporkan kejadian serius kepada regulator.

Tujuan dari Elemen Kepatuhan Terhadap Regulasi, Standar, Kode,


Praktik, dan Lisensi Operasi antara lain sebagai berikut.
a. Memastikan peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan
PSAIMS telah terpenuhi sehingga mampu mendapatkan Lisensi
Operasi dari instansi terkait.
b. Menghindari adanya sanksi atau konsekuensi akibat insiden dan/atau
ketidakpatuhan terhadap regulasi.
c. Memastikan desain, konstruksi, commissioning, kegiatan operasi, dan
decommissioning/abandonment dapat dilakukan dengan aman,
selamat, andal, dan berwawasan lingkungan.

Persyaratan dari Elemen Kepatuhan Terhadap Regulasi, Standar, Kode,


Praktik, dan Lisensi Operasi antara lain sebagai berikut.
a. Menyediakan dan menerapkan sistem mengenai kepatuhan terhadap
regulasi, standar, kode, praktik, dan lisensi operasi.
b. Mengidentifikasi peraturan dan perundang-undangan yang harus
dipatuhi.
c. Mengidentifikasi persyaratan pelaporan dan melakukan pelaporan
kepada pejabat/instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan.
d. Menerapkan prinsip inherently safer design yang dijalankan secara
maksimal untuk meminimalkan risiko keselamatan proses atau major
risk.
e. Mendokumentasikan, memutakhirkan, dan mengomunikasikan
spesifikasi/prosedur teknis, kode, dan standar yang berlaku.
f. Menyediakan daftar instalasi/peralatan dan SDM yang wajib
memenuhi peraturan serta perundang-undangan terkait PSAIMS
serta menjamin kepatuhannya.
g. Menjamin fasilitas yang dioperasikan telah mempunyai lisensi operasi
yang masih berlaku.
h. Menindaklanjuti setiap penyimpangan/ketidakpatuhan terhadap
regulasi, standar, kode, dan lisensi operasi untuk dilakukan perbaikan.
Apabila penyimpangan/ketidakpatuhan tersebut tidak dapat dilakukan
perbaikan dengan segera, maka harus dilakukan evaluasi dan
penilaian risiko oleh subject matter expert yang relevan, kemudian
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 14 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

menyusun upaya-upaya mitigasi sementara yang harus dilakukan


untuk meminimalkan dampak dari ketidakpatuhan/penyimpangan
tersebut untuk mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang.
Tindak lanjut perbaikan yang dilakukan harus dikomunikasikan dan
ditinjau secara berkala.
i. Melakukan evaluasi terkait sistem dan implementasi Elemen
Kepatuhan Terhadap Regulasi, Standar, Kode, dan Lisensi Operasi
serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.

3. PROSES 3 – ORGANISASI, TANGGUNG JAWAB, SUMBER DAYA, DAN


INFORMASI TERDOKUMENTASI
1) Organisasi, Kompetensi, Informasi Terdokumentasi, dan Partisipasi
Pekerja

a. Organisasi dan Sumber Daya PSAIMS


Untuk mengimplementasikan PSAIMS, diperlukan struktur
organisasi PSAIMS yang mencukupi, sesuai, dan efektif untuk
menjalankan proses bisnis pengelolaan PSAIMS sehingga major
accident hazard yang dapat terjadi dalam kegiatan operasional
Pertamina dapat dicegah dan dikelola dengan tepat. Organisasi
PSAIMS yang dimaksud perlu didukung dengan ketersediaan
sumberdaya yang mencukupi dan kompeten serta mampu
menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya dalam
melaksanakan PSAIMS secara efektif sesuai job description-nya.
Hal tersebut perlu didukung dengan proses seleksi personel dan
pengisian jabatan organisasi PSAIMS yang mengedepankan
pemenuhan kompetensi yang disyaratkan.

Tujuan dari Sub-elemen Organisasi dan Sumber Daya Manusia


antara lain sebagai berikut.
a) Menyediakan struktur organisasi dengan hierarki komunikasi
yang jelas terkait kebijakan, arahan/panduan dan penetapan
prioritas dalam melaksanakan dan mencapai obyektif PSAIMS.
b) Membangun kolaborasi lintas fungsi untuk menyediakan sumber
daya yang dibutuhkan secara efektif dalam melaksanakan
PSAIMS.
c) Menjaga kinerja dan motivasi seluruh pihak yang terkait untuk
melaksanakan PSAIMS dalam rangka mengelola major risk.

Persyaratan dari Sub-elemen Organisasi dan Sumber Daya


Manusia antara lain sebagai berikut.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 15 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

a) Menyediakan dan menerapkan sistem Organisasi dan Sumber


Daya Manusia untuk menjalankan PSAIMS.
b) Menyediakan organisasi yang bertanggung jawab dalam
merencanakan/mengembangkan, melaksanakan, dan menjamin
pengelolaan process safety dan asset integrity dengan baik.
Untuk Fungsi Assurance harus mempertimbangkan aspek
independency pelaksanaannya.
c) Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya manusia untuk
melaksanakan PSAIMS dan menyediakannya sesuai
persyaratan yang dibutuhkan mencakup ketersediaan jumlah
personel maupun kompetensinya.
d) Menyusun sasaran, tujuan, ukuran kinerja, peran, tugas dan
tanggung jawab, dan wewenang dari Fungsi-fungsi yang terkait
dengan pengelolaan PSAIMS. Uraian tugas, tanggung jawab
dan kewenangan terkait PSAIMS dituangkan dalam uraian
jabatan/job description jabatan personel yang relevan sehingga
dapat menjadi acuan yang jelas dalam melaksanakannya.
e) Melakukan koordinasi, kolaborasi, dan kerja sama antar fungsi
dalam struktur organisasi untuk melaksanakan dan mencapai
target pengelolaan PSAIMS perusahaan.
f) Pekerja dan kontraktor melaksanakan tugas dan tanggung
jawab, menjadi teladan yang baik, serta memiliki motivasi yang
tinggi dalam mencapai target kinerja PSAIMS.
g) Melakukan evaluasi sistem dan implementasi Sub-elemen
Organisasi dan Sumber Daya Manusia serta melakukan tindak
lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.

b. Pengelolaan Kompetensi, Pengetahuan, dan Informasi


Terdokumentasi
Keberhasilan penerapan PSAIMS sangat ditentukan oleh
kompetensi para pemangku kepentingan, pekerja, dan kontraktor.
Kompetensi merupakan aset paling penting dalam menerapkan
PSAIMS. Mekanisme untuk mempertahankan kompetensi sumber
daya manusia dilakukan melalui sistem pelatihan dan pengelolaan
pengetahuan serta informasi terdokumentasi yang dikelola secara
efektif dan sistematis.

Pengelolaan Kompetensi, Pengetahuan, dan Informasi


Terdokumentasi PSAIMS merupakan upaya untuk
menghubungkan semua pengetahuan dan informasi mengenai
praktik-praktik (best and bad practices), teknologi, dan peralatan
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 16 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

proses yang harus dikelola sebagai bagian dari pengelolaan


PSAIMS.

Tujuan dari Elemen Pengelolaan Kompetensi, Pengetahuan, dan


Informasi Terdokumentasi antara lain sebagai berikut.
a) Mengidentifikasi, menetapkan dan memelihara persyaratan
kompetensi minimum yang harus dimiliki oleh pekerja dan
kontraktor serta memastikan pemenuhannya sesuai persyaratan
yang berlaku. Kebutuhan pengetahuan tentang PSAIMS untuk
pemangku kepentingan dapat teridentifikasi sehingga
Perusahaan dapat mengomunikasikan persyaratan PSAIMS
yang berlaku di Perusahaan agar mendapatkan dukungan dalam
penerapannya.
b) Mengembangkan budaya belajar yang berkesinambungan
(terkait keberhasilan dan/atau kegagalan) dalam melaksanakan
PSAIMS sehingga dapat meningkatkan kinerja pengelolaan
PSAIMS dan mencegah terulangnya process safety accident di
Pertamina.
c) Memastikan sistem pengelolaan dokumen dan informasi
PSAIMS terkendali, up-to-date, dan akurat. Semua personel
yang relevan dapat secara mudah mendapatkan dokumen dan
informasi yang dibutuhkan.

Persyaratan dari Elemen Pengelolaan Kompetensi, Pengetahuan,


dan Informasi Terdokumentasi antara lain sebagai berikut.
a) Menyediakan dan menerapkan sistem Pengelolaan Kompetensi,
Pengetahuan, dan Informasi Terdokumentasi terkait PSAIMS.
b) Menetapkan persyaratan kompetensi minimum untuk para
pekerja terkait dan kontraktor yang terlibat dalam implementasi
PSAIMS, menyusun dan mendokumentasikan training matrix
dan training needs analysis yang dibutuhkan.
c) Mengembangkan sistem pembelajaran dan pembinaan
kompetensi PSAIMS yang efektif sehingga seluruh personel
yang terkait dengan implementasi PSAIMS dapat memenuhi
minimum kompetensi yang disyaratkan. Program coaching
kepada pekerja yang mengoperasikan peralatan proses agar
dilakukan oleh atasan sehingga dapat dipastikan kecukupan
pemenuhan pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan
dalam penerapan PSAIMS. Pengembangan program untuk
meningkatkan pengetahuan aspek PSAIMS kepada stakeholder
perlu dilakukan untuk mendukung implementasi PSAIMS yang
ditetapkan oleh Pertamina.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 17 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

d) Melaksanakan program training PSAIMS yang ditetapkan dalam


rangka memenuhi persyaratan kompetensi PSAIMS yang
dibutuhkan (pendidikan, pelatihan, dan pengalaman) untuk
memenuhi persyaratan penempatan pekerja dan kontraktor
dalam organisasi yang terkait penerapan PSAIMS.
e) Melaksanakan program sertifikasi terhadap operator yang
mengoperasikan peralatan proses (terutama terhadap fasilitas
yang kritikal) sehingga dapat memenuhi persyaratan sesuai
peraturan yang berlaku.
f) Melaksanakan program refreshment training secara periodik
(tidak kurang dari 3 tahun sekali) terutama bila terjadi perubahan
terhadap operating procedure yang berkaitan dengan penerapan
PSAIMS.
g) Memutakhirkan pengetahuan serta kompetensi pekerja dan
kontraktor sehingga mampu menjalankan tugas yang diberikan,
terutama dalam hal:
• Perencanaan – membuat rencana/program penerapan
PSAIMS sesuai tugas dan tanggung jawabnya, serta sesuai
roadmap penerapan PSAIMS.
• Pengetahuan – berdasarkan praktik-praktik terbaik (best
practices), dan lesson learned dari Process Safety Accident
yang terjadi baik di internal Pertamina maupun di luar
Pertamina.
• Kerjasama Tim – koordinasi, komunikasi, kolaborasi dan
kesepahaman.
• Performance standard – fokus pada penerapan elemen
PSAIMS untuk mencapai performance standard PSAIMS
yang ditetapkan.
• Implementasi – melaksanakan setiap elemen PSAIMS,
mendokumentasikan, melibatkan seluruh pihak terkait, dan
mematuhi persyaratan/peraturan yang berlaku.
h) Menetapkan dan memenuhi performance standards terkait
dengan people barrier untuk mencegah terjadinya major
accident serta melakukan tinjauan berkala untuk memastikan
pemenuhannya dan memastikan penerapan process safety
culture melalui observasi tingkah laku, observasi tugas, dan
assessment/penilaian kompetensi.
i) Melakukan management of change terhadap perubahan
organization dan perubahan key persons yang berpengaruh
terhadap efektivitas penerapan PSAIMS sehingga risiko
perubahan yang berdampak terhadap keselamatan proses dapat
dikelola dengan benar.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 18 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

j) Memiliki sistem kontrol terhadap informasi terdokumentasi terkait


penerapan PSAIMS yang relevan, mutakhir, dan akurat
sehingga dapat dikomunikasikan secara efektif, mudah diakses
dan mudah dipahami oleh pihak relevan yang membutuhkan.
k) Melakukan evaluasi terhadap Sub-elemen Pemenuhan
Kompetensi dan Pengelolaan Pengetahuan serta melakukan
tindak lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.

c. Partisipasi Pekerja dan Komunikasi PSAIMS


Pekerja di semua tingkatan posisi dalam organisasi Pertamina
harus memiliki peran, tugas, dan tanggung jawab untuk
melaksanakan dan memastikan implementasi PSAIMS dalam
kegiatan operasinya sesuai kewenangan yang dimiliki. Elemen
Partisipasi Pekerja dan Komunikasi PSAIMS memberikan
kesempatan partisipasi aktif dari pekerja dalam merencanakan,
mengembangkan, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan
memperbaiki penerapan PSAIMS secara berkesinambungan.

Keterlibatan pekerja secara efektif dapat dicapai melalui


pengembangan rencana atau program kerja tertulis, tersedianya
semua informasi terkait PSAIMS bagi pekerja, adanya proses
konsultasi dengan melibatkan pekerja, tersedianya sistem
pengelolaan informasi terdokumentasi (dokumen dan rekaman)
terkait PSAIMS. Keterlibatan/partisipasi pekerja dalam
melaksanakan PSAIMS dapat dilakukan dengan menyediakan
sarana dan menjalin komunikasi yang aktif melalui kegiatan
konsultasi antara manajemen dan pekerja di semua tingkat
organisasi dalam menyusun kebijakan, program, penerapan, dan
evaluasi, dan perbaikan yang berkelanjutan terhadap penerapan
PSAIMS. Keterlibatan Kontraktor untuk memberikan informasi dan
masukan dapat memperkuat pengembangan dan penerapan
PSAIMS di Pertamina.

Tujuan dari Sub-elemen Partisipasi Pekerja (Employee


Participation) dan Komunikasi PSAIMS antara lain sebagai berikut.
a) Memastikan keterlibatan pekerja dalam merencanakan,
mengembangkan, mengomunikasikan, mengimplementasikan,
mengevaluasi, dan memperbaiki program PSAIMS.
b) Memastikan para pekerja mengetahui potensi bahaya dan risiko
keselamatan proses atau major risk PSAIMS pada fasilitas
operasinya sehingga mampu melaksanakan mitigasi yang
dibutuhkan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 19 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

c) Memastikan para pekerja memahami, dan melaksanakan tugas,


dan tanggung jawabnya sehingga mampu mendukung
penerapan PSAIMS.
d) Memastikan tersedianya sarana untuk mengomunikasikan
PSAIMS kepada seluruh pekerja, kontraktor, dan stakeholder
yang relevan sesuai kebutuhan.

Persyaratan dari Sub-elemen Partisipasi Pekerja dan Komunikasi


PSAIMS antara lain sebagai berikut.
a) Menyediakan dan menerapkan sistem pengelolaan partisipasi
pekerja dan komunikasi PSAIMS yang mencakup, namun tidak
terbatas pada:
• Pengelolaan keterlibatan pekerja dalam organisasi PSAIMS
dan/atau program yang ditetapkan untuk menjalankan
elemen-elemen PSAIMS.
• Pengelolaan komunikasi yang efektif sehingga mampu
memperkuat partisipasi pekerja (dengan melibatkan
kontraktor) secara efektif dalam mengelola PSAIMS melalui
namun tidak terbatas pada kegiatan Safety Committee,
Safety Meeting, Safety Talk, dll.
• Menyusun dan melaksanakan program-program inspeksi
dan audit di area proses melalui, namun tidak terbatas pada
kegiatan Management Walkthrough, Safety Walk and Talk,
Join Safety Inspection, Pengamatan Keselamatan Kerja
(PEKA), dan Safety Audit, dll.
• Program-program improvement yang dapat dilakukan untuk
memperkuat dan meningkatkan efektivitas pengelolaan
PSAIMS.
• Dll.
b) Menyediakan sistem untuk mengomunikasikan informasi
PSAIMS (ref. Sub-elemen Pengelolaan Kompetensi,
Pengetahuan, dan Informasi Terdokumentasi) kepada para
pihak yang terkait; sehingga pekerja dapat berperan aktif dalam
merencanakan, mengembangkan, mengomunikasikan,
menerapkan, mengevaluasi, dan memperbaiki pengelolaan
PSAIMS.
c) Menyusun dan mengembangkan program tertulis untuk
meningkatkan partisipasi pekerja, dan komunikasi PSAIMS,
serta melakukan monitoring, dan evaluasi secara rutin terhadap
penerapannya.
d) Mengomunikasikan process hazard analysis kepada pekerja
(termasuk kepada kontraktor) agar dapat dipahami, didiskusikan,
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 20 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

dan melakukan upaya pengendalian terhadap process hazard


terkait sebelum memulai pekerjaan. Hal tersebut bertujuan untuk
membangun kesadaran terhadap potensi risiko besar (major
risk) yang dapat menyebabkan terjadinya major accident (yang
berdampak signifikan terhadap people, environment, asset,
reputation, dan liability Pertamina serta keberlangsungan bisnis)
sehingga pengendalian dapat dilakukan hingga mencapai tingkat
As Low as Reasonably Practicable (ALARP)
e) Mengomunikasikan semua informasi terkait aktivitas
implementasi PSAIMS yang relevan kepada semua pekerja,
kontraktor, dan stakeholder terkait sesuai kebutuhan.
f) Mengomunikasikan/sharing lessons learned (good/bad
practices) secara sistematis dan berkala kepada seluruh pekerja
dan Kontraktor terkait PSAIMS, baik dari sumber internal
maupun eksternal Pertamina.
g) Melakukan evaluasi terhadap sistem dan implementasi dari Sub-
elemen Partisipasi Pekerja dan Komunikasi PSAIMS serta
melakukan tindak lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.
2) Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)
Sistem manajemen keselamatan kontraktor (Contractor Safety
Management System/CSMS) dikembangkan sebagai bagian dari sistem
manajemen kontraktor, khususnya dari aspek HSSE pekerjaan yang
dikontrakkan. Pengelolaan kontraktor secara umum mengacu kepada
Pedoman Nomor A7-001/S00000/2020-S0 tentang Contractor Safety
atau yang sejenis dan/atau perubahannya.

Persyaratan Contractor Safety yang diatur dalam Pedoman PSAIMS ini


memperkuat pengelolaan Kontraktor yang diatur dalam Pedoman CSMS
Nomor A7-001/S00000/2020-S0 serta menekankan pada pekerjaan
yang dilaksanakan oleh kontraktor yang beraktifitas/ melakukan kegiatan
di Process Area atau berpotensi menimbulkan dampak/ terdampak
terhadap bahaya proses/process hazard, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya process safety incident.

Pengaturan Contractor Safety dimaksud bertujuan sebagai panduan bagi


fungsi yang bertugas merencanakan pekerjaan kontrak, administrasi
kontrak, pengadaan, pengawas pekerjaan kontrak, HSSE, serta fungsi
lainnya yang terkait dengan pengelolaan pekerjaan kontrak yang
berhubungan dengan fasilitas proses sehingga Kontraktor dan Fungsi
terkait di Pertamina dapat melaksanakan PSAIMS sesuai lingkup, tugas
dan tanggung jawab, kewenangan serta persyaratan yang berlaku.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 21 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Ruang lingkup Contractor Safety diberlakukan terhadap aktivitas


Kontraktor di Process Area yang dimiliki/ menjadi tanggung jawab
Pertamina (termasuk di Unit Operasi/ Anak Perusahaan/ Cucu
Perusahaan). Adapun aktivitas kontraktor yang dilakukan di luar fasilitas
Pertamina/ bukan lingkup tanggung jawab Pertamina menjadi tanggung
jawab sepenuhnya Kontraktor, namun demikian Pertamina dapat
memberikan masukan kepada kontraktor agar melaksanakan
pengelolaan PSAIMS di lokasi/ perusahannya

Tujuan dari Elemen Contractor Safety antara lain sebagai berikut.


a. Mencegah terjadinya insiden process safety pada aktivitas pekerjaan
yang dilaksanakan oleh kontraktor.
b. Memastikan identifikasi bahaya, penilaian risiko process dan
pengendaliannya telah dilakukan terhadap semua pekerjaan di area
proses yang dilaksanakan oleh Kontraktor.
c. Memastikan evaluasi dan seleksi kontraktor dilakukan guna
mendapatkan kontraktor yang memiliki kemampuan untuk mengelola
bahaya proses yang ditimbulkan akibat pekerjaan kontraktor atau
yang memberikan dampak terhadap pekerjaan kontraktor sesuai
dengan lingkup dan kewenangan Kontraktor.
d. Memastikan penilaian risiko process safety telah dilakukan terhadap
semua pekerjaan di area proses yang akan dikontrakkan.
e. Memastikan kinerja HSSE Kontraktor terkait pengelolaan process
hazard telah dilaksanakan (sebagai bagian dalam penilaian akhir
kinerja HSSE Kontraktor) melalui penilaian sebelum pelaksanaan
pekerjaan dan pengawasan selama pekerjaan berlangsung.

Persyaratan dari Elemen Contractor Safety antara lain sebagai berikut.


a. Menyediakan dan menerapkan Contractor Safety yang
mengakomodir pengelolaan terhadap bahaya proses pada aktivitas
pekerjaan kontrak yang dilaksanakan oleh Kontraktor.
b. Menyediakan personel dengan jumlah yang cukup dan kompeten (dari
sisi Pertamina dan kontraktor) untuk mengelola bahaya proses terkait
aktivitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor.
c. Melakukan penilaian risiko terhadap pekerjaan yang akan
dikontrakkan dengan mempertimbangkan hal berikut, namun tidak
terbatas pada:
a) Seluruh pekerjaan kontrak yang akan dilakukan di process area
telah dilakukan risk assessment terlebih dahulu dengan
mengakomodir identifikasi bahaya proses/major accident hazard
yang terkait dengan aktivitas pekerjaan kontrak beserta
konsekuensi yang dapat terjadi.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 22 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

b) Tidak ada pekerjaan kontrak di Process Area yang boleh


dilaksanakan tanpa dilakukan risk assessment terlebih dahulu.
c) Identifikasi process hazard harus dilakukan secara komprehensif
untuk memastikan tidak ada process hazard (terutama Major Risk)
yang terlewatkan. Hasil Risk Assessment dan lingkup pekerjaan
yang akan dilakukan menjadi materi yang harus dikomunikasikan
kepada Calon Penyedia/ Kontraktor saat proses pengadaaan.
d. Melakukan penilaian kualifikasi CSMS terhadap Calon Penyedia yang
mengikuti proses pengadaan pekerjaan Kontrak yang akan
dilaksanakan di Process Area untuk memastikan persyaratan level
kelulusan Kualifikasi CSMS yang ditetapkan telah dipenuhi.
e. Melakukan seleksi/pemilihan terhadap kontraktor sesuai persyaratan
berikut.
a) Mengomunikasikan seluruh process hazard yang terkait dengan
aktivitas pekerjaan kontrak yang akan dilakukan.
b) Menjelaskan lingkup pembagian tugas, tanggung jawab, dan
wewenang pengelolaan process hazard antara Kontraktor dan
Pertamina selama pelaksanaan pekerjaan kontrak. Pengaturan
tugas, tanggung jawab dan wewenang tersebut harus
didokumentasikan dalam dokumen kontrak.
c) Menentukan persyaratan HSSE plan berdasarkan hasil risk
assessment untuk memastikan mitigasi terhadap bahaya
proses/major risk (termasuk Major Accident Hazard) telah
disiapkan mitigasinya oleh Kontraktor dalam dokumen penawaran
yang mencakup namun tidak terbatas pada:
• Menyusun prosedur kerja aman terhadap aktivitas pekerjaan
yang dapat terpapar process hazard.
• Emergency Response Plan (ERP)/Tanggap Darurat untuk
skenario process safety incident di lokasi pekerjaan kontrak.
• Sistem pencatatan, pelaporan dan investigasi cedera/sakit,
property damage, dan oil spill yang disebabkan oleh process
safety incident.
• Program training (termasuk induction) yang akan diberikan
kepada pekerja Kontraktor yang mencakup process hazard
yang terkait dan pengendaliannya untuk mencegah terjadinya
Process Safety Incident di lokasi kerja.
• Program inspeksi dan/atau audit keselamatan proses untuk
memastikan Kontraktor telah mengelola Process Safety Barrier
(People & Plant Process) sesuai persyaratan.
• Sistem pelaporan terhadap temuan/identifikasi bahaya proses
selama pelaksanaan pekerjaan kontrak yang belum
diidentifikasi saat proses pengadaan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 23 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

• Tersedianya sistem untuk mengomunikasikan process safety


information (PSI) yang terkait dengan pekerjaan kontrak serta
pengelolaan terhadap akses terhadap dokumen PSI tersebut.
• Mensyaratkan kontraktor memiliki sistem pengelolaan
Subkontraktor sehingga seluruh aktivitas Subkontraktor
(terutama saat beraktivitas di Process Area) mampu dikelola
dengan aman dan memenuhi persyaratan yang berlaku.
• Dll.
d) Mitigasi pengelolaan process hazard telah tercantum dan diuraikan
dengan jelas oleh Kontraktor pada dokumen HSSE Plan dan
dokumen kontraktor lainnya yang relevan.
e) Menyiapkan kriteria evaluasi aspek HSSE pada tahapan seleksi
kontraktor yang mencakup sebagai berikut.
• Ketersediaan pengelolaan process hazard (Process, People,
dan Plant Barrier yang disyaratkan) sebagai bagian evaluasi
HSSE Plan untuk pekerjaan di Process Area.
• Menetapkan bobot minimal evaluasi HSSE Plan yang
mencukupi untuk mendapatkan Penyedia/Kontraktor yang
terbaik (Kompeten, berpengalaman dan memenuhi
persyaratan pengadaan lainnya) dengan porsi evaluasi
ketersediaan sistem pengelolaan Process Hazard sebagai
bagian penting dalam evaluasi HSSE Plan tersebut.
f) Melaksanakan evaluasi HSSE Plan Kontraktor sesuai kriteria yang
ditetapkan.
g) Menyusun perjanjian kontrak yang memasukkan aspek tugas,
tanggung jawab, dan wewenang terhadap pengelolaan process
hazard, serta tersedianya performance standard yang telah
disepakati untuk memperjelas lingkup pengelolaannya.
f. Melakukan penilaian sebelum pekerjaan berlangsung untuk
memastikan kesiapan Kontraktor dalam melaksanakan mitigasi yang
dibutuhkan terutama terkait dengan pengelolaan process hazard yang
terkait dengan pekerjaan kontrak yang akan dilaksanakan meliputi
namun tidak terbatas pada:
a) Seluruh potensi bahaya pekerjaan yang akan dilaksanakan
(termasuk process hazard) telah tercantum mitigasinya dalam
dokumen HSSE Plan dan mitigasi tersebut telah disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan Pertamina.
b) Seluruh potensi bahaya (termasuk process hazard), persyaratan
HSSE yang berlaku di lokasi kerja serta rencana mitigasinya telah
dikomunikasikan dan dipahami seluruh pihak terkait (baik dari
Pengawas Pekerjaan Pertamina maupun Kontraktor serta
Subkontraktor yang digunakan).
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 24 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

c) Pemeriksaan kesiapan Kontraktor (termasuk Subkontraktor yang


digunakaan) dalam menerapkan mitigasi pengelolaan process
hazard yang tercantum dalam HSSE Plan yang telah disepakati
mencakup penggunaan peralatan dan metode kerja yang sesuai,
ketersediaan personel yang kompeten, dan tersedianya prosedur
kerja yang relevan serta pengaturan tugas dan tanggung jawab
serta wewenang dalam mengelola process hazard yang terkait.
d) Pekerjaan kontrak hanya dapat dimulai bila seluruh persyaratan
mitigasi terkait dengan pengelolaan process hazard dan bahaya
occupational lainnya yang tercantum dalam HSSE Plan telah
disiapkan oleh Kontraktor.
e) Melakukan interface plan/bridging document antara sistem
pengelolaan process hazard yang berlaku di lokasi pekerjaan
Pertamina dengan sistem yang dimiliki oleh Kontraktor sehingga
dapat ditetapkan sistem pengelolaan process hazard yang akan
digunakan selama pelaksanaan pekerjaan kontrak.
g. Melaksanakan penilaian saat pekerjaan berlangsung sebagai berikut
namun tidak terbatas pada:
a) Seluruh mitigasi terhadap process hazard yang diatur dalam
dokumen HSSE Plan harus diimplementasikan oleh Kontraktor saat
pekerjaan berlangsung. Lingkup mitigasi yang harus dilaksanakan
oleh Pertamina juga harus ditindaklanjuti sehingga dapat
mendukung implementasi mitigasi process hazard yang dilakukan
oleh Kontraktor.
b) Melakukan pengawasan saat pelaksanaan pekerjaan kontrak
berlangsung (Work In Progress (WIP)) terutama terkait dengan
pengelolaan process hazard melalui sebagai berikut namun tidak
terbatas pada.
• Memastikan tidak ada potensi bahaya (terutama bahaya
proses/major accident hazard) yang tidak teridentifikasi/tidak
dimitigasi saat pelaksanaan pekerjaan kontrak dan segera
melakukan intervensi dan perbaikan untuk mencegah terjadinya
Process Safety Incident.
• Kontraktor harus melaksanakan seluruh mitigasi terhadap
process hazard yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
ketentuan yang diatur dalam dokumen HSSE Plan yang telah
disetujui yang mencakup aspek People, Plant dan Process.
Pekerjaan critical yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus
memenuhi prinsip pengelolaan risiko yang berlaku di Pertamina.
• Seluruh mitigasi process hazard yang dilaksanakan harus
didokumentasikan dan dikelola dengan baik sebagai dasar
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 25 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

pelaksanaan assurance, reward/consequencies dan review


terhadap perbaikan selanjutnya.
• Seluruh aktivitas Kontraktor saat melaksanakan pekerjaan
kontrak di lokasi Pertamina harus dikomunikasikan
(menginformasikan, melaporkan dan berkoordinasi untuk
persetujuan bersama) dengan baik kepada pengawas pekerjaan
kontrak Pertamina terutama saat melakukan aktivitas yang
berpotensi terdampak/menyebabkan dampak terhadap process
safety incident.
• Melakukan pengelolaan terhadap perubahan yang dapat
menyebabkan terjadinya Process Safety Incident saat
melaksanakan pekerjaan kontrak yang mencakup perubahan
terhadap fasilitas, proses, dan prosedur, teknologi,
menonaktifkan peralatan vital/bypass/system override, dan
personel, baik terkait perubahan yang dilakukan oleh Kontraktor
maupun yang dilakukan oleh Pertamina. Seluruh process hazard
yang terjadi akibat perubahan tersebut harus diidentifikasi dan
dilaksanakan mitigasinya berdasarkan persetujuan yang telah
diberikan oleh Pertamina.
• Seluruh aktivitas Subkontraktor yang digunakan saat
pelaksanaan pekerjaan kontrak (terutama di process area) telah
memenuhi mitigasi yang diatur dalam dokumen HSSE Plan yang
ditetapkan.
c) Memberikan penilaian terhadap kinerja Kontraktor saat pekerjaan
berlangsung (sebagai evaluasi sementara serta sebagai inputan
dalam penilaian akhir kinerja HSSE Kontraktor) dan memberikan
feedback untuk ditindaklanjuti oleh Kontraktor terutama terkait
dengan penerapan safe work practice, dan mitigasi process hazard
yang harus dilakukan oleh Kontraktor sehingga Process Safety
Incident dapat dicegah.
d) Untuk meningkatkan dan menjaga kepatuhan Kontraktor dalam
melaksanakan mitigasi terhadap process hazard saat pelaksanaan
pekerjaan kontrak, maka penundaan pembayaran ke Kontraktor
dapat dilakukan apabila mitigasi terhadap process hazard yang
tercantum dalam HSSE plan tidak dilaksanakan oleh Kontraktor.
e) Kontraktor harus memberikan semua informasi/data terkait dengan
hasil pekerjaan yang dilaksanakannya sebagai masukan untuk
memperbarui pengelolaan kegiatan operasi dan pemeliharaan
selanjutnya.
h. Melaksanakan penilaian akhir terhadap kinerja HSSE Kontraktor saat
pelaksanaan pekerjaan kontrak selesai dilakukan yang mencakup
namun tidak terbatas pada:
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 26 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

a) Penilaian terhadap kinerja HSSE Kontraktor dilakukan berdasarkan


kepatuhan dan konsistensi implementasi HSSE Plan selama
pekerjaan kontrak berlangsung (termasuk pengelolaan terhadap
process hazard yang telah dilakukan) berdasarkan hasil penilaian
pre-job assessment, penilaian HSSE work practice, dan penilaian
realisasi program HSSE.
b) Hasil penilaian akhir harus dicatat dan didokumentasikan sebagai
bukti penilaian kinerja HSSE Kontraktor, sebagai dasar pemberian
reward/consequencies aspek HSSE serta sebagai bagian
persyaratan dalam proses pembayaran akhir.

4. PROSES 4 - MANAJEMEN RISIKO

Manajemen Risiko PSAIMS merupakan upaya pengelolaan risiko process


safety/major accident hazard melalui langkah-langkah, yaitu: mengidentifikasi
potensi bahaya, menilai risiko, merencanakan dan melaksanakan
pengendalian, serta pemantauan/monitoring pengelolaan risiko sampai
tingkatan yang dapat diterima (As Low As Reasonably Practicable (ALARP)).

1) Informasi Keselamatan Proses (Process Safety Information)

Process Safety Information (PSI)/Informasi Keselamatan Proses


merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengelola seluruh informasi
fisik, kimia, dan toksikologi terkait penggunaan bahan kimia, teknologi dan
peralatan proses sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengendalikan process hazard/major accident
hazard. Process safety information mendasari keseluruhan penerapan
Process Safety & Asset Integrity Management System.
Tujuan dari Elemen Process Safety Information antara lain sebagai
berikut.
a. Memastikan terdapat sistem untuk mengelola process safety
information terhadap fasilitas proses yang dimiliki oleh Unit Operasi/
Anak Perusahaan Pertamina.
b. Memastikan process safety information (berupa dokumen, gambar,
spesifikasi teknis, teknologi, kajian-kajian, dan data-data operasional,
dll) telah diidentifikasi, tersedia, disimpan, dikendalikan, di update,
akurat dan dikomunikasikan kepada pihak yang relevan.
c. Memastikan pengelolaan process safety information dapat
mempermudah akses bagi pekerja terkait yang membutuhkannya.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 27 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Persyaratan dari Elemen Process Safety Information antara lain sebagai


berikut.
a. Menyediakan dan menerapkan sistem pengelolaan process safety
information yang mencakup fasilitas proses di Unit Operasi/ Anak
Perusahaan Pertamina yang memiliki potensi pelepasan material
berbahaya atau energi secara tidak terkendali/ tidak terencana dari
primary containmentnya. Pengelolaan process safety information
mencakup bahan kimia, teknologi dan peralatan proses yang
digunakan pada fasilitas proses.
b. Pengelolaan process safety information mencakup identifikasi,
penyusunan, penyimpanan, pengendalian, updating, dan
pengkomunikasian terhadap informasi yang terkait dengan bahan
kimia, teknologi, dan peralatan proses yang digunakan pada fasilitas
proses.
c. Menyusun informasi keselamatan terhadap bahan berbahaya pada
fasilitas proses yang mencakup:
a) Tersedianya informasi jenis bahan berbahaya, bahaya yang
terkandung, sifat fisik dan kimia, informasi stabilitas dan reaktivitas
bahan, serta penanganan terhadap paparan yang terjadi, dll.
berdasarkan informasi yang tercantum dalam Safety Data Sheet
(SDS) atau sumber informasi lain yang akurat terhadap bahan baku,
bahan kimia, intermediate, dan produk yang dihasilkan.
b) Informasi tersebut harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak
yang berpotensi terpapar bahan berbahaya tersebut sehingga
seluruh pihak tersebut memahami bahaya, dampak, dan
penanggulangannya apabila terjadi paparan terhadap bahan
berbahaya tersebut.
d. Menyediakan informasi teknologi proses terhadap fasilitas proses yang
dioperasikan mencakup:
a) Penjelasan mengenai plant layout (safety distance, fire zone,
restricted area, dan impacted area).
b) Block flow diagram atau process flow diagram.
c) Penjelasan mengenai desain proses, deskripsi proses, serta
kapasitas operasi.
d) Batas aman maksimum dan minimum terhadap parameter proses
yang mencakup untuk temperatur, tekanan, aliran, komposisi, dll.
e) Proses reaksi kimia yang dapat terjadi.
f) Hazardous Area Classification.
g) Evaluasi terhadap konsekuensi akibat deviasi/penyimpangan yang
terjadi terhadap parameter proses.
h) Neraca massa dan energi.
i) Dll.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 28 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

e. Menyediakan informasi peralatan yang digunakan pada fasilitas proses


yang mencakup:
a) Bahan konstruksi yang digunakan.
b) Piping and Instrumentation Diagram (P&ID).
c) Desain (termasuk desain basis filosofi), data teknis, dan spesifikasi
peralatan yang digunakan:
• Peralatan listrik.
• Relief systems.
• Peralatan instrumentasi.
• Ventilation system.
• Cooling Systems.
• Fire & safety systems (interlocks, detection or suppression
systems, dll)
• Dll.
d) Design Codes & Standards yang digunakan (baik terhadap peralatan
yang telah terpasang sesuai desain awal maupun terhadap peralatan
yang telah mengalami perubahan/modifikasi).
e) Equipment layout.
f) Safety Analysis Function Evaluation (SAFE) chart.
g) Dll.
f. Informasi keselamatan proses tersebut harus disediakan dan
ditempatkan pada lokasi yang mudah diakses oleh pekerja yang
relevan sehingga dapat digunakan saat normal operation maupun
dalam kondisi emergency.
g. Dokumen Informasi keselamatan proses harus dikelola dengan baik
sehingga terkendali, terupdate, akurat, dan mudah diakses serta
dikomunikasikan menggunakan metode/media yang efektif dan mudah
dipahami kepada pihak yang relevan. Penggunaan sistem teknologi
dan kodifikasi dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan, komunikasi dan integrasi informasi keselamatan proses.
h. Perubahan yang terjadi terhadap/terkait/berdampak terhadap fasilitas
proses harus memperbarui informasi keselamatan proses yang telah
dikelola.
i. Melakukan evaluasi terhadap Sub-elemen Process Safety Information
serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.

2) Analisis Bahaya Proses (Process Hazard Analysis)

Process hazard analysis (PHA) menjadi dasar/basis bagi pengelolaan


Process Hazard/Major Accident Hazard selama siklus hidup dari fasilitas
(Facility Life Cycle) dengan melakukan aktivitas identifikasi bahaya dan
melakukan evaluasi terhadap risiko yang ada pada fasilitas proses
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 29 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

tersebut sehingga dampak terhadap People, Environment, Asset,


Reputation & Liability (PEARL) dapat dikelola mitigasinya hingga batas
toleransi yang ditetapkan (As Low As Reasonable & Practicable/ALARP).
Analisis bahaya proses dilakukan menggunakan metode penilaian risiko
(Risk Assessment) formal yang telah disusun secara sistematis dan telah
ditetapkan oleh Pertamina sehingga dapat memenuhi kriteria Penilaian
Risiko yang berlaku di Pertamina.

Tujuan dari Elemen PHA antara lain sebagai berikut.


a. Memastikan proses identifikasi bahaya proses/major accident hazard
(termasuk aktivitas pekerjaan kritikal berdasarkan hasil risk
assessment), penilaian risiko, penentuan tindakan pencegahan dan
pengendalian risiko telah dilakukan dengan tepat, komprehensif, dan
sistematis menggunakan metode pengelolaan risiko yang berlaku di
Pertamina selama siklus hidup fasilitas (Facility Life Cycle).
b. Memastikan seluruh bahaya proses/major accident hazard dan
rekomendasi/mitigasi PHA telah dikomunikasikan, dipahami,
diimplementasikan, dan ditindaklanjuti sesegera mungkin oleh personel
yang relevan dalam organisasi untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan process safety barrier dengan menyusun rencana kerja,
melaksanakan, monitoring, dan melakukan evaluasi terhadap tindak
lanjut penyelesaiannya hingga tuntas.
c. Memastikan semua risiko terkait dengan fasilitas proses telah dikelola
secara efektif dan telah mencapai level tolerable (As Low As
Reasonable & Practicable/ALARP) yang ditetapkan.

Persyaratan dari Elemen PHA antara lain sebagai berikut.


a. Melaksanakan PHA study sebagai bagian dari risk assessment dengan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Apabila pelaksanaan risk assessment dilakukan dengan metode
kualitatif yang menggunakan risk assessment matrix (RAM), maka
pelaksanaan risk assessment harus mengacu kepada Pedoman No.
A7-003/S00100/2019-S0 tahun 2019, tentang Pedoman Pengelolaan
HSSE Berbasis Risiko dan/atau perubahannya. Dalam melaksanakan
Studi PHA, perlu mempertimbangkan hal berikut antara lain.
a) Menyusun dan menetapkan STK yang mengatur tentang Process
Hazard Analysis.
b) Menetapkan risk acceptance criteria pada setiap kegiatan operasi
dan terhadap fasilitas proses yang dioperasikan serta
mengomunikasikannya kepada para pihak yang terkait. Penetapan
Risk acceptance criteria dapat menjadi dasar dalam penetapan
ALARP (As Low As Reasonable & Practicable) level. Penetapan
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 30 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

tingkat risiko yang dapat ditoleransi dilakukan dengan


mempertimbangkan dampak process hazard/ major accident
hazard terhadap PEARL (People, Environment, Asset, Reputation
& Liability).
c) Menetapkan fasilitas proses yang akan dilakukan PHA study sesuai
dengan dan selama siklus hidup fasilitas/Facility Life Cycle yang
mencakup proyek baru, fasilitas proses existing, dan faslitas yang
mengalami perubahan atau usulan untuk melaksanakan MoC
(Management Of Change) yang berdampak terhadap fasilitas
proses. Penetapan batasan setiap proses yang akan dilakukan
PHA study agar ditentutkan dengan jelas sebagai dasar lingkup
pelaksanaan PHA.
d) Membentuk tim PHA untuk melakukan analisa terhadap bahaya
proses dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
• Tim PHA berasal dari berbagai Fungsi yang relevan seperti,
namun tidak terbatas pada Fungsi Engineering, Proyek,
Operasi, Reliability, Maintenance, HSSE, dll.
• Tim PHA harus tersusun dari personel-personel dengan latar
belakang multidisiplin keilmuan/keahlian yang relevan.
• untuk meningkatkan kualitas, kesesuaian, kecukupan, dan
efektivitas PHA, anggota Tim PHA harus mendapatkan
pelatihan PHA yang dibuktikan dengan sertifikat mengikuti
pelatihan PHA. Khusus untuk pemimpin Tim PHA harus
memiliki sertifikat kompetensi PHA leader.
• seluruh tim PHA harus hadir dan berpartisipasi aktif dalam
kegiatan atau rapat penyusunan PHA study yang ditunjukkan
dengan bukti kehadiran.
• apabila dibutuhkan, pelaksanaan PHA study dapat difasilitasi
oleh pihak ketiga yang kompeten, memenuhi persyaratan
tersebut diatas, dan memiliki pengalaman yang cukup.
e) Menyusun program kerja Tim PHA dan menetapkan jadwal
pelaksanaan meeting Tim PHA agar pelaksanaan PHA tercontrol
dan termonitor.
f) Menetapkan metode PHA yang akan digunakan. PHA study yang
dilaksanakan dapat menggunakan satu metodologi PHA atau lebih
sesuai dengan kebutuhannya. Penjelasan lebih lanjut mengenai
Metode PHA selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1. Metode
PHA.
g) Melaksanakan PHA Study sesuai dengan lingkup, batasan proses,
skenario proses, risk acceptance criteria yang ditetapkan,
metodologi PHA yang akan digunakan, dan program kerja Tim
PHA, dll. dengan melibatkan seluruh Tim PHA yang telah
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 31 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

ditetapkan (dan bila dibutuhkan, dapat melibatkan expert dari luar


organisasi). Informasi keselamatan proses (Process Safety
Information) yang terkini harus tersedia sebagai inputan dan
menjadi pembahasan analisa dalam pelaksanaan Process Hazard
Analysis.
h) PHA Study yang dilakukan harus mampu mengidentifikasi process
hazard/major accident hazard yang terkait, menilai risiko dan
menetapkan pengendalian risiko yang dibutuhkan berdasarkan
hierarki pengendalian risiko untuk mencegah terjadinya process
safety event.
i) Pengendalian risiko/rekomendasi PHA Study sebaiknya mencakup
3 (tiga) proses safety barrier yaitu Plant Barrier, Process and
Procedure Barrier, dan People Barrier.
j) Menyusun laporan hasil PHA study untuk tiap proses yang dianalisa
dengan mengikuti sistematika laporan PHA study mengikuti
Lampiran 5.2.
k) Melaporkan hasil PHA study secara tertulis dan
mengomunikasikannya kepada pejabat pemberi tugas dan fungsi
terkait untuk ditindaklanjuti.
l) Untuk memastikan kesesuaian hasil PHA study dengan kondisi
aktual dari fasilitas proses dan/atau untuk mengakomodasi
perubahan yang telah dilakukan terhadap fasilitas proses
(Management Of Change terkait teknologi atau fasilitas proses)
maka perlu dilakukan revalidasi PHA secara periodik (dapat
dilakukan maksimum 5 tahun sekali).

b. Menindaklanjuti rekomendasi hasil PHA study untuk mengendalikan


bahaya kecelakaan besar/major accident hazard dan risiko
besar/major risk.
Upaya pengendalian yang telah ditetapkan dalam rekomendasi PHA
study harus ditindaklanjuti sehingga seluruh process safety barrier
yang dibutuhkan (Plant Barrier, Process/Procedure Barrier, dan People
Barrier) untuk mencegah terjadinya Process Safety Event telah
dipastikan ketersediaannya dan dapat berfungsi secara efektif.
Pemenuhan terhadap tindaklanjut pengendalian tersebut dilakukan
terhadap pengendalian existing yang sudah tersedia atau
pengendalian tambahan/modifikasi yang dibutuhkan untuk
menurunkan risiko sampai tingkat ALARP. Dalam menindaklanjuti
rekomendasi PHA Study dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
hal berikut.
a) Menyusun rencana/program kerja pengendalian risiko proses
berdasarkan rekomendasi PHA Study dan melalui pendekatan risk
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 32 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

based sehingga dapat menghilangkan/mengurangi risiko dari


Process Safety Events yang dapat terjadi.
b) Mengomunikasikan rencana/program kerja pengendalian risiko
proses kepada seluruh pekerja terkait ataupun fungsi terkait melalui
metode komunikasi efektif yang telah ditetapkan (sebagai contoh
berupa dokumen/rekaman/meeting/sosialisasi/safety talk atau
sejenisnya, dll).
c) Melaksanakan seluruh program/rencana kerja pengendalian risiko
proses yang telah disusun hingga mencapai tingkat ALARP dengan
memprioritaskan pendekatan risk based sesuai dengan hierarki
pengendalian risiko; memenuhi kewajiban untuk memenuhi
regulasi yang berlaku, sejalan dengan tujuan dan sasaran
Pertamina, dan mempertimbangkan masukan stakeholder; serta
mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dan menyediakan
sumber daya yang dibutuhkan (tidak hanya berdasarkan pada
keekonomian) untuk menjalankan program/rencana kerja tersebut.

c. Memantau/monitor pelaksanaan rekomendasi PHA Study untuk


memastikan dan menilai efektivitas implementasi rencana/program
kerja pengendalian risiko proses hingga mencapai ALARP (As Low As
Reasonable & Practicable).
Monitoring Pelaksanaan Rekomendasi PHA Study dapat dilakukan
melalui :
a) Melaksanakan monitoring secara periodik/rutin terhadap
implementasi rekomendasi PHA Study yang mencakup
pengelolaan terhadap Plant Barrier, Process and Procedure
Barrier, dan People Barrier.
b) Menganalisis dan mengevaluasi sisa risiko dari pengendalian yang
sudah dilakukan dan mengelola sisa risiko tersebut hingga
mencapai level ALARP.
c) Mengembangkan action tracking dan dashboard monitoring
rekomendasi PHA Study serta mengomunikasikan progress
monitoring kepada manajemen.

d. Mengelola informasi terdokumentasi terkait PHA.


Semua informasi terdokumentasi yang terkait dengan Process Hazard
Analysis beserta implementasi/tindak lanjutnya perlu
didokumentasikan sebagai sumber informasi untuk pengelolaan
PSAIMS selanjutnya serta sebagai input untuk perbaikan
berkelanjutan. Pengelolaan informasi terdokumentasi terkait PHA ini
menjelaskan lebih lanjut implementasi Proses 3 – Organisasi,
Tanggung Jawab, Sumber Daya, dan Informasi Terdokumentasi pada
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 33 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Butir 1) b tentang Informasi Terdokumentasi spesifik terkait


pengelolaan PHA.

Pada prinsipnya, sistem pengelolaan informasi terdokumentasi yang


terkait dengan Process Safety Hazard Analysis mencakup antara lain.
a) Menyediakan catatan/rekaman tentang PHA Study yang dilakukan
meliputi:
• Tersedianya seluruh laporan hasil PHA Study yang telah
dilakukan sesuai dengan tahapan facility life cycle yang
berlangsung.
• Tersedianya notulen rapat yang menunjukkan rekomendasi hasil
PHA Study sudah dilaporkan, dibahas, atau ditinjau oleh
manajemen.
b) Menyediakan catatan/rekaman terhadap tindaklanjut/ pelaksanaan
Rekomendasi PHA Study yang meliputi :
• Tersedianya rencana/program tindak lanjut terhadap
rekomendasi PHA study dan sistem registering yang dilakukan.
• Tersedianya notulen/rekaman & catatan terhadap komunikasi
dan pembahasan rekomendasi PHA Study dengan pihak/fungsi
terkait.
• Tersedianya rekaman/catatan implementasi rekomendasi PHA
Study.
c) Menyediakan catatan/rekaman pemantauan pelaksanaan
rekomendasi PHA study berupa action tracking/sistem monitoring
untuk memastikan rekomendasi PHA Study telah ditindaklanjuti.
d) Seluruh informasi terdokumentasi terkait dengan PHA harus
dikelola dengan baik sehingga mampu menyajikan informasi yang
akurat, mutakhir, mudah diakses, terkontrol, dan traceable.
e. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Process Hazard Analysis serta
melakukan tindak lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.

5. PROSES 5 - PERENCANAAN DAN PROSEDUR


Organisasi harus menyusun sistem dan rencana pengendalian risiko bahaya
proses yang dibutuhkan berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi yang
dilakukan pada proses 4 tentang Manajemen Risiko. Pendekatan risk based
menjadi acuan dalam penyusunan sistem dan rencana pengendalian
sehingga keberlangsungan bisnis dapat dicapai. Sistem tersebut
dikembangkan dengan menyusun Sistem Tata Kerja yang efektif, cukup dan
sesuai dengan kebutuhan pengendalian risiko terhadap bahaya proses yang
diidentifikasi pada facility life cycle sehingga fasilitas proses dapat dibangun,
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 34 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

di-commissioning, dioperasikan, dipelihara dan di-demolish/decomissioning/


abandonment (end of life) secara aman.

1) Prosedur Operasi (Operating Procedure)


Prosedur Operasi/Operating Procedure merupakan elemen untuk
meyakinkan bahwa aktivitas operasional yang terkait dengan fasilitas
proses telah diidentifikasi, dikembangkan, tersedia, akurat, terkini,
dipahami sehingga dapat diimplementasikan secara efektif selama Siklus
Hidup Fasilitas (Facility Life Cycle).

Tersedianya prosedur operasi akan membantu fasilitas proses dapat


dioperasikan secara aman sesuai dengan desain (termasuk menjaga
performance standard yang ditetapkan terpenuhi sesuai dengan umur
desain).

Tujuan dari elemen Operating Procedure antara lain sebagai berikut.


a. Memastikan prosedur operasi telah diidentifikasi, dikembangkan,
ditetapkan, tersedia dan diimplementasikan secara konsisten, akurat,
terkini serta dikelola dengan baik agar mudah diakses oleh pekerja dan
kontraktor yang terkait serta terkontrol.
b. Memastikan prosedur operasi berisi instruksi yang jelas, mencukupi,
sesuai, dan efektif untuk dapat mengoperasikan fasilitas proses dan
peralatan yang terkait lainnya secara aman.
c. Memastikan prosedur operasi sudah mempertimbangkan seluruh
tahapan dalam proses manajemen risiko dan mampu berfungsi secara
efektif sebagai pengendalian risiko proses.

Persyaratan dari Operating Procedure antara lain sebagai berikut.


a. Mengidentifikasi, menyusun, menetapkan, dan memperbarui STK
tentang pengelolaan operasional secara mencukupi, sesuai, dan
efektif. STK tersebut harus mengatur tentang:
a) Langkah-langkah/alur proses untuk melaksanakan lingkup
pekerjaan/aktivitas terkait dengan pengelolaan operasional pada
fasilitas proses.
b) Informasi bahaya dan pengendaliannya yang terkait dengan
pengoperasian fasilitas proses berdasarkan hasil Process Hazard
Analysis (PHA) Study, Process Safety Information yang terkait serta
Human Factor (pengaruh manusia) yang dapat menyebabkan
terjadinya process safety incident . Pengendalian tersebut mencakup
pengelolaan terhadap integritas process safety barrier (Functionality,
Availability, Reliability, Survivability and Interaction (FARSI)) antara
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 35 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

lain Plant Barrier, Process Barrier dan People Barrier yang


dibutuhkan untuk mengelola risiko proses.
c) Informasi batasan parameter operasi yang diatur dalam desain
proses (temperatur, tekanan, aliran, level, waktu, komposisi, dll.) dan
sesuai dengan safe operating envelope yang ditetapkan.
d) Informasi konsekuensi bila terjadi penyimpangan/deviasi terhadap
batas parameter proses yang ditetapkan serta sistem pengendalian
yang harus dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi
penyimpangan/deviasi maupun process safety incident yang dapat
terjadi. Penyimpangan/deviasi terhadap batasan parameter operasi
harus dikelola untuk mencegah terjadinya process safety incident di
antaranya dengan menyusun sistem pengelolaan terhadap
downgraded situation sehingga fasilitas proses dapat dioperasikan
secara aman.
e) Tugas dan tanggung jawab para pihak yang terkait untuk
melaksanakan lingkup prosedur operasi yang berlaku serta
persyaratan komunikasi/sosialisasi/pelatihan yang efektif terhadap
prosedur operasi tersebut.
f) Pembaruan/tinjauan terhadap prosedur operasi harus dilakukan
secara periodik (sesuai dengan pedoman manajemen STK yang
berlaku) atau ketika terjadi process safety incident (baik yang terjadi
di internal maupun eksternal (yang relevan dengan risiko kegiatan
operasi), atau ketika terjadi perubahan yang terkait/berdampak
terhadap pengoperasian fasilitas proses (Management Of Change)
yang dilakukan.
b. Prosedur operasi tersebut harus mencakup, namun tidak terbatas
pada:
a) Initial Startup (Startup awal);
b) Normal Operations (Normal Operasi);
c) Normal Shut-down;
d) Emergency Shut-down;
e) Maintenance (Pemeliharaan) dan troubleshoot (memecahkan
masalah) terhadap abnormality yang terjadi;
f) Isolation (isolasi terhadap/dari proses operasi);
g) Disposal system (sistem pembuangan);
h) Decommissioning/ demolish/ abandonment (End of process life).
c. Prosedur operasi yang telah ditetapkan harus dikomunikasikan kepada
seluruh operator/pihak terkait (tidak terbatas pada fungsi Maintenance,
Produksi, Planning, HSSE, Inspeksi, dll) melalui sosialisasi dan/atau
pelatihan dan/atau coaching dan/atau simulasi yang dibutuhkan untuk
meyakinkan operator/pihak terkait tersebut telah memahami dan
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 36 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

mampu melaksanakan prosedur operasi tersebut dengan benar dan


aman.
d. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Prosedur Operasi (Operating
Procedure) serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara
berkelanjutan.

2) Kesiapan Operasi (Operational Readiness)/ Tinjauan Keselamatan


Pra-Startup (Pre Start-up Safety Review/ PSSR)
Operational Readiness/PSSR merupakan elemen untuk meyakinkan
bahwa terdapat proses sistematis yang dilakukan untuk memastikan dan
memverifikasi langkah-langkah proses, fasilitas proses, dan peralatan
terkait yang kritikal telah dipersiapkan dan dalam kondisi aman, personel
terkait telah dipersiapkan dengan tepat serta tersedia prosedur dan
informasi terdokumentasi yang dibutuhkan sebelum memulai atau kembali
ke operasi normal sehingga potensi bahaya dan risiko terkait dengan
pelaksanaan kegiatan startup dapat dikelola hingga level ALARP untuk
mencegah terjadinya Process Safety Incident.

Tujuan dari elemen Operational Readiness/PSSR antara lain namun tidak


terbatas pada:
a. Memastikan tinjauan keselamatan yang sesuai telah dilakukan sebelum
startup dilaksanakan dengan meninjau kesiapan proses atau fasilitas
yang telah dibangun sesuai desain (kesiapan terhadap plant barrier),
kesiapan proses barrier (termasuk prosedur dan informasi
terdokumentasi yang terkait dengan kegiatan start up, operasional,
maintenance dan emergency), dan kesiapan terhadap people barrier
(mencakup kompetensi, knowledge, dan ketersediaan personel yang
dibutuhkan) serta seluruh rekomendasi terkait dalam Process Hazard
Analysis (PHA) telah ditindaklanjuti.
b. Memastikan seluruh personel yang terkait dengan pelaksanaan start up
(mencakup, namun tidak terbatas pada: Tim project, operation/
production, maintenance, HSSE, dan contractor) telah memiliki
kompetensi, pengetahuan, dan dapat melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap langkah-langkah kritikal terhadap startup yang akan
dilaksanakan sehingga dapat beroperasi sesuai dengan desain yang
ditetapkan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 37 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Persyaratan dari Operational Readiness/PSSR antara lain namun tidak


terbatas pada:
a. Menyusun dan menetapkan STK tentang pelaksanaan Operational
Readiness/ Pre-Start Up Safety Review yang mengatur tentang proses
sistematis untuk memastikan kesiapan operasional dan integritas
sistem sebelum fasilitas proses di operasikan.
b. Operational Readiness/ Pre-Start Up Safety Review dilakukan oleh tim
yang terdiri dari multidisiplin, kompeten, dan independen serta disahkan
oleh pejabat berwenang sebelum aktivitas startup dilakukan.
c. Operational Readiness/Pre-Start Up Safety Review dilakukan terhadap
startup pada:
a) Proyek baru;
b) Perluasan/Revamping fasilitas proses;
c) Modifikasi terhadap sistem/teknologi pengoperasian fasilitas/
modifikasi instalasi;
d) Overhaul/Turn Arround;
e) Operational shutdown/emergency shutdown/maintenance
shutdown;
f) Unit idle lebih dari 3 bulan (penentuan batas waktu dapat ditentukan
berdasarkan pada kajian risiko yang telah mempertimbangkan
preservation mothballing dan potensi terjadinya kerusakan fasilitas
selama idle).
d. Untuk melaksanakan Operational Readiness/Pre-Startup Safety
Review yang efektif, maka langkah-langkah berikut dapat dilakukan
namun tidak terbatas pada:
a) Tim Operational Readiness/Pre-Startup Safety Review harus
mendapatkan pelatihan yang mencukupi tentang tugas dan tanggung
jawabnya sebagai Tim Operational Readiness/Pre-Startup Safety
Review dan materi lain yang dibutuhkan sesuai dengan jabatannya
dalam organisasi Operational Readiness/Pre-Startup Safety Review;
b) Identifikasi kebutuhan yang mengharuskan Operational Readiness/
Pre-Startup Safety Review dilaksanakan sesuai butir 2) c di atas.
c) Tentukan jenis Operational Readiness/Pre-Startup Safety Review
yang akan dilakukan (Simple Operational Readiness/Pre-Startup
Safety Review yang dapat menggunakan formulir yang singkat atau
Complex Operational Readiness/ Pre-Startup Safety Review yang
menggunakan pemeriksaan yang lebih mendalam terhadap aspek
engineering dan process safety dengan melihat P&IDs, Schematic
Diagram, Safety Data Sheet, Operating Procedures, Maintenance
Procedures, dan Safe Work Practice, dll);
d) Bentuk dan tetapkan Tim Operational Readiness/ Pre-Startup Safety
Review terkait;
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 38 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

e) Melaksanakan Operational Readiness/ Pre-Startup Safety Review;


f) Lengkapi dokumentasi Operational Readiness/ Pre-Startup Safety
Review yang dibutuhkan dan tuangkan dalam checklist;
g) Menyusun laporan hasil pelaksanaan Operational Readiness/ Pre-
Startup Safety Review. Laporan tersebut harus di-review, divalidasi
dan disetujui sebagai dasar tindaklanjut dan sebagai lesson learn
PSSR berikutnya.
h) Menindaklanjuti setiap action yang harus dilakukan setelah startup
dilaksanakan;
i) Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap program
Operational Readiness/ Pre-Startup Safety Review berikutnya.
j) Apabila seluruh item pemeriksaan dalam Operational Readiness/
Pre-Startup Safety Review telah ditindaklanjuti maka Startup dapat
dilaksanakan.
e. Operational Readiness/ Pre-Startup Safety Review dilakukan dengan
memastikan pemeriksaan berikut telah dilaksanakan antara lain namun
tidak terbatas pada:
a) Hal-hal yang kritikal untuk mencapai Safe Operation telah
diidentifikasi dan dipastikan pemenuhan mitigasinya.
b) Fasilitas sementara telah dicabut atau dibersihkan, seperti temporary
cable, scaffolding, blind flange temporary, tagging LOTO (Lock Out
Tag Out), dll.
c) Sistem proteksi dan sistem keselamatan telah diperiksa dan
dilakukan tes fungsi (interlock, safety instrumented system, shutdown
system/control system, indikator, dll.) oleh pihak yang kompeten.
d) Pemeriksaan dan pengujian peralatan (termasuk pengujian dan
pemeriksaan individual peralatan) dan piping system oleh pihak yang
kompeten. Pemeriksaan dan pengujian termasuk peralatan yang
terpasang saat konstruksi dan modifikasi yang telah dilakukan
mencakup hydrostatic test, popping test PSV, motor/turbine solo run,
steam blowing, dll.
e) Semua peralatan sudah terpasang sesuai desain dan spesifikasi.
f) Tersedia bukti atau dokumentasi punch list, loop check/route check
sesuai P&IDs, ataupun checklist PSSR lainnya yang telah diperiksa
oleh pelaksana terkait dan disahkan oleh pejabat berwenang.
g) Semua rekomendasi PSSR dan PHA terutama untuk kategori risiko
tinggi sudah diidentifikasi, dilaksanakan, dan di-monitor
pemenuhannya sebelum aktivitas startup dilaksanakan.
h) Prosedur operasi (startup, operasi normal, dan emergency shut
down), pemeliharaan, dan tanggap darurat telah tersedia dan/atau
telah di-review serta telah disahkan oleh pihak yang terkait. Referensi
standar yang berlaku juga harus tersedia. Prosedur dan standar
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 39 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

tersebut harus tersedia dalam bentuk soft file atau hard copy
sehingga dapat digunakan untuk memastikan compliance-nya.
i) Training yang diperlukan untuk pekerja yang terkait dengan kegiatan
startup dan operation telah dilaksanakan.
j) Regulasi dan perizinan yang terkait dengan kegiatan operasional
sudah dipenuhi.
f. Operational Readiness/ Pre-Startup Safety Review harus
mempertimbangkan temuan dan rekomendasi hasil Operational
Readiness/ Pre-Startup Safety Review sebelumnya sebagai bahan
improvement.
g. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Operational Readiness/ Pre-
Startup Safety Review serta melakukan tindak lanjut perbaikannya
secara berkelanjutan.

3) Integritas Aset (Asset Integrity) - Terkait Perencanaan dan Prosedur


Asset Integrity merupakan usaha untuk merancang, memasang, dan
menjaga (merawat, memperbaiki, dan mengoperasikan) aset dengan
proper sesuai spesifikasinya dan selalu siap pakai secara efektif dan
efisien sekaligus melindungi manusia, lingkungan, aset, reputasi, dan
liability dari potensi bahaya proses/major accident hazard sepanjang umur
fasilitas. Asset integrity dilakukan guna menjamin fungsi, keterpaduan
mekanis dan physical (plant) terhadap peralatan serta sistem kontrol
proses/operasi berjalan secara berkesinambungan dengan menerapkan
praktik desain, konstruksi, dan operasi yang baik. Tujuannya adalah
mencegah/memitigasi process safety major accident di fasilitas operasi
atau produksi. Untuk operasi di upstream (Sub-holding upstream) dan
geothermal (Sub-holding power & new renewable energy) juga termasuk
potensi bahaya proses/major accident hazard operasi pengeboran dan
sumur/well.

Pembahasan elemen asset integrity dalam pedoman ini dibagi menjadi 2


lingkup pembahasan yaitu asset integrity pada proses 5 – Perencanaan
dan Prosedur yang menekankan pada aspek kesisteman dan
perencanaan yang dibutuhkan dalam pengelolaan asset integrity, dan
asset integrity pada proses 6 – Implementasi dan Pengendalian
Operasional yang berfokus pada penerapan asset integrity sebagai
pengendalian operasional.

a. Sistem Asset Integrity


Untuk melaksanakan asset integrity secara efektif dan konsisten
dibutuhkan sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan asset integrity
bertujuan untuk memastikan integritas dan keandalan suatu aset
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 40 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

sepanjang siklus hidupnya. Sistem ini diterapkan lewat pelaksanaan


kegiatan-kegiatan yang sistematis, seperti dalam tahap konsep desain,
engineering & konstruksi, operasi, pemeliharaan, dan pengujian yang
diperlukan untuk memastikan bahwa aset atau fasilitas atau peralatan
didesain, difabrikasi, dipasang, dioperasikan dan dirawat sesuai dengan
Prosedur, Standard, dan Codes yang diakui, memenuhi maksud
desainnya dan selalu siap pakai sampai dengan dikeluarkan/
ditinggalkan dari operasi. Sistem pengelolaan asset integrity yang
dituangkan dalam Sistem Tata Kerja dan diturunkan dalam perencanaan
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pengelolaan terhadap peralatan
kritikal dan SECE (Safety & Environment Critical Element) berdasarkan
pendekatan risk based dan hasil studi identifikasi bahaya dan penilaian
risiko yang telah dilakukan sehingga integritas dan keandalannya tetap
terjaga.
Sistem pengelolaan Asset Integrity yang dimaksud dalam Pedoman
PSAIMS ini dijelaskan secara lebih detail dalam Pedoman Asset
Integrity Management System (AIMS) yang diterbitkan oleh Direktorat
Logistik & Infrastruktur Holding.

Tujuan dari Sistem Asset Integrity antara lain sebagai berikut.


a) Memastikan tersedianya sistem untuk memprioritaskan aset
berdasarkan risiko Safety dan Enviromental yang kritikal, termasuk
safety device sehingga dapat berfungsi ketika dibutuhkan dan/atau
terjadi keadaan darurat.
b) Merencanakan kegiatan Asset Integrity yang meliputi inspection,
testing, and maintenance agar dapat dilaksanakan secara optimal
dengan biaya yang wajar (efektif dan efisien).
c) Merencanakan quality assurance system & quality control untuk
menjamin bahwa fasilitas memenuhi spesifikasi rancangan dan
standar konstruksi guna mengurangi frekuensi kegagalan dan
mencegah insiden akibat kegagalan peralatan terutama yang
berpotensi menyebabkan catastrophic releases.
d) Memastikan penentuan organisasi/departemen yang akan berperan
dan bertanggung jawab dalam pengelolaan asset integrity serta
Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam Sistem Pengelolaan
Asset Integrity memenuhi jumlah, kompeten, dan mendapatkan
pelatihan yang sesuai.
e) Memastikan mode kegagalan telah dipahami berdasarkan metode
analisis kegagalan yang sudah disusun serta menyusun strategi
pemeliharaan yang tepat berdasarkan evaluasi terhadap kegagalan
peralatan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 41 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

f) Memastikan adanya proses Plan-Do-Check-Action dalam sistem


pengelolaan Asset Integrity.
g) Memastikan penggunaan standar/ code/ industry practice/
manufacturers/ regulasi yang berlaku dalam implementasi sistem
pengelolaan Asset Integrity.

Persyaratan dari Sistem Asset Integrity antara lain sebagai berikut.


a) Menyusun dan menetapkan STK mengenai Asset Integrity yang
mencakup antara lain.
• Siklus hidup pengelolaan Asset Integrity sejak tahap
pembentukan/ pembuatan/ penciptaannya peralatan proses &
sistemnya sampai dengan akhir pemakaiannya, yaitu dari konsep
desain, desain detail dan konstruksi, commissioning & startup,
operasi & pemeliharaan, decommissioning dan PDCA dalam
sistemnya.
• Sistem manajemen Asset Integrity yang terintegrasi dengan
proses bisnis dari organisasi.
• Pendataan dan pemilihan aset yang termasuk dalam manajemen
Asset Integrity, klasifikasi aset, data teknis, struktur hierarki aset,
dan pengaturan mengenai kriteria penentuan Critical Element
(termasuk peralatan dan sistem yang dikategorikan sebagai
SECE/Safety & Environment Critical Element) beserta
penyusunan performance standard-nya berdasarkan FARSI
(Functionality, Availability, Reliability, Survivability, dan
Interaction) saat project dan setelah operasi.
• Kegiatan rancangan dan konstruksi suatu fasilitas baru atau
modifikasi telah menggunakan standar dan rekomendasi praktis
(design practices and standards) serta peraturan/regulasi yang
berlaku.
• Pelaksanaan quality assurance & quality control (inspeksi dan
pengujian) mulai tahap engineering, procurement, konstruksi,
pemeliharaan, dan pengujian untuk menjamin bahwa fasilitas
proses telah memenuhi spesifikasi rancangan dan standar
konstruksi.
• Pengaturan tentang dokumentasi data rancangan, pengendalian
rancangan, spesifikasi material dan peralatan serta jasa yang
digunakan, kontrak, fabrikasi, konstruksi, startup, operasi,
inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan suatu fasilitas.
• Ketentuan penggunaan peralatan bekas dalam proyek atau
modifikasi dan peralatan yang semakin menua (aging) misal, Late
Life Assessment.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 42 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

• Penjelasan pembuatan dan penentuan rencana inspection,


testing, and maintenance aset yang minimal meliputi: identifikasi
mekanisme kerusakan dan kegagalan peralatan, pemilihan jenis
maintenance, acceptance criteria, interval, dan pertimbangannya,
dasar standar/ code/ industry practice/ manufacturers/ regulasi
yang digunakan, penggunaan risk based analysis dan safety &
realiability analysis, keperluan akan sampling termasuk dasar
penentuannya, jadwal maintenance, dan dokumentasinya.
• Penggunaan perangkat pendukung untuk pengelolaan asset
integrity meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Aktivitas
pemeliharaan yang mencakup:
o Perangkat keras antara lain peralatan maintenance dan
peralatan inspeksi.
o Perangkat lunak antara lain Computerized Maintenance
Management System (CMMS) dan Enterprise Resource
Planning Software (MySAP).
• Penjabaran pelaksanaan dan monitoring kegiatan inspection,
testing, and maintenance yang minimal meliputi: program kerja,
perintah kerja, dokumentasi (riwayat maintenance, keterangan
aset, kegiatan maintenance yang dilakukan, acceptance criteria,
hasil/temuan kegiatan maintenance, perbaikan/intervensi, analisa
dan rekomendasi), pembaruan profil risiko dan strategi serta
program dari hasil inspection, testing, and maintenance,
prosedur/manual berdasar standar/ code/ practice/
manufacturers/ regulasi, kualifikasi personel pelaksana, ketentuan
apabila ada perubahan jadwal baik pemunduran/deferral atau
perubahan interval pelaksanaan maintenance, dan pengawasan
kinerja dan hasil kegiatan maintenance melalui Key Performance
Indicator (KPI) yang ditetapkan. Key Performance Indicator
selanjutnya dapat mengacu pada KPI yang ditetapkan pada
Lampiran 4. KPI harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak
terkait di Pertamina secara periodik sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
• Pencatatan incident/accident atau kegagalan yang terjadi pada
aset.
• Penanganan defisiensi dalam pengelolaan asset integrity
dilakukan berdasarkan hasil Root Cause Analysis (RCA)/evaluasi,
risk asessment, penyusunan rencana mitigasi (misalnya
temporary repair, inspeksi, patroli, pengukuran kandungan gas,
penyesuaian jadwal/interval pemeriksaan dengan frekuensi lebih
ketat, dan ketentuan mengenai Major Integrity Threat (MIT) untuk
defisiensi yang mengandung risiko tinggi dll., persetujuan dari
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 43 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

pejabat yang berwenang, dan komunikasi dengan pihak terkait


untuk dilaksanakan.
• Penanganan ketidaksesuaian terhadap ketentuan keselamatan
peralatan proses dan proteksinya (variance atau derogation)
• Tingkat persetujuan akan deviasi (deficiency, deferral/backlog,
variance/derogation, override & inhibit) mengikuti kritikalitas
peralatan atau hasil risk assessment kondisi deviasi. Penggunaan
standar risk matrix sesuai dengan pedoman pengelolaan HSSE
yang berlaku.
• Continuous improvement, sistem pengukuran kinerja
(KPI/Metrics), Audit.
• Tugas dan Tanggung Jawab (RASCI), serta Pelatihan dan
Sertifikasi.
b) Menyusun STK/TKO mengenai temporary repair (misal: evaluasi
kesesuaian desain, quality control dan quality assurance
pemasangan/konstruksi, dokumentasi dan pencatatan, inspeksi
yang diperlukan, durasi pemakaian dan tracking penyelesaian ke
permanen.
c) Membuat daftar standar, peraturan, regulasi yang digunakan
sebagai acuan dalam kegiatan desain, konstruksi, inspeksi, operasi,
pemeliharaan dan decommissioning.
d) Menyusun prosedur/manual terkait penggunaan alat inspeksi,
pengujian, pengukuran, dan kalibrasi yang dibutuhkan.
e) Menyusun prosedur maintenance sebagai acuan untuk kegiatan
pemeliharaan peralatan. Prosedur maintenance antara lain, namun
tidak terbatas pada:
• Bejana Bertekanan dan Tangki.
• Sistem perpipaan (pipeline, flowline, trunkline, in-plant piping).
• Relief and vent systems and devices.
• Bangunan struktur di perairan yang digunakan pada kegiatan
usaha minyak dan gas bumi, dan FPSO/FSO.
• Emergency shutdown systems.
• Sistem kendali (critical alarm, control and shutdown equipment).
• Pompa dan kompresor.
• Peralatan SECE dan peralatan terkait lainnya.
• Ada program predictive/preventive maintenance.
f) Menyusun Performance Standard untuk SECE yang mencakup
sebagai berikut.
• Functionality.
• Availability
• Reliability.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 44 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

• Survivability.
• Interdependency/Interaction.
Performance Standard tersebut perlu dilengkapi dengan referensi
standar yang diacu, langkah-langkah untuk mencapai standar
tersebut, dan menjelaskan pihak-pihak yang bertanggung jawab
untuk memenuhi setiap kriteria performa yang ditetapkan.
Pengertian dan penjelasan dari poin a – c dapat dilihat pada
Performance Standard SECE di Lampiran 1 – Pengertian.
g) Melakukan analisis asset integrity untuk peralatan kritikal dan SECE
yang mencakup:
• Analisis keandalan dari peralatan SECE.
o Mengetahui mode kegagalan yang dapat terjadi (kegagalan
spesifik atau sistemik) guna menentukan metode/rencana
perawatan yang paling tepat.
o Mengetahui mode dan konsekuensi kegagalan (misalnya
melalui metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA))
yang dapat terjadi sebagai dasar untuk kebutuhan
inspeksi/pengujian; menyempurnakan strategi, efisiensi, dan
efektivitas maintenance; guna mencegah kejadian process
safety incident serta meningkatkan keandalan aset.
o Mengetahui risiko yang berhubungan dengan aset untuk
menentukan tindakan yang dibutuhkan dengan mengutamakan
tindakan proaktif (proactive maintenance) daripada korektif
(corrective maintenance) atau tanpa pemeliharaan (run to
failure).
• Analisis penggantian peralatan secara berkala untuk mendapatkan
interval penggantian yang optimum.
o Riwayat peralatan.
o Usia peralatan.
o Komponen biaya yang ditimbulkan selama lifetime; dan
o Ketersediaan dukungan dari vendor.
• Analisis terhadap tingkat ketersediaan bahan habis pakai maupun
spare part/suku cadang SECE untuk mencapai tingkat pelayanan
yang dipersyaratkan (Required Customer Service Level
(CSL)/Service Level Agreement (SLA)).
h) Menyediakan Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam Sistem
Pengelolaan Asset Integrity terhadap peralatan yang dikategorikan
SECE sehingga dapat memenuhi kebutuhan terkait jumlah,
kompetensi, dan pelatihan yang sesuai. Perubahan personel yang
terkait dengan pengelolaan process safety dan asset integrity harus
memenuhi persyaratan minimum yang diatur dalam Proses 5
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 45 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Elemen 11 Management of Change guna memastikan gap


kompetensi yang terjadi akibat perubahan tersebut telah dipenuhi.
i) Personel yang mengelola asset integrity terhadap peralatan yang
dikategorikan SECE minimal memenuhi, namun tidak terbatas pada:
• Mengetahui Program-program Asset Integrity terkait peralatan
yang dikategorikan SECE.
• Mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing personel
dalam pengelolaan Asset Integrity terkait peralatan yang
dikategorikan SECE.
• Memahami Risk Assessment yang berlaku di PT Pertamina
(Persero).
• Memahami Code/Standar Internasional yang berlaku terkait
dengan Asset Integrity (API, NACE, dll).
• Memenuhi kualifikasi yang ditetapkan, sebagai contoh SKKNI
No. 169-2018 untuk Golongan Pokok Pertambangan Minyak
Bumi dan Gas Alam dan Panas Bumi Bidang Asset Integrity
Management System.
j) Personel yang melaksanakan pemeriksaan/inspeksi (inspector)
terhadap peralatan yang dikategorikan SECE harus memenuhi
kualifikasi yang disyaratkan, sesuai regulasi yang berlaku (nasional
atau internasional) antara lain, namun tidak terbatas pada American
Petroleum Institute (API 570/API 510/API 653/lainnya).
k) Menyusun rencana/program inspeksi/pengujian terkait asset integrity
yang mempertimbangkan:
• Berdasarkan Recognized and Generally Accepted Good
Engineering Practices (RAGAGEP – contoh, Codes and
Standards).
• Mengidentifikasi frekuensi dan jenis inspeksi/pengujian peralatan
yang harus dilakukan.
• Menentukan Performance Standard yang ditetapkan dan berbasis
kepada risiko (terutama risiko yang terjadi akibat kegagalan
SECE).
Inspeksi/pengujian dilakukan sesuai jadwal, didokumentasikan, dan
hasilnya dianalisis.
l) Menyusun rencana/program pemeliharaan peralatan kritikal dengan:
• Menentukan skala prioritas pekerjaan perawatan peralatan
kritis/SECE dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dan
lingkungan (safety and environment) maupun produksi.
• Menetapkan/menentukan sumber daya yang dibutuhkan sesuai
persyaratan yang berlaku mencakup waktu dan ketersediaan
sumber daya (peralatan, prosedur kerja, biaya/budgeting,
personel, dll.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 46 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

• Mengidentifikasi spare part yang diperlukan berdasarkan


persyaratan pada Sub-elemen 3.b SECE.
m)Mengembangkan kebijakan dan prosedur dalam pengelolaan
instalasi/peralatan yang tidak digunakan lagi meliputi:
• Penggunaan kembali instalasi/peralatan;
• Preservasi (tidak dimusnahkan tapi belum diketahui kapan akan
dipakai kembali) instalasi/peralatan;
• Pemusnahan/ decomissioning/ demolish/ abandonment instalasi/
peralatan;
n) Melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur terkait asset
integrity (Generic Maintenance Strategy dan Planned Maintenance
Strategy) apabila:
• Sudah tidak sesuai lagi dengan persyaratan atau regulasi terkini.
• Terdapat cara/prosedur lainnya yang lebih efisien dan efektif.
• Apabila sudah jatuh tempo sesuai jadwal tinjauan yang sudah
ditetapkan.
• Apabila terjadi perubahan yang terkait dengan Asset Integrity
sehingga berdasarkan Management of Change (MoC) atau
berdasarkan kajian risiko dibutuhkan penyesuaian terhadap
prosedur tersebut.
o) Melakukan evaluasi terhadap Elemen Asset Integrity serta
melakukan tindak lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.

b. Perencanaan Pengelolaan SECE


SECE (Safety & Environment Critical Element) merupakan bagian dari
instalasi/fasilitas proses berupa peralatan, struktur atau sistem
(termasuk Software) yang berfungsi sebagai process safety barriers
untuk mencegah, mengendalikan serta menanggulangi dampak major
accident yang dapat terjadi pada fasilitas proses.

Pengkategorian SECE dilakukan berdasarkan kebutuhan pengelolaan


terhadap Major Accident Hazard (MAH) yang diidentifikasi berdasarkan
Accident Hazard (MAH) Study yang telah dilakukan sehingga dapat
ditetapkan prevention barriers, detection barriers, control barriers,
mitigate barriers dan recovery barriers sebagai SECE.

Pengelolaan SECE yang diatur dalam Elemen Asset Integrity pada


Proses 5 - Perencanaan dan Prosedur ini menekankan pada aspek
kesisteman, prosedur dan perencanaan pengelolaan SECE sebagai
dasar dalam implementasi pengelolaan SECE yang diatur dalam Proses
6 – Implementasi dan Pengendalian Operasional.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 47 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Tujuan dari perencanaan pengelolaan SECE antara lain, namun tidak


terbatas pada:
a) Memastikan tersedianya sistem yang mengatur tentang pengelolaan
SECE mulai dari identifikasi SECE, penetapan SECE, penetapan
performance standard SECE, inspeksi, pengujian dan pemeliharaan
SECE.
b) Memastikan rencana/program pengelolaan SECE telah disusun
berdasarkan risk based priority yang ditetapkan.
c) Memastikan standar kinerja terhadap SECE telah didefinisikan,
ditetapkan dan menjadi acuan dalam pengelolaan SECE.
d) Memastikan tersedianya resources yang mencukupi untuk
mengelola SECE.

Perencanaan pengelolaan SECE yang diatur dalam elemen ini


mencakup:

a) Identifikasi, penetapan, dan program pengelolaan SECE

Untuk mencegah terjadinya Major Accident dan meminimalisir


dampak Major Accident yang terjadi maka identifikasi, penetapan dan
penyusunan program pengelolaan Safety and Environment Critical
Elements (SECE) dilakukan dengan memenuhi persyaratan berikut
namun tidak terbatas pada:
• Menyusun dan menetapkan STK tentang pengelolaan SECE yang
minimal mencakup hierarki peralatan SECE yang selaras dengan
manajemen material pemeliharaan, identifikasi, metodologi
penyusunan dan penetapan SECE pada saat design dan operasi,
mendefinisikan dan menetapkan performance standard terhadap
SECE, menyusun program inspeksi, pengujian/testing dan
pemeliharaan SECE, upload maintenance SECE ke CMMS
(Computerized Maintenance Management System) beserta skala
prioritas yang ditetapkan, monitoring terhadap pemenuhan
performance standard yang ditetapkan (performance assurance),
dan penanganan deviasi (misal: backlog, defisiensi/downgraded
situation, inhibition, menonaktifkan peralatan vital, dll.) termasuk
penentuan level persetujuan, pelaporan, manajemen perubahan,
verifikasi, dan audit.
• Mengidentifikasi Safety and Environment Critical Elements (SECE)
berdasarkan hal berikut, namun tidak terbatas pada:
o Mengidentifikasi major accident yang dapat terjadi pada
fasilitas proses dan operasi melalui MAH Study berdasarkan
Hazard Identification & Risk Assessment (misalnya: HAZOP,
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 48 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

HAZID, LOPA, Technological Risk Assessment, Fire Explosion


Risk Assessment, dll).
o Mengidentifikasi peralatan dan sistem yang dapat mencegah
atau mengendalikan atau meminimalisir dampak dari
kecelakaan besar berdasarkan MAH Study yang sudah
dilakukan sehingga tersedia daftar SECE yang disusun
menggunakan analisis barrier (metode bow-tie dan/atau
metode lainnya yang relevan).
o Pelaksanaan identifikasi tersebut dapat dilakukan melalui
workshop dengan melibatkan Subject Matter Expert dari
multidisiplin yang relevan.
o Item-item berikut harus dimasukkan dalam daftar SECE
terlepas dari hasil proses review SECE yang dilakukan:
➢ Seluruh peralatan emergency responses.
➢ Emergency radio communication.
➢ Sistem fire protection/fire fighting system.
➢ Sistem Fire and Gas Detection (FGD).
➢ Peralatan Life Saving.
o Peralatan dan sistem pelindung (Process Safety Barrier) yang
kritikal dan terpasang pada fasilitas proses sehingga apabila
mengalami kegagalan dapat berpotensi menyebabkan
terjadinya Major Accident dapat mencegah/meminimalisir
dampak dari major accident yang terjadi. SECE dapat
dikelompokan berdasarkan kriteria berikut:
➢ Prevention barrier untuk mencegah potensi terjadinya
release energi dan/atau bahan kimia berbahaya pada proses
yang meliputi, namun tidak terbatas pada hazardous
inventory, process control, process isolation, overpressure
protection, material selection, dll.
➢ Detection barrier untuk memberikan peringatan dini terhadap
bahaya proses yang release sehingga dapat dilakukan
response yang cepat untuk mencegah/ mengurangi
konsekuensi yang dapat terjadi yang meliputi namun tidak
terbatas pada fire & gas detection system, Pressure
detection system, level detection system, dll.
➢ Control barriers yang dimaksudkan untuk mengendalikan/
membatasi/mengurangi skala kejadian, seperti sistem ESD,
depressurizing system, dan pemilihan kelas peralatan listrik
yang sesuai dengan hazardous area classification, dll.
➢ Mitigation barriers untuk mengendalikan process safety
incident yang terjadi dengan mengaktifkan peralatan/
instrument penanggulangan sehingga dampak dari insiden
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 49 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

tersebut dapat diminimalkan yang meliputi namun tidak


terbatas pada ESD push button, Bunding & Drainage, Blast
Proof, Active & passive fire protection, dll.
➢ Emergency response barrier untuk escape, evakuasi dan
penyelamatan yang meliputi namun tidak terbatas pada
evacuation layout, protection of evacuation, routes & means,
safe shelter, Emergency/Escape Lighting, Communication
Systems, Emergency Power, Spill kits, Medical emergency
response kit, dll.
o Alur proses penentuan SECE selanjutnya dapat dilihat pada
Lampiran 6 pada Gambar 7 dan Gambar 8.
• Terdapat daftar aset kategori SECE (SECE Register) yang
diperoleh dari hasil identifikasi SECE, yang berisi tentang namun
tidak terbatas pada:
o Informasi kategori Process Safety Barrier dari setiap SECE,
o Informasi fungsi SECE tersebut,
o SECE Number,
o Lokasi SECE terpasang,
o Spesifikasi, deskripsi, dan record SECE,
o Standard kinerja SECE,
o Tanggal pemasangan peralatan SECE,
o Perubahan,
o Informasi terkait kondisi SECE (termasuk rekaman modifikasi
yang telah dilakukan terhadap peralatan SECE) yang akan
menjadi basis untuk perencanaan Process Safety Barrier
Management.
• Pengelompokan SECE dapat ditetapkan berdasarkan delapan (8)
safety barriers, namun tidak terbatas pada, yaitu:
o Structural Integrity
o Process Containment
o Ignition Control
o Detection System
o Protection System
o Shutdown System
o Emergency Response
o Life Saving
Pengelompokan ini dimaksudkan untuk tujuan pelaporan dan
pengelolaan SECE.
• Performance Standards dari masing-masing SECE harus
ditentukan untuk memberikan informasi mengenai kebutuhan
teknis yang harus dipenuhi oleh setiap SECE dalam tahap operasi.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 50 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Penetapan performance standard SECE mengacu pada indikator


terkait FARSI yaitu:
o Functionality, menunjukkan kemampuan SECE untuk
menjalankan fungsinya dalam mencegah, mendeteksi atau
memitigasi kejadian Process Safety Incident.
o Availability, menunjukan kemampuan peralatan dalam
menjalankan fungsinya dengan fungsionalitas aktual dan waktu
response yang diperlukan ketika dibutuhkan atau on demand.
o Reliabiity, menunjukan seberapa besar kemungkinan suatu
SECE bekerja sesuai kriteria/kebutuhan.
o Survivability, menunjukan bagaimana SECE dapat berfungsi
setelah suatu Major Accident terjadi, misalkan: seberapa baik
kondisi peralatan tersebut setelah terjadinya kebakaran,
ledakan, kejatuhan benda, dll.
o Interdependency/Interaction, menunjukan seberapa besar
ketergantungan dari suatu SECE terhadap SECE lainnya untuk
beroperasi ataupun berinteraksi dengan SECE lainnya.
• SECE yang sudah teridentifikasi dimasukkan ke dalam program
inspection, testing, dan maintenance dan ditinjau secara berkala
oleh manajemen sebagai salah satu capaian SECE Performance
Standard. SECE yang sudah teridentifikasi dimasukkan ke dalam
program inspection, testing, and maintenance dan ditinjau secara
berkala oleh manajemen sebagai salah satu capaian SECE
Performance Standard. Penetapan program tersebut mengacu
pada Standards, codes, procedures, kompetensi personal, dan
ketersediaannya, dll.
• Mengomunikasikan pengelolaan asset integrity terkait peralatan
kategori SECE kepada pihak terkait agar dipahami, dilaksanakan,
dinilai pemenuhannya secara berkala, ditinjau, dan diperbarui
sesuai kebutuhan.
• Daftar SECE harus ditinjau dan diperbarui secara berkala atau
apabila terjadi perubahan pada fasilitas proses (berdasarkan hasil
MOC yang dilakukan)/ dilakukannya revalidasi PHA, dll. Setiap
perubahan dan penyebabnya harus didokumentasikan dengan
baik.
• Melakukan evaluasi terkait sistem Sub-elemen Manajemen
Material SECE serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara
berkelanjutan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 51 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

b) Manajemen Material SECE

Manajemen material SECE pada prinsipnya merupakan pengelolaan


material sejak dari penentuan kebutuhan, pembelian, penyimpanan,
pengiriman, dan pendistribusian material ke lokasi operasi
khususnya dalam mendukung integritas peralatan SECE.

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam Manajemen Material SECE


antara lain:
• Menyediakan dan menerapkan sistem manajemen material untuk
peralatan SECE.
• Melakukan identifikasi dan klasifikasi material untuk mendukung
kebutuhan peralatan SECE.
• Melakukan manajemen material untuk mendukung kebutuhan
maintenance dan keandalan SECE seperti ketersediaan,
kuantitas, kualitas, dan spesifikasi.
• Mengidentifikasi spare part SECE berdasarkan pertimbangan
antara lain sebagai berikut.
o Kekritisan spare part/equipment dari SECE; yang ditentukan
berdasarkan metode yang sudah ditetapkan antara lain
Equipment Specific Maintenance Plan atau Reliability Centered
Maintenance. Analisis mencakup ketersediaan, lead time,
biaya, dan risiko terhadap process safety.
o Item alternatif untuk spare part tertentu.
o Item “where-to-use” yang ditentukan berdasarkan aset hierarki
dan/atau bill of material.
o Spesifikasi detail material (contoh: perusahaan, vendor,
dimensi).
o Memastikan spare part dalam kondisi baik dan sesuai
spesifikasi.
o Informasi tambahan lainnya yang digunakan sebagai data
pendukung.
• Memaksimalkan efektivitas dan efisiensi dari pengendalian
persediaan terhadap equipment atau spare part dari SECE.
o Memastikan ketersediaan supplies, spare part, dan peralatan
untuk maintenance, perbaikan, dan operasi bagi equipment
yang merupakan bagian dari SECE.
o Menyeimbangkan antara biaya untuk persediaan dengan
availability dan reliability dari equipment SECE yang
ditentukan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 52 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

• Melakukan evaluasi terkait sistem Sub-elemen Manajemen


Material SECE serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara
berkelanjutan.

Pengaturan tentang Asset Integrity Management System secara lengkap


mengacu kepada Pedoman Asset Integrity Management System
Pertamina yang berlaku atau perubahannya.

4) Manajemen Perubahan (Management of Change) - Terkait


Perencanaan dan Prosedur
Perubahan terkadang harus dilakukan sehubungan dengan upaya untuk
meningkatkan efisiensi; operability; produktivitas; keselamatan;
mengakomodir inovasi; menyesuaikan dengan perkembangan teknologi
yang digunakan; penyesuaian dengan kebijakan, regulasi dan standar
yang berlaku. Perubahan juga dapat dilakukan pada kegiatan perbaikan
rutin/nonrutin dengan melakukan bypass terhadap sistem proses, atau
modifikasi peralatan karena pertimbangan kebutuhan operasi.

Perubahan yang dilakukan tersebut dapat berdampak negatif dan


menyebabkan terjadinya Process Safety Incident apabila tidak dikelola
dengan baik, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengelola perubahan
tersebut berdasarkan sistem yang sistematis melalui Manajemen Of
Change (Manajemen Perubahan) yang mencakup perencanaan
perubahan yang memadai, implementasi terhadap perubahan
berdasarkan perencanaan, monitoring dan evaluasi terhadap perubahan
yang telah dilakukan serta menindaklanjuti hal-hal yang diperlukan.

Pembahasan elemen Management Of Change dalam pedoman ini dibagi


menjadi 2 lingkup pembahasan yaitu Management Of Change pada
proses 5 – Perencanaan dan Prosedur yang menekankan pada aspek
kesisteman dan perencanaan yang dibutuhkan dalam pengelolaan
Management Of Change, dan Management Of Change pada proses 6 –
Implementasi dan Pengendalian Operasional yang berfokus pada
penerapan Management Of Change sebagai pengendalian operasional.

Tujuan dari Elemen Sistem Manajemen Perubahan (Management of


Change) antara lain sebagai berikut.
a. Memastikan sistem manajemen perubahan telah disusun dan
ditetapkan untuk mengelola risiko akibat perubahan yang dilakukan.
b. Memastikan setiap perubahan telah dikelola untuk meminimalisir
dampak terhadap aspek HSSE.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 53 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

c. Memastikan kepatuhan terhadap peraturan/regulasi yang mengatur


tentang manajemen perubahan yang berdampak terhadap
keselamatan proses.

Persyaratan dari Elemen Sistem Manajemen Perubahan (Management of


Change) antara lain sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
a. Menyusun dan menetapkan STK mengenai Manajemen Perubahan
yang mencakup namun tidak terbatas pada perubahan
fasilitas/peralatan, teknologi operasi (yang termasuk Safety
Instrumented System, bahan baku, parameter proses, katalis, dll),
organisasi/personel yang berdampak terhadap keselamatan proses,
dan lain-lain yang dapat menimbulkan bahaya baru.
b. Menyusun sistem Management Of Change (MoC) yang
mempertimbangkan persyaratan berikut namun tidak terbatas pada:
a) Mengakomodir persyaratan peraturan/regulasi/standar yang
relevan terkait manajemen perubahan;
b) Pengaturan terkait dengan inisiasi perubahan yang akan
dilakukan, penilaian terhadap risiko dan menentukan
pengendalian yang harus dilakukan terhadap perubahan, validasi
(persetujuan bertahap) sesuai kewenangan yang telah ditetapkan,
mengomunikasikan seluruh lingkup dan pengelolaan perubahan
yang akan dilakukan, implementasi dari pengelolaan perubahan,
pemantauan untuk memastikan efektivitas, kesesuaian dan
kecukupan pengelolaan perubahan yang dilakukan, tinjauan
akhir, dan penutupan terhadap perubahan yang telah dilakukan;
c) Pengaturan terhadap peran/kewenangan, tugas, dan tanggung
jawab Fungsi yang terkait/relevan dalam proses MoC. Personel
yang terlibat dari Fungsi tersebut harus memenuhi kompetensi
yang dibutuhkan sehingga mampu menganalisis, mengevaluasi
risiko, dan menentukan pengendalian yang dibutuhkan terhadap
perubahan yang diusulkan serta mampu melaksanakan sistem
MoC yang ditetapkan;
d) Pengaturan otorisasi pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengusulan/inisiasi, kajian risiko, dan validasi/persetujuan
terhadap tahapan-tahapan proses manajemen perubahan,
komunikasi, implementasi, pemantauan, tinjauan akhir, dan
penutupan;
e) Sistem manajemen perubahan yang diatur dalam STK harus
mencakup perubahan yang bersifat permanen, sementara,
maupun darurat. Perubahan sementara tidak boleh melebihi
lingkup atau waktu yang telah disetujui tanpa peninjauan dan
persetujuan dari pejabat yang berwenang;
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 54 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

f) Jika terdapat perubahan yang menyebabkan revisi prosedur


operasi, maka harus dilakukan pelatihan/sosialisasi kepada
operator terkait sebelum startup dilakukan;
g) Identifikasi terhadap dokumen/rekaman yang dibutuhkan dan
pengelolaan terhadap setiap dokumen/rekaman yang terkait
pengelolaan perubahan (termasuk keterkaitannya dengan Proses
Safety Information);
h) Mengatur ukuran keberhasilan atau Key Performance Indicator
(KPI) terkait dengan manajemen perubahan yang mencakup
leading dan lagging indikator yang dibutuhkan untuk mengelola
perubahan yang dilaksanakan;
c. Proses inisiasi atau usulan perubahan harus melalui analisis yang
mencakup namun tidak terbatas pada:
a) Dasar-dasar teknis terkait usulan perubahan.
b) Mengidentifikasi bahaya terkait perubahan, menganalisis potensi
bahaya dan risiko terkait aspek HSSE yang mungkin timbul
terhadap People, Environment, Asset, Reliability, dan Liability
serta menentukan tindakan pengendalian risiko yang diperlukan
guna mengurangi tingkat risiko serendah mungkin (ALARP).
c) Mempertimbangkan informasi bahaya keselamatan proses
(Process Safety Information) yang relevan dengan perubahan
tersebut, baik yang terdampak maupun memberikan dampak
terhadap keselamatan proses.
d) Mengidentifikasi dan melakukan review/revisi terhadap prosedur
operasi yang dibutuhkan/terkait.
e) Durasi waktu dari perubahan yang direncanakan.
f) Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan (financial,
manpower, peralatan, software/control system, product/material,
dll).
g) Tinjauan terhadap setiap usulan perubahan yang diajukan perlu
dilakukan sebelum perubahan dilaksanakan guna memastikan
bahwa manajemen perubahan telah diterapkan dengan benar,
aman untuk dilaksanakan, serta mematuhi kewajiban hukum/
peraturan/standar/prosedur yang berlaku.
h) Otorisasi pejabat yang berwenang untuk mengusulkan, mengkaji,
dan mengesahkan usulan perubahan.
d. Menindaklanjuti usulan MoC yang sudah disetujui dengan
mengembangkan detail rencana kerja dengan memperhatikan aspek
potensi bahaya yang belum/tidak teridentifikasi atau potensi risiko
baru; pihak yang terkait dengan perubahan telah memahami langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan dan
mengendalikan risikonya; ketersediaan sumber daya yang
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 55 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

dibutuhkan; dan dokumen yang dibutuhkan seperti prosedur kerja,


process safety information terkait, dan proses persetujuan
implementasi sesuai otorisasi.
e. Melaksanakan lingkup kerja perubahan sesuai dengan rencana kerja,
mengikuti prosedur cara kerja aman, melaksanakan PSSR sebelum
startup, melakukan verifikasi dan closing terhadap MoC yang sudah
selesai.
f. Mengelola dan mengomunikasikan seluruh dokumentasi perubahan
yang relevan (dokumen informasi keselamatan proses,
rekaman/catatan, prosedur, gambar-gambar, aplikasi yang digunakan
untuk penyimpanan dan pemutakhiran) kepada pekerja/kontraktor
terkait.
g. Menyusun rencana dan program monitoring/peninjauan terhadap
seluruh MoC aktif setiap bulan sehingga mampu menggambarkan
status implementasi MoC yang up-to-date dan akurat.
h. Menyusun rencana dan program audit Manajemen Perubahan secara
berkala untuk memastikan kualitas dan kepatuhan dari proses
manajemen perubahan yang dilakukan.
i. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Manajemen Perubahan terkait
sistem dan perencanaan serta melakukan tindak lanjut perbaikannya
secara berkelanjutan.

5) Cara Kerja Aman (Safe Work Practice) – terkait Perencanaan dan


Prosedur
Sistem cara kerja aman merupakan tata kerja untuk memastikan bahwa
penilaian risiko dan tindakan pengamanan yang tepat telah dilakukan
terhadap pekerjaan di area proses yang memiliki potensi bahaya/major
accident hazard. Cara kerja aman harus dilakukan dengan perencanaan
yang tepat, penilaian dan evaluasi risiko, penerapan mitigasi di lapangan,
pengawasan pelaksanaan, serta menghentikan perilaku dan kondisi yang
tidak aman.

Cara kerja aman mencakup aktivitas-aktivitas non-rutin terkait produksi,


konstruksi, dan pemeliharaan yang dilaksanakan baik oleh pekerja
maupun kontraktor.

Pembahasan elemen Safe Work Practice dalam pedoman ini dibagi


menjadi 2 lingkup pembahasan yaitu Safe Work Practice pada proses 5 –
Perencanaan dan Prosedur yang menekankan pada aspek kesisteman
dan perencanaan yang dibutuhkan dalam pengelolaan Safe Work
Practice, dan Safe Work Practice pada proses 6 – Implementasi dan
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 56 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Pengendalian Operasional yang berfokus pada penerapan Safe Work


Practice sebagai pengendalian operasional.

Tujuan dari Elemen Sistem Cara Kerja Aman (Safe Work Practices) antara
lain sebagai berikut.
a. Memastikan semua pekerjaan (khususnya di area proses) dilakukan
penilaian risiko dengan mempertimbangkan ruang lingkup pekerjaan,
potensi bahaya/major accident hazard, interaksi dengan pekerjaan
lainnya (simultaneous operations, SIMOPS), pengendalian (control &
mitigation) untuk semua risiko yang ada, disetujui serta ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang, dikomunikasikan, dan dilaksanakan di
lapangan.
b. Memastikan adanya kriteria pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan
SIKA (Sistem Izin Kerja Aman)/PTW (Permit to Work) maupun tidak.
SIKA/PTW harus disiapkan untuk pekerjaan yang memerlukan izin
kerja.
c. Memastikan seluruh pekerjaan dilakukan oleh pekerja yang terlatih,
kompeten, sesuai otorisasi, dan pertanggungjawaban yang jelas.

Persyaratan dari Elemen Sistem Cara Kerja Aman antara lain sebagai
berikut.
a. Menyusun dan menetapkan STK tentang Cara Kerja Aman yang
memuat antara lain:
a) Analisis Risiko (hazard identification dan risk assessment) dan
rencana mitigasi dari Pekerjaan.
b) Kriteria pekerjaan-pekerjaan di area proses yang memerlukan izin
kerja maupun tidak.
c) Jenis-jenis izin kerja pekerjaan non-rutin (izin kerja induk dan
pendukung) mengacu kepada Pertamina Standar PS-S-008-440-
2021 CLSR Elemen 3 – Permit to Work dan atau perubahannya.
d) Penetapan pemilik dan penanggung jawab keselamatan operasi
sebagai dasar untuk menetapkan pejabat otorisasi SIKA.
e) Pengaturan mengenai organisasi proses izin kerja yang
menetapkan tanggung jawab yang jelas antara pelaksana
pekerjaan (Performing Authority) dan Pihak Pemberi Izin (SC, AA,
AAA).
f) Persyaratan kompetensi pejabat otorisasi Sistem Izin Kerja untuk
pengusulan, review, dan persetujuan izin kerja.
g) Dokumentasi saling merujuk sehingga mudah ditelusuri (sebagai
contoh, dalam SIKA merujuk dengan jelas nomor P&ID, nomor
prosedur cara kerja aman, nomor JSA, nomor drawing, dll. yang
digunakan).
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 57 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

h) Risiko dan Mitigasi yang perlu dikomunikasikan ke seluruh pekerja


terkait sebelum pekerjaan dimulai.
i) Pemeriksaan Lokasi Kerja dan Pengamanan Lokasi/Peralatan
sebelum izin dikeluarkan.
j) Tanda Tangan basah atau digital di Lembar SIKA berdasarkan hasil
pemeriksaan lokasi kerja yang sudah dilakukan.
b. Menyiapkan Surat Izin Kerja Aman (SIKA) menggunakan formulir yang
berlaku. Formulir SIKA disusun dengan format yang memudahkan
pengisi untuk mengisi formulir tersebut dengan benar. Formulir SIKA
memuat lokasi kerja, uraian pekerjaan, serta potensi bahaya dan
mitigasi yang diperlukan. Formulir SIKA dilengkapi dengan dokumen
pendukung yang sesuai, disahkan secara berjenjang oleh para pejabat
yang berwenang, didistribusikan sesuai dengan prosedur, dan
dikomunikasikan serta dipahami oleh para pelaksana di lapangan.
c. Menetapkan pejabat otorisasi SIKA untuk menjalankan fungsi/peran
sebagai site controller, area authority, affected area authority,
performance authority, dan gas tester.
d. Melengkapi prosedur cara kerja aman yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan di area proses terkait aktivitas yang tercantum
dalam dua belas elemen CLSR maupun di luar CLSR (misalnya,
penggalian, pekerjaan bawah air, dll).
e. Menetapkan kebijakan bahwa kontraktor yang bekerja di area/aset
yang berada di bawah otorisasi Pertamina pada prinsipnya dapat
menggunakan sistem cara kerja aman kontraktor, namun perlu
mendapat persetujuan Pertamina. Sistem cara kerja aman kontraktor
tersebut harus memenuhi persyaratan sistem cara kerja aman PT
Pertamina. Bila sistem cara kerja aman kontraktor belum memenuhi
persyaratan, maka harus dibuat kesepakatan formal (bridging
document) yang menjelaskan bagaimana penerapan sistem cara kerja
aman di lokasi tersebut. Kesepakatan formal ini harus ditandatangani
top management contractor dan direksi pekerjaan.
f. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Safe Work Practices serta
melakukan tindak lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.

6) Rencana dan Tanggap Darurat (Emergency Planning and Response)


Rencana dan tanggap darurat dikembangkan untuk memastikan bahwa
ketika process safety incident terjadi, tindakan yang tepat, terkoordinir,
dan efektif dapat dilakukan untuk melindungi dan mengurangi dampak
terhadap people, environment, asset, reputation, dan liability Perusahaan.

Tujuan dari Elemen Rencana dan Tanggap Darurat (Emergency Planning


and Response) antara lain sebagai berikut.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 58 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

a. Memastikan kesiapan menghadapi kondisi darurat akibat terjadinya


process safety accident atau kecelakaan besar (major accident) secara
efektif dan efisien.
b. Memastikan tersedianya prosedur, peralatan, fasilitas, material, dan
personel terlatih untuk keperluan tanggap darurat yang telah
ditetapkan.
c. Mengurangi risiko akibat process safety incident yang berdampak
terhadap people, environment, asset, reputation, liability, dan
sustainability Perusahaan.

Persyaratan dari Elemen Rencana Tanggap Darurat (Emergency Planning


and Response) antara lain sebagai berikut.
a. Menyusun dan menetapkan STK Tanggap Darurat yang mencakup
namun tidak terbatas pada:
a) Pelaporan keadaan darurat.
b) Aktivasi dan notifikasi organisasi keadaan darurat.
c) Hierarki koordinasi dan respons keadaan darurat.
d) Komunikasi dan dokumentasi dalam keadaan darurat.
e) Pengendalian keadaan darurat dan keberlangsungan bisnis.
f) Penanggulangan pasca keadaan darurat.
g) Sarana dan prasarana pendukung.
h) Latihan penanggulangan keadaan darurat (Emergency Drill).
i) Organisasi keadaan darurat.
j) Tugas dan tanggung jawab jabatan dalam organisasi keadaan
darurat.
k) Dll.
b. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi kecelakaan kerja,
kecelakaan besar (major accident hazard), dan keadaan darurat yang
mungkin timbul serta dampaknya terhadap manusia, masyarakat,
lingkungan, dan aset PT Pertamina termasuk menginformasikan/
melaporkan kepada pihak terkait.
c. Menyusun dan menetapkan Rencana Tanggap Darurat dengan
mempertimbangkan, namun tidak terbatas pada:
a) Identifikasi dan analisis risiko berdasarkan insiden yang dapat
terjadi (termasuk mempertimbangkan worst case scenario dan
major accident hazard).
b) Penetapan tujuan dan sasaran untuk rencana tanggap darurat.
c) Mekanisme pelaporan terhadap keadaan darurat dan
pemberitahuan kepada personel yang terkait untuk segera
mengaktivasikan pusat komando keadaan darurat sesuai
kewenangan dalam organisasi keadaan darurat.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 59 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

d) Penentuan sumber daya penanggulangan yang dibutuhkan


(material, peralatan/ fasilitas, personel, prosedur, dll) serta strategi
dan taktik penanggulangan.
e) Melakukan simulasi (exercise) dan emergency drill secara berkala
untuk menguji kesiapan personel, sarana/fasilitas, dan peralatan
tanggap darurat serta untuk mendapatkan umpan balik bagi
perbaikan sistem tanggap darurat.
f) Pemantauan dan evaluasi.
d. Menyediakan fasilitas untuk pengendalian dan komando keadaan
darurat yang dibutuhkan sesuai dengan hierarki organisasi
penanggulangan keadaan darurat. Fasilitas tersebut harus dilengkapi
dengan peralatan komunikasi (beserta back up power dan telefon satelit
sesuai kebutuhan), dokumen-dokumen yang dibutuhkan (P&ID,
drawing, safety layout, daftar telefon penting, ESD logic diagram, dll).
e. Menyusun rencana tanggap darurat dan manajemen krisis untuk
menangani keadaan darurat dan potensi dieskalasi berdasarkan
prioritas dari hasil kajian Major Accident Hazard (MAH) atau worst
cases scenarios.
f. Menjadikan pimpinan tertinggi lokasi sebagai pimpinan tertinggi
(incident commander) dalam operasi penanggulangan keadaan
darurat.
g. Menunjuk personel yang memiliki kompetensi, tugas, dan tanggung
jawab di semua tingkat organisasi tanggap darurat yang dapat
melaksanakan tugas penanggulangan pada saat terjadi insiden dan
menindaklanjuti semua rekomendasi terkait insiden.
h. Menyediakan peralatan tanggap darurat, sarana/fasilitas
penanggulangan, dan material consumable (termasuk P3K) yang
dibutuhkan dalam merespons keadaan darurat serta memastikan
kinerja peralatan-peralatan berdasarkan performance standard-nya.
i. Menjalin kerja sama dengan pihak terkait dalam hal tanggap darurat
(misalnya dengan muspida, dinas pemadam kebakaran, BNPB,
BASARNAS, Perusahaan-Perusahaan yang ada di sekitar lokasi,
instansi pemerintah sekitar, dll.).
j. Mencukupi kebutuhan untuk proses escape (meloloskan diri dari
bahaya), evacuation (menghindari bahaya) dan rescue (penyelamatan)
melalui ketersediaan alarm, rute evakuasi, tempat berkumpul
(muster/assembly points), personel/tim penyelamatan, dan peralatan
evakuasi.
k. Melaksanakan penanggulangan keadaan darurat ketika terjadi kondisi
emergency secara tepat berdasarkan Emergency Response Procedure
(ERP).
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 60 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

l. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Emergency Planning and


Responses serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara
berkelanjutan.

6. PROSES 6 - IMPLEMENTASI DAN PENGENDALIAN OPERASIONAL


Implementasi dan pengendalian operasional merupakan elemen pengelolaan
risiko process safety melalui penerapan safety barrier management yang
sesuai, mencukupi, efektif, dan mendokumentasikan performance standards
safety barrier dalam prosedur dan instruksi kerja.

1) Pelaksanaan Operasi (Conduct of Operation)


Conduct of operation merupakan pengoperasian dan pengelolaan fasilitas
proses, terutama yang terkait dengan safety barrier, dilakukan secara
terencana dan terstruktur sehingga fasilitas proses dapat berjalan secara
aman, efisien, dan efektif. Untuk itu diperlukan implementasi yang
konsisten, disiplin, dan menyeluruh yang melibatkan people, process, dan
plant.

Pelaksanaan operasi harus dilaksanakan berdasarkan prosedur yang


ditetapkan guna mencegah terjadinya variasi atau deviasi yang
berpengaruh terhadap pencapaian performance standard.

Tujuan dari elemen Pelaksanaan Operasi (Conduct of Operation) antara


lain sebagai berikut.
a. Memastikan pengoperasian fasilitas proses dijalankan sesuai dengan
prosedur yang berlaku secara konsisten selama fasilitas beroperasi
untuk mencegah proses safety incident.
b. Menghindari mindset menoleransi praktik menyimpang terhadap
standar dan prosedur operasi sebagai sesuatu yang dianggap wajar.
c. Memastikan fasilitas proses dioperasikan dalam batas-batas
operasi/operational envelope.
d. Memastikan seluruh personel mampu menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan benar, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup, memahami tujuan operasi dan prosedur keselamatan yang
berlaku, serta memiliki kewaspadaan dan kemampuan menilai risiko
operasi.
e. Memastikan tersedianya peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan
sebelum operasi dimulai. Hal ini mencakup pemeriksaan peralatan,
perlengkapan, persiapan, dan keselamatan sebelum operasi dimulai.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 61 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Persyaratan dari elemen Pelaksanaan Operasi (Conduct of Operation)


antara lain sebagai berikut.
a. Menerapkan prosedur yang diatur dalam STK Pengoperasian Unit
Proses.
b. Mengomunikasikan operating procedure/STK kepada personel yang
relevan sehingga dapat dipahami, diikuti, kepatuhannya akan peraturan
dipenuhi, ditinjau kembali, dan dimutakhirkan sesuai persyaratan.
c. Mengimplementasikan Operation Procedure yang mencakup aspek
5W+1H (who (siapa), what (melakukan apa), where (dimana), when
(kapan), why (mengapa), how (bagaimana melakukannya) dan/atau
how often (seberapa sering)) dengan melakukan aktivitas pemantauan
melalui audit/asesmen, observasi tugas, tinjauan prosedur, dan survei
persepsi.
d. Menerapkan sistem untuk melakukan pemeriksaan terhadap
pelaksanaan operasi baik dilakukan oleh operator sendiri (self
assessment) maupun kelompok operator, meliputi:
a) Melakukan proses operasi dan pemantauan operasi sesuai dengan
prosedur dan batas-batas operasi yang aman;
b) Melakukan observasi kondisi operasi secara rutin serta selalu
memiliki kewaspadaan dan perhatian tinggi terhadap
penyimpangan operasi.
c) Mengoperasikan dan mengontrol peralatan sehingga beroperasi
dalam rentang yang sudah ditentukan, sesuai dengan spesifikasi
desain dan memenuhi semua persyaratan dari peraturan yang
berlaku;
e. Melakukan mitigasi terhadap potensi bahaya/risiko akibat interaksi
aktivitas yang dilakukan di area proses secara bersamaan/
simultaneous operations (SIMOPS) yang potensi bahaya/risiko besar
tersebut tidak terjadi/muncul ketika aktivitas dilakukan secara tidak
simultan.
f. Membangun dan melakukan komunikasi yang jelas antar operator dan
antara operator dengan pihak lain yang terkait agar dalam menjalankan
prosedur keselamatan proses dapat:
a) mengikuti prosedur tertulis dengan benar;
b) mengikuti prosedur Safe Work Practice;
c) memastikan pekerja yang relevan memiliki kompetensi yang
dibutuhkan;
d) memastikan sumber daya tercukupi;
e) memastikan prosedur komunikasi antar operator, antar shift, dan
antar kelompok kerja dijalankan;
f) mengendalikan akses personel ke area proses;
g) mengendalikan sistem operasi dan peralatan;
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 62 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

h) memelihara kewaspadaan terhadap kondisi operasi sepanjang unit


proses beroperasi;
i) memastikan kepatuhan operator mengoperasikan fasilitas dan
peralatan terkait dengan benar sesuai dengan prosedur;
j) menjalankan sistem administrasi dan pelaporan yang baik dan andal
terutama yang berkaitan dengan interaksi peralatan dengan mesin
(the human-machine interface);
k) memelihara data peralatan operasi; dan
l) memastikan sistem tata graha (housekeeping), penandaan,
penerangan, dan instrumentasi yang baik.
g. Menunjuk dan/atau melatih operator sehingga memiliki kemampuan
untuk melakukan troubleshoot bila terjadi gangguan operasi sesuai
kewenangannya.
h. Memberikan pemahaman kepada semua pekerja terkait sehingga
dapat mengimplementasikan rencana kerja serta melakukan
pengendalian operasional sesuai dengan kewenangannya.
i. Memberikan pemahaman tentang prinsip bahaya dan mitigasi/
pengendaliannya kepada semua pihak yang terkait dengan peralatan
dan Unit Operasi.
j. Memastikan proses inhibition safety devices, deviasi/penyimpangan
(derogasi) terkait dengan process safety harus mendapatkan
persetujuan dari pejabat yang berwenang.
k. Menjamin operasi tetap dilakukan secara benar, khususnya pada
fasilitas operasi di lokasi remote area di mana terjadi frekuensi
penggantian/keluar masuk operator dan kontraktor yang tinggi.
l. Melakukan evaluasi terhadap implementasi Elemen Pelaksanaan
Operasi serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara
berkelanjutan.

2) Integritas Aset (Asset Integrity) - terkait Implementasi dan


Pengendalian Operasional
Implementasi pengelolaan asset integrity yang dimaksud dalam elemen
ini adalah tahapan untuk mengimplementasikan/menindaklanjuti sistem
dan rencana pengelolaan asset integrity terkait peralatan yang
dikategorikan SECE yang sudah disusun sesuai dengan Elemen Asset
Integrity – Terkait Perencanaan dan Prosedur pada Proses 5.
Implementasi dilakukan melalui inspeksi, testing, kalibrasi, pemeliharaan,
dan pengujian. Implementasi asset integrity juga mencakup analisis dari
penyimpangan/kegagalan dan tindak lanjut perbaikannya.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 63 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Pembahasan Elemen Asset Integrity pada proses 6 – Implementasi dan


Pengendalian Operasional merupakan tindak lanjut implementasi dari
persyaratan Asset Integrity pada proses 5 – Perencanaan dan Prosedur.

Tujuan dari Implementasi Asset Integrity antara lain sebagai berikut.


a. Memastikan sistem pengelolaan asset integrity terhadap peralatan
yang dikategorikan SECE telah dilaksanakan untuk menjamin
pemenuhan standar kinerja peralatan selama facility life cycle.
b. Memastikan bahwa peralatan yang dikategorikan SECE telah
diinspeksi, diuji, dan dikalibrasi berbasis risiko; dilakukan analisis
kejadian kegagalan; direncanakan strategi pemeliharaan berbasis
risiko (rutin, preventif, prediktif, dll); dan dipelihara guna mencegah
major accident.
c. Memastikan tersedianya resources yang dibutuhkan dalam
pengelolaan asset integrity yang mencakup organisasi/departemen,
personel, peralatan, material, dan budget, dll.
d. Memastikan adanya pengelolaan deviation/penyimpangan terhadap
peralatan kategori SECE dengan tujuan mencegah terjadinya major
accident.
e. Memastikan adanya audit SECE management untuk memastikan
pengelolaan asset integrity terhadap peralatan SECE telah dilakukan
dengan benar.

Persyaratan dari Implementasi Asset Integrity peralatan kategori SECE


antara lain sebagai berikut.
a. Menerapkan setiap program asset integrity terhadap peralatan SECE
yang disusun oleh pihak yang kompeten, terintegrasi dengan sistem
kerja Perusahaan, dan disahkan oleh pihak yang berwenang.
b. Menerapkan strategi pemeliharaan yang sesuai dengan rencana kerja,
jadwal pengujian, inspeksi, dan verifikasi sehingga dipastikan semua
peralatan SECE telah memenuhi kriteria standar kinerjanya
(performance standard).
c. Melaksanakan inspeksi dan pengujian terkait asset integrity terhadap
peralatan SECE berdasarkan standar, prosedur, dan regulasi yang
berlaku. Penetapan frekuensi/interval waktu pelaksanaan inspeksi dan
pengujian mengacu pada regulasi, sifat proses, material konstruksi,
kondisi operasi, laju kerusakan komponen, konsekuensi kegagalan,
efek pada PEARL (people, environment, asset, reputation, dan liability),
umur peralatan, dan faktor lain yang berhubungan. Untuk memastikan
aspek reliability peralatan SECE dapat dilakukan real test sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 64 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

d. Lingkup inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan mencakup antara lain


peralatan statik, peralatan berputar, peralatan listrik di area klasifikasi
berbahaya, peralatan instrumentasi dan kontrol, struktural, sistem
perpipaan dan transmisi, peralatan sumur dan gas, peralatan tanggap
darurat, serta evakuasi dan penyelamatan.
e. Instalasi dan peralatan yang dioperasikan harus mendapatkan
Persetujuan Layak Operasi (PLO) sesuai regulasi yang berlaku.
f. Melaksanakan evaluasi terhadap penggunaan peralatan bekas dalam
proyek/modifikasi dan peralatan yang semakin menua (aging) serta
akan/sudah melewati design lifetime, misal melalui Late Life
Assessment dan Residual Life Assessment, sesuai regulasi yang
berlaku.
g. Memprioritaskan proporsi kegiatan pemeliharaan dari pemeliharaan
reaktif (breakdown) ke proaktif (preventif dan prediktif).
h. Menyediakan organisasi yang dibutuhkan untuk menjalankan tanggung
jawab dalam merencanakan/mengembangkan (develop),
melaksanakan (implement), dan menjamin (assure) pengelolaan asset
integrity (terutama peralatan yang dikategorikan SECE) dengan baik.
Untuk Fungsi Assurance harus mempertimbangkan aspek
independency pelaksanaannya. Mengisi organisasi tersebut dengan
personel yang kompeten, dan dengan jumlah yang cukup sehingga
dapat menjalankan program asset integrity terkait peralatan yang
dikategorikan SECE secara tepat, mencukupi, dan efektif.
i. Memasukkan tugas dan tanggung jawab pengelolaan asset integrity
terhadap peralatan yang dikategorikan SECE ke dalam job desc para
pihak yang terkait, sesuai RASCI yang telah didefinisikan dalam proses
bisnis pengelolaan asset integrity.
j. Menerapkan manajemen material untuk mendukung kebutuhan
maintenance dan keandalan, seperti ketersediaan sesuai waktu yang
dibutuhkan, kuantitas, kualitas, dan spesifikasi yang ditentukan,
melalui:
a) Penerapan positive material identification (PMI) melalui pengujian
terhadap material yang diterima dari supplier sebagai bagian dari
quality management untuk memastikan material sesuai dengan
spesifikasi.
b) Pengelolaan barang habis pakai, meliputi:
• Perencanaan kebutuhan barang habis pakai untuk maintenance
secara jangka panjang sehingga memberikan waktu yang cukup
bagi inventory control untuk mempersiapkan material/spare part
atau komponen yang dibutuhkan;
• Pemenuhan persyaratan minimum stock untuk tiap barang habis
pakai;
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 65 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

• Reorder Point untuk item yang memiliki minimum stok lebih dari
0 (nol);
• Penentuan volume pembelian tertentu untuk memperoleh harga
terbaik berdasarkan analisis cost-benefit.
• Pertimbangan lead time pengadaan untuk setiap barang yang
kritis (terhitung sejak order sampai dengan barang diterima di
gudang).
c) Memastikan terdapat bukti evaluasi manajemen material serta tindak
lanjut perbaikannya secara berkelanjutan.
k. Mengelola deviasi terhadap peralatan yang dikategorikan SECE
melalui:
a) Mengidentifikasi deviasi terkait aspek asset integrity dapat diketahui
dari kegiatan: inspeksi peralatan, plant patrol/surveillance,
pemeliharaan, testing, operasi, konstruksi, audit, dll.
b) Melakukan evaluasi/risk assessment yang melibatkan pihak-pihak
terkait dan kompeten (subject matter expert) terhadap deviasi
peralatan dan memberikan rekomendasi (untuk diputuskan/disahkan
oleh pejabat yang berwenang) apakah peralatan tersebut dapat tetap
dioperasikan atau harus diperbaiki terlebih dahulu. Apabila dapat
tetap dioperasikan, perlu persetujuan terhadap hasil risk assessment
yang menyatakan “dapat diterima” oleh pejabat yang berwenang
serta mitigasi yang disyaratkan telah dilaksanakan. Seluruh kegiatan
proses pengelolaan deviasi di atas harus didokumentasikan untuk
keperluan pengendalian dan assurance berikutnya.
c) Menentukan hierarki pejabat yang berwenang untuk memberikan
persetujuan adanya deviasi (jenis, tingkat risiko, dan jangka waktu
deviasi).
d) Mengkomunikasikan deviasi dan mitigasinya serta status deviasi
yang terjadi kepada pihak yang terkait. Pelaksanaan komunikasi
tersebut perlu dilakukan melalui antara lain: shift handover, visual
control, meeting, log book di control room, dll. sehingga informasi
deviasi tersebut telah diketahui dan dipahami. Deviasi yang terjadi
harus dicatat dan diregistrasi sebagai daftar deviasi yang sedang
berlangsung di operasi.
e) Melakukan pengawasan, monitoring, pelaporan rutin terhadap daftar
deviasi, kondisi deviasi, pelaksanaan mitigasinya, dan status
penyelesaian perbaikan melalui meeting operasi.
l. Pengendalian deviasi yang dilakukan melalui temporary
repair/temporary installation dilakukan dengan mempertimbangkan
seluruh faktor berikut:
a) Keamanan: harus aman untuk digunakan dan tidak membahayakan
pekerja atau pengguna.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 66 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

b) Kualitas: harus memiliki kualitas yang cukup untuk dapat digunakan


dalam jangka waktu tertentu serta adanya pemeriksaan quality
control/assurance yang dibutuhkan.
c) Waktu: dilakukan dengan segera berdasarkan perencanaan yang
sesuai agar produksi atau operasi dapat dilanjutkan sesegera
mungkin.
d) Biaya: mempertimbangkan keekonomian.
e) Efektivitas: harus efektif dalam menyelesaikan masalah yang
ditimbulkan akibat deviasi.
f) Ketersediaan: harus mempertimbangkan ketersediaan bahan dan
alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan temporary repair atau
temporary installation.
g) Pengawasan: harus diawasi dan diinspeksi dengan baik serta
dilaporkan secara periodik kepada manajemen untuk memastikan
bahwa temporary repair atau temporary installation sesuai dengan
spesifikasi, aman digunakan, dan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan sehingga tidak terjadi overdue dalam penyelesaiannya.
m. Menyusun indikator kinerja asset integrity (KPI) terhadap peralatan
yang dikategorikan sebagai SECE, melaporkan pencapaiannya,
mengevaluasi kinerjanya, dan mengomunikasikan pencapaian KPI
kepada seluruh fungsi terkait.
n. Melaksanakan peninjauan ulang secara sistematis terhadap pekerjaan
perawatan yang ada (meliputi lingkup, frekuensi dan jenis perawatan)
untuk memastikan pekerjaan perawatan dilaksanakan secara
sistematis dan optimum (tidak terjadi kondisi under/over maintenance
work performed).
o. Memberikan pelatihan analisis akar penyebab (root-cause analysis)
kepada personel yang ditetapkan untuk melakukan pendalaman
terhadap penyebab kegagalan peralatan yang terjadi sesuai tingkat
keparahannya.
p. Pengendalian deviasi yang menyebabkan harus dilaksanakannya
perubahan terhadap peralatan, fasilitas, atau aset maka perubahan
tersebut harus dilakukan sesuai prosedur MOC.
q. Penurunan kinerja peralatan yang dikategorikan SECE (tidak
memenuhi performance standard), tidak memiliki backup barrier, dan
berdasarkan hasil kajian analisis risiko terkait dapat dikategorikan
sebagai major integrity threat (MIT). MIT tersebut harus dikelola
risikonya sehingga hingga mencapai level ALARP.
r. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan terkait pengelolaan
instalasi yang sudah tidak digunakan meliputi:
a) Penggunaan kembali instalasi/peralatan;
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 67 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

b) Preservasi (tidak dimusnahkan tapi belum ditentukan kapan akan


dipakai kembali) instalasi/peralatan;
c) Pemusnahan/ decomissioning / demolish / abandonment instalasi /
peralatan.
s. Melakukan pengelolaan dokumentasi dan rekaman terhadap
penerapan asset integrity yang terkait dengan peralatan yang
dikategorikan SECE sesuai dengan sistem manajemen pengelolaan
dokumen dan rekaman yang berlaku di Perusahaan.
t. Melakukan evaluasi dan audit terhadap pengelolaan asset integrity
yang terkait dengan peralatan yang dikategorikan SECE sesuai dengan
sistem tata kerja yang berlaku. Hasil audit tersebut harus ditindaklanjuti
untuk perbaikan yang berkesinambungan.
u. Tinjauan berkala terhadap pengelolaan asset integrity yang terkait
dengan peralatan yang dikategorikan SECE dilakukan untuk
memastikan pemenuhan performance standard terhadap peralatan
SECE tersebut sehingga dapat dipastikan functionality, availability,
reliability, survivability, dan interdependency/interaction bekerja dengan
baik.

3) Manajemen Perubahan (Management of Change) – terkait


Implementasi dan Pengendalian Operasional
Manajemen Perubahan (MOC) terkait implementasi dan pengendalian
operasional merupakan tahapan penerapan dari usulan/inisiasi
perubahan yang telah disusun untuk mencegah dampak negatif terhadap
aspek HSSE, menjaga keandalan dan integritas fasilitas proses.

Pembahasan Elemen Management of Change pada proses 6 –


Implementasi dan Pengendalian Operasional merupakan tindak lanjut
implementasi dari persyaratan Management of Change pada proses 5 –
Perencanaan dan Prosedur.

Tujuan dari Implementasi Manajemen Perubahan antara lain sebagai


berikut.
a. Memastikan sistem manajemen perubahan dilaksanakan sesuai
dengan prosedur MOC yang berlaku.
b. Memastikan sumber daya yang dibutuhkan telah dialokasikan secara
mencukupi, efektif, dan sesuai dengan rencana perubahan.
c. Memastikan dalam pelaksanaan perubahan telah melaksanakan
mitigasi yang disyaratkan berdasarkan kajian risiko yang telah disusun.
d. Memastikan informasi terdokumentasi yang terkait dengan perubahan
telah dikelola dengan baik.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 68 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

e. Memastikan kualitas dan ketaatan terhadap persyaratan manajemen


perubahan telah dipenuhi.

Persyaratan dari Implementasi Manajemen Perubahan antara lain sebagai


berikut.
a. Melaksanakan proses MOC secara full cycle (mulai dari tahapan
usulan, kajian, persetujuan, pelaksanaan/eksekusi, evaluasi hasil MOC
dan closing), dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
b. Menyediakan sumber daya (personel, material, peralatan, anggaran,
dll) yang dibutuhkan sehingga MOC dapat dilaksanakan dengan cukup,
sesuai, dan efektif.
c. Seluruh perubahan yang dilakukan harus dikomunikasikan kepada
seluruh pihak yang terkait (pekerja operasi, maintenance, Fungsi lain
dan kontraktor yang relevan dengan perubahan tersebut). Komunikasi
tersebut minimal menjelaskan lingkup dan jenis perubahan yang
dilakukan, bahaya dan dampaknya terutama terhadap fasilitas proses,
serta mitigasi yang harus dilaksanakan. Pelatihan diberikan sesuai
dengan kebutuhan kompetensi pihak yang terkait sehingga mampu
melaksanakan mitigasi yang disyaratkan terhadap pelaksanaan
perubahan maupun terhadap hasil perubahan.
d. Mengelola dokumentasi MOC yang mencakup rekaman dari semua
perubahan yang dilakukan. Dokumentasi MOC harus disimpan,
disosialisasikan, dan dapat diakses dengan mudah oleh semua pihak
yang terkait (pekerja dan kontraktor). Informasi keselamatan proses,
catatan/rekaman, prosedur, dan drawing (P&ID, PFD, TSLD, dll) harus
diperbarui, didokumentasikan, dan dikomunikasikan kepada para pihak
terkait pada saat MOC berlangsung, dan setelah MOC selesai
dilaksanakan.
e. Memeriksa dan memverifikasi implementasi MOC sesuai dengan
perubahan yang disetujui. Memastikan MOC yang sedang
dilaksanakan (MOC aktif) telah ditinjau, dan dimonitor secara
rutin/periodik sehingga implementasinya dapat dikontrol dengan benar,
up-to-date dan akurat. Untuk memastikan pengelolaan MOC
dilaksanakan dengan benar, maka audit manajemen perubahan dapat
dilakukan secara berkala.
f. Melakukan evaluasi terhadap implementasi dari Elemen Management
of Change serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara
berkelanjutan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 69 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

4) Cara Kerja Aman (Safe Work Practice) terkait Implementasi dan


Pengendalian Operasional
Pelaksanaan Cara Kerja Aman (Safe Work Practice) dilakukan melalui
penilaian risiko, perencanaan pengendalian atau mitigasi yang tepat,
implementasi cara kerja aman, penghentian tingkah laku, serta kondisi
kerja yang tidak aman, pemantauan, pengendalian terhadap
ketidaksesuaian, dan jaminan pemenuhan melalui monitoring serta
evaluasi.

Penerapan Cara Kerja Aman dalam elemen ini mencakup terutama


aktivitas-aktivitas terkait dengan pekerjaan non rutin, konstruksi, dan
pemeliharaan yang dilaksanakan baik oleh pekerja maupun kontraktor.

Pembahasan elemen Cara Kerja Aman pada proses 6 – Implementasi dan


Pengendalian Operasional merupakan tindak lanjut implementasi dari
persyaratan Cara Kerja Aman pada proses 5 – Perencanaan dan
Prosedur.

Tujuan dari Implementasi Cara Kerja Aman antara lain sebagai berikut.
a. Memastikan semua pekerjaan, baik yang mensyaratkan SIKA (Surat
Izin Kerja Aman)/PTW (Permit to Work) maupun tidak, dilakukan
berdasarkan prosedur. Pekerjaan yang mensyaratkan adanya izin kerja
harus memiliki SIKA sebelum pekerjaan dimulai.
b. Memastikan seluruh pekerjaan dilakukan dan diawasi oleh pekerja
yang terlatih; kompeten; serta sesuai peran, tugas, dan tanggung
jawabnya.
c. Memastikan telah dilakukan tindakan pencegahan/pengendalian
bahaya selama pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai.
d. Memastikan semua lokasi kerja ditinggalkan dalam keadaan aman
pada saat pekerjaan dihentikan sementara/ditunda atau selesai.

Persyaratan dari Implementasi Cara Kerja Aman antara lain sebagai


berikut.
a. Mengimplementasikan dan mematuhi sistem pengelolaan SIKA yang
berlaku.
b. Memberikan pelatihan kepada semua personel yang akan bekerja di
wilayah operasi Pertamina tentang cara kerja aman termasuk aktivitas
kritikal yang terkait Pertamina Process Safety Rules pada pekerjaan
dalam area fasilitas proses sehingga dapat mencegah terjadinya
process safety incident.
c. Melakukan pengendalian dan pengawasan/monitoring risiko yang tepat
sesuai dengan STK Cara Kerja Aman di Pertamina pada pekerjaan non
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 70 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

rutin, konstruksi, dan pemeliharaan di area fasilitas proses oleh pekerja


dan/atau kontraktor dengan mempertimbangkan interaksi risiko
terhadap pekerjaan lainnya (termasuk SIMOPS, pekerjaan di
brownfield area).
d. Melakukan pelatihan terhadap personel terkait dengan pengelolaan
SIKA sehingga terlatih; kompeten; serta memahami peran, tugas, dan
tanggung jawabnya dalam implementasi SIKA (meliputi lingkup
pekerjaan, bahaya/risiko pekerjaan, serta pengendalian bahaya/risiko
terkait pengelolaan keselamatan proses). Untuk pejabat otorisasi SIKA
dipersyaratkan mengikuti pelatihan sertifikasi Gas Safety Inspector
(GSI)/Ahli Teknik/Safety Inspector atau Control of Work (CoW) dan
sejenisnya.
e. Menyusun SIKA secara lengkap yang memuat penjelasan lingkup
kerja, lokasi kerja, potensi bahaya, risk assessment (misalnya, Job
Safety Analysis), serta mitigasi pengendalian risiko yang spesifik terkait
dengan aktivitas kritikal di area fasilitas proses.
f. Melakukan kajian dan pengesahan SIKA oleh pejabat yang berwenang
dalam pengelolaan SIKA.
g. Memastikan tidak ada pekerjaan lebih dari satu aktivitas di area fasilitas
proses yang hanya menggunakan satu SIKA. Intervensi harus
dilakukan untuk memitigasi dampak negatif dari praktik tersebut.
h. Mengomunikasikan SIKA kepada seluruh pihak yang terkait (termasuk
kepada pelaksana pekerjaan) sehingga pengelolaan yang diatur dalam
SIKA dapat dipahami, dilaksanakan, dipatuhi, dan ditinjau kembali
apabila terjadi perubahan yang berdampak kepada risiko pekerjaan,
serta dimutakhirkan sesuai persyaratan.
i. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan di area
fasilitas proses secara konsisten dan menyeluruh berdasarkan
prosedur yang berlaku. Pengawasan tersebut dapat didukung dengan
inspection checklist yang memadai sehingga dapat meyakinkan
pelaksanaan pekerjaan telah dilaksanakan secara aman dan tepat.
j. Melakukan audit kesisteman pengelolaan SIKA secara full cycle
(PDCA) sekurang-kurangnya satu kali setiap tahun untuk menilai
kecukupan, kesesuaian, dan efektivitas dari Sistem Cara Kerja Aman
yang berlaku. Hasil audit tersebut harus ditindaklanjuti hingga tuntas.
k. Menyimpan dokumen SIKA dengan jangka waktu sesuai persyaratan
yang diatur dalam STK Manajemen Kearsipan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 71 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

7. PROSES 7 – JAMINAN: PEMANTAUAN, PENGUKURAN, DAN AUDIT


1) Manajemen Kinerja Keselamatan Proses (Process Safety
Performance Management)
Berdasarkan persyaratan yang diatur pada Proses 1 – Kepemimpinan dan
Akuntabilitas terkait dengan penetapan sasaran PSAIMS Perusahaan,
maka perlu dilakukan pemantauan dan pengukuran terhadap pencapaian
sasaran tersebut sebagai bagian dari Process Safety Performance
Management.

Tujuan dari Elemen Process Safety Performance Management adalah


untuk memastikan kinerja PSAIMS telah dikelola guna mencapai tujuan
dan target yang ditetapkan oleh Perusahaan serta sebagai
acuan/referensi untuk melakukan perbaikan terhadap
penyimpangan/ketidaksesuaian yang terjadi.

Persyaratan dari Elemen Process Safety Performance Management


antara lain sebagai berikut.
a. Menyusun dan menetapkan STK Process Safety Performance
Management untuk memantau dan mengukur pencapaian sasaran dan
target PSAIMS.
b. Mengukur/memantau pencapaian target kinerja PSAIMS (leading dan
lagging indicator) secara konsisten sesuai dengan frekuensi
pemantauan yang telah ditetapkan terhadap masing-masing elemen
PSAIMS.
c. Melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap pencapaian kinerja
PSAIMS dan melaporkannya secara berjenjang dari pimpinan tertinggi
Anak Perusahaan/Cucu Perusahaan/Regional/Zona/Unit Operasi
hingga ke tingkat holding Pertamina melalui sistem pelaporan online
yang terintegrasi untuk mendapatkan database yang up-to-date dan
akurat. Pelaporan tersebut dilakukan dengan mengomunikasikan dan
menyampaikan hasil kinerja PSAIMS (leading dan lagging indicator)
setiap bulan/sesuai dengan kebutuhan pelaporan dari organisasi
diatasnya secara objektif dan transparan.
d. Menganalisis tren/kecenderungan kinerja PSAIMS untuk
mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan serta menetapkan upaya-
upaya perbaikan yang tepat.
e. Mengomunikasikan pencapaian kinerja PSAIMS kepada pihak yang
terkait (manajemen, pekerja, dan kontraktor) untuk meningkatkan
keterlibatan dan partisipasinya dalam implementasi PSAIMS melalui,
namun tidak terbatas pada:
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 72 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

a) Publikasi informasi (sebagai contoh: annual report Perusahaan,


media cetak/elektronik, poster/banner, email, surat/memo/fax,
website, dll.); dan
b) Pertemuan (toolbox meeting, rapat, briefing, teleconference, town
hall meeting, joint inspection, management walkthrough,
presentasi/seminar/workshop, sharing session, pelatihan,
sosialisasi, dll.).
f. Melakukan evaluasi terhadap Process Safety Performance
Management serta melakukan tindak lanjut perbaikannya secara
berkelanjutan.

2) Belajar dari Kejadian (Learning from Event)


Sistem Belajar dari Kejadian (Learning from Event) dikembangkan untuk
memastikan organisasi mendapatkan pembelajaran yang bermanfaat dari
insiden keselamatan proses yang terjadi maupun pengalaman dari best
practices penerapan PSAIMS. Melalui sistem belajar dari kejadian, insiden
disikapi sebagai kesempatan untuk melakukan perbaikan secara
sistematis melalui proses investigasi guna mencari akar penyebab (root
causes), memberikan rekomendasi perbaikan, dan menindaklanjutinya
sehingga dapat mencegah insiden terulang kembali atau mengurangi
risiko terjadinya major accident.

Tujuan dari Elemen Belajar dari Kejadian (Learning from Events) antara
lain sebagai berikut.
a. Memastikan insiden keselamatan proses telah dilaporkan, dicatat,
diinvestigasi, dan ditindaklanjuti untuk mencegah kejadian terulang
kembali.
b. Memastikan tersedianya database dari seluruh insiden keselamatan
proses yang terjadi, dilakukan analisis trending insiden untuk
menentukan area perbaikan dan melaksanakan tindakan pengendalian
serta monitoring tindak lanjut rekomendasi investigasi.
c. Memastikan Sistem Belajar dari Kejadian telah dilaksanakan secara
konsisten berdasarkan hasil investigasi dan analisis/evaluasi data
statistik insiden serta berdasarkan best practices implementasi
PSAIMS.

Persyaratan dari Elemen Belajar dari Kejadian antara lain sebagai berikut.
a. Menyusun dan menetapkan STK mengenai belajar dari kejadian terkait
keselamatan proses. Sistem Learning from Event (LFE) dilakukan
terhadap:
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 73 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

a) Kejadian yang tidak diinginkan, mencakup: melaporkan insiden,


mencatat, menginvestigasi, menindaklanjuti, serta menyusun dan
mengomunikasikan lessons learned.
b) Successful events/kisah sukses melalui pengelolaan pengetahuan
atau knowledge management yang bersumber dari best practices
internal dan hasil studi perbandingan/benchmark dengan praktik
terbaik di industri sejenis baik di tingkat nasional maupun
internasional.
b. Melaporkan setiap insiden terkait keselamatan proses (termasuk
kejadian process safety yang berpotensi risiko tinggi/high potential
(HiPO)) secara berjenjang sesuai alur pelaporan insiden yang
ditetapkan. Prinsip pelaporan tersebut dilakukan berdasarkan nilai-nilai
kejujuran, terbuka, objektif, dan budaya tidak menyalahkan (no blame
culture) sehingga Learning from Event dapat dilaksanakan dengan
baik.
c. Melakukan klasifikasi dan pencatatan insiden yang terjadi berdasarkan
kategori insiden yang ditetapkan. Klasifikasi insiden dapat dilakukan
menggunakan Risk Assessment Matrix Pertamina sesuai tingkat
keparahan insiden yang terjadi. Selanjutnya, klasifikasi insiden tersebut
dapat digunakan sebagai dasar dalam penetapan level tim investigasi
yang dibutuhkan (level Holding, Sub Holding, Anak Perusahaan, Cucu
Perusahaan, Regional, Zona, Unit Operasi) untuk melaksanakan
investigasi.
d. Membentuk tim investigasi yang kompeten (multidisiplin, memiliki
keahlian teknis, dan memiliki keahlian investigasi (berdasarkan
pelatihan investigasi atau sertifikasi kompetensi investigasi yang
dimiliki)), independen, dan dengan jumlah yang mencukupi. Apabila
dibutuhkan, dapat melibatkan tenaga ahli eksternal yang kompeten,
laboratorium pengujian, dan sumber data eksternal dari instansi yang
berwenang untuk mendukung analisis teknis terkait penyebab kejadian.
e. Melaksanakan investigasi terhadap insiden keselamatan proses yang
terjadi untuk mengidentifikasi penyebab langsung, penyebab dasar/root
causes/akar permasalahan, kelemahan sistem manajemen, dan
menetapkan rekomendasi perbaikan yang dibutuhkan. Analisis
kegagalan dan rekomendasi yang diberikan sedapat mungkin
mencakup pengelolaan terhadap:
a) Plant Barrier (fasilitas dan peralatan)
b) Process and Procedure Barrier (sistem manajemen dan prosedur
kerja)
c) People Barrier (manusia dan organisasi)
Pemilihan metode analisis penyebab insiden (misalnya fault tree
analysis, systematic cause analysis technique, root cause analysis,
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 74 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

bowtie, cause tree analysis, dll) perlu mempertimbangkan kesesuaian


dengan jenis dan kompleksitas insiden, kompetensi dari tim investigasi,
serta metode analisis yang umum digunakan di organisasi.
f. Menyediakan seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung
pelaksanaan proses investigasi sehingga mampu menyelesaikan
investigasi secara komprehensif, tidak bias/objektif, kredibel,
independen, dan efektif sesuai waktu yang ditetapkan.
g. Laporan hasil investigasi harus di-review dan disahkan oleh pejabat
berwenang untuk memastikan validitas dan kualitas hasil investigasi
tersebut.
h. Mengomunikasikan hasil investigasi secara efektif kepada Instansi
yang berwenang/stakeholder eksternal apabila dipersyaratkan oleh
regulasi dan sesuai dengan kebutuhan, serta kepada Fungsi dan
personel yang relevan di internal Perusahaan sesuai prosedur yang
berlaku untuk ditindaklanjuti melalui perbaikan/penyelesaian
rekomendasi terkait serta sebagai pembelajaran dari kejadian.
i. Menindaklanjuti seluruh rekomendasi hasil investigasi dan melakukan
monitoring serta tracking secara berjenjang (berdasarkan hierarki
organisasi) terhadap pemenuhan rekomendasi guna memastikan
seluruh rekomendasi telah ditindaklanjuti hingga tuntas.
j. Mengomunikasikan Learning from Event dari process safety incident
dan best practices pengelolaan PSAIMS kepada pihak yang terkait
(manajemen dan pekerja (stakeholder internal) serta kontraktor,
instansi, dan stakeholder eksternal lainnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku) untuk menjadi pembelajaran. Metode komunikasi yang
efektif harus ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan
komunikasi dan peraturan Perusahaan tentang kerahasiaan informasi
Perusahaan.
k. Mendokumentasikan (database, catatan, dan statistik) process safety
incident yang terjadi mencakup jenis dan deskripsi kejadian, klasifikasi
insiden, penyebab langsung (immediate cause), penyebab dasar (root
cause), kelemahan sistem manajemen, rekomendasi perbaikan,
analisis/evaluasi dari statistik insiden, dan lessons learned yang telah
dilaksanakan sebagai masukan untuk perbaikan terhadap pengelolaan
PSAIMS.
l. Membangun budaya yang jujur, transparan dan adil terhadap
pencapaian kinerja PSAIMS melalui:
a) Menerapkan Just and Fair Culture terhadap process safety incident
yang terjadi sesuai aturan yang berlaku di Pertamina serta untuk
membangun process safety culture.
b) Memberikan penghargaan atas prestasi dan kesuksesan
pencapaian kinerja PSAIMS atau upaya proaktif dalam mengelola
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 75 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

PSAIMS guna meningkatkan motivasi dan partisipasi seluruh pihak


(organisasi, pekerja, dan kontraktor) dalam menerapkan PSAIMS.
m. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Learning from Event serta
melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

3) Audit
Audit PSAIMS merupakan metode untuk memastikan PSAIMS telah
dilaksanakan secara mencukupi, sesuai, dan efektif, berdasarkan kriteria
dan persyaratan implementasi PSAIMS yang berlaku. Audit PSAIMS
mengedepankan upaya-upaya untuk memastikan pengelolaan risiko
terhadap fasilitas proses telah dilaksanakan sesuai lingkup persyaratan
PSAIMS yang diatur dalam protokol audit PSAIMS yang berlaku di
Pertamina.

Tujuan dari Elemen Audit PSAIMS adalah untuk:


a. mengevaluasi kinerja dan pengelolaan keselamatan proses, dan
integritas aset di Sub Holding, Anak Perusahaan, Cucu Perusahaan,
Regional, Zona, dan Unit Operasi.
b. memastikan bahwa pengelolaan PSAIMS di telah dilaksanakan
dengan cukup, sesuai, patuh, dan efektif sehingga continual
improvement dapat terus dilaksanakan.
c. membantu perusahaan memperbaiki pengelolaan PSAIMS,
mencegah terjadinya kecelakaan, dan mengurangi risiko terhadap
people, environmental, asset, reputation dan liability.

Persyaratan dari Elemen Audit PSAIMS antara lain sebagai berikut.


a. Menyusun dan menetapkan STK Audit PSAIMS, mencakup kebijakan,
tugas dan tanggung jawab, proses audit, jaminan kualitas dan
perbaikan sistem audit PSAIMS yang digunakan sebagai basis untuk
menjalankan audit secara sistematik.
b. Menyusun program audit PSAIMS secara internal dan/atau eksternal
sesuai frekuensi yang ditentukan. Audit PSAIMS dilaksanakan secara
berkala terhadap unit operasi/anak perusahaan/cucu perusahaan
paling lama 5 (lima) tahun sekali. Holding dapat melakukan audit
sebelum periode audit berkala dengan mempertimbangkan:
a) Hasil audit SUPREME sebelumnya yang menunjukan pencapaian
pengelolaan PSAIMS berada di warna merah atau oranye.
b) Pelaksanaan audit PSAIMS terhadap unit operasi/anak
perusahaan yang pencapaian hasil audit SUPREME sebelumnya
menunjukan pencapaian yang bagus (warna hijau tua) dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan audit PSAIMS guna
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 76 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

mendapatkan sumber pembelajaran yang dapat diterapkan untuk


lokasi lain.
c) Paska kejadian kecelakaan besar (major accident) yang berkaitan
dengan process safety di lokasi tersebut.
d) Kebijakan lain yang ditetapkan oleh Holding.
Sub Holding dapat melaksanakan audit PSAIMS secara mandiri diluar
program audit Holding yang akan dilaksanakan.
c. Melaksanakan audit PSAIMS oleh tim auditor yang kompeten
(multidisiplin, pernah mengikuti pelatihan audit PSAIMS atau
sejenisnya, serta memiliki pengetahuan tentang metode audit dan
pengetahuan teknis terkait lingkup bidang yang diaudit) serta dengan
jumlah yang mencukupi. Susunan tim auditor dapat berasal dari internal
seluruhnya/eksternal seluruhnya (pihak di luar organisasi
Pertamina)/cross Unit Operasi/kombinasi antara internal dan eksternal.
d. Melaksanakan audit PSAIMS dengan menggunakan Protokol Audit
PSAIMS yang ditetapkan sehingga dapat:
a) Menilai kepatuhan/kesesuaian dan ketidakpatuhan/ketidaksesuaian
(gaps) terhadap persyaratan PSAIMS, peraturan, dan standar yang
berlaku agar dapat memberikan rekomendasi perbaikan yang efektif
berdasarkan temuan audit.
b) Meninjau ulang tindak lanjut rekomendasi dari audit sebelumnya.
c) Menjadi masukan untuk menilai kecukupan, kesesuaian, dan
efektivitas dari PSAIMS.
e. Menyusun laporan audit mengikuti ketentuan sistematika laporan
dalam Protokol Audit kemudian menyampaikan/mengomunikasikan
kepada Direksi Sub Holding, Manajemen, Fungsi, dan pekerja lain
terkait untuk ditindaklanjuti.
f. Melaksanakan tindak lanjut hasil rekomendasi audit PSAIMS dengan
menyusun rencana kerja tindak lanjut rekomendasi, melaksanakan
rencana kerja, melakukan pemantauan, dan penutupan seluruh
rekomendasi hingga selesai.
g. Melakukan evaluasi terhadap Elemen Audit PSAIMS serta melakukan
perbaikan secara berkelanjutan.

Untuk memastikan semua rekomendasi dan rencana tindak lanjut yang harus
dilakukan terkait implementasi Proses 7 - Jaminan: Pemantauan, Pengukuran,
dan Audit, maka Holding, Sub Holding, Anak Perusahaan, Cucu Perusahaan,
Regional, Zona, dan Unit Operasi perlu mengembangkan action tracking
system, sehingga semua rekomendasi dan action tersebut dapat dikelola serta
diselesaikan secara tepat waktu, efektif, dan efisien.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 77 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

8. PROSES 8 - TINJAUAN
Tinjauan merupakan wujud dari praktik kepemimpinan dan komitmen
pemimpin terhadap implementasi PSAIMS serta partisipasi Manajemen dalam
mengimplementasikan dan mengembangkan PSAIMS.

Hasil tinjauan Manajemen dapat menjadi masukan dalam penyusunan/review


kebijakan, strategi jangka panjang, rencana kerja/program perbaikan dan
penentuan target PSAIMS, serta penyediaan sumber daya yang dibutuhkan
untuk mengelola PSAIMS. Keterlibatan Manajemen dalam tinjauan PSAIMS
akan sangat menentukan kualitas implementasi PSAIMS pada tahun
berikutnya.

Tujuan dari Tinjauan adalah untuk mengevaluasi kecukupan, kesesuaian, dan


efektivitas implementasi PSAIMS dan menentukan tindak lanjut perbaikan
yang dibutuhkan secara berkelanjutan.

Persyaratan dari Elemen Tinjauan PSAIMS antara lain sebagai berikut.


a. Menyusun dan menetapkan STK Tinjauan PSAIMS yang mencakup,
namun tidak terbatas pada:
a) Membandingkan antara hasil dan target PSAIMS, kemudian melakukan
tinjauan terhadap target yang ditetapkan dan menetapkan strategi untuk
mencapai target PSAIMS tersebut.
b) Meninjau hasil sisa risiko (residual risk) terkait pengelolaan process
safety.
c) Menilai status dari implementasi rencana/program kerja,
kondisi/performa aset, serta meninjau tindak lanjut Tinjauan PSAIMS
sebelumnya.
d) Meninjau hasil evaluasi audit PSAIMS, survei kepuasan pelanggan
(customer satisfaction), dan saran/masukan dari stakeholder terkait
pengelolaan PSAIMS serta meninjau tindak lanjut yang telah
dilaksanakan.
e) Menganalisis hasil laporan monitoring, penyebab dasar sub-standard
performance, tren analisis kinerja PSAIMS, hasil benchmarking
performance PSAIMS, dan LFE insiden process safety.
f) Mengevaluasi perubahan eksternal termasuk adanya perubahan besar
dalam peraturan dan standar yang berdampak pada pengelolaan
PSAIMS.
g) Meninjau rencana-rencana pengembangan fasilitas proses dan
implementasi PSAIMS.
h) Meninjau permasalahan PSAIMS lainnya yang perlu mendapat perhatian
dan keputusan manajemen.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 78 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

b. Melaksanakan tinjauan paling lama setahun sekali untuk memastikan


kecukupan, kesesuaian, dan efektivitas dari implementasi PSAIMS pada
tiap organisasi dengan mengikuti agenda sesuai STK Tinjauan yang
berlaku.
c. Mengevaluasi profil sisa risiko keselamatan proses sebagai bagian dari
proses tinjauan manajemen.
d. Mengidentifikasi rencana pengembangan PSAIMS dan menetapkan tindak
lanjut pemenuhannya.
e. Mendokumentasikan hasil tinjauan manajemen dan mengomunikasikannya
ke semua Fungsi/personel yang relevan secara efektif, sehingga rencana
tindak lanjut dapat disusun, diimplementasikan, dan dipantau
pemenuhannya.
f. Melakukan evaluasi terhadap implementasi Elemen Tinjauan serta
melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 79 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

BAB III
TUGAS, KEWENANGAN, DAN TANGGUNG JAWAB

A. TUGAS, KEWENANGAN, DAN TANGGUNG JAWAB

1. Fungsi Penanggung jawab


Fungsi penanggung jawab adalah pimpinan tertinggi dari setiap tingkatan
organisasi (Holding, Sub-holding, Regional, dan Anak Perusahaan/Unit
Operasi) dalam Perusahaan. Tugas, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi
penanggung jawab PSAIMS adalah sebagai berikut namun tidak terbatas
pada.
1) Menunjukkan komitmen terhadap PSAIMS.
2) Menetapkan dan memberikan dukungan dalam melaksanakan kebijakan
PSAIMS sesuai kebijakan PSAIMS yang berlaku di Pertamina.
3) Memastikan tersedianya PSAIMS di organisasinya yang sejalan dengan
kebijakan dan PSAIMS yang ditetapkan oleh Holding Pertamina.
4) Memastikan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan dan sasaran implementasi PSAIMS.
5) Menyusun dan menetapkan secara formal organisasi untuk menerapkan
PSAIMS secara operasional yang terintegrasi dengan Organisasi
SUPREME dengan mempertimbangkan efektivitas Organisasi secara
efisien.
6) Melakukan tinjauan manajemen dan memastikan perbaikan secara
berkelanjutan terhadap penerapan PSAIMS telah dilaksanakan.

2. Fungsi Pengembang
Fungsi pengembangan adalah Fungsi yang mengembangkan PSAIMS, dalam
hal ini pengembangan Sistem Process Safety Management (PSM) dilakukan
oleh fungsi HSSE di setiap tingkatan organisasi (Holding, Sub-holding,
Regional, dan Anak Perusahaan/Unit Operasi) sedangkan pengembangan
Asset Integrity Management System (AIMS) dilakukan oleh Direktorat
Integrated Logistic & Infrastructure untuk Tingkat Holding dan/ atau
perubahannya dan fungsi Reliability/ Fungsi lain yang relevan di di tingkat Sub-
holding, Regional, dan Anak Perusahaan, Cucu Perusahaan dan Unit Operasi.
Tugas, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi pengembangan sebagai
berikut.
1) Memastikan tersedianya proses bisnis terkait PSAIMS dalam organisasi
Unit Bisnisnya.
2) Melakukan komunikasi dengan Fungsi/Departement yang relevan terkait
implementasi PSAIMS.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE :
√ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 80 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

3) Menyusun, mengembangkan dan memutakhirkan STK terkait PSAIMS


dan turunannya.
4) Menyusun rencana strategis/jangka panjang dan rencana jangka
pendek/tahunan serta key performance indicator (leading dan lagging
indicator) untuk mengembangkan dan memperkuat implementasi
PSAIMS.
5) Mengembangkan sistem informasi yang dibutuhkan untuk mendukung
dan memastikan penerapan PSAIMS secara konsisten dan menyeluruh.

3. Fungsi Pengelola Sistem (Koordinator)


Pengelola sistem (koordinator) adalah Pejabat yang ditetapkan secara
struktural oleh penanggung jawab/pimpinan tertinggi di setiap tingkatan
organisasi (Regional dan Anak Perusahaan/Unit Operasi/Zona/Unit Proyek)
untuk mengkoordinir pelaksanaan operasional PSAIMS. Tugas, kewenangan
dan tanggung jawab pengelola sistem (koordinator) sebagai berikut namun
tidak terbatas pada.
1) Membuat rencana kerja implementasi PSAIMS berdasarkan persyaratan
setiap elemen PSAIMS yang relevan dengan Unit Bisnisnya.
2) Memastikan setiap elemen PSAIMS telah dilaksanakan oleh masing-
masing Fungsi Pengelola Elemen sesuai persyaratan yang berlaku.
3) Memastikan Fungsi Pengelola Elemen telah memiliki kompetensi yang
dibutuhkan secara memadai.
4) Mengkoordinir penyusunan major risk register dan tindaklanjutnya.
5) Mengusulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk menerapkan PSAIMS.
6) Mengkoordinir pelaksanaan rencana kerja dan pencapaian KPI PSAIMS
yang ditetapkan.
7) Mengkoordinir pelaksanaan rapat rutin monitoring progress rencana kerja
PSAIMS.
8) Memimpin dan memfasilitasi rapat rutin monitoring progress rencana kerja
PSAIMS.
9) Mengkoordinir auditee menghadapi pelaksanaan audit PSAIMS.
10) Memastikan temuan terkait SECE ditindaklanjuti dengan baik.
11) Mengkoordinir tindaklanjut rekomendasi hasil temuan terkait PSAIMS
(inspeksi, maintenance, downgrade situation, audit, tinjauan manajemen,
dan investigasi insiden) hingga dapat diselesaikan dengan tuntas.
12) Melaporkan kinerja penerapan PSAIMS kepada Penanggung
Jawab/Pimpinan Tertinggi.

4. Fungsi Pengelola Proses/Elemen (Champion)


Fungsi pengelola proses/elemen (Champion) adalah Fungsi terkait yang
memiliki tanggung jawab utama dalam menerapkan operasional elemen
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 81 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

PSAIMS di setiap tingkatan organisasi (Regional dan Anak Perusahaan/Unit


Operasi/Zona/Unit Proyek).

Tugas, kewenangan dan tanggung jawab fungsi pengelola sistem (Champion)


adalah sebagai berikut namun tidak terbatas pada.
1) Membuat rencana kerja penerapan elemen PSAIMS sesuai persyaratan
yang berlaku.
2) Mengusulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk penerapan elemen
PSAIMS.
3) Menjalankan program elemen PSAIMS sesuai dengan rencana kerja.
4) Menindaklanjuti hasil audit penerapan PSAIMS.
5) Melaporkan kinerja penerapan elemen PSAIMS kepada Pengelola
PSAIMS.

5. Fungsi Penjamin
Fungsi penjamin adalah Fungsi yang melakukan pengukuran penerapan
operasional PSAIMS. Sistem Process Safety Management (PSM) dilakukan
oleh Fungsi HSSE di setiap tingkatan organisasi (Holding, Sub-holding,
Regional, dan Anak Perusahaan/Unit Operasi/Zona/Cucu Perusahaan)
sedangkan penjaminan Asset Integrity Management System (AIMS) dilakukan
oleh HSSE untuk Tingkat Holding dan/atau perubahannya dan Fungsi yang
menangani Integritas fasilitas operasi di tingkat Sub-holding, Regional, dan
Anak Perusahaan/Unit Operasi. Tugas, kewenangan dan tanggung jawab
fungsi penjamin adalah sebagai berikut.
1) Melaksanakan monitoring dan evaluasi penerapan PSAIMS.
2) Memfasilitasi pelaksanaan audit PSAIMS dan melakukan monitoring
pemenuhan rekomendasi hasil audit yang telah dilaksanakan
3) Merekomendasikan rencana strategis penerapan PSAIMS kepada
penanggung jawab sistem, pengelola sistem dan fungsi pengelola
proses/elemen.
4) Melaporkan kinerja penerapan PSAIMS di Unit Bisnisnya kepada fungsi
assurance di tingkat organisasi di atasnya.
5) Merekomendasikan perbaikan berkelanjutan kepada fungsi
pengembangan dan fungsi organisasi PSAIMS yang relevan.

B. TIPIKAL ORGANISASI PSAIMS


Secara struktural, fungsi terkait dalam PSAIMS di Pertamina dapat dilihat pada
Gambar 3 Tipikal Organisasi PSAIMS tingkat Holding, Gambar 4 Tipikal
Organisasi tingkat Sub-holding, dan Gambar 5 Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat
Anak Perusahaan/Unit Operasi/Cucu Perusahaan.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 82 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Gambar 3. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Holding

Gambar 4. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Sub-holding


PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 83 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

Note : Penetapan Fungsi Assurance sistem terkait Asset integrity Management


System dapat ditetapkan oleh masing-masing Sub-holding dengan
mempertimbangkan perlunya independensi, menghindari conflict of interest, dan
kesesuaiannya dengan tugas dan tanggung jawab Fungsi terkait berdasarkan
proses bisnisnya.

Gambar 5. Tipikal Organisasi PSAIMS Tingkat Anak Perusahaan/Unit


Operasi/Cucu Perusahaan
Note : Penetapan Fungsi Assurance sistem terkait Asset integrity Management
System dapat ditetapkan oleh masing-masing Anak Perusahaan/Unit
Operasi/Cucu Perusahaan dengan mempertimbangkan perlunya independensi,
menghindari conflict of interest, dan kesesuaiannya dengan tugas dan tanggung
jawab Fungsi terkait berdasarkan proses bisnisnya.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 84 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

BAB IV
KETENTUAN LAIN - LAIN

Ketentuan Lain yang Diatur Dalam Pedoman Ini:


1. Penyesuaian/alignment terhadap ketentuan dalam pedoman ini dilakukan dalam
masa transisi (12 bulan) sejak diterbitkan Pedoman PSAIMS.
2. Fasilitas baru (pengembangan atau alih kelola) dapat menggunakan PSAIMS
yang berlaku di Perusahaan sebelumnya dan wajib untuk menyesuaikan dengan
ketentuan dalam Pedoman ini selambat-lambatnya 12 (dua belas) bulan setelah
proses alih kelola dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan pengelolaan risiko
terhadap keselamatan proses seperti yang diatur dalam Pedoman ini.
3. Ketentuan yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur dalam bentuk surat
keputusan, surat perintah atau bentuk lainnya yang berlaku di Perusahaan.
4. Ketentuan yang lebih rinci dari Pedoman PSAIMS ini akan diatur dalam dokumen
Sistem Tata Kerja turunan yang tetap mengacu pada ketentuan dalam Pedoman
ini.
5. Dengan tetap memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam
keadaan tertentu untuk mencapai tujuan, kepentingan dan keuntungan Pertamina,
maka penerapan Process Safety and Asset Integrity Management System yang
tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pedoman ini sepanjang diyakini
dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi Pertamina, dapat dilakukan
berdasarkan persetujuan atas dasar justifikasi dan analisis aspek HSSE bahwa
lingkup Process Safety and Asset Integrity Management System yang
dikecualikan telah diidentifikasi potensi bahaya dan risikonya, serta mampu
dikendalikan/dimitigasi secara aman oleh Sub Holding/Anak Perusahaan/Cucu
Perusahaan/Regional/Zona/Unit Operasi Pertamina terkait serta sesuai dengan
konteks organisasinya. Persetujuan tersebut diberikan oleh pejabat yang
berwenang secara berjenjang sesuai dengan otorisasi yang berlaku di organisasi
yang melakukan pengecualian tersebut.
PEDOMAN
FUNGSI : HEALTH, SAFETY, SECURITY & NOMOR : A4.5-01/S00000/2023-S9
ENVIRONMENT REVISI KE : √ 0 1 2 3 4
BERLAKU*TMT : 10 April 2023
JUDUL : PROCESS SAFETY & ASSET
HALAMAN : 85 dari 85
INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEMS
(PSAIMS)

LAMPIRAN

Lampiran 1 – Pengertian
Lampiran 2 – Referensi
Lampiran 3 – Kebijakan PSAIMS dalam Pengelolaan Project
Lampiran 4 – Process Safety Metric
Lampiran 5 – Penjelasan PHA
Lampiran 6 – Proses Penentuan SECE

Disiapkan oleh: Disetujui oleh:


VP Organization VP HSSE Policy Standard & SVP HSSE
Capability Risk Mgt System

Rini Widiastuti Suripno Lelin Eprianto


Tgl.: Tgl.: Tgl.:
LAMPIRAN 1 - PENGERTIAN

1. ALARP (As Low As Reasonably Practicable) - menurunkan tingkat risiko


serendah mungkin hingga sisa risikonya dapat diterima oleh Perusahaan dengan
mempertimbangkan biaya, teknologi, waktu dan sumber daya.
2. Analisis Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis/TRA) adalah teknik yang
digunakan untuk mengidentifikasi bahaya kesehatan/keselamatan (health/safety
hazard) baik yang potensial maupun aktual yang berhubungan dengan aktivitas
pekerjaan tertentu. Setelah hal tersebut teridentifikasi, selanjutnya suatu
rekomendasi disusun dan didokumentasikan dan digunakan sebagai alat untuk
mengingatkan para pekerja mengenai bahaya kesehatan dan keselamatan.
3. Anak Perusahaan Pertamina - sebuah Perusahaan di mana lebih dari 50%
sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero), atau lebih dari 50% suara dalam
Rapat Umum Pemegang Saham dipegang oleh PT Pertamina (Persero), atau
apabila manajemen dari Perusahaan, penunjukan dan pembubaran Direktur dan
Komisaris-nya diatur oleh PT Pertamina (Persero).
4. Assurance/Jaminan – (1) Pernyataan positif yang dimaksudkan untuk
memberikan kepercayaan. Keyakinan penuh, bebas dari keraguan, kepastian. (2)
Suatu kegiatan untuk membangun kepercayaan bahwa proses bisnis organisasi
sesuai dengan tujuan. Jaminan yang efektif berkaitan dengan pengujian proses
bisnis organisasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah proses
bisnis kita bekerja sebagaimana dimaksud? Apakah proses bisnis kita berada di
bawah kendali manajemen? Bagaimana kita bisa
meningkatkan/menyempurnakan?
5. Asset Integrity – (1) Pertamina: kemampuan suatu aset untuk menjalankan fungsi
yang diperlukan secara efektif dan efisien, dan pada saat yang sama tidak
merugikan manusia dan lingkungan. (2) Kondisi dimana ketika suatu aset
diperoleh, dirancang, dibuat, ditugaskan, dioperasikan, dan dipelihara sehingga
aset tersebut sesuai dengan tujuannya, dengan mempertimbangkan keterpaduan
antara struktur, process containment, ignition control/kontrol pengapian, dan
sistem untuk proteksi, deteksi, shutdown, tanggap darurat, dan lifesaving.
6. Audit – Pemeriksaan dan pengujian formal. Proses audit harus terdiri dari
pemantauan, peninjauan, dan pelaporan hasil audit kepada pihak-pihak yang
dapat menerapkan semua perubahan yang dibutuhkan.
7. Backlog – adalah daftar tugas atau perbaikan yang belum terselesaikan.
8. Bahaya Kecelakaan Besar (Major Accident Hazard / MAH) - setiap bahaya
yang dapat menghasilkan risiko HSSE ‘besar’. Istilah ini sering digunakan untuk
kejadian yang berhubungan dengan keselamatan proses, yakni kejadian yang
menghasilkan / dapat menghasilkan konsekuensi dengan kriteria tertinggi menurut
Matriks Penilaian Risiko Terpadu Pertamina.
9. Barrier – Usaha fisik/non-fisik yang bertujuan untuk mencegah, mengendalikan,
dan memitigasi insiden.
10. Barrier – Prevention: menurunkan probabilitas bahaya atau mencegah eskalasi
bahaya menjadi kejadian.
11. Barrier – Detection: mendeteksi kejadian dan mengaktifkan langkah berikutnya
secara tepat waktu.
12. Barrier – Control: menurunkan skala atau besaran dari kejadian.
13. Barrier – Mitigation: menurunkan konsekuensi yang timbul akibat dari suatu
kejadian.
14. Barrier – Recovery: memulihkan kembali kondisi operasi dari suatu kejadian
termasuk kejadian besar (major accident).
15. Catastrophic Release (Ref. SUPREME) – Insiden yang tidak terkontrol meliputi
emisi, kebakaran, atau ledakan melibatkan bahan kimia berbahaya yang
memberikan dampak serius terhadap pekerja, lingkungan, fasilitas, dan
masyarakat.
16. Catatan Kerja (Record) – dokumen atau informasi berisi catatan hasil kerja yang
dituangkan dalam suatu formulir standar yang digunakan untuk pelaksanaan suatu
proses, seperti: hasil pemeriksaan, notulen rapat, rencana kegiatan, dan lain-lain.
17. CODE – jenis STK yang mengatur tentang kebijakan yang mencakup beberapa
pedoman. CODE disusun dengan ketentuan:
1) berisikan kumpulan peraturan, prinsip dan sistem yang dijadikan norma atau
asas di tingkat direktorat atau lintas direktorat;
2) mengatur sekurang-kurangnya di Proses Group (level 2) pada proses bisnis;
dan terdapat dua pedoman atau lebih dalam proses bisnis yang sama.
18. Contractor Safety – adalah suatu tinjauan yang dilakukan sebelum kontraktor
proyek melakukan mobilisasi ke lapangan untuk memulai pekerjaan. Review
Contractor Safety memeriksa kesiapan proyek dan kontraktor serta sistem
manajemen HSSE dari kontraktor dalam memastikan organisasi efektif telah siap
untuk mengelola dan memantau pelaksanaan serta kinerja HSSE proyek.
19. Control of Work (COW) – Dalam prakteknya Standar Control of Work bagi para
pekerja artinya adalah memastikan bahwa setiap pekerjaan yang dilaksanakan
telah sepenuhnya direncanakan.
20. Deviasi
- Defisiensi - suatu keadaan di mana sebuah sistem, proses, atau aset tidak
memenuhi standar atau kriteria tertentu, atau tidak berfungsi secara optimal
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Defisiensi dapat terjadi dalam berbagai
aspek, seperti dalam operasi fasilitas, manajemen aset, sistem keamanan, dan
lain sebagainya.
- Deferral – keputusan untuk menunda perbaikan atau penggantian suatu
peralatan atau sistem yang tidak berfungsi dengan benar
- Backlog – situasi di mana pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan.
- Variance/derogation - situasi di mana suatu peraturan atau prosedur
keselamatan tidak diterapkan atau diabaikan dalam situasi tertentu.
- Inhibition atau override - menonaktifkan peralatan vital.
21. Documented Information - informasi dalam bentuk media penyimpanan yang
dipersyaratkan untuk dikendalikan dan dipelihara oleh organisasi misalnya CODE,
corporate charter, pertamina standar, serta dokumen Perusahaan lainnya.
22. Dokumen - data, catatan dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima
dalam pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain
maupun terekam dalam bentuk corak apa pun yang dapat dilihat, dibaca, atau
didengar.
23. Downgraded Situation - semua situasi abnormal di mana sebuah instalasi
beroperasi di luar desain operasinya yang mengakibatkan peningkatan risiko
terkait operasi.
24. Efektivitas / Efektif – Pencapaian hasil yang direncanakan setelah dilakukan
implementasi dengan cara yang ‘sesuai’ dan ‘memadai.’ ‘Hasil yang direncanakan’
dapat mencakup spesifikasi dan kriteria seperti kuantitas, kualitas, alokasi waktu,
anggaran, dll.
25. Fungsi - Kumpulan beberapa aktivitas, organisasi yang mengelola kumpulan
beberapa aktivitas tertentu yang merupakan bagian dari struktur organisasi
Pertamina dan mempunyai Kode Bagian Organisasi (KBO).
26. Fungsi Terkait - para fungsi yang memiliki tugas, kewenangan, dan tanggung
jawab terkait dalam penyusunan STK.
27. Holding - Perusahaan induk yang membawahi beberapa Perusahaan lainnya
dalam satu dan/atau beberapa kelompok bisnis tertentu. Dalam dokumen ini
merujuk ke PT Pertamina (Persero)/Pertamina kecuali dinyatakan lain, juga
digunakan istilah “Holding Migas”.
28. Informasi Terdokumentasi - (1) Pertamina: Informasi Terdokumentasi adalah
informasi dalam bentuk media penyimpanan yang wajib dikendalikan dan
dipelihara, seperti kode, piagam Perusahaan, standar Pertamina, dan dokumen
Perusahaan lainnya. (2) ISO: “informasi terdokumentasi” dalam ISO mengacu
pada semua informasi penting dalam suatu bisnis yang harus tetap terorganisir
dan terkendali. Ini pada dasarnya adalah kombinasi dari dokumen dan rekaman.
29. Inhibit – adalah tindakan mematikan atau menonaktifkan suatu sistem pengaman
atau peralatan yang dirancang untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau
kegagalan proses.
30. Kebijakan HSSE – komitmen tertulis yang ditandatangani pimpinan tertinggi
Perusahaan yang menjadi landasan dan pedoman implementasi HSSE, memuat
sekurang-kurangnya visi, tujuan Perusahaan, sasaran dan program kerja yang
akan dicapai.
31. Kecukupan/Memadai – Pemilihan jumlah, frekuensi, dan/atau kuantitas kegiatan
yang tepat untuk mencapai pelaksanaan kegiatan yang efektif, dan memastikan
aspek kinerja usaha yang direncanakan menjadi aspek kinerja usaha yang
sebenarnya.
32. Keselamatan Proses – (1) Pertamina: Suatu kegiatan yang mengelola keandalan
sistem operasi dan proses penanganan bahan berbahaya dengan menerapkan
prinsip, desain, dan praktik pengoperasian yang baik, yang terkait dengan
pencegahan dan pengendalian kejadian yang berpotensi melepaskan bahan
berbahaya yang dapat menimbulkan efek toksik, kebakaran atau ledakan dan
pada akhirnya dapat menyebabkan cedera serius, kerusakan aset, kehilangan
produksi, dan kerusakan lingkungan. (2) Kerangka kerja untuk mengelola
integritas sistem operasi dan proses yang menangani zat berbahaya. Hal ini
bergantung pada prinsip-prinsip desain yang baik, teknik, dan praktik operasi dan
pemeliharaan. Ini berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian peristiwa yang
berpotensi melepaskan bahan dan energi berbahaya. (3) The Energy Institute
(EI): Keselamatan proses adalah perpaduan antara keterampilan teknik dan
manajemen yang berfokus pada pencegahan kecelakaan besar dan near-miss,
khususnya, keruntuhan struktural, ledakan, kebakaran, dan pelepasan yang
merusak yang terkait dengan loss of containment energi atau zat berbahaya
seperti bahan kimia dan produk minyak bumi. Keterampilan teknik dan
manajemen ini melebihi yang diperlukan untuk mengelola keselamatan kerja
karena berdampak pada orang, properti, dan lingkungan.
33. Kesesuaian – Pemilihan aktivitas yang tepat untuk mendapatkan implementasi,
manajemen risiko, dan kinerja bisnis yang efektif.
34. Ketidakpatuhan – Kegagalan untuk memenuhi/mematuhi persyaratan.
Ketidakpatuhan dapat diidentifikasi melalui kegiatan pemantauan, penurunan
pencapaian indikator kinerja, tidak tercapainya aspek bisnis lain dan/atau
perencanaan lainnya, kegagalan memenuhi target, investigasi insiden, dan/atau
kegiatan penjaminan / assurance, yaitu audit / penilaian. Ketidaksesuaian – (1)
Penyimpangan dari situasi yang telah ditentukan. (2) ISO: tidak terpenuhinya
suatu persyaratan.
35. Key Performance Indicator (KPI) – (1) Pertamina: Alat ukur untuk Holding, Sub-
holding, Anak Perusahaan, aktivitas bisnis utama, dan/atau segmen organisasi
yang telah diberikan KPI yang ditetapkan oleh manajemen. (2) Ukuran kinerja
organisasi yang diprioritaskan (utama) dan sering digunakan ketika indikator laba
atau keuangan saja tidak memadai dan/atau tidak relevan untuk dijadikan ukuran
kinerja. Penggunaan KPI dimaksudkan untuk membantu manajemen dalam
membuat keputusan mengenai alokasi sumber daya. Lihat KPI, Boundary; KPI,
Shared; dan Performance Indicator / Indikator Kinerja.
36. Kompetensi – Kemampuan, dalam arti keahlian, pengetahuan, dan kesadaran
untuk menjalankan peran tertentu. Kompetensi berkembang seiring dengan
waktu, dengan kombinasi pendidikan, pengalaman, dan/atau pelatihan.
37. Major Accident - (a) kecelakaan kerja fatal: kecelakaan kerja yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan kematian; (b) kecelakaan kerja
yang melibatkan banyak korban dalam satu kejadian yang mengakibatkan
hilangnya beberapa hari kerja; (c) kebakaran besar: kerusakan harta benda akibat
kebakaran yang mengakibatkan kerugian lebih besar atau senilai US$1.000.000-
(satu juta dolar AS) atau menyebabkan penghentian produksi secara total (total
shutdown); (d) tumpahan besar: tumpahan minyak yang mencemari air atau tanah
sebanyak 15 barel atau lebih; (e) kerusakan harta benda: suatu kejadian yang
tidak menyebabkan kecelakaan kerja yang fatal, atau kebakaran besar dan
tumpahan besar, tetapi menyebabkan kerugian lebih besar atau senilai
US$1.000.000- (satu juta dolar AS); (f) peristiwa yang menarik perhatian publik:
peristiwa yang mengundang perhatian media dalam skala nasional dan
internasional; (g) klaim atau pengaduan terkait aspek K3L yang berasal dari
masyarakat lokal di sekitar wilayah kegiatan Unit Operasi. Istilah ini sering
digunakan untuk kejadian yang berkaitan dengan keselamatan proses.
38. Major Accident Hazard (MAH) / Bahaya Kecelakaan Besar – Pertamina:
Bahaya apa pun yang dapat mengakibatkan risiko HSSE 'utama/major.' Istilah ini
sering digunakan untuk kejadian yang berkaitan dengan keselamatan proses,
yaitu kejadian yang mengakibatkan/dapat mengakibatkan konsekuensi dengan
kriteria tertinggi (catastrophic) menurut Matriks Penilaian Risiko Terintegrasi
Pertamina.
39. Major Integrity Threat (MIT) – bahaya atau ancaman terhadap integritas aset
yang dapat mengakibatkan konsekuensi dengan kriteria tertinggi (catastrophic)
menurut Matriks Penilaian Risiko. MIT bisa terjadi karena beberapa faktor seperti
usia aset, operasi yang substandard, penanganan yang tidak tepat, operasional
yang menyimpang dari desain, kegagalan peralatan, kondisi cuaca yang ekstrem,
dan lain sebagainya.
40. Matriks Penilaian Risiko/Pemetaan Risiko/Risk Assessment Matrix - suatu
proses dalam evaluasi Risiko untuk mengategorikan peringkat Risiko berdasarkan
Probabilitas dan Dampak yang mungkin ditimbulkannya (RAM).
41. Override – adalah situasi di mana operator atau personel lain melakukan tindakan
yang menimpa atau membatalkan sistem pengaman yang dirancang untuk
mencegah terjadinya kecelakaan atau kegagalan proses.
42. P–D–C–A – Metode siklus lengkap untuk menerapkan sistem manajemen, yang
terdiri dari aktivitas Plan (Perencanaan), Do (Implementasi), Check (Pemantauan),
dan Act (Tinjauan dan Tindak Lanjut). Ini merupakan dasar dan cara untuk
menerapkan sejumlah standar internasional seperti ISO 9001, ISO 14001, ISO
45001, dll., yang disematkan ke dalam struktur tingkat tinggi ISO (High Level
Structure/HLS).
43. Praktik Kerja (Work Practice) – Serangkaian pedoman untuk melakukan tugas
pekerjaan tertentu dengan benar (efisien – aman – produktif).
44. Process Safety – adalah kegiatan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
insiden katastropik yang berasal dari kebocoran bahan kimia, kebakaran, dan
ledakan dengan cara memastikan bahwa semua fasilitas dirancang secara benar,
dioperasikan secara aman, dan dijaga secara baik.
45. Process Safety Event – adalah Pelepasan yang tidak direncanakan atau tidak
terkendali dari bahan apa pun, termasuk bahan yang tidak beracun dan tidak
mudah terbakar (misalnya uap, air panas, nitrogen, CO2 terkompresi, atau udara
bertekanan) dari suatu proses, atau kejadian atau kondisi yang tidak diinginkan,
yang dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan pelepasan bahan.
46. Process Safety and Asset Integrity Management System (PSAIMS) – adalah
pendekatan terintegrasi untuk mengelola risiko dalam operasi pabrik atau fasilitas
proses yang menggabungkan prinsip-prinsip process safety dan asset integrity
management system (AIMS). PSAIMS memungkinkan organisasi untuk
memahami dan mengelola risiko yang terkait dengan proses produksi dan
peralatan dalam satu kerangka kerja terpadu yang holistik. Dengan
mengintegrasikan prinsip-prinsip process safety dan AIMS, PSAIMS dapat
membantu organisasi untuk meminimalkan risiko terhadap kecelakaan, insiden,
dan cedera, serta meningkatkan keandalan, ketersediaan, dan efisiensi aset-aset
yang digunakan dalam operasi fasilitas tersebut.
47. Process Safety Information (PSI) – adalah kegiatan yang ditujukan untuk
mengelola informasi-informasi yang dipergunakan dalam kegiatan proses.
Informasi yang dikelola adalah:
1) Informasi bahan kimia berbahaya yang dipergunakan dalam proses produksi.
2) Informasi teknologi yang dipergunakan dalam proses.
3) Informasi peralatan yang dipergunakan dalam proses.

48. Process Safety Management – adalah proaktif identifikasi, evaluasi dan mitigasi
atau pencegahan terhadap lepasnya bahan-bahan kimia yang bisa terjadi sebagai
akibat dari kegagalan dalam proses, prosedur atau peralatan (OSHA 3133).
49. Process Safety Metrics – adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja
keselamatan proses pada fasilitas proses.
50. Process Hazard Analysis (PHA) – adalah pendekatan sistematis yang
dipergunakan untuk menilai potensi bahaya terkait dengan operasi proses.
51. Program – Uraian tentang sarana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
dan sasaran.
52. Program Pengurangan Risiko Berkelanjutan (Continuous Risk Reduction)
dengan tujuannya adalah mempertahankan keselamatan produksi pada lapisan
perlindungan dan memperbaiki keseluruhan status terakhir risiko dengan kriteria
standar risiko migas serta menentukan proses Manajemen Risiko.
53. Pejabat Berwenang - pejabat yang memiliki Kode Bagian Organisasi (KBO) yang
berwenang dalam hal Pengelolaan Arsip.
54. Performance Standar SECE
1) Functionality dapat didefinisikan sebagai fungsi apa yang wajib dipenuhi oleh
SECE merujuk kepada intensi desain.
2) Availability (ketersediaan) dapat didefinisikan sebagai kemampuan sebuah
item agar dapat berada pada kondisi bekerja sesuai yang disyaratkan pada
kondisi tertentu dan pada kurun waktu tertentu dengan asumsi sumber daya
eksternal tersedia. Ketersediaan mempunyai beberapa klasifikasi dengan arti
dan cara perhitungan yang berbeda. Klasifikasi dari ketersediaan secara
umum tergantung dari kurun waktu yang dipertimbangkan dan jenis downtime
yang dipergunakan dalam perhitungan.
3) Survivability dapat didefinisikan sebagai suatu persyaratan daya tahan yang
dibutuhkan dari suatu SECE dalam keadaan darurat untuk mempertahankan
keandalan SECE dalam keadaan tersebut.
4) Reliability dapat didefinisikan sebagai bentuk kekerapan atau kemungkinan
keberhasilan.
5) Interdependency.

55. Risk Management Plan (RMP) adalah rencana pengelolaan risiko yang
digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai risiko HSSE, serta
prinsip-prinsip desain yang diusulkan untuk mengendalikan bahaya dan
mengelola risiko proyek pada level yang dapat diterima.
56. RAM1 (Risk Assessment Matrix) – Lihat Matriks Penilaian Risiko.
57. RAM2 (Reliability, Availability, Maintainability) Functionality, Survivability,
58. RASCI (Responsible, Accountable, Support, Consult, Informed) –
1) Simbol “R” diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai penanggung
jawab utama (Responsible).
2) Simbol “A“ diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai penentu
keputusan (Agree/Accountable).
3) Simbol “S“ diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai penunjang
(Support).
4) Simbol “C“ diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai konsultan
(Consult).
5) Simbol “I“ diberikan bagi Unit Organisasi yang berperan sebagai pihak yang
diberi/ pemberi informasi (Inform).
59. Root Cause Analysis (RCA) – adalah sebuah proses sistematis yang bertujuan
untuk mengidentifikasi akar penyebab dari suatu kejadian atau masalah. RCA
biasanya dilakukan setelah terjadi kecelakaan, insiden, atau masalah lain yang
terkait dengan kinerja atau keamanan aset-aset dalam sebuah organisasi.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
kejadian tersebut terjadi, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan yang tepat
untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
60. Safety Environment Critical Element (SECE) – Bagian dari instalasi, plant,
termasuk perangkat lunak (sistem pengendalian proses) yang apabila gagal
berfungsi ketika sedang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau keadaan
kegagalan dalam pengendalian proses, dapat menyebabkan terjadi bencana
proses (Major Accident Event) yang berpotensi pada kerugian sejumlah korban
fatal, kerusakan lingkungan dan asset termasuk terhentinya bisnis Perusahaan.
1) SECE Functionality Fungsi apa yang wajib dipenuhi oleh SECE merujuk
kepada intensi desain.
2) SECE Availability Proporsi waktu terhadap waktu 1 tahun yang harus tersedia
di tempat dan dapat dioperasikan jika dibutuhkan.
3) SECE Reliability Bentuk kekerapan atau kemungkinan keberhasilan
berfungsinya atau bekerjanya SECE sesuai dengan yang diharapkan ketika
dibutuhkan.
4) SECE Survivability Suatu persyaratan daya tahan yang dibutuhkan dari suatu
SECE dalam keadaan darurat untuk mempertahankan keandalan SECE
dalam keadaan tersebut.

61. Sistem Surat Izin Kerja Aman (SIKA) – Sistem surat izin kerja (Sistem SIKA)
merupakan proses dan dokumen pencatatan formal yang digunakan untuk
mengendalikan pekerjaan yang berisiko termasuk di dalamnya proses komunikasi
antara pelaksana kerja dan penerbit SIKA kerja dalam hal kesepakatan dan
komitmen dalam pengendalian bahaya yang ada pada pekerjaan yang akan
dilakukan.
62. Sistem – kumpulan komponen dalam satu kesatuan yang memiliki tujuan
bersama, yang mana kumpulan komponen tersebut memiliki keteraturan pola
interaksi antar komponen, dengan hierarki dan batasan tertentu serta dapat
beradaptasi dengan lingkungannya yang selalu berubah.
63. Stakeholder/Pihak Berkepentingan – Pihak yang menerima produk atau jasa
organisasi, yang mungkin terpengaruh olehnya, atau pihak-pihak yang mungkin
memiliki kepentingan/perhatian yang signifikan terhadap organisasi.
64. Standard Maintenance Procedure (SMP) – adalah metode yang terdokumentasi
untuk menjalankan suatu pemeliharaan yang spesifik pada proses dan peralatan.
65. Standar Performa/Kinerja (Performance Standard) - (1) TEKNIS: Standar
performa yang secara khusus menetapkan batasan dan target terukur, seperti
‘berapa banyak gas yang boleh dilepaskan ke udara’. Ini sering disebut sebagai
standar teknis dan diterapkan secara luas di bidang keselamatan proses. (2)
MANAJERIAL: Uraian tentang SIAPA, harus melakukan APA, KAPAN dan/atau
SEBERAPA SERING. Ini sering disebut sebagai standar kinerja sistem
manajemen dan diterapkan secara luas dalam sistem manajemen untuk
menentukan persyaratan kerja/tugas/pekerjaan.
66. Strategi - Perumusan rencana strategis yang terintegrasi oleh suatu organisasi
untuk mencapai sasaran/tujuan bisnisnya. Strategi bisnis mengintegrasikan
semua aspek kegiatan produksi organisasi melalui semua tingkatan, yang
termasuk:
1) Menetapkan tujuan atau sasaran,
2) Instruksi strategis,
3) Opsi-opsi pengembangan,
4) Strategi bersaing,
5) Tanggung jawab fungsi.

67. Sub-holding - Perusahaan di bawah pengelolaan dan kendali Perusahaan induk


yang membawahi kelompok bisnis yang merupakan bagian dari kelompok bisnis
yang dikelola Perusahaan induk. Juga digunakan istilah “Business Group”.
68. SUPREME (Sustainability PeRtamina Expectations for Management
Excellence) - Singkatan dari sistem manajemen bisnis dan keberlanjutan
Pertamina, yang terdiri dari harapan dan pedoman implementasi untuk Pertamina
Holding, Sub-holding, Anak Perusahaan, dan kegiatan bisnis utama, seperti
proyek besar, site abandonment / decommissioning.
69. Survei – Studi sistematis untuk mengidentifikasi dan menilai masalah, kondisi,
dan/atau kekhawatiran yang telah ditetapkan.
70. Sustainability/Keberlanjutan – ‘Kemampuan untuk melanjutkan pada suatu titik
dalam periode waktu tertentu’. Keberlanjutan merupakan paradigma untuk
memikirkan masa depan melalui pertimbangan yang seimbang antara aspek
lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam mengejar kualitas hidup yang lebih baik.
Sejalan dengan Pembangunan Berkelanjutan yang didefinisikan sebagai:
‘pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri’
(Laporan Komisi Bruntland tahun 1987 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Keberlanjutan sering dianggap sebagai tujuan jangka panjang (yaitu, dunia yang
lebih berkelanjutan), sedangkan pembangunan berkelanjutan mengacu pada
banyak proses dan jalur untuk mencapai keberlanjutan itu sendiri (misalnya,
pertanian berkelanjutan, produksi dan konsumsi berkelanjutan, tata kelola yang
baik, ekonomi sirkuler, rantai pasokan berkelanjutan, dll.).
71. Tahapan Kegiatan Proyek adalah Tahapan kegiatan proyek terdiri dari 4 (empat)
tahap yaitu tahap Inisiasi, Seleksi, Kajian Lanjut dan Eksekusi di mana masing-
masing tahapan tersebut memberikan persyaratan-persyaratan teknis maupun
non-teknis yang dibutuhkan dan mengintegrasikan seluruh proses kerja terkait ke
dalam suatu proses kerja pengembangan proyek yang efektif.
72. Validasi – Membuat valid; untuk memperkuat atau mengkonfirmasi dengan
memberikan pengakuan, konfirmasi, atau persetujuan resmi. Misalnya, jika ada
permintaan untuk melakukan suatu deviasi, system override, atau perubahan
lainnya, maka pemberian persetujuan harus melalui proses validasi formal,
idealnya oleh seorang pemimpin/manajer senior.
73. Variance – adalah indikasi tingkat ketidakstabilan atau ketidakpastian dalam
kinerja suatu sistem atau proses. Variance dapat digunakan untuk mengukur
seberapa bervariasi nilai-nilai dalam parameter-parameter kritis yang
mempengaruhi keselamatan proses, seperti tekanan, suhu, kecepatan aliran, dan
sebagainya.
LAMPIRAN 2 – REFERENSI

1. Undang-Undang RI No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Peraturan Pemerintah RI No. 11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Process Safety Management Protocol. Canadian Society for Chemical
Engineering. 2013.
5. Keputusan Menteri ESDM No. 1846/2018: code and standard.
6. SUPREME (Sustainability PeRtamina Expectations for Management Excellence)
7. Pedoman No. A7-003/S00100/2019-S0 tahun 2019, tentang Pedoman
Pengelolaan HSSE Berbasis Risiko.
8. Pedoman No. A7-001/S00000/2020-S0 tentang Contractor Safety Management
System.
9. Peraturan Menteri ESDM No. 32/2021: design assessment.
10. Pedoman No. A8-004/PHE04000/2021-S9/Rev0 tentang Process Safety and
Asset Integrity Management System.
11. API RP 750 Management of Process Hazards.
12. CCPS Guideline for Risk Based Process Safety.
13. CCPS Guideline for Integrating Process Safety Into Engineering Projects.
14. OSHA 3132 - Process Safety Management System.
15. OSHA 3133 - Process Safety Management for Compliance.
16. ISO 55000 Asset Management.
17. PAS 55 Asset Integrity.
LAMPIRAN 3 – KEBIJAKAN PSAIMS DALAM PENGELOLAAN PROYEK

1. PSAIMS Project Planning


PSAIMS merupakan bagian yang terintegrasi dari project management secara
keseluruhan. PSAIMS project planning merupakan tahapan yang menjelaskan
implementasi PSAIMS pada perencanaan proyek. Melalui integrasi PSAIMS
dalam perencanaan proyek, diharapkan proyek dapat diselesaikan dengan
OTOBOSOR (on time, on budget, on specification, on return) serta dapat
dioperasikan secara selamat dan andal selama umur fasilitas. Guna mencapai
maksud tersebut, maka beberapa kriteria berikut perlu dipenuhi:
1) Menyusun dan menetapkan STK yang memuat integrasi PSAIMS dalam
Project Planning.
2) Menerapkan PSAIMS pada tahapan perencanaan proyek sebagai berikut;
a. Pada tahapan inisiasi Project.
b. Pre-Feasibility Study (Pra-Studi Kelayakan).
Melakukan Penilaian Dampak Lingkungan awal (AMDAL) atau Pra-
AMDAL untuk memahami dampak proyek ini pada lingkungan dan bahan-
bahan yang terlibat. Tinjau laporan kejadian insiden, rangkum
pembelajarannya. Pembelajaran dari insiden akan menjadi masukan
untuk studi HSSE. Pre Process Hazard (preliminary). Sasaran HSSE
sesuai dengan tujuan bisnis dan sebagai bagian dari kinerja tim Proyek
Kapital. Rencana Awal HSSE untuk proyek yang akan menentukan
tonggak (milestone) dan jadwal kegiatan utama HSSE.
c. Pre-FID (Pre-Final Investment Decision).
d. BED (Basic Engineering Design) Licensed Unit Term of Reference.
Mendefinisikan informasi persyaratan HSSE selama memilih teknologi.
Memberikan Tinjauan BED, antara lain Indikator untuk mengukur kinerja
HSSE Tim Proyek Kapital. Mengembangkan Paket Process Safety
Information - PSI (BED). Process Hazard Analysis (PHA) pada tahap BED.
Tinjauan screening-penyaringan untuk Klasifikasi Area Berbahaya.
Tinjauan Pemeriksaan Keselamatan & Kesehatan Kerja. Tinjauan
screening-penyaringan Fire Protection (FP). Penyaringan keselamatan
informasi/system control. Memperbarui Rencana HSSE untuk proyek dan
mengintegrasikannya ke dalam rencana proyek.
e. FEED (Front End Engineering Design) scope of work (SoW)/kerangka
acuan kerja (KAK). Perbarui tujuan dan sasaran HSSE sebagai bagian
dari keseluruhan sasaran FEED. Memasukkan persyaratan HSSE ke
dalam pengembangan FEED SoW/KAK.
f. Paket FEED (Front End Engineering Design) harus diperbarui dan
dipertajam dengan FEED Process Hazard Analysis (PHA) sebagai
kelanjutan dari PHA saat BED untuk mendapatkan daftar MAH. Tinjauan
Fire Protection pada tahapan FEED.
g. Proses FS & FID.
h. Proses Penawaran (Bidding) Engineering Procurement Construction
(EPC).
Mengembangkan Rencana HSSE tahap EPC. Manajemen Keselamatan
Kontraktor Pra-Kualifikasi. Mengembangkan Rencana Asuransi.
Pemilihan Kontraktor EPC. Memastikan aspek HSSE dimasukkan dalam
kontrak dan dipahami dengan baik oleh kontraktor (pemberian kontrak
dalam CSMS).
i. Menyiapkan Process Safety Quality Assurance.
2. PSAIMS Project Execution
PSAIMS project execution merupakan langkah untuk mengintegrasikan PSAIMS
ke dalam tahap pelaksanaan proyek guna:
1) Memastikan semua proses pelaksanaan pekerjaan dan pengendalian
operasional proyek sesuai dengan standar PSAIMS serta desain fasilitas.
2) Memastikan pekerjaan terimplementasi dan selesai dengan selamat, tepat
waktu, sesuai dengan perencanaan biaya, berkualitas, dan ekspektasi
stakeholders.

Beberapa kriteria yang perlu dipenuhi dalam implementasi PSAIMS dalam


tahapan pelaksanaan proyek adalah:
1) Menerapkan sistem mengenai PSAIMS project execution.
2) Mengimplementasikan PSAIMS pada tahapan Pekerjaan Engineering,
Procurement and Construction (EPC) yang mencakup antara lain.
a. Memperbarui dan menyelesaikan Process Safety Information (PSI).
b. Melaksanakan Process Safety Quality Assurance.
c. Tinjauan rinci untuk aspek Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) dan Fire
Protection (FP).
d. Finalisasi Rencana dan Eksekusi HSSE EPC sesuai dengan desain yang
telah ditetapkan.
e. Keselamatan dan Kinerja Kontraktor.
f. Pengembangan Prosedur dan Pelatihan operasi.
g. Manajemen Perubahan.
h. Jika dibutuhkan, memastikan tinjauan pre-commisioning dan Pre Start Up
Safety Review dilakukan dan didokumentasikan sebelum fase Start Up.
i. Tinjauan Pre Start Up Safety Review.
j. Fase commisioning, start up, dan operational acceptance.
k. Respons Keadaan Darurat.
l. Menyerahkan fasilitas ke operasi dan penutupan proyek.
3) Melakukan tinjauan pasca pekerjaan untuk mengidentifikasi lessons learned
dari tiap pekerjaan.
4) Melakukan dan memeriksa dokumentasi terkait manajemen pekerjaan
termasuk memeriksa sistem manajemen rekaman Perusahaan.
5) Melakukan evaluasi efektivitas dari implementasi PSAIMS Project Execution
yang dilengkapi dengan catatan/rekaman yang dibutuhkan serta melakukan
tindak lanjut perbaikan secara berkelanjutan berdasarkan hasil evaluasi
tersebut.
LAMPIRAN 4 – PROCESS SAFETY METRIC

Sasaran PSAIMS merupakan indikator kinerja untuk memastikan pengelolaan


PSAIMS dilaksanakan secara efektif dan mampu memitigasi risiko-risiko process
safety dan asset integrity pada proyek dan operasional Pertamina (termasuk
decommissioning/abandonment fasilitas). Sasaran tersebut dituangkan dalam bentuk
process safety metrics yang berisi leading dan lagging indicator.

Dalam penetapan sasaran PSAIMS, hal-hal sebagai berikut dapat dipertimbangkan.


1) Strategi process safety dan asset integrity yang sejalan dan menjadi bagian dari
strategi jangka panjang organisasi;
2) Strategi process safety dan asset integrity tahunan yang merupakan penjabaran
strategi jangka panjang PSAIMS;

Lingkup sasaran PSAIMS meliputi:


1) Penetapan indikator kinerja PSAIMS (process safety metrics) terdiri dari leading
dan lagging indicator harus memenuhi kriteria SMART (Specific, Measureable,
Achievable, Reasonable, Time Bound). Penetapan leading dan lagging indicator
tersebut dapat mengacu kepada Juknis Pelaporan Process Safety Event yang
ditetapkan oleh Pertamina Holding dan/atau International Standard terkait process
safety key performance indicator antara lain IOGP 456 tentang process safety –
recommended practice on key performance indicator atau API RP 754 tentang
Process Safety Performance Indicators For The Refining And Petrochemical
Industries atau regulasi nasional yang berlaku. Hierarki lagging dan leading
indicator selanjutnya dapat diilustrasikan dalam piramida Process Safety Indicator:

Gambar 6. Process Safety Indicator Pyramid


Definisi Leading dan Lagging Indicators pada piramida tersebut dijelaskan sebagai
berikut:

Tabel 2. Penjelasan Leading dan Lagging Indicators Tier


Process Safety
Pengertian
Event Tier
Hilangnya pertahanan primer (Loss of Primary
Containment) dengan konsekuensi terbesar
seperti yang didefinisikan oleh API RP 754
Tier 1 Process Safety Performance Indicators For The
Refining And Petrochemical Industries atau
IOGP Report 456 process safety – recommended
practice on key performance indicator.
Hilangnya pertahanan primer (Loss of Primary
Containment) dengan konsekuensi lebih kecil
dari Tier 1 seperti yang didefinisikan oleh API RP
Tier 2 754 Process Safety Performance Indicators For
The Refining And Petrochemical Industries atau
IOGP Report 456 process safety – recommended
practice on key performance indicator.
Digunakan untuk memantau performa barrier
Tier 3 yang berfungsi mencegah kejadian Loss of
Primary Containment (LOPC) Tier 1 dan 2.
Digunakan untuk memonitor implementasi dan
efektivitas dari sistem manajemen yaitu
Tier 4 mengelola barrier utama (termasuk operational
discipline surveys dan process area/field
observation).

Untuk mempermudah penetapan Leading dan Lagging Indicators, item berikut


dapat digunakan sebagai contoh (masing-masing unit operasi/anak atau cucu
perusahaan dapat menentukan PSAIMS performance indicator yang relevan
(sesuai dan/atau di lu

ar tabel contoh di bawah) dengan kebutuhan pengelolaan PSAIMS di lokasinya


dengan mempertimbangkan prioritas untuk pengelolaan risikonya):

Tabel 3. Contoh Lagging and Leading KPI


Performance Indicator PSAIM Unit of
Frequency PIC Definisi
PSAIM Item Element Measure
LAGGING
PSE Tier-1 Monthly All # Jumlah PSE Tier-1 tiap bulan. Definisi
dari Process Safety Event (PSE) Tier 1
diperoleh dari definisi di API-754 dan
OGP Report 456. Data dicatat setiap
bulan
PSE Tier-2 Monthly All # Jumlah PSE Tier-2 tiap bulan. Definisi
dari Process Safety Event (PSE) Tier 2
diperoleh dari definisi di API-754 dan
OGP Report 456. Data dicatat setiap
bulan
LEADING
Performance Indicator PSAIM Unit of
Frequency PIC Definisi
PSAIM Item Element Measure
LOPC events di bawah Monthly All # Jumlah LOPC dengan dampak di bawah
thresholds PSE Tier1 & 2 PSE Tier-1 & 2. Data dicatat setiap bulan
Pressure Relief Device Monthly 10 # Jumlah Pressure Relief Device
teraktivasi teraktivasi. Data dicatat setiap bulan
Aktivasi safety instrumented Monthly 10 # Jumlah safety instrumented system atau
system atau mechanical mechanical shutdown system kategori
shutdown system kategori SECEyaang teraktivasi saat operasi
SECE
Inhibit or Bypass Safety Monthly 10 # Jumlah Inhibit or Bypass Safety System
System kategori SECE lebih 11 kategori SECE lebih dari 12 jam. Data
dari 12 jam. 14 dicatat setiap bulan. Data dicatat setiap
bulan
Inhibit or Bypass Safety Monthly 10 # Jumlah Inhibit or Bypass Safety System
System kategori SECE lebih 11 kategori SECE lebih dari 12 jam yang
dari 12 jam dan sudah 14 sudah dinormalkan kembali..Data dicatat
dinormalkan kembali. setiap bulan. Data dicatat setiap bulan
Temuan Defisiensi/ Monthly 10 # Jumlah temuan Defisiensi/ Downgraded
Downgraded Situation 11 Situation peralatan SECE saat test atau
peralatan kategori SECE saat operasi. Data dicatat setiap bulan
saat test atau aktual
Defisiensi/ Downgraded Monthly 10 # Jumlah Defisiensi/ Downgraded Situation
Situation peralatan kategori 11 peralatan kategori SECE yang masih
SECE yang masih “Live” 14 “Live” (belum diperbaiki) dan in-
(belum diperbaiki) dan in- operation. Data dicatat setiap bulan
operation
Defisiensi/ Downgraded Monthly 10 # Jumlah Defisiensi/ Downgraded Situation
Situation peralatan SECE 11 peralatan SECE yang masih “Live” yang
yang overdue penyelesaian/ 14 overdue penyelesaian perbaikannya.
perbaikannya Data dicatat setiap bulan
Major Integrity Threat yg Monthly 10 # Jumlah MIT yang masih “Live” di fasilitas
masih “Live” 11 produksi. Data dicatat setiap bulan
Overdue Major Integrity Monthly 10 # Jumlah MIT yang overdue penyelesaian/
Threat (penyelesaian/ 11 perbaikannya. Data dicatat setiap bulan
perbaikannya) 14
Overdue sertifikasi Migas Monthly 3 # Jumlah peralatan/fasilitas produksi
peralatan/fasilitas produksi 10 kategori SECE yang telah overdue. Data
kategori SECE dicatat setiap bulan
Backlog (Overdue dan atau Monthly 10 # Jumlah backlog (Overdue atau
Deferred) Inspection Testing Pemunduran) ITM untuk Safety Critical
& Maintenance (ITM) Element (SCE) dari waktu yang
peralatan kategori SECE ditargetkan. Data dicatat setiap bulan.
pada akhir bulan
Overdue outstanding Quarterly 17 # Jumlah outstanding rekomendasi audit
rekomendasi audit PSAIM PSAIM kategori Major/ kritikal yang telah
kategori Major/ kritikal overdue penyelesaiannya. Data dicatat
setiap tiga bulan (kuartal)
Overdue PHA/HAZOP Quarterly 7 # Jumlah revalidasi PHA/HAZOP yang
revalidation fasilitas pelaksanaannya sudah terlambat dari
operasi/produksi periode yang sudah ditetapkan. Data
dicatat setiap tiga bulan (kuartal).
*PHA/HAZOP yang dimaksud di sini
adalah PHA/HAZOP fasilitas existing
Overdue outstanding Quarterly 7 # Jumlah rekomendasi PHA/HAZOP yang
rekomendasi PHA/HAZOP pelaksanaannya sudah terlambat dari
fasilitas operasi/produksi periode yang sudah ditetapkan. Data
kategori high & very high dicatat setiap tiga bulan (kuartal).
risk *PHA/HAZOP yang dimaksud di sini
adalah PHA/HAZOP fasilitas existing
Performance Indicator PSAIM Unit of
Frequency PIC Definisi
PSAIM Item Element Measure
MOC Live keseluruhan Monthly 11 # Jumlah MOC fasilitas (permanen dan
(yang sudah disetujui/ sementara) kategori SECE yang telah
otorisasi) kategori SECE disetujui, tetapi belum selesai dikerjakan.
Data dicatat setiap bulan.
MoC kategori SECE dalam Monthly 11 # Jumlah MOC kategori SECE (permanen
konstruksi/ eksekusi dan sementara) yang telah disetujui, dan
dalam tahap konstruksi/eksekusi
pekerjaan di lapangan. Data dicatat
setiap bulan.
Overdue penyelesaian MoC Quarterly 11 % Perbandingan dari jumlah MOC kategori
kategori SECE SECE yang telah diotorisasi dan
penyelesaiannya sudah terlambat dari
periode yang sudah ditetapkan terhadap
total MOC yang telah diotorisasi. Data
dicatat setiap tiga bulan (kuartal).
MOC Temporary “Live” di Monthly 10 # Jumlah MOC sementara termasuk
operasi termasuk temporary 11 temporary repair yang masih aktif. Data
repair untuk peralatan dicatat setiap bulan
kategori SECE
Overdue MOC temporary Monthly 10 # Jumlah MOC sementara termasuk
termasuk temporary repair 11 temporary repair yang melampaui masa
untuk peralatan kategori berlakunya.. Data dicatat setiap bulan.
SECE
Overdue outstanding Quarterly 17 # Jumlah outstanding rekomendasi audit
rekomendasi audit MoC MoC kategori Major/ kritikal yang telah
kategori Major/ kritikal overdue penyelesaiannya. Data dicatat
setiap tiga bulan (kuartal)
Jumlah annunciated alarm Monthly 7 # Jumlah annunciated alarm rate per
rate per operating position 14 operating position dalam periode tertentu
(max 10 per 10 minutes) (max 10 per 10 minutes). Peak alarm
diambil dalam periode sebulan dan
diperiksa jumlah alarm tertinggi dalam 10
menit di periode tersebut. Data dicatat
setiap bulan.
Locked Open (LO)/ Locked Monthly 14 # Jumlah valve baru yang Locked Open
Closed (LC) Valve Register (LO) atau Locked Closed (LC) yang
Updates over 60 days from belum didaftarkan setelah 60 hari
submission. pengajuan MOC (AFA). Data dicatat
setiap bulan.

Catatan: Perubahan dalam posisi Lock


Open/Closed harus diproses melalui
MOC
Locked Open (LO)/ Locked Monthly 11 # Jumlah Locked Open (LO) atau Locked
Closed (LC) Valve 14 Closed (LC) valve yang ditemukan
ditemukan tidak dalam berada pada posisi tidak semestinya
posisi seharusnya tanpa risk tanpa adanya risk assessment dan/atau
assessment dan/atau tanpa tanpa adanya prosedur isolasi. Data
adanya prosedur isolasi dicatat setiap bulan.
yang seharusnya. .
Total volume injeksi Quarterly 10 % Persentase volume chemical yang
Corrosion Inhibitor aktual diinjeksi pada masing-masing plant/area.
terhadap target per kuartal Data dicatat setiap tiga bulan (kuartal).
Status perlindungan Quarterly 10 % Status pembacaan proteksi katodik pada
Cathodic Protection masing-masing area operasi. Status
tersebut berdasarkan hasil pengukuran
yang dilaporkan, yaitu: Merah untuk CP <
= 85%, Kuning untuk 85%< CP< 100%,
dan Hijau untuk CP = 100 %. Data dicatat
setiap tiga bulan (kuartal).
Performance Indicator PSAIM Unit of
Frequency PIC Definisi
PSAIM Item Element Measure
Overdue prosedur Quarterly 8 # Jumlah Prosedur (TKO/TKI)
(TKO/TKI) pengoperasian pengoperasian dan ITM peralatan
dan ITM peralatan produksi produksi yang overdue pembaruannya.
overdue Data dicatat setiap tiga bulan (kuartal).
Pengujian Emergency Quarterly 10 % Perbandingan pengujian full stroke
Shutdown Valves secara full 13 Emergency Shutdown Valves sesuai
stroke sesuai jadwal yang jadwal terhadap jumlah pengujian secara
sudah ditentukan keseluruhan. Data dicatat setiap 3 bulan.
Realisasi pelaksanaan Quarterly 13 % Persentase realisasi pelaksanaan
emergency drill skenario emergency drill skenario MAH terhadap
MAH terhadap target target. Data dicatat setiap tiga bulan
(kuartal).
Persentase personnel Quarterly 13 % Persentase jumlah personil terlibat
terlibat dalam/ mengikuti dalam/mengikuti pelaksanaan
emergency dril terhadap emergency drill terhadap jumlah
jumlah personil keseluruhan personnel keseluruhan. Data dicatat
setiap tiga bulan (kuartal).
Drilling & Well Intervention
“Well Control” Events Monthly All # Jumlah kejadian “Well Control” selama
selama kegiatan kegiatan pengeboran berlangsung and
pengeboran dan well perbaikan kerja ulang sumur. Data
intervention dicatat setiap bulan.
Sumur migas/ panas bumi Monthly 10 # Jumlah sumur dengan casing pressure
dengan sustained casing 14 (SCP) yang masih terdapat pada bagian
pressure (SCP). annulus. Data dicatat setiap bulan.

Jumlah kegagalan BOP Monthly 10 # Jumlah kegagalan operasi pada sistem


system Rig (included but not BOP selama kegiatan pengujian dan
limited to Lubricator, operasi sumur berlangsung, meliputi
diverter, choke manifold, pada bagian Lubricator, diverter, choke
Poor-boy degasser /MGS, manifold, Poor-boy degasser /MGS. Data
etc) beroperasi dalam batas dicatat setiap bulan.
waktu yang ditentukan pada
saat operasi atau
pengetesan
Perubahan well design Monthly MoC % Perbandingan jumlah perubahan desain
setelah AFE approved by sumur dari desain awal (dimana AFE
SKK MIGAS sudah disetujui oleh SKK MIGAS)
terhadap akumulasi jumlah sumur yang
telah di bor periode pada tahun berjalan.
Data dicatat setiap bulan.
Notes: Peralatan kategori SECE meliputi primary containment, structure, peralatan proteksi instrumentasi, peralatan
mitigasi, peralatan emergency response, dll yang sudah ditentukan sebagai SECE melalui study.

2) Berbagai variasi process safety metrics yang dibutuhkan untuk memonitor dimensi
dari sistem dan kinerja elemen PSAIMS yang kritikal. Process safety metrics
mengandung ukuran yang dibutuhkan untuk memastikan pencapaian seluruh
kinerja dari PSAIMS. Penetapan process safety metrics yang digunakan dapat
ditinjau kembali berdasarkan masukkan-masukkan atau hasil evaluasi pada saat
pelaksanaan sasaran yang telah ditetapkan.
3) Konsisten dengan kebijakan HSSE Pertamina, kebijakan sustainability Pertamina,
dan/atau kebijakan lainnya tentang pengelolaan PSAIMS;
4) Mempertimbangkan harapan dari pemangku kepentingan (stakeholder) yang
relevan, target operasional, dan keberlangsungan bisnis;
5) Memperhitungkan risiko terkait asset integrity antara lain kinerja/kondisi integritas
aset, strategi/aktivitas pengelolaan asset integrity yang mencakup pemeliharaan
umum (Generic Maintenance Strategy, GMS) dan pemeliharaan terencana
(Planned Maintenance Strategy, PMS);
6) Mempertimbangkan perubahan teknologi dan peralatan/fasilitas proses, akuisisi
atau perubahan status pengelola/kepemilikan dari fasilitas proses tersebut;
7) Sasaran kinerja harus mampu memperkuat pengelolaan PSAIMS; dan
8) Meninjau dan memperbarui sasaran secara berkala untuk memastikan relevansi
dan konsistensinya terhadap strategi PSAIMS serta sebagai bagian dari perbaikan
berkelanjutan;
LAMPIRAN 5 – PENJELASAN PHA

Lampiran 5.1. Metode PHA


PHA dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau lebih metodologi berikut yang
sesuai untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya di fasilitas proses yang
dianalisis:
a. What-If Analysis - Pendekatan ini dilakukan oleh tim dengan latar belakang
multidisiplin keilmuan/keahlian yang relevan untuk menyusun dan menjawab
kumpulan pertanyaan “what-if”. Metode ini memiliki struktur yang tidak kaku dan
efektivitasnya ditentukan dari pertanyaan dan jawaban yang diberikan.
b. Checklist – Metode ini melibatkan pemeriksaan checklist berdasarkan daftar item
yang telah ditentukan sebelumnya mengacu pada code, standard, bahaya dari
kegiatan operasi, bagian dari proses yang berpotensi menyebabkan/mencegah
process safety incident (bahan, peralatan, system control, tata letak, dll), dll.
c. Hazard Identification (HAZID) - Analisis kualitatif untuk mengidentifikasi bahaya
proses dan non-proses seperti: proses, operasional, mekanis, kegagalan
prosedural, dan skenario kasus lainnya di mana sistem terdefinisi dan dipahami
dengan baik. HAZID biasanya dilaksanakan oleh tim melalui workshop. HAZID
dapat dilaksanakan pada setiap tahap life cycle proses karena tidak memerlukan
dokumen sebanyak metode lainnya. Umumnya, hasil dari HAZID dijadikan basis
informasi untuk melaksanakan metode PHA lain seperti Bowtie Analysis.
d. Hazard and Operability Study (HAZOP) – Teknik kualitatif sistematis untuk
mengidentifikasi bahaya proses dan potensi masalah pengoperasian
menggunakan serangkaian kata panduan untuk mengidentifikasi penyimpangan
proses. HAZOP digunakan untuk menemukan penyimpangan yang dapat terjadi
dibandingkan dengan desain, apa penyebab dan konsekuensinya.
e. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) - Studi sistematis mengenai
konsekuensi dari kegagalan (breakdown) dari suatu peralatan operasional tertentu
seperti pemancar, pengendali, katup, pompa, rotometers, dan lainnya.
Teknik identifikasi bahaya dimana semua modus kegagalan komponen atau
karakteristik sistem yang diketahui dipertimbangkan aspek hazardous-nya dan
hasil yang tidak diinginkan dicatat. - CCPS
f. Fault Tree Analysis (FTA) - Metode ini menggambar sebuah model gambar yang
menunjukkan hasil yang tidak diinginkan yang mungkin dihasilkan dari kejadian
tertentu (misal, kebocoran pipa di sebuah pipe rack). Metode ini menggunakan
gambar dan simbol untuk menunjukkan kemungkinan urutan dari kejadian yang
mungkin terjadi dalam sebuah insiden. Metode ini juga terkadang digunakan
dalam investigasi insiden untuk menentukan penyebab kejadian.
g. Safety Integrity Level (SIL) – adalah tingkat kemampuan alat instrumentasi (safety
instrumented function / SIF) yang bekerja dalam satu sistem proteksi (safety
instrumented system / SIS) untuk menjaga proses tetap aman ketika keadaan
yang berbahaya dan tidak diinginkan terdeteksi. Standar sistem proteksi tidak
hanya meliputi teknologi yang digunakan, tetapi juga tingkat redundansi, kalibrasi,
ataupun logika sistem. Ketika risk level yang dihadapi semakin besar, maka
diperlukan sistem proteksi yang lebih baik untuk mengendalikannya. Risk yang
telah dihitung selanjutnya akan dibandingkan dengan performa pada suatu sistem
proteksi. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan performansi
sistem tersebut adalah safety integrity level (SIL).
h. Layer Of Protection Analysis (LOPA) - Metode ini dirancang untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi lapisan perlindungan yang diperlukan untuk mencegah atau
mengurangi risiko kecelakaan pada proses produksi. LOPA mengacu pada proses
penilaian risiko berdasarkan lapisan perlindungan atau barrier yang diterapkan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan atau untuk membatasi
dampaknya.
i. Fire Explosion Risk Assessment (FERA) - adalah proses penilaian risiko yang
digunakan dalam process safety untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengevaluasi potensi risiko dan dampak dari kebakaran dan ledakan pada
fasilitas industri. Tujuan dari Fire Explosion Risk Assessment adalah untuk
mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang efektif dan memastikan bahwa
peralatan dan sistem industri aman dari risiko kebakaran dan ledakan.
j. Technological Risk Assessment (TRA) - Adalah proses penilaian risiko kuantitatif
pada teknologi atau sistem yang kompleks,seperti industri minyak dan gas yang
dikelola Pertamina. Tujuan dari TRA adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengevaluasi potensi risiko dan konsekuensi dari penggunaan teknologi atau
sistem tersebut, serta untuk mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang
efektif.
k. Metodologi lain yang sesuai.
LAMPIRAN 5 – Penjelasan PHA

Lampiran 5.2. Sistematika Laporan PHA


Process Hazard Analysis (PHA) yang dilaksanakan dituangkan dalam laporan PHA
yang berisi tentang:
1. Identifikasi potensi bahaya terkait process safety terutama yang berkenaan
dengan bahaya proses/major accident hazard dan permasalahan operasi.
2. Konsekuensi yang ditimbulkan dari bahaya.
3. Rekomendasi untuk pengendalian bahaya.
4. Penjelasan mengenai Tim PHA yang terlibat.
5. Daftar risk/hazard register mengenai pekerjaan, material, barang, dan produk yang
dapat membahayakan.
6. Semua bukti, asumsi, pengecualian, batasan, teknik, dan proses pekerjaan saat
analisis risiko harus didokumentasikan.
7. Proses review dan approval terhadap hasil studi PHA.

Laporan PHA dapat mengikuti struktur sebagai berikut:


1. HAZID Reports yang mencakup antara lain:
1) Definition and Abbreviation
a. Definitions
b. Abbreviation
2) Executive Summary
3) Introduction
a. Project Description
b. Scope of Work
4) Description of The Process
5) HAZID Methodology
6) HAZID Workshop Session
7) HAZID Study Nodes
8) List of Documents
9) HAZID Study Recommendation
2. HAZOP Reports yang mencakup antara lain:
1) Introduction
a. Background
b. Objectives
c. References
d. Definitions
2) HAZOP Study Methodologies
a. Introduction
b. Methodology and Procedures
3) Review Session
a. HAZOP Schedule
b. Nodes Identified
4) Results and Recommendations
3. SIL Reports yang mencakup antara lain:
1) Definition and Abbreviation
a. Definitions
b. Abbreviation
2) Executive Summary
3) Introduction
a. Project Description
b. Scope of Work
4) Description of The Process
5) SIL Classification Methodology
6) SIL Classification Workshop Session
7) List of Classified SIFS
8) SIL Study Recommendation
LAMPIRAN 6 – PROSES PENENTUAN SECE

Proses penentuan SECE dapat dilihat pada Gambar 7 Alur Penentuan SECE dan
skema perawatan SECE dan penentuan pencapaian KPI dapat dilihat pada Gambar
8 Pengelolaan SECE dan pencapaian KPI. Bahaya/Major Accident Hazard dianalisis
menggunakan metode bowtie untuk menentukan barrier yang akan diverifikasi
efektivitasnya menggunakan pertanyaan untuk menentukan apakah
elemen/peralatan termasuk SECE atau non-SECE. SECE harus diperiksa
pemenuhan performance standard-nya melalui Inspection, Testing, and Maintenance
yang kemudian akan diverifikasi oleh badan independen yang hasilnya akan menjadi
masukan dalam menentukan pencapaian KPI Asset Integrity SECE.

Gambar 7. Alur penentuan SECE


Gambar 8. Pengelolaan SECE dan Pencapaian KPI SECE

Anda mungkin juga menyukai